Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai state of the art, latar belakang Layanan
Akademik di Universitas Udayana, metode penelitian yang digunakan, dan dasar
teori terkait dengan pengendalian internal.

2.1 State of the Art


State of the art penelitian ini diambil dari beberapa contoh penelitian
terdahulu sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan saat
ini. Contoh yang diambil berupa jurnal-jurnal mengenai pelaksanaan pengendalian
internal menggunakan COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). Salah satu jurnal tersebut berjudul “Pengaruh Struktur
Pengendalian Internal Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit pada Koperasi
Simpan Pinjam di Kota Denpasar” karya Lukyta Saraswati dan I Ketut Yadnyana
dari Universitas Udayana pada tahun 2014 yang menjelaskan pengaruh
pengendalian internal untuk mengetahui kelancaran pengembalian kredit pada
koperasi simpan pinjam. Hal ini didasarkan pada permasalahan yang terjadi pada
Koperasi Simpan Pinjam, dimana masalah kredit yaitu jumlah piutang yang besar
sering dihadapi Koperasi. Masalah tersebut timbul dikarenakan tidak tepatnya
waktu dan jumlah dalam proses pembayaran angsuran, dimana seharusnya
mempertimbangkan beberapa hal, namun kenyataannya beberapa koperasi dapat
memberikan kredit tanpa adanya jaminan. Penelitian tersebut menggunakan
pengendalian internal dari panduan kerangka COSO yang telah banyak digunakan
oleh auditor sebagai dasar pengevaluasian pengendalian internal suatu perusahaan.
Teori dan pendapat para ahli mengenai pengaruh komponen-komponen COSO
terhadap kelancaraan pengembalian kredit di Koperasi terlebih dahulu
dikumpulkan, sehingga memperoleh hipotesis dimana hasil hipotesis tersebut
menunjukkan kelima komponen COSO memberikan pengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian kredit di Koperasi. Hipotesis tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan hasil kuesioner yang diperoleh, dimana menunjukkan
komponen lingkungan pengendalian dan informasi komunikasi berpengaruh
positif terhadap kelancaran pengembalian kredit dibandingkan dengan komponen
risiko, aktivitas pengendalian dan pemantauan, karena dengan adanya penetapan
tujuan koperasi, struktur organisasi yang jelas, penetapan tanggungjawab dan
wewenang untuk setiap orang yang terlibat, hingga komunikasi dan koordinasi
antar atasan dan bawahan jika terjadi masalah dapat memberikan kelancaran
pengembalian kredit pada Koperasi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
pengendalian internal dapat berpengaruh dan digunakan sebagai jawaban dari
permasalahan kelancaran pengembalian kredit di Koperasi yaitu dengan
pemisahan tugas untuk mengurangi peluang pegawai dalam melakukan
kecurangan, pelatihan terhadap semua pegawai dan pengurus Koperasi akan
pentingnya pengendalian internal, serta terus melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap kegiatan operasional Koperasi.
Jurnal internasional berjudul Internal Control System: Analyzing
Theoretical Perspective and Practices karya Qaisar Abbas dan Javid Iqbal tahun
2012 membahas lebih dalam mengenai pentingnya pengendalian internal pada
suatu organisasi. Penelitian tersebut menganalisis beberapa peraturan dan
literature, diantaranya 3 peraturan perundang-undangan, 20 tulisan dari badan
professional, 30 artikel penelitian, dan 10 buku berkaitan dengan pengendalian
internal. Hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan beberapa tujuan
pengendalian internal yaitu proses yang memberikan semua kemungkinan untuk
mencegah, mendeteksi, dan bereaksi terhadap semua risiko yang berkaitan baik
dari sisi perilaku karyawan hingga prosedur pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara efisien dan efektif tanpa pemborosan sumber daya. Penelitian
tersebut juga menegaskan bahwa sistem pengendalian internal merupakan
persyaratan wajib yang membantu manajemen untuk memenuhi kewajiban tata
kelola perusahaan dan undang-undang lainnya. Hal tersebut membutuhkan jajaran
direksi dan manajemen untuk mempertahankan efektivitas pengendalian atas
sumber daya dan prosedur kerja dalam organisasi.
Perencanaan yang tidak memadai serta pengendalian internal yang kurang
dapat mempengaruhi kegagalan dalam menjalankan suatu organisasi bahkan
bidang usaha, seperti restoran. Hal tersebut dikemukakan pada jurnal internasional
berjudul The Effect Of Internal Control On The Operating Activities Of Small
Restorants karya Linval Frazer pada Juni 2012. Kegagalan yang terjadi di restoran
biasanya dikaitkan dengan faktor ekonomi, sosial, kompetisi, bahkan intervensi
pemerintah, tetapi sebagian besar bisnis gagal karena faktor internal yang
dipengaruhi oleh tindakan dan disiplin manajemen. Penelitian yang dijelaskan
pada jurnal ini berisi perbandingan pengendalian internal yang diterapkan pada
restoran dan pengendalian internal menurut COSO. Prosedur pengumpulan data
menggunakan survei dari responden yang memiliki atau mengoperasikan restoran
di Kota Nassau, New York. Responden yang dipilih adalah manajer dari restoran
kecil di Kota Nassau yang telah beroperasi minimal 3 tahun dan memiliki minimal
10 karyawan. Survei yang dilakukan meliputi pertanyaan berupa persepsi manajer
restoran mengenai pengendalian internal khususnya pemisahan tugas,
perlindungan aset, dan verifikasi transaksi. Hasil dari survey tersebut
menunjukkan persentase restoran dalam beroperasi memiliki pengendalian
internal yang tidak memadai dari segi pemisahan tugas, perlindungan aset, dan
verifikasi transaksi, sehingga banyak restoran skala kecil yang gagal berkembang.
Hal ini tentu mendukung hubungan diantara pengendalian internal dan tingkat
kegagalan. Walaupun, tidak ada sistem pengendalian internal yang tanpa
kelemahan, namun pengendalian internal merupakan dasar prosedur yang dapat
meningkatkan profitabilitas dan pertahanan restoran.
Jurnal karya Erwin Krisdianto Lim yang berjudul Evaluasi Pengendalian
Internal Berdasar COSO Pada Siklus Produksi Untuk Meningkatkan Efisiensi PT
Gerongan Surajaya di Surayaba pada tahun 2013 membahas mengenai
pengendalian internal yang ada pada perusahaan bersangkutan, dimana
permasalahan yang sering dihadapi pada siklus produksi adalah proses produksi
yang terkadang tidak tepat waktu, perhitungan biaya yang tidak dapat ditelusuri,
hingga persaingan antar perusahaan. Penelitian ini menganalisis aktivitas dan
prosedur pada siklus produksi dan mengevaluasi pengendalian internal yang ada
berdasarkan kerangka COSO. Hasilnya penilaian menunjukkan siklus produksi
pada PT Gerongan Surajaya masih memiliki kekurangan dan kelemahan yang
menyebabkan terjadinya ketidakefisienan pada siklus produksi, seperti data
produksi yang tidak tepat, biaya yang tinggi dalam mengantisipasi risiko produksi,
hingga proses pengambilan keputusan yang terlalu lama. Rekomendasi yang
diberikan atas kelemahan yang didapat dari pengendalian internal masih terbatas
dan tidak menggunakan panduan atau best practices tertentu.
Evaluasi pengendalian internal menggunakan kerangka COSO juga
dibahas pada jurnal karya Patricia Angela Santoso tahun 2012 yang berjudul
Evaluasi Penerapan Internal Control Berdasarkan Kerangka COSO 2012 Pada
Divisi Kartu Kredit di Bank X. Jumlah penggunaan kartu kredit yang mengalami
peningkatan volume transaksi akan memberikan permasalahan, seperti risiko
kredit macet dan gagal bayar billing statement untuk kartu kredit yang
menyebabkan kerugian bagi Bank bersangkutan. Evaluasi pengendalian internal
dilakukan berdasarkan kerangka COSO dan membandingkannya dengan praktik
yang dilakukan pada Bank X. Hasil evaluasi menyatakan pengendalian internal
pada Bank bersangkutan telah sesuai dengan kerangka COSO meskipun terdapat
beberapa ketidaksesuaian yang terjadi. Ketidaksesuaian terjadi pada komponen
lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya multiple structure pada struktur
organisasi Bank X. Ketidaksesuaian pada komponen penilaian risiko adalah tidak
adanya penilaian atau pengantisipasian dari fraud risk. Komponen aktivitas
pengendalian serta informasi dan komunikasi yang saling berhubungan
mengalami ketidaksesuaian sehingga menyebabkan arus informasi yang
dihasilkan kurang relevan. Komponen pemantauan terdapat ketidaksesuaian yaitu
tidak dilakukannya audit secara periodik oleh Komite Audit.
Pengendalian internal COSO digunakan sebagai pengembangan kebijakan
yang baik kembali ditegaskan pada jurnal berjudul Using the COSO Model of
Internal Control as a Framework for Ethics Initiatives in Business Schools karya
Kent N. Schneider dan Lana Lowe Becker. Penelitian tersebut dilakukan karena
pendidikan dipandang memiliki banyak kesamaan dengan perusahaan bisnis saat
ini, yaitu mahasiswa, orang tua mahasiswa, yayasan pendidikan, dan masyarakat
umum bergantung pada lembaga pendidikan untuk memberikan informasi
mengenai efisiensi dan efektivitas proses pendidikan. Sama halnya dengan
perusahaan yang mengeluarkan laporan operasionalnya, lembaga pendidikan juga
mengeluarkan laporan baik kepada mahasiswa atau dalam bentuk pernyataan
kepada orang lain di luar lembaga. Lembaga pendidikan juga memerlukan entitas
independen untuk mengevaluasi institusi melalui kegiatan dan sistem pelaporan
yang ada serta membuktikan bahwa program, nilai, atau lulusan yang dihasilkan
dari institusi cukup memberikan hasil dari kegiatan pendidikan. Evaluasi lembaga
pendidikan melalui aspek operasional atau kurikulum sebagian besar dapat
dilakukan, sebaliknya evaluasi pendidikan etika masih tidak memiliki kerangka,
karena dianggap mustahil melakukan evaluasi output etika dari setiap orang.
Penelitian tersebut menyarankan lembaga pendidikan menggunakan kerangka
COSO model Pengendalian Internal sebagai konsep dalam kebutuhan etika pada
lembaga pendidikan. Pengendalian internal yang dapat dilakukan institusi
bercermin pada kerangka COSO sehubungan dengan etika, dimulai dari pimpinan
lembaga pendidikan yang harus menunjukkan komitmen dalam mengembangkan
budaya etika yang kuat. Pimpinan tidak hanya mengembangkan dan menerapkan
etika, namun juga proses pelanggaran akademik. Pimpinan juga menyediakan
pelatihan untuk mencegah pelanggaran akademik dengan menekankan persyaratan
dan etika lembaga pendidikan kepada pegawai atau fakultas. Setelah semua
komponen COSO mendapatkan perannya maka kesalahan besar jika lembaga
pendidikan menerapkannya hanya untuk sementara waktu, karena kerangka
COSO tidak hanya mengatasi permasalahan dalam sekali waktu, namun akan
berkembang dan beradaptasi terhadap tantangan yang ada.
Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian pengendalian internal diatas
masih sebatas terhadap kebijakan dan tidak menyentuh lingkup sistem informasi,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jurnal tersebut masih terfokus pada
evaluasi pengendalian internal khususnya pada kebijakan. Kesimpulan lain yang
didapat adalah evaluasi dan perbaikan pengendalian internal merupakan hal
penting dan standar COSO Pengendalian Internal dapat digunakan dalam
penelitian yang berkaitan dengan kajian pengendalian internal suatu organisasi
atau instansi.
2.2 Latar Belakang Universitas Udayana
2.2.1 Sejarah Universitas Udayana
Universitas Udayana resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1962 dan
merupakan perguruan tinggi negeri tertua di Bali. Tanggal 29 September 1958,
sebenarnya di Bali sudah berdiri Fakultas Sastra Udayana sebagai cabang
Universitas Airlangga Surabaya. Fakultas Sastra Udayana merupakan cikal bakal
lahirnya Universitas Udayana, maka selanjutnya perayaan ulang tahun Universitas
Udayana dialihkan ke tanggal 29 September. Universitas Udayana berdiri sebagai
wujud kerinduan masyarakat Bali akan adanya perguruan tinggi di daerah ini.
Tanggal 12 Mei 1961 oleh para tokoh pendidikan, para pejabat dan pemuka
masyarakat di Bali menyelenggarakan pertemuan yang dipimpin Prof. Dr.
Purbatjaraka, dibantu sekretaris Prof. Dr. Ida Bagus Mantra untuk membahas
langkah-langkah persiapan pendirian perguruan tinggi di Bali. Salah satu syarat
yang ditetapkan pada saat itu untuk pendirian sebuah universitas adalah harus
memiliki empat fakultas, dua fakultas eksakta dan dua non eksakta. Panitia
Persiapan merencanakan membuka empat fakultas yaitu: Fakultas Sastra, Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, dan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang didasarkan oleh potensi dan kemampuan yang ada serta
kebutuhan masyarakat Bali dan Nusa Tenggara pada saat itu. Semuanya ber-
kedudukan di Denpasar, kecuali Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
berkedudukan di Singaraja.
Surat Keputusan Menteri PTIP No. 104 Tahun 1962, tanggal 9 Agustus
1962 menyatakan Universitas Udayana resmi berdiri sejak 17 Agustus 1962.
Tahun 1964, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dipisahkan dari Universitas
Udayana menjadi IKIP Malang Cabang Singaraja. Selaras dengan
perkembangannya, secara berturut-turut di Universitas Udayana kemudian berdiri
Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1964), Fakultas Teknik (1965),
Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi (1967), Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (1994), Fakultas Kedokteran Hewan (1997), Fakultas
Teknologi Pertanian (2005), Fakultas Pariwisata (2008), Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (2009), dan Fakultas Kelautan dan Perikanan (2011). Universitas Udayana
sampai saat ini memiliki 13 fakultas serta telah membuka Program Pascasarjana,
dan program studi non-reguler dalam bentuk D1, D2, D3 dan D4. Universitas
Udayana hingga tahun 2014 telah memiliki 8 program studi S0, 46 program studi
S1, 25 program studi S2, 9 program studi S3, 5 program studi profesi, dan 13
program spesialis.

2.2.2 Visi dan Misi


2.2.2.1 Visi Universitas Udayana
Visi Universitas Udayana adalah “Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi
yang Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Unggul, Mandiri, dan
Berbudaya.” Uraian tentang makna visi institusi untuk menyamakan persepsi dan
pemahaman sivitas akademika tentang arah pengembangan jangka panjang
Universitas Udayana adalah sebagai berikut:
1. Unggul artinya menghasilkan produk-produk yang unggul dalam bidang
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang relevan
dan berdaya saing. SDM yang dihasilkan memiliki kompetensi tinggi,
daya saing, dan bijaksana dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya untuk meningkatkan martabat bangsa dan negara serta
kemanusiaan pada umumnya (cakra widya prawartana). Keunggulan
SDM Universitas Udayana seperti ini sejalan dengan motto Universitas
Udayana: taki-takining sewake guna widya yang artinya dalam menuntut
ilmu wajib mengejar pengetahuan dan kebajikan hidup.
2. Mandiri artinya pengelolaan otonom, memiliki kepribadian tangguh dan
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang berkembang secara
dinamis.
3. Berbudaya artinya memiliki kepekaan dan ketajaman nurani serta mampu
memanfaatkan nilai-nilai luhur budaya lokal yang bersifat universal untuk
berinteraksi di masyarakat.
Makna visi Universitas Udayana tersebut sangat erat kaitannya dengan
kearifan lokal yang berkembang di Bali. Jika visi ini diaplikasikan akan sejalan
dengan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Kebudayaan Universitas Udayana yang juga
bercirikan kearifan lokal, norma sosial dan sistem nilai yang berkembang di Bali.

2.2.2.2 Misi Universitas Udayana


Visi institusi yang diuraikan diatas agar dapat terwujud diperlukan suatu
misi. Misi pendidikan tinggi di Universitas Udayana dirumuskan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan menghasilkan
lulusan yang memiliki moral/etika/akhlak dan integritas yang tinggi sesuai
dengan tuntutan masyarakat lokal, nasional dan internasional.
2. Mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan kepentingan masyarakat dan bangsa.
3. Memberdayakan Universitas Udayana sebagai lembaga yang
menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan budaya
yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
4. Menghasilkan karya inovatif dan prospektif bagi kemajuan Universitas
Udayana serta perekonomian nasional.

2.2.3 Struktur Organisasi Universitas Udayana


Struktur organisasi Universitas Udayana dibuat berdasarkan ketentuan
dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
0199/0/1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Udayana. Struktur
organisasi Universitas Udayana terdiri dari:
1. Unsur pimpinan yaitu Rektor dan Pembantu Rektor.
2. Unsur senat universitas yang diketuai oleh Rektor dan tersusun atas guru
besar, pembantu rektor, dekan, wakil dosen dari masing-masing fakultas,
dan unsur lain yang ditetapkan senat.
3. Unsur dewan penyantun yang tersusun atas Gubernur Provinsi Bali, Ketua
DPRD Provinsi Bali, Pangdam IX Udayana, Kapolda Bali, Kepala
Kejaksaan Tinggi Bali, Ketua Pengadilan Tinggi Bali dan para tokoh
masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap Universitas Udayana.
4. Unsur Badan Pertimbangan Rektor
5. Unsur pelaksana akademik yang terdiri atas fakultas, program pasca
sarjana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Badan
Penjamin Mutu, Institut Kajian, grup riset, rumah sakit pendidikan, dan
Pendidikan Pembangunan Karakter Bangsa.
6. Unsur pengawasan yaitu Satuan Pengawasan Internal.
7. Unsur pelaksana administrasi yang terdiri atas Biro Administrasi
Akademik, Biro Administrasi Kemahasiswaan, Biro Administrasi Umum
dan Keuangan, dan Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi.
8. Unsur penunjang yang terdiri atas Unit Pelayanan Teknis, unit bisnis, dan
divisi.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Universitas Udayana

Keterangan struktur organisasi diatas tersebut adalah sebagai berikut:


A : Bagian Pendidikan
B : Bagian Kerja Sama
C : Bagian Tata Usaha, Rumah Tangga, Hukum dan Tata Laksana
D : Bagian Kepegawaian
E : Bagian Keuangan
F : Bagian Perlengkapan
G : Bagian Kesejahteraan Mahasiswa
H : Bagian Minat Penalaraan dan Informasi Kemahasiswaan
I : Bagian Perencanaan
J : Bagian Informasi
K : Bagian Tata Usaha Fakultas
L : Bagian Tata Usaha LPPM
A1 : Subbagian Pendidikan dan Evaluasi
A2 : Subbagian Sarana Pendidikan
A3 : Subbagian Registrasi dan Statistik
B1 : Subbagian Kerja Sama Dalam Negeri
B2 : Subbagian Kerja Sama Luar Negeri
C1 : Subbagian Tata Usaha
C2 : Subbagian Hukum dan Tata Laksana
C3 : Subbagian Rumah Tangga
D1 : Subbagian Tenaga Akademik
D2 : Subbagian Tenaga Administratif
E1 : Subbagian Anggaran Rutin dan Pembangunan
E2 : Subbagian Anggaran Dana Masyarakat
E3 : Subbagian Monitoring
F1 : Subbagian Pengadaan dan Pemeliharaan
F2 : Subbagian Inventaris dan Penghapusan
G1 : Subbagian Minat dan Penalaran
G2 : Subbagian Fasilitas dan Informasi Kemahasiswaan
I1 : Subbagian Perencanaan Akademik
I2 : Subbagian Perencanaan Fisik
J1 : Subbagian Data
J2 : Subbagian Pelayanan Informasi
K1 : Subbagian Akademik
K2 : Subbagian Kepegawaian dan Keuangan
K3 : Subbagian Umum dan Perlengkapan
K4 : Subbagian Kemahasiswaan
L1 : Subbagian Umum
L2 : Subbagian Program
L3 : Subbagian Data dan Informasi

2.2.4 Tujuan dan Sasaran Bisnis Universitas Udayana


Tujuan dan sasaran bisnis Universitas Udayana dituangkan ke dalam
Rencana Strategis Universitas Udayana Tahun 2015-2019. Rencana Strategis
Universitas Udayana 2015-2019 disusun sebagai pedoman oleh pimpinan dan
pengambil keputusan dalam menentukan program yang akan dilaksanakan untuk
pengembangan Universitas Udayana. Rencana strategis ini dapat juga digunakan
sebagai pedoman atau referensi bagi seluruh civitas akademika dan unsur
penunjang dalam melaksanakan kegiatan sehingga selaras dengan kebijakan
pemerintah.

Tabel 2.1 Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan Universitas Udayana


Tujuan Sasaran Kebijakan
Menghasilkan Penyediaan dan penerapan  Mengembangkan dan
lulusan bermutu kurikulum yang mampu menerapkan Kurikulum
yang memiliki meningkatkan mutu, Berbasis Kompetensi
kompetensi tinggi relevansi dan daya saing (KBK) sesuai dengan
dalam penguasaan lulusan. Kerangka Kualifikasi
IPTEKS. Nasional Indonesia
(KKNI).

Penyempurnaan proses  Menyediakan sarana dan


pembelajaran seuai dengan prasarana proses pembe-
Standar Nasional lajaran (perkuliahan dan
Pendidikan Tinggi. praktikum).
 Mendorong proses
pembelajaran yang
berpusat pada mahasiswa
(Student Centre
Learning).
 Meningkatkan mutu
pendidik dan tenaga
kependidikan.
Peningkatan sistem  Menyempurnakan sistem
penilaian sesuai dengan penilaian berbasis
Standar Nasional kompetensi sesuai dengan
Pendidikan Tinggi dan jenis pendidikan dan level
Standar Internasional. kualifikasi.
 Memperkuat sistem pen-
jaminan mutu internal.
Peningkatan standar mutu  Menyempurnakan
akademik. kebijakan dan pedoman
akademik.
Pengembangan pusat-  Menciptakan suasana
pusat unggulan yang akademik yang kondusif
potensial mendapat menuju WCU.
pengakuan internasional  Menguatkan capacity
menuju WCU. building menuju WCU.

Meningkatkan Peningkatan akses  Meningkatkan dan


kapasitas perguruan pendidikan melalui optimalisasi sarana dan
tinggi dalam peningkatan daya tam- prasarana pendidikan.
memberikan akses pung.  Mengembangkan jenis
pelayanan dan jumlah beasiswa
pendidikan kepada dalam meningkatkan
masyarakat. akses beasiswa.
 Meningkatkan kerjasama
dengan dunia usaha dan
pemerintah daerah.
 Mengembangkan
program studi baru
 Mengembangkan sistem
seleksi mahasiswa baru.
Peningkatan peran  Mengembangkan peman-
teknologi informasi dan faatan TIK dalam proses
komunikasi. pembelajaran, penelitian,
dan peningkatan
tatakelola dan
transparansi pengelolaan
perguruan tinggi.
Peningkatan sarana dan  Mengembangkan sarana
prasarana kegiatan kegiatan kemahasiswaan
kemahasiswaan
Mengembangkan Penataan dan penguatan  Merestrukturisasi
perguruan tinggi struktur organisasi organisasi Universitas
yang sehat melalui disesuaikan dengan Udayana sesuai dengan
optimalisasi peran prinsip-prinsip BLU dan tuntutan peningkatan
organ-organ GUG. mutu layanan fungsi
organisasi tatakelola pendidikan tinggi yang
sesuai dengan ber-BLU.
prinsip BLU. Penguatan akuntabilitas  Mereformasi birokrasi
sistem keuangan dan revitalisasi kinerja
institusi dalam
pengelolaan anggaran
sesuai dengan prinsip
BLU.
Penguatan akuntabilitas  Mereformasi birokrasi
pengelolaan aset milik dan revitalisasi kinerja
negara. institusi dalam
pengelolaan aset.
Penguatan kinerja SPI.  Mengoptimalkan kinerja
SPI.
Pembentukan lembaga  Mengoptimalkan
pengelola unit bisnis. pengelolaan sumber daya
(lahan, SDM, dana,
sarana-prasarana).
Peningkatan mutu layanan  Merevitalisasi fungsi dan
sistem pendukung institusi kinerja ISS.
(institutional supporting
system - ISS)
Peningkatan dan  Mengembangkan sistem
penyempurnaan sistem tatakelola sebagai
pelayanan administrasi. lembaga yang otonom
dan akuntabel.
 Mengoptimalkan
layanan administrasi
(akademik,
kemahasiswaan,
perencanaan dan sistem
informasi,
keuangan,kepegawaian,
perlengkapan, dan
umum).
Menjalin kerjasama Penguatan sistem dan  Mengembangkan dan
di berbagai bidang mekanisme kerjasama meningkatkan kerjasama
untuk meningkatkan akademik. di bidang tri dharma
mutu Tri Dharma perguruan tinggi dengan
Perguruan Tinggi. berbagai pihak, baik di
dalam maupun luar
negeri.

Peningkatan dan  Memfasilitasi kerjasama


penyempurnaan kerjasama dengan pihak eksternal.
non akademik.

Menghasilkan Peningkatan jumlah, mutu  Meningkatkan dana,


penelitian yang dan relevansi penelitian sarana dan prasarana
bermutu, relevan dan pengabdian kepada penelitian.
dan berdaya saing masyarakat yang relevan  Mengembangkan pener-
sesuai dengan dengan kebutuhan bitan jurnal ilmiah yang
perkembangan iptek, masyarakat dan berdaya berkualitas.
menghasilkan saing internasional.  Memfasilitasi kegiatan
publikasi ilmiah dan diseminasikan hasil
nasional, penelitian dan
internasional dan pengabdian kepada
paten untuk masyarakat.
kepentingan  Meningkatkan relevansi
masyarakat. pengabdian kegiatan ke-
pada masyarakat.
Pengembangan rencana  Merevitalisasi manaje-
program penelitian dan men Lembaga Penelitian
pengabdian kepada dan Pengabdian kepada
masyarakat untuk Masyarakat.
menjamin peningkatan  Mengembangkan pusat-
kapasitas dan mutu pusat unggulan berbasis
lembaga. penelitian yang
mendukung
pembangunan daerah,
nasional, dan
internasional.
 Menetapkan agenda
penelitian yang
terprogram secara
berkesinambungan
Peningkatan kompetensi  Mengefektifkan
dosen di bidang penelitian pelatihan penyusunan
dan pengabdian kepada proposal penelitian dan
masyarakat. pengabdian kepada
masyarakat serta
penulisan publikasi
ilmiah.
Peningkatan kinerja dan  Mengefektifkan sistem
produktifitas grup monitoring dan evaluasi
penelitian. kinerja grup penelitian.

Penyempurnaan sistem pe-  Mengefektfikan sistem


nilaian proposal penelitian monitoring dan evaluasi
dan pengabdian kepada pelaksanaan penelitian
masyarakat, termasuk dan pengabdian kepada
monitoring dan evaluasi masyarakat.
pelaksanaannya.

(Sumber : Damriyasa, I Made, dkk. 2014. Rencana Strategis Universitas Udayana Tahun 2015 –
2019)

2.2.5 Unit Sumber Daya Informasi


Unit Sumber Daya Informasi (USDI) Universitas Udayana terbentuk
dengan keputusan rektor No 39/UN.14/HK/2015 pada tanggal 5 Februari 2015.
Struktur Organisasi USDI ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah ini:

Rektor (Pelindung USDI)

Pembantu Rektor IV
(Penanggung Jawab USDI)

Kepala USDI

Sekretaris USDI

Kepala Bidang Pengembangan Kepala Bidang Layanan Kepala Bidang Infrastruktur


dan Integrasi USDI USDI USDI

Sekretaris Bidang
Sekretaris Bidang Layanan Sekretaris Bidang Infrastruktur
Pengembangan dan Integrasi Kasub USDI
USDI USDI
USDI

Programmer USDI Administrasi USDI Administrator Jaringan USDI Staff Administrasi USDI

Gambar 2.2 Struktur Organisasi USDI

USDI terbentuk karena menimbang rencana strategis Universitas Udayana


yang bertujuan untuk mewujudkan suatu stimulus bagi segenap civitas akademik
dengan mewujudkan visi menjadikan unud sebagai universitas riset terkemuka di
Indonesia bahkan pada tingkat dunia, bahwa penyediaan fasilitas komputer dan
komunikasi secara luas untuk digunakan oleh Dosen, Pegawai dan Mahasiswa
Universitas Udayana merupakan salah satu faktor pendukung penting dalam
kegiatan riset, belajar, mengajar atau kerja administrasi, bahwa dalam rangka
mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat dan akurat berbasis teknologi informasi
dilingkungan Universitas Udayana guna mempersiapkan Universitas Udayana
menuju internasionalisasi.

2.3 Layanan Akademik


2.3.1 Sistem SIMAK
Mahasiswa yang melanjutkan studi wajib melaksanakan pendaftaran
kembali, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 dibawah ini.

Alur Pendaftaran Mahasiswa Lama

Mahasiswa Fakultas

Mulai

Mahasiswa Lama

Membayar Biaya
Kuliah di Bank

Loket Registrasi

Tidak
Sudah Bayar?

Ya
Stampel KRM &
mengambil Blanko
KRS

Pengisian KRS

Mahasiswa Sudah
Terdaftar

Selesai

Gambar 2.3 Alur Pendaftaran Mahasiswa Lama


Ketentuan dan prosedur dalam melakukan pendaftaran mahasiswa lama
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa membayar biaya pendidikan sesuai yang ditetapkan Rektor di
Bank BNI yang telah ditunjuk pada waktu yang telah ditentukan. Khusus
bagi mahasiswa Nonreguler membayar biaya SKS sesuai dengan Prodi
masing-masing
2. Mahasiswa menyerahkan KRM untuk disahkan atau terdaftar pada
semester berikutnya.
3. Mahasiswa mengambil Kartu Hasil Studi (KHS) di Fakultas atau program
studi masing-masing, yang digunakan untuk menentukan jumlah SKS
yang dapat diambil pada semester berikutnya.
4. Mahasiswa berkonsultasi dan mengesahkan KRS pada Pembimbing
Akademik dan dengan menyerahkan (satu fotocopy) KRS yang telah
disahkan oleh Pembimbing Akademik ke Sub. Bagian Akademik Fakultas,
selanjutnya mengikuti prosedur di Fakultas masing-masing.
Prosedur jika mahasiswa mengalami permasalahan atau kendala saat
melakukan registrasi KRS secara online pada SIMAK, ditunjukkan pada Gambar
2.4 dibawah ini:
Gambar 2.4 Alur Penggunaan SIMAK

Mahasiswa dengan status Mahasiswa Aktif wajib melakukan registrasi


KRS sesuai waktu yang telah ditetapkan dengan cara mengakses website SIMAK
melalui laman imissu.unud.ac.id. Jika mengalami masalah, misalnya tidak dapat
mengakses laman atau lupa dengan password, maka mahasiswa bersangkutan
dapat menghubungi operator SIMAK yang ada di Fakultas, Jurusan, atau Program
Studi bersangkutan. Operator akan mendiskusikan permasalahan tersebut dengan
Supervisor yaitu Biro Administrasi Akademik, jika permasalahan tidak dapat
ditemukan solusinya oleh Biro Administrasi Akademik, maka permasalahan
tersebut akan didiskusikan dengan bagian USDI sebagai administrator SIMAK.
Jika mahasiswa berhasil login di SIMAK dengan akunnya maka
mahasiswa dapat melakukan registrasi KRS melalui fitur atau menu yang ada
pada SIMAK. Mahasiswa menyusun KRS sesuai jadwal yang ditetapkan, jika
terjadi permasalahan pada saat registrasi KRS, maka mahasiswa bersangkutan
dapat menghubungi Operator SIMAK yang ada di Fakultas, Jurusan, atau
Program Studi, kemudian dilakukan pemecahan masalah pada Biro Administrasi
Akademik dan Administrator SIMAK.

2.3.2 Wisuda Online


Mahasiswa yang sudah selesai menempuh masa belajar pada suatu
Universitas akan melakukan proses pelantikan kelulusan yang biasa disebut
Wisuda. Universitas Udayana menyediakan layanan wisuda online guna
memberikan pelayanan yang efisien terkait prosedur pendaftaran wisuda online.
Calon wisudawan yang telah dinyatakan lulus dapat melakukan pembayaran
wisuda serta menginputkan biodata secara online dengan terlebih dahulu
melakukan register untuk mendapatkan username dan password, kemudian
mencetak bukti pendaftaran. Calon wisudawan yang telah melakukan pendaftaran
dapat meminta Surat Keterangan Bebas Akademik dari Fakultas dengan
membawa persyaratan, seperti: Surat Keterangan Lulus, Surat Bebas Peminjaman
Buku Perpustakaan, Surat Keterangan Bebas KOPMA, dan Bukti Pendaftaran
yang dicetak dari internet. Seluruh berkas akan di verifikasi oleh pihak Fakultas
yang berwenang, jika sudah lengkap maka Surat Keterangan Bebas Akademik dan
Berkas Pendaftaran Wisuda akan diberikan kepada Calon Wisudawan untuk
dilakukan pendaftaran wisuda ke Biro Administrasi Akademik. Berkas
Pendaftaran wisuda akan diverifikasi oleh Biro Administrasi Akademik dan jika
sudah lengkap maka Bukti Pendaftaran Wisuda oleh Biro Administrasi Akademik
akan diberikan kepada calon wisudawan. Alur pendaftaran wisuda ditunjukkan
pada Gambar 2.5 dibawah ini.
Alur Pendaftaran Wisuda

Mahasiswa Fakultas BAA

Mulai

Berkas Pendaftaran
Wisuda dan Bukti
Pembayaran Bank

Mhs input biodata


Meminta Surat
secara online dan
Keterangan
mencetak Bukti
Bebas Akademik
Pendaftaran

Tidak Lengkap
Verifikasi Data dan
Berkas di Fakultas

Tidak Lengkap
Lengkap
Surat Keterangan
Bebas Akademik &
Berkas Pendaftaran Pendaftaran
Wisuda Wisuda di BAA

Verifikasi Data dan


Berkas di BAA

Bukti Pendaftaran
Wisuda oleh BAA
Lengkap

Selesai
Phase

Gambar 2.5 Alur Pendaftaran Wisuda secara Online

2.4 Dasar Teori


2.4.1 Metode Penelitian Kualitatif dan Deskriptif
David Penny dan Kuntjaraningrat (1983:265) menyatakan bahwa
penelitian berarti berpikir secara sistematis mengenai jenis-jenis persoalan dimana
pemecahannya memerlukan pengumpulan data dan fakta. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif.
2.4.1.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Sebagian
datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat
kualitatif. Metode kualitatif cenderung menempatkan kata-kata sebagai unit
analisis, sedangkan metode kuantitatif cenderung dihubungkan dengan angka-
angka. Metode kualitatif dapat digunakan utuk mengungkap dan memahami
sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat
digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit
diketahui serta memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif.

2.4.1.2 Penelitian Deskriptif


Penelitian Deskriptif atau descriptive research memiliki tujuan untuk
membuat deskripsi atau pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pantiyasa
(2013, h. 14) mengartikan penelitian deskriptif sebagai penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian secara sistematis, fatual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara masalah yang diselidiki.
Jadi, penelitian deskripstif adalah penelitian yang secara hati-hati, cermat dan
sistematis terhadap fenomena atau kenyataan sosial tertentu dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang diamati. Jenis atau hubungan maupun
membandingkan antara variabel tertentu dengan variabel lainnya.

2.4.2 Pengendalian Internal (Internal Control)


Aktivitas, kegiatan maupun prosedur dilakukan sebuah organisasi agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam usaha-
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuannya, organisasi akan dihadapkan
pada berbagai faktor negatif berupa risiko yang dapat menghambat pencapaian
tujuan. Risiko-risiko ini dapat berasal dari berbagai macam faktor yang meliputi
risiko keuangan, kepatuhan, operasional maupun faktor-faktor yang berasal dari
fraud. Risiko-risiko tersebut apabila terjadi maka dapat mengakibatkan tujuan
organisasi tidak tercapai, sehingga untuk mencegahnya diperlukan seperangkat
kebijakan dan prosedur yang efektif yang disebut pengendalian.
Definisi pengendalian pertama kali muncul dalam kamus bahasa inggris
pada tahun 1600 dan didefinisikan merupakan a copy of roll (of account), a
parallel of the same quality and content with the original. Pentingnya
pengendalian bagi auditor diakui oleh L. R. Dicksee pada awal tahun 1905 yang
mengatakan bahwa sistem pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan
kebutuhan akan audit yang terinci. Perkembangan selanjutnya, Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) pada tahun 1992
menetapkan definisi pengendalian internal (internal control) sebagai suatu proses
yang efektivitasnya dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau
pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan-tujuan, seperti keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi serta ketaatan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian meskipun dibuat dengan cermat, tetapi tidak selalu mencapai
tujuan seperti yang diinginkan. Hal ini disebabkan meskipun pada dasarnya
pengendalian dirancang untuk membantu manajer agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan lebih baik, tetapi dalam kenyataannya banyak manajer yang
memandang pengendalian sebagai sebuah gangguan, ancaman, ataupun sebuah
tantangan yang harus diatasi. Aldag dan Streams (1987) mengidentifikasi empat
macam reaksi negatif terhadap sistem pengendalian, antara lain:
1. Pengendalian dianggap sebagai permainan
Pengendalian dilihat sebagai sebuah tantangan, sesuatu yang harus
dikalahkan dan bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen.
2. Pengendalian dianggap sebagai objek sabotase
Pegawai organisasi berusaha untuk merusak sistem pengendalian,
menciptakan kebingungan, dan merancang proyek dengan karakteristik yang
kompleks. Tujuannya adalah untuk membuat sistem tidak beroperasi, tidak dapat
diandalkan, dan terlalu rumit.
3. Informasi yang tidak akurat
Manajer melakukan manipulasi informasi untuk membuat dirinya dan
unitnya terlihat lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga
pengendalian tidak beroperasi dengan semestinya.
4. Ilusi pengendalian
Manajer memberikan kesan bahwa sistem pengendalian memang berfungsi
dengan baik sementara dalam kenyataannya sistem tersebut diabaikan atau
disalahartikan. Hasil yang baik dikatakan sebagai hasil dari sistem dan hasil yang
tidak bagus dikatakan bersumber dari kondisi yang tidak biasa yang berada diluar
sistem.

2.4.3 Control Framework


Control Framework adalah struktur data yang mengatur dan
mengkategorikan pengendalian internal organisasi, seperti praktik dan prosedur
yang ditetapkan untuk menciptakan nilai bisnis dan meminimalkan risiko.
Standar yang digunakan pada penelitian ini adalah COSO, COBIT 5, ISO
27002:2005, dan NIST 800-53.
2.4.3.1 COSO
COSO diselenggarakan pada tahun 1985 untuk mensponsori The National
Commission on Fraudulent Financial Reporting, sebuah inisiatif sektor swasta
independen yang mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan
pelaporan keuangan. Komisi Nasional disponsori bersama oleh lima asosiasi
profesional utama yang berkantor pusat di Amerika Serikat. Awalnya, komite
tersebut dinamai berdasarkan nama kepalanya, yaitu Treadway, akan tetapi
akhirnya proyek tersebut lebih dikenal sebagai COSO yang merupakan singkatan
dari Committee of Sponsoring Organizations (komite pendukung organisasi).
Pengendalian Internal menurut COSO adalah suatu proses yang dilakukan
oleh dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya yang dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan
dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Definisi tersebut menekankan bahwa
kontrol internal adalah:
1. Pencapaian tujuan diarahkan dalam satu atau lebih kategori seperti operasi,
pelaporan, dan kepatuhan.
2. Pengendalian internal yaitu proses yang terdiri dari tugas-tugas dan
kegiatan yang sedang berlangsung.
3. Pengendalian internal dipengaruhi bukan hanya tentang kebijakan dan
prosedur manual, dan sistem tetapi tentang orang-orang dan tindakan yang
diambil pada setiap tingkat organisasi untuk mempengaruhi pengendalian
internal.
4. Pengendalian internal mampu memberikan jaminan yang wajar.
5. Pengendalian internal beradaptasi dengan struktur entitas artinya fleksibel
dalam penerapan untuk seluruh entitas atau anak perusahaan, divisi, unit
operasi, atau proses bisnis tertentu.
Tujuan dari kerangka Pengendalian Internal adalah untuk membantu
manajemen mengendalikan organisasi yang lebih baik dan memberikan dewan
direksi kemampuan tambahan untuk mengawasi pengendalian internal.
Pengendalian internal memungkinkan organisasi untuk menangani secara efektif
akan perubahan ekonomi dan lingkungan yang kompetitif, kepemimpinan,
prioritas, perkembangan model bisnis.
Model yang dikeluarkan COSO memiliki persamaan dengan model
pengendalian internal dalam lingkungan pemerintah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP) yaitu sistem pengendalian intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kedua
model tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan keandalan di dalam
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi, pengamanan aset
serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
COSO memberikan penjelasan mengenai kelima komponen pengendalian
internal dalam COSO Internal Control Integrated Framework Executive
Summary, antara lain:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang ada didalam suatu
organisasi yang akan mempengaruhi efektivitas pengendalian internal secara
menyeluruh karena komponen ini berpengaruh pada kesadaran masing-masing
personil organisasi akan pentingnya pengendalian.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses identifikasi dan analisis risiko-risiko yang
berdampak terhadap pencapaian tujuan organisasi serta menentukan tindakan
yang tepat untuk menghadapi risiko-risiko tersebut. Tujuan yang ingin dicapai
dari penilaian risiko adalah agar manajemen dapat mengidentifikasi risiko-risiko
serta dapat menetapkan pengendalian-pengendalian yang efektif untuk
mengendalikan risiko yang telah diidentifikasi.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah semua kebijakan dan prosedur yang
dilakukan untuk memastikan bahwa arahan manajemen telah dijalankan.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi yang dibutuhkan harus diidentifikasi, diterima, dan
dikomunikasikan dalam bentuk-bentuk dan periode yang memungkinkan para
pegawai agar dapat memenuhi tanggungjawabnya. Komunikasi yang efektif harus
terjadi dalam lingkup yang luas dan mampu menciptakan alur informasi yang
lancar dari berbagai lini di dalam organisasi baik dari atasan ke bawahan maupun
sebaliknya.
5. Pemantauan
Manajemen memiliki kepentingan untuk melakukan pemantauan atas
pengendalian internal, agar dapat menentukan apakah komponen-komponen
pengendalian internal yang dijalankan di dalam organisasi telah berjalan dengan
efektif.
COSO berisi lima komponen yang sudah dijelaskan sebelumnya dan untuk
mengurangi kekakuan dari pemahaman masing-masing komponen tersebut maka
terdapat poin fokus yang disediakan dalam kerangka pengendalian internal,
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Poin Fokus pada Komponen COSO
Control Environment
Prinsip Poin Fokus
1 Organisasi menunjukkan 1 Set the tone at the top
komitmen untuk integritas 2 Menetapkan standar perilaku
dan nilai-nilai etika. 3 Mengevaluasi kepatuhan terhadap
standar perilaku
4 Menegur penyimpangan pada waktu
yang tepat
2 Dewan direksi 5 Menetapkan tanggung jawab
menunjukkan kemandirian pengawasan
dari manajemen dan 6 Menerapkan keahlian yang
menjalankan fungsi Relevan
pengawasan terhadap 7 Beroperasi secara independen
perkembangan dan kinerja 8 Memberikan pengawasan pada
pengendalian internal Pengendalian Lingkungan, Penilaian
Risiko, Kegiatan Pengendalian,
Informasi dan Komunikasi, dan
Pemantauan
3 Manajemen menetapkan, 9 Mempertimbangkan semua struktur
dengan pengawasan dewan, entitas
struktur, jalur pelaporan, 10 Menetapkan garis pelaporan
dan pihak yang berwenang 11 Mendefinisikan, pihak yang ditunjuk,
dan tanggung jawab dalam dan batas-batas kewenangan dan
pengejaran tanggung jawab
tujuan
4 Organisasi menunjukkan 12 Menetapkan kebijakan dan praktik
Komitmen untuk menarik, 13 Mengevaluasi kompetensi dan
mengembangkan, dan kekurangan
mempertahankan individu 14 Menarik, mengembangkan dan
yang kompeten sejalan mempertahankan orang
dengan tujuan 15 Rencana dan persiapan untuk
kesuksesan
5 Organisasi memegang 16 Menjalankan tanggung jawab melalui
individu struktur dan otoritas
bertanggung jawab atas 17 Menetapkan ukuran kinerja, insentif
pengendalian internal dan imbalan
mereka 18 Mengevaluasi ukuran kinerja, insentif
dalam mengejar tanggung dan imbalan untuk relevansi yang
jawab dan tujuan sedang berlangsung
19 Mempertimbangkan tekanan yang
berlebihan
20 Mengevaluasi kinerja dan disiplin
individu
Risk Assesment
Prinsip Poin Fokus
6 Organisasi menentukan
tujuan dengan kejelasan
yang cukup untuk
memungkinkan identifikasi
dan penilaian risiko
berkaitan dengan tujuan:
- Tujuan Operasi 21a Mencerminkan pilihan manajemen
22a Mempertimbangkan toleransi risiko
23 tujuan operasi dan kinerja keuangan
24 Bentuk dasar untuk melakukan sumber
daya
- Tujuan Pelaporan 21b Sesuai dengan standar akuntansi yang
Keuangan Eksternal berlaku
22b Mempertimbangkan materialitas
25 Mencerminkan aktivitas entitas
- - Tujuan Pelaporan 21c Sesuai dengan standar dan kerangka
Keuangan Non- Eksternal yang ditetapkan secara eksternal
22c Mempertimbangkan tingkat ketelitian
25 Mencerminkan aktivitas entitas
-Tujuan Pelaporan Internal 21a Mencerminkan pilihan manajemen
22c Mempertimbangkan tingkat yang
diperlukan presisi
25 Mencerminkan aktivitas entitas
-Tujuan Kepatuhan 21d Mencerminkan hukum dan peraturan
eksternal
22a Mempertimbangkan toleransi risiko
7 Organisasi 26 Termasuk entitas, anak perusahaan,
mengidentifikasi risiko divisi, unit operasi, dan tingkat
pencapaian tujuan fungsional
di entitas dan analisis risiko 27 Menganalisa faktor internal dan
sebagai dasar untuk eksternal
menentukan bagaimana 28 Melibatkan tingkat yang tepat dari
risiko harus dikelola manajemen
29 Perkiraan signifikansi risiko yang
teridentifikasi
30 Menentukan bagaimana merespon
risiko
8 Organisasi menganggap 31 Mempertimbangkan berbagai jenis
potensi penipuan dalam penipuan
menilai risiko untuk 32 Menilai insentif dan tekanan
pencapaian tujuan 33 Menilai peluang
34 Menilai sikap dan rasionalisasi
9 organisasi mengidentifikasi 35 Menilai perubahan dalam lingkungan
dan menilai perubahan eksternal
yang bisa berdampak 36 Menilai perubahan dalam model bisnis
signifikan pada sistem 37 Menilai perubahan dalam
control internal kepemimpinan
Control Activities
Prinsip Poin Fokus
10 Organisasi memilih dan 38 Terintegrasi dengan penilaian risiko
mengembangkan kegiatan 39 Mempertimbangkan faktor-faktor
pengendalian yang entitas tertentu
berkontribusi pada risiko 40 Menentukan proses bisnis yang
untuk pencapaian tujuan relevan
tingkat yang dapat diterima 41 Mengevaluasi campuran kontrol jenis
kegiatan
42 Mempertimbangkan apa tingkat
aktivitas yang diterapkan
43 Menetapkan pemisahan tugas
11 Organisasi memilih dan 44 Menentukan ketergantungan antara
mengembangkan kegiatan penggunaan teknologi dalam proses
pengendalian umum bisnis dan kontrol teknologi umum
melalui teknologi untuk 45 Menetapkan teknologi yang relevan
mendukung pencapaian untuk kegiatan pengendalian
tujuan 46 Menetapkan proses manajemen
keamanan yang relevan untuk kegiatan
pengendalian
47 Menetapkan akuisisi teknologi yang
relevan, pengembangan pemerintah,
dan proses pemeliharaan dalam
kegiatan pengendalian
12 Organisasi menyebarkan 48 Menetapkan kebijakan dan prosedur
kontrol kegiatan melalui untuk mendukung arahan manajemen
kebijakan dan prosedur 49 Menetapkan tanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan dan prosedur
50 Melakukannya pada waktu yang tepat
51 Mengambil tindakan korektif
52 Penyelenggaraanya menggunakan
personel yang kompeten
53 Menetapkan kembali kebijakan dan
prosedur
Information and Communication
Prinsip Poin Fokus
13 Organisasi memperoleh 54 Mengidentifikasi kebutuhan informasi
atau menghasilkan dan 55 Menangkap sumber internal dan
menggunakan kualitas eksternal data
informasi yang relevan 56 Memproses data yang relevan menjadi
untuk mendukung fungsi informasi
lainnya dari komponen 57 Mempertahankan kualitas seluruh
pengendalian internal proses
58 Mempertimbangkan biaya dan
manfaat
14 Organisasi secara internal 59 Mengkomunikasikan informasi
mengkomunikasikan pengendalian internal
informasi, termasuk tujuan 60 Berkomunikasi dengan dewan direksi
dan tanggung jawab 61 Menyediakan jalur komunikasi yang
pengendalian internal, terpisah
diperlukan untuk 62 Memilih metode komunikasi yang
mendukung relevan
fungsi komponen lain dari
pengendalian internal
15 Organisasi berkomunikasi 63
Berkomunikasi dengan pihak eksternal
dengan pihak eksternal 64
Memungkinkan komunikasi yang
mengenai hal-hal masuk
yangmempengaruhi fungsi 65 Berkomunikasi dengan dewan direksi
lainnya dari 66 Menyediakan jalur komunikasi yang
komponen pengendalian terpisah
internal 67 Memilih metode komunikasi yang
relevan
Monitoring Activities
Prinsip Poin Fokus
16 Organisasi memilih, 68 Mempertimbangkan campuran
mengembangkan, dan evaluasi berkelanjutan dan terpisah
menunjukkan secara 69 Mempertimbangkan laju perubahan
langsung atau terpisah 70 Menetapkan pemahaman dasar
untuk memastikan apakah 71 Menggunakan pengetahuan seseorang
komponen control internal 72 Terintegrasi dengan proses bisnis
hadir dan berfungsi 73 Mengatur ruang lingkup dan frekuensi
74 Obyektif mengevaluasi
17 Organisasi mengevaluasi 75 Menilai hasil
dan mengkomunikasikan 76 Mengkomunikasikan kekurangan
kekurangan pengendalian kepada pihak yang bertanggung jawab
internal pada waktu yang untuk tindakan korektif termasuk
tepat untuk pihak-pihak manajemen senior dan dewan direksi
yang bertanggung jawab 77 Memantau tindakan korektif
dalam mengambil tindakan
korektif,termasuk
manajemen senior dan
dewan direksi yang sesuai.

(Sumber : Protiviti 2013, The Updated COSO Internal Control Framework Second Edition, h. 7-
10)
Penelitian ini menempatkan COSO sebagai standar atau pedoman kontrol
internal yang layak pada suatu organisasi atau instansi dalam hal ini adalah
Universitas Udayana.

2.4.3.2 COBIT 5
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT)
adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT governance yang dapat
membantu auditor, manajemen dan pengguna untuk menjembatani gap antara
resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan teknis lainnya. COBIT
dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang merupakan bagian dari
Information System Audit and Control Association (ISACA). COBIT saat ini yang
dipakai yaitu COBIT 5.0 yang merupakan versi terbaru dari COBIT sebelumnya
yaitu COBIT 4.1.

Gambar 2.6 Domain Proses COBIT 5


(Sumber: ISACA Team. 2011. COBIT 5:Process Reference Guide. Page 33)
Gambar 2.6 diatas menjelaskan domain proses pada COBIT 5 yang terbagi
ke dalam 2 area yaitu governance dan manajemen. Kedua area ini total terdiri dari
5 domain dan 37 proses yaitu Governance of Enterprise IT meliputi Evaluate,
Direct and Monitor (EDM) memiliki 5 proses dan Management of Enterprise IT
meliputi Align, Plan and Organise (APO) memiliki 13 proses, Build, Acquire and
Implement (BAI) memiliki 10 proses, Deliver, Service and Support (DSS)
memiliki 6 proses, dan Monitor, Evaluate and Assess (MEA) memiliki 3 proses
dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini:

Tabel 2.3 Domain dan Proses TI pada COBIT 5


Evaluate, Direct and Monitor (EDM)
Domain Proses TI
EDM01 Memastikan Pengaturan dan pemeliharaan kerangka Tata
Kelola
EDM02 Memastikan penyampaian yang bermanfaat
EDM03 Memastikan optimisasi resiko
EDM04 Memastikan optimisasi sumber daya
EDM05 Memastikan transparansi stakeholder
Align, Plan and Organise (APO)
Domain Proses TI
AP001 Mengelola manajemen kerangka kerja IT
AP002 mengelola Strategi
AP003 mengelola arsitektur perusahaan
AP004 mengelola inovasi
AP005 mengelola Portofolio
AP006 Mengelola Anggaran dan Biaya
AP007 mengelola sumber daya manusia
AP008 mengelola Hubungan
AP009 mengelola persetujuan service/layanan
AP010 Mengelola suppliers
AP011 mengelola kualitas
AP012 mengelola Risiko
AP013 mengelola Keamanan
Build, Acquire and Implement (BAI)
Domain Proses TI
BAI01 mengelola program dan proyek
BAI02 mengelola definisi persyaratan
BAI03 mengelola identifikasi solusi dan pembangunan
BAI04 mengelola ketersediaan dan kapasitas
BAI05 mengelola pemberdayaan perubahan organisasi
BAI06 mengelola Perubahan
BAI07 mengelola penerimaan terhadap perubahan dan transisi
BAI08 mengelola Pengetahuan
BAI09 mengelola Aset atau Modal
BAI10 mengelola Konfigurasi
Deliver, Service and Support (DSS)
Domain Proses TI
DSS01 mengelola Operasi
DSS02 mengelola permintaan service/layanan dan insiden
DSS03 mengelola masalah
DSS04 Mengelola kontinuitas
DSS05 Mengelola pelayanan keamanan
DSS06 Mengelola pengendalian proses bisnis
Monitor, Evaluate and Assess (MEA)
Domain Proses TI
MEA01 memonitor, mengevaluasi dan mengukur kinerja dan
kesesuaian
MEA02 memonitor, mengevaluasi dan mengukur sistem dari
pengendalian internal
MEA03 memonitor, mengevaluasi dan mengukur kecocokan
dengan kebutuhan eksternal atau luar Persyaratan
(Sumber : COBIT 5 - A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise
IT)
Penelitian ini menempatkan COBIT 5 sebagai pedoman dalam mengetahui
dan menganalisa tingkat kepentingan dan tingkat kesenjangan dari sistem layanan
kemahasiswaan di Universitas Udayana serta menentukan ruang lingkup dari
kajian yang dilakukan.

2.4.3.3 NIST 800-53


NIST 800-53 merupakan update yang paling komprehensif untuk kontrol
keamanan sejak didirikan pada tahun 2005. NIST 800-53 memiliki tujuan untuk
menyediakan satu set kontrol keamanan yang dapat memenuhi kebutuhan
keamanan yang dikenakan pada organisasi. NIST 800-53 dapat secara efektif
digunakan untuk melindungi informasi dan sistem informasi dari ancaman terus-
menerus pada operasional tradisional. Kontrol juga dapat digunakan untuk
menunjukkan kepatuhan dengan berbagai persyaratan keamanan pemerintah,
organisasi, atau lembaga. Organisasi memiliki tanggung jawab untuk memilih
kontrol keamanan yang sesuai, menerapkan kontrol dengan benar, dan
menunjukkan efektivitas dari kontrol yang diterapkan.
Implementasi kontrol keamanan sistem informasi dan organisasi
merupakan tugas penting yang dapat memiliki implikasi besar pada operasional
dan aset organisasi serta kesejahteraan individu dan Bangsa. Kontrol keamanan
adalah perlindungan terhadap sistem informasi atau organisasi yang dirancang
untuk: melindungi kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi yang
diproses, disimpan, dan dikirimkan oleh sistem-sistem atau organisasi dan
memenuhi kebutuhan untuk kemanan. Kontrol framework NIST 800-53 yang
digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 2.4 dibawah ini:

Tabel 2.4 Security Family dan Identifier NIST 800-53 Revision 4


Identifier Family
AC Kontrol akses
AT Kesadaran dan Pelatihan
AU Audit dan Akuntabilitas
CA Keamanan Penilaian dan Otorisasi
CM Manajemen konfigurasi
CP Perencanaan Kontinjensi
IA Identifikasi dan Otentikasi
IR Respon terhadap Insiden
MA Pemeliharaan
MP Perlindungan terhadap Media
PE Perlindungan Lingkungan dan Fisik
PL Perencanaan
PS Personil Keamanan
RA Perkiraan Risiko
SA Akuisisi Sistem dan Jasa
SC Perlindungan Sistem dan Komunikasi
SI Integritas Sistem dan Informasi
PM Manajemen Program
(Sumber: NIST Special Publication 800-53 Revision 4 Security and Privacy Controls for Federal
Information Systems and Organizations)

Penelitian ini menempatkan NIST 800-53 Revision 4 sebagai pedoman


dalam memberikan saran serta perbaikan terhadap sistem layanan kemahasiswaan
di Universitas Udayana yang berhasil ditemukan melalui kajian dengan pedoman
COSO dan COBIT 5.
2.4.3.4 ISO 27002:2005
Standar ISO/IEC 27002:2005 pada penelitian ini digunakan sebagai
pedoman dalam memberikan saran dan perbaikan terhadap temuan dari sistem
layanan akademik di Universitas Udayana, karena memiliki panduan kontrol
keamanan sistem informasi yang lengkap sedangkan ISO/IEC 27001:2005
memiliki poin-poin kontrol kemanan yang sama dengan ISO/IEC 27002:2005
namun tidak dilengkapi dengan panduan implementasinya. Standar ISO/IEC
27001:2005 dan ISO/IEC 27002:2005 diuraikan dibawah ini:
1. ISO/IEC 27001: 2005 - Requirements
ISO/IEC 27001:2005 berisi penjelasan tentang syarat-syarat untuk
membuat, menerapkan, melaksanakan, memonitor, menganalisa dan memelihara
serta mendokumentasikan SMKI dalam konteks resiko bisnis organisasi. SMKI
yang baik akan membantu memberikan perlindungan terhadap gangguan pada
aktivitasaktivitas bisnis dan melindungi proses bisnis yang penting agar terhindar
dari resiko kerugian/bencana dan kegagalan serius pada pengamanan sistem
informasi (Syafrizal, 2009). Implementasi SMKI juga akan memberikan jaminan
pemulihan operasi bisnis akibat kerugian yang ditimbulkan dalam masa waktu
yang tidak lama. Dalam ISO 27001 ada 11 aspek atau yang biasa disebut sebagai
clauses, dimana di dalamnya terbagi lagi menjadi 133 kontrol yang harus ada
dalam setiap perusahaan dalam usahanya mengimplementasikan konsep
keamanan informasi. Kontrol dalam hal ini adalah hal-hal berupa proses,
prosedur, kebijakan maupun tool yang digunakan sebagai alat pencegahan
terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki oleh adanya konsep keamanan
informasi. Standar ISO/IEC 27001:2005 telah menyediakan model terkait
bagaimana mulai dari membangun, implementasi, operasional, memonitor,
mengkaji ulang, memelihara dan mengembangkan ISMS.
2. ISO/IEC 27002 –Code of Practice for ISMS
ISO/IEC 27002 berisi panduan yang menjelaskan contoh penerapan
keamanan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk kontrol tertentu agar
mencapai sasaran kontrol yang ditetapkan. Bentuk-bentuk kontrol yang disajikan
seluruhnya menyangkut 11 area pengamanan sebagaimana ditetapkan dalam
ISO/IEC 27001.
ISO/IEC 27002 tidak mengharuskan bentuk-bentuk kontrol yang tertentu
tetapi menyerahkan kepada pengguna untuk memilih dan menerapkan kontrol
yang tepat sesuai kebutuhannya, dengan mempertimbangkan hasil kajian risiko
yang telah dilakukannya. Pengguna juga dapat memilih kontrol di luar daftar
kontrol yang dimuat standar ini sepanjang sasaran kontrolnya dipenuhi.

2.4.4 Capability Maturity Model Integrated


CMMI (Capability Maturity Model Integrated) dikembangkan oleh SEI
(Software Engineering Institute) di Carnegie Mellon University selama akhir 1980-
an, serta secara keseluruhan disponsori oleh U.S DoD (Department of Defense).
Menurut SEI, CMMI adalah referensi model dari praktik kedewasaan dalam disiplin
tertentu, digunakan untuk meningkatkan dan menilai kemampuan suatu kelompok
untuk menunjukkan kedisiplinannya.
Capability Level pada CMMI merupakan proses pencapaian perbaikan disuatu
organisasi pada area proses tertentu. Capability Level secara bertahap meningkatkan
proses sesuai dengan area proses, sedangkan Maturity pada CMMI merupakan proses
pencapaian perbaikan disuatu organisasi pada beberapa area proses. Perbedaan
Capability Level dan Maturity Level ditunjukkan pada Tabel 2.5 dibawah:

Tabel 2.5 Perbedaan Maturity Level dan Capability Level


Level Continuous Representation Staged Representation
Capability Levels Maturity Levels
Level 0 Incomplete
Level 1 Performed Initial
Level 2 Managed Managed
Level 3 Defined Defined
Level 4 Quantitatively Managed
Level 5 Optimizing

Capability Level memiliki 4 (empat) level yaitu Level 0 sampai level 3,


masing-masing level harus dipenuhi atau menjadi dasar jika ingin naik ke level
selanjutnya. Capability Level 0 : incomplete menunjukkan sebuah proses yang
tidak lengkap atau hanya sebagian proses yang dilakukan, Capability Level 1 :
performed menunjukkan sebuah proses yang telah dilakukan untuk menghasilkan
sesuatu, Capability Level 2 : managed menunjukkan proses yang dilakukan telah
dikelola melalui perencanaan serta terdapat kebijakan, selain itu sumber daya
manusia yang terampil serta keterlibatan pemangku kepentingan akan dipantau,
dikendalikan, dan dievaluasi. Capability Level 3 : Defined menunjukkan proses
yang telah didefinisikan sesuai dengan standar serta memberikan gambaran proses
yang dapat dipertahankan dan memberikan kontribusi pada aset organisasi.
Perbedaan antara Capability Level 2 dan 3 adalah ruang lingkup standar, deskripsi
proses, dan prosedur. Capability Level 3 memiliki standar, deskripsi proses, dan
prosedur untuk bisnis proses yang disesuaikan dengan standar atau best practices,
dibandingkan dengan Capability Level 2.
Maturity Level pada CMMI menyediakan cara untuk menilai kinerja
organisasi serta menilai perbaikan proses yang dilakukan organisasi. Maturity
Level memiliki 5 tingkatan, yaitu Maturity Level 1 : Initial ditandai dengan
kondisi organisasi yang masih mengandalkan satu orang dalam mengerjakan
projek, selain itu projek yang ada biasanya tidak memiliki dokumentasi serta tidak
terdapat pembuatan anggaran yang jelas. Maturity Level 1 juga ditandai dengan
kondisi organisasi yang tidak memiliki komitmen serta meninggalkan projek pada
waktu krisis. Maturity Level 2 : Managed ditandai dengan adanya perencanaan
proyek serta dilakukan oleh sumber daya yang terampil atau tidak bergantung
pada keterampilan satu orang saja. Maturity Level 2 menunjukkan organisasi
mulai menerapkan komitmen dalam menjalankan proses atau proyek dengan para
pemangku kepentingan. Maturity Level 3 : Defined ditandai dengan adanya
pemahaman dan kejelasan dari prosedur serta standar yang digunakan dalam
melakukan bisnis proses atau proyek. Maturity Level 4 : Quantitatively Managed
ditandai dengan adanya pengelolaan dan penetapan proses yang didasarkan
kepada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, atau organisasi. Kualitas dan
kinerja setiap proses dikelola dan dievaluasi setiap saat. Perbedaan antara maturity
level 3 dan 4 adalah prediktabilitas kinerja proses, maturity level 4 setiap proses
dan sub proses dipilih dan dikendalikan menggunakan teknik statistik artinya
terdapat prediksi hasil dari proses baik sebagian atau keseluruhan. Maturity level
5: Optimizing ditandai dengan adanya kinerja proses yang mengalami peningkatan
terus-menerus yang inovatif serta perbaikan teknologi yang baik artinya sebagian
besar bahkan secara menyeluruh semua proses dilakukan secara otomatis dengan
memanfaatkan teknologi.. Efek dari perbaikan proses diukur dengan
menggunakan teknik kuantitatif statistik dan dibandingkan dengan kualitas dan
kinerja proses. Perbedaan penting antara maturity level 4 dan 5 adalah fokus pada
pengelolaan dan meningkatkan kinerja organisasi. Pada maturity level 4,
organisasi dan proyek fokus pada pemahaman dan pengendalian kinerja di tingkat
sub proses dan menggunakan hasilnya untuk mengelola proyek. Pada maturity
level 5, organisasi yang bersangkutan dengan kinerja organisasi secara
keseluruhan menggunakan data yang dikumpulkan dari beberapa proyek. Analisis
data mengidentifikasi kekurangan atau kesenjangan dalam kinerja. Kesenjangan
ini digunakan untuk mendorong perbaikan proses organisasi yang menghasilkan
peningkatan terukur dalam kinerja.
Capability Level dan Maturity Level menyediakan cara untuk
meningkatkan proses dari suatu organisasi dan mengukur seberapa baik organisasi
mampu meningkatkan proses bisnisnya. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan
pengembangan apabila dapat memenuhi kerangka kerja CMMI adalah
kematangan proses pengembangan yang berarti ketepatan jadwal pengiriman,
ketidakbergantungan kepada personil tetapi kepada sistem, berkurangnya risiko
kegagalan atau kecacatan produksi karena adanya pengawasan, kualitas produk
yang terjamin, terkelolanya konfigurasi perangkat lunak dan biaya produksi yang
rendah.

Anda mungkin juga menyukai