Anda di halaman 1dari 30

- Soil Test / Georadar

- Soil Resistivity
- Survey Topography

PEMBANGUNAN REST AREA KM.68 JALAN TOL


BAKAUHENI – TERBANGGI BESAR,
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROVINSI LAMPUNG
Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah i
KATA ENGANTAR

Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengukuran tahanan jenis batuan dengan geolistrik

di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar, Kabupaten

Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

pelaksanaan pengukuran ini dapat berjalan lancar.

Diharapkan dari data penyelidikan geolistrik ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam

pekerjaan pemboran air bawah tanah dikemudian hari.

Terima kasih.

Bandar Lampung, 20 Desember 2019

Ir. Heri Budianto, MT

Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah i


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 1
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan ................................................................ 1
1.4. Daerah Penyelidikan Geolistrik ........................................................ 2

BAB II. GEOLOGI DAN GEOHIDROLOGI ................................................... 4

2.1. Geologi.............................................................................................. 4
2.2. Geohidrologi ................................................................................... 4

BAB III. METODE PENYELIDIKAN.................................................................. 7

3.1. Pengumpulan data ........................................................................... 7


3.2. Pelaksanaan Pengukuran Tahanan Jenis ......................................... 7
3.3. Keterdapatan Air Bawah Tanah ...................................................... 11
3.4. Teori Penafsiran Geolistrik ............................................................. 12

BAB IV. HASIL PENYELIDIKAN GEOLISTRIK .......................................... 18

4.1. Hasil Penyelidikan Geolistrik ......................................................... 18


4.2. Lapisan Pembawa Air ..................................................................... 18
4.3. Pemboran Air Bawah Tanah ............................................................ 19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 20

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 20


5.2. Saran ............................................................................................... 20

LAMPIRAN

Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah ii


DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Peta Indeks Daerah Penyelidikan geolistrik .......................................................... 3

2.1 Peta Geologi Sederhana Daerah Lampung ............................................................ 6

3.1 Konfigurasi Elektroda Aturan Scumberger ........................................................... 8

3.2 Kertas Log Ganda .................................................................................................. 15

3.3 Kurva Standar Untuk Dua Lapisan ........................................................................ 16

3.4 Kurva Tambahan Type Q, Type A dan Type B ..................................................... 17

3.5 Hasil Pengolahan data pendugaan geolistrik ......................................................... 23

3.6 Penampang litologi hasil pendugaan geolistrik ..................................................... 25

Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah iii


DAFTAR FOTO

Halaman

1. Pelaksanaan pengukuran Geolistrik ........................................................................ 24

2. Pelaksanaan pengukuran Geolistrik ........................................................................ 24

Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pengembangan air bawah tanah merupakan salah satu usaha dalam pengadaan air

untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Penyelidikan geolistrik merupakan tahapan

awal dalam penyediaan data keterdapatan air bawah tanah suatu daerah.

Laporan ini merupakan hasil pengukuran tahanan jenis batuan dengan pendugaan

geolistrik yang dilaksanakan di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni -

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Dengan tersedianya data pendugaan sebaran dan kedalaman lapisan pembawa air

(akuifer) diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan air bawah tanah di

daerah penyelidikan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari penyelidikan pendugaan geolistrik tahanan jenis adalah

untuk mengetahui keadaan hidrogeologi daerah penyelidikan dalam rangka

pengembangan air bawah tanah yang meliputi keterdapatan, kedalaman serta

sebaran lapisan pembawa air, sehingga pemanfaatan dan pengembangan air

bawah tanah melalui kegiatan pemboran dapat direncanakan lebih terarah.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 1


1.3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup pekerjaan pendugaan geolistrik yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

2. Pengukuran tahanan jenis dengan pendugaan geolistrik

3. Pengolahan data dan pembuatan laporan

1.4. DAERAH PENYELIDIKAN GEOLISTRIK

Daerah penyelidikan geolistrik terletak di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol

Bakauheni - Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 2


Daerah penyelidikan

Gambar 1.1
PETA INDEKS DAERAH PENYELIDIKAN GEOLISTRIK

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 3


BAB II
GEOLOGI DAN GEOHIDROLOGI

2.1. GEOLOGI

2.1.1. Morfologi

Kenampakan bentang alam disekitar daerah penyelidikan merupakan pedataran

dengan ketinggian topografi antara 100 meter sampai dengan 150 meter diatas

permukaan laut. Sebagian besar pemanfaatan lahan digunakan untuk areal

perkebunan, pertanian dan pemukiman.

2.1.2. Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi sekala 1 : 250.000 (Andi Mangga dkk, 1993), Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi secara regional tersusun dalam satuan /

formasi batuan yang berbeda-beda adalah sebagai berikut :

- FORMASI LAMPUNG ( QTI ) : Terdiri dari Tuf berbatuapung, tuf riolitik,

tuf padu tufit, batu lempung tufan dan batupasir tufan.

- KOMPLEK GUNUNG KASIH ( PZG ) terdiri dari Sekis (s), kuarsit(k),

batupualam(m), dan magmatit(mt), : Sekis ampibol hijau,amfibolit orthogenes

dioritan.

- DIORIT SEKAMPUNG (KDS ) terdiri dari : diorit dan diorit kuarsa, ( lihat

gambar 2.1 )

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 4


Gambar : 2.1

PETA GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

2.2. GEOHIDROLOGI

Berdasarkan peta Hidrogeologi Indonesia sekala 1 : 250.000 Lembar Tanjung

Karang yang diterbitkan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan

Kawasan Pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Keterdapatan airtanah dan produktifitas akuifer melalui celahan dan ruang

antar butir.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 5


2. Akuifer dengan keterusan sangat beragam; umumnya airtanah tidak

dimanfaatkan karena kondisi batuannya yang keras dan sulit untuk

menampung airtanah.

Keterdapatan air tanah pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor alam sebagai

berikut :

2.2.1. Sikap batuan terhadap air

Formasi Lampung anggota batupasir tufaan merupakan Akuifer utama dengan

kelulusan kecil setempat sedang.

2.2.2. Pengaruh morfologi

Pola aliran air tanah berdasarkan pengamatan ketinggian daerah dan morfologi

pada peta topografi sekala 1 : 50.000, terbentuk arah aliran air tanah dari arah

barat kearah timur.

Daerah barat merupakan bagian dari daerah tangkapan hujan (recharge area)

untuk daerah pedataran disebelah timur yang berfungsi sebagai daerah lepasan

(discharge).

2.2.3 Mandala Air Tanah

Keterdapatan dan penyebaran air tanah disebut dengan mandala air tanah, di

daerah penyelidikan berdasarkan pada bentuk topografi, jenis dan kelulusan

batuan serta curah hujan, hampir seluruh wilayahnya termasuk dalam mandala

airtanah dataran.
. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 6
BAB III
METODE PENYELIDIKAN

3.1. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data telah dilakukan pada instansi terkait yang memiliki data yang

diperlukan seperti peta geologi, peta topografi dan data lainnya.

Berdasarkan hal tersebut telah diperoleh beberapa data seperti peta topografi

sekala 1 : 50.000, peta geologi sekala 1 : 250.000 dan data pemboran air bawah

tanah.

3.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN TAHANAN JENIS

Metode pendugaan geolistrik tahanan jenis adalah suatu metode dimana arus

listrik ( I ) dialirkan kedalam tanah melalui 2 elektroda arus ( AB ) dan akan

menghasilkan perbedaan potensial ( V ) yang diukur melalui 2 elektrode potensial

( MN ) seperti pada Gambar 3.1.

Keempat elektrode diupayakan pada satu jalur lurus, pada waktu pengukuran

potensial V kontak antara elektrode dengan tanah harus tidak terganggu.

Perhitungan formulasi V / I maka menghasilkan nilai tahanan dari tanah pada

lokasi pengukuran.

Nilai tahanan jenis semu (πho a) diperoleh dari rumus :

πho a ( pa ) = K x V / I

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 7


I

A M N B
l
L

Gambar 3.1
KONFIGURASI ELEKTRODA ATURAN SCHLUMBERGER

Besaran K tergantung pada konfigurasi keempat elektrode dengan rumus :

( AB )2  ( MN )2
K = π
4 MN

dimana : AB = jarak elektroda arus


MN = elektroda potensial

Penyelidikan yang dilaksanakan mengikuti aturan elektrode Schlumberger dengan

penetrasi kedalaman akan bertambah jika elektroda arus AB dijauhkan dari titik

pusat, sehingga akan mendapatkan lapisan tahanan jenis  1 yang terletak diatas

lapisan tahanan jenis  2.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 8


Pengukuran tahan jenis dilakukan dengan mengatur jarak elektrode arus (AB) dan

elektroda potensial (MN) dengan elektrode potensial dibuat tetap dengan jarak

(MN / 2) yaitu : 0,5 m; 2,5m; 5 m dan 10 m dari titik pusat.

Sedangkan jarak elektrode arus dipindahkan dengan penambahan jarak elektrode

arus (AB / 2) dengan jarak 1,5; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,5; 8,0; 10,0; 12,0; 15,0;

20,0; 30,0; 40,0; 50,0; 65,0; 80,0; 100,0; 125,0; 150,0; 200,0; dari titik pusat.

Pergantian elektrode potensial (MN) atau overlap dilakukan sedemikian rupa

sehingga terdapat hasil nilai tahanan jenis semu yang sama atau mendekati nilai

sedekat mungkin.

Nilai tahanan jenis semu ( apparent resistivity ) diperoleh dari setiap perbedaan

perpindahan elektrode arus adalah perkalian antara faktor K dengan nilai tahanan

( R ), dimana nilai tahanan tanah ( R ) diperoleh langsung dari pembacaan alat.

Faktor K pada perbedaan setiap elektrode terlihat pada tabel 3.1.

Variasi dari setiap nilai tahanan jenis semu diperoleh dari penambahan atau

perpindahan elektrode arus sesuai dengan penetrasi arus yang ada. Untuk lapisan

tanah / batuan yang homogen tahanan jenis semu adalah tetap dan sama dengan

tahanan jenis sebenarnya (true resistivity), pada lapisan batuan yang heterogen

terdapat perbedaan nilai tahanan jenis dimana tahanan jenis yang sebenarnya

sesuai dengan perbedaan elektrode arus. Penentuan kedalaman lapisan batuan

tergantung pada beda elektrode arus AB dan urutan-urutan tahanan dibawah tanah.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 9


Tabel 3.1. Pencatat data pengukuran

PROJECT : R.S. POINT NO. :

Location : Electrode Conf Morphology


Date : Instrument Surface Condition
TIme : Current Water Table
Operator : Azimuth Weather

AB/2 K I δP Pa AB/2 K I δP R Pa
M M A v Ohm ohm- m m A v ohm ohm-m
m
MN / 2 = 0.5 MN / 2 = 10

1.5 6.283 50 376.99

2 11.70 65 647.95

2.5 18.85 80 989.60

3 27.49 100 1555.09

4 49.48 125 2438.66

5 77.75 150 3518.58

6.5 131.95 175 4794.86

8 200.28 200 6267.48

10 313.37 250 9801.77

12 451.60 300 14121.46

15 706.07 400 25117.03

MN / 2 = 2.5 MN / 2 = 25

10 58.90 200 2474.00

12 86.55 250 3887.72

15 137.44 300 5615.60

20 247.40 400 10013.83

30 561.56 500 15668.69

40 1001.38

50 1566.87

65 2650.72

80 4017.31

100 6279.26

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 10


3.3. KETERDAPATAN AIR BAWAH TANAH

Nilai tahanan jenis tergantung pada jumlah dan mutu air yang terdapat pada

rongga-rongga antar butir ataupun rekahan batuan. Secara umum tahanan jenis

berkurang dengan penambahan porositas batuan, tingkat kelembaban tanah /

batuan serta kandungan garam.

Tahanan jenis mempunyai satuan tahanan (ohm) dikalikan dengan jarak (meter)

dan diukur dengan satuan ohm meter, ohm cm atau ohm feet.

Untuk mengetahui hubungan nilai tahanan jenis dari lapisan pembawa air

(akuifer) dibawah tanah dengan tahanan jenis air dan lapisan kedap air,

berdasarkan hasil percobaan dan penelitian lapangan (Archie) perkiraan tahanan

jenis air tawar antara 10 – 100 ohm meter yang diperoleh berdasarkan formulasi :
w
a =
pm S2

a = tahanan jenis pada lapisan pembawa air (akuifer)

p = porositas batuan

m = sementasi pada bahan-bahan lepas

S = air yang jenuh (saturated)

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 11


3.4. TEORI PENAFSIRAN GEOLISTRIK

Penafsiran geolistrik tahanan jenis bertujuan untuk menentukan penyebaran

vertikal nilai tahanan jenis sebenarnya serta ketebalan lapisan batuan. Nilai

tahanan jenis dan ketebalan lapisan diperoleh dari lengkungan geolistrik tahanan

jenis, dimana sebagai ordinat adalah harga apparent resistivity dalam ohm meter

dan absisnya adalah jarak AB / 2 dalam meter.

Nilai tahanan jenis sebenarnya dan ketebalan lapisan diperoleh dari perhitungan

dan pencocokan kurva baku dari dua macam lapisan (two type layers), tiga

macam atau empat macam.

Penafsiran geolistrik tahanan jenis dalam menentukan tahanan jenis semu adalah

sebagai fungsi dari kedalaman arus dengan asumsi bahwa :

a. Semua lapisan adalah horizontal.

b. Tidak terdapat perubahan nilai tahanan jenis dalam satu lapisan.

c. Semua lapisan bersifat isotropis homogen atau heterogen.

Ketentuan tersebut sulit diikuti sehingga hanya dapat mengetahui keterdapatan

variasi nilai tahanan jenis secara lateral.

Secara teoritis dimungkinkan untuk menghitung dan membuat lengkungan baku

berdasarkan ketentuan diatas.

Bila dalam mencocokan kurva lapangan dengan kurva baku tidak dapat dilakukan,

maka dilakukan cara lain yaitu menggunakan kurva tambahan/ bantu.

Manfaat memplot data pada kertas log ganda adalah :

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 12


a. Skala log ganda memperlihatkan perubahan lengkungan dimana terjadi

perubahan relatif dari ketebalan lapisan atau nilai tahanan bahan.

b. Kurva lapangan yang diukur dapat dibandingkan dengan kurva baku pada

berbagai variasi ketebalan dan nilai hubungan tahanan jenis.

Kurva lengkungan tahanan jenis dapat ditafsirkan dengan memindahkan data pada

kertas transparan dan pencocokan (matching) dapat dilakukan dengan meletakkan

kertas tersebut pada kurva baku dengan ordinat dan absis dapat digeser-geserkan

sampai lengkungan tahanan terukur berimpit dengan lengkungan kurva baku.

Koordinat dari kurva baku AB/2 = 1 dan a = 1 akan memberikan nilai  1 dan

H1 pada kertas transparan, jika terdapat lapisan ketiga maka akan lebih sukar

dimana terdapat  1 dan  2 dan ketebalan H1 dan H2.

Pada bagian bawah  2 terdapat  3, karena lengkungan tahanan hubungan  1, 

2 dan  3 dengan macam hubungan adalah sebagai berikut :

Tipe H : 1>2<3

Tipe K : 1<2>3

Tipe A : 1<2<3

Tipe Q :  1 >  2 > 3

Penafsiran keempat tipe lengkungan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang

sama dengan kurva baku dengan tiga variabel yaitu  2,  3 dan H2 / H.

Penafsiran yang tepat dari lengkungan seperti diatas dapat mengetahui tahanan

jenis sebenarnya dan ketebalan lapisan bawah permukaan. Penafsiran data harus
. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 13
dikorelasikan dengan data geologi ataupun data sumur bor untuk mengetahui

hubungan nilai tahanan jenis dengan macam batuan. Ketelitian penafsiran

geolistrik tahanan jenis tergantung pada :

a. Kedalaman dimana terjadi perubahan beda tahanan secara menyolok.

b. Banyaknya jumlah lapisan tahanan jenis yang diperoleh akan menyulitkan

penafsiran seperti terdapatnya 4 lapisan pada kedalaman yang dangkal.

c. Data geologi atau data sumur bor yang diperoleh.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 14


Gambar 3.2
KERTAS LOG GANDA

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 15


Gambar 3.3
KURVA STANDAR UNTUK DUA LAPISAN

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 16


Gambar 3.4
KURVA TAMBAHAN
TYPE Q, TYPE K, TYPE A DAN TYPE H
. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 17
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN GEOLISTRIK

4.1 HASIL PENYELIDIKAN GEOLISTRIK

Hasil penyelidikan geolistrik di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni -

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Hasil pengolahan data pada titik duga tersebut, dengan menafsirkan setiap kurva

tahanan jenis dan mengkorelasikan setiap titik sounding, didapatkan harga

tahanan jenis sebenarnya ( true resistivity ) sehingga menggambarkan perlapisan

batuan dan pendugaan ketebalan tiap-tiap batuan.

Hasil dari korelasi antara nilai tahanan jenis dan litologi batuan setempat diperoleh

hasil sebagai berikut:

Lokasi : TG-01

1. Lapisan pertama : adalah lapisan tanah penutup, memiliki tahanan jenis 17

ohm m dengan ketebalan 0 – 2 meter.

2. Lapisan kedua : diduga sebagai lapisan Lempung, mempunyai tahanan 33

ohm m terletak pada kedalaman 2 – 20 meter. Aliran air tanah melalui ruang

antar butir, lapisan pembawa air (akuifer) kecil.

3. Lapisan ketiga : diduga sebagai lapisan Andesit, terdapat sisipan kuarsa dan

mika mempunyai tahanan jenis 79 ohm m terletak pada kedalaman 20 – 28

meter.

4. Lapisan keempat : diduga sebagai batuan Andesit / Granit, mempunyai

tahanan jenis antara 195 ohm m terletak pada kedalaman 28 – 63 meter.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 18


5. Lapisan kelima : diduga sebagai batuan granit / diorit kuarsa, mempunyai

tahanan jenis antara 466 ohm m terletak pada kedalaman 63 – 150 meter

sampai bawah. Tidak dapat menyimpan air tanah ( langka air tanah ).

4.2 LAPISAN PEMBAWA AIR

Lapisan pembawa air di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi

Besar, Kabupaten Lampung Selatan, diduga terdapat pada lapisan Andesit/Granit

pada kedalaman antara 28 – 63 meter dapat diharapkan sebagai lapisan pembawa

air melalui celah / rehakan.

4.3 PEMBORAN AIR BAWAH TANAH

Pemboran air bawah tanah air di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni -

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung dapat

dilakukan pada lapisan Andesit/Granit pada kedalaman antara 28 – 63 meter.

Permiabilitas dan porositas batuan diperkirakan kecil dan dapat menyimpan

kandungan air tanah.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 19


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Hasil pengukuran tahanan jenis batuan dengan pendugaan geolistrik di Rest Area

KM.68 Kiri, Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

1. Keterdapatan lapisan pembawa air diduga terdapat pada lapisan

Andesit/Granit pada kedalaman antara 28 – 63 meter dapat diharapkan

sebagai lapisan pembawa air melalui celah / rehakan.

2. Analisis geologi dari batuan yang tersingkap di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan

Tol Bakauheni - Terbanggi Besar, diduga potensi airtanah berada di

kelompok lapisan pasir / pasir tufaan pada formasi Lampung dan lapisan

andesit/granit yang telah mengalami pelapukan yang berada diatas batuan

granit / diorit kuarsa.

3. Permiabilitas dan porositas batuan diperkirakan kecil.

5.2 SARAN

Pemboran air bawah tanah geolistrik di Rest Area KM.68 Kiri, Jalan Tol

Bakauheni - Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung

dapat dilakukan pada lapisan Andesit / granit pada kedalaman antara 28 – 63

meter.

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 20


LAMPIRAN

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 21


DATA PENGUKURAN TAHANAN JENIS (SCHLUMBERGER)

Titik : TG - 01
Tanggal : 20 Desember 2019
Lokasi : Rest Area KM 68 Kiri
: Prov. Lampung
Operator : Hi. Slamet Sungkono, ST
Kordinat : - 5°25'37.42" LS

UTM : 105°24'1.98" BT

AB/2 MN/2 k Volt mA I mA Rho Ohm m


1,5 0,5 6,25 81 33 15,37
2,5 0,5 18,8 30 30 19,05
4 0,5 49,5 12 29 20,89
6 0,5 112,3 6 31 21,87
8 0,5 200,3 4 37 23,62
10 0,5 313,3 2 29 25,67
12 0,5 451,8 2 35 27,33
15 0,5 706,1 3 78 28,40
20 5 117,8 5 19 33,11
25 5 188,5 3 18 36,18
30 5 274,9 7 51 39,81
40 5 494,8 4 47 42,58
50 5 777,5 4 64 47,86
60 5 1123 3 54 55,78
75 5 867,9 4 52 61,19
100 5 1555 2 42 75,86
125 5 2438 3 76 98,75
150 5 3518 3 89 116,59

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 22


Gambar : 3.5

HASIL PENGOLAHAN DATA


PENDUGAAN GEOLISTRIK

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 23


Foto 1 :

Pelaksanaan Pengukuran Geolistrik

Foto 2 :

Pelaksanaan Pengukuran Geolistrik

. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 24


. Survey Geolistrik untuk Sumur Bor Air Tanah 25

Anda mungkin juga menyukai