Judul
Analisis Yuridis Perjanjian Komisi Yang Tidak tidak dibuat dalam Akta
Otentik Dan Telah Melewati Batas Waktu Dalam Jual Beli
Melalui Lelang (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor:
14/PDT/2015/PT-Mdn)
B. Latar Belakang
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih. Salah satu jenis dalam perjanjian yang sering dipraktekkan dalam
adalah jika tejadinya suatu perjanjian, timbul kewajiban timbal balik di antara
pihak. Singkatnya ada elemen tukar-menukar prestasi atau prestasi ada pada
kedua belah pihak. Kriteria untuk menentukan kewajiban dari para pihak yang
timbal balik dapat berakibat bahwa tidak meminta prestasi salah satu pihak
1
Herlien Budiono. Ajaran Umum Hukum Perjanjian Dan Penerapannya Di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti,Bandung,2010, hlm. 54.
1. Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan hukum
yang memberikan hak dan meletakkan kewajiban kepada para pihak
yang membuat perjanjian berdasarkan atas kemauan dan kehendak
sendiri dari para pihak yang bersangkutan yang mengikatkan diri
tersebut.
adalah perikatan yang lahir karena suatu hubungan hukum akibat perjanjian.
Menurut Pasal 1381 KUH Perdata, dapat dipahami bahwa selain syarat
sahnya perjanjian agar dapat dijamin oleh undang-undang haknya maka
perikatan yang lahir karena perjanjian itu juga harus masih berlaku atau belum
2
Ibid., hlm 4.
3
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hlm. 11.
berakhir. Berakhirnya atau hapusnya suatu perikatan mengakibatkan hak dan
kewajiban dalam suatu perjanjian berakhir atau hapus. Menurut Pasal 1381
KUHPerdata, maka suatu perjanjian tertulis menjadi berakhir karena hal-hal atau
keadaaan sebagai berikut:
1. Pembayaran
3. Subrogasi
4. Pembaharuan utang
6. Percampuran hutang
7. Pembebasan hutang
Contoh kasus yang akan dibahas di dalam penulisan ini, yaitu terdapat di
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 14/Pdt/2015/Pt-Mdn yang merupakan
tingkat Banding yang diajukan lagi oleh penggugat atau tuan Liliek Darmadi
(Selanjutnya disebut Tuan LD) dan sudah memiliki berkekuatan hukum tetap. Di
putusan ini hakim mengadili bahwa tergugat atau PT. Bank Sumut bersalah dan
telah ingkar janji atau wanprestasi dan dihukum diwajibkan membayar fee atau
uang komisi tersebut kepada penggugat atau Tuan LD. Dan bahwa putusan
pengadilan sebelumnya atau tingkat Pertama yang bernomor 424/Pdt.G/2013/PN
Mdn yang diajukan oleh Penggugat atau tuan LD ditolak untuk seluruhnya karena
penggugat tidak berhasil membuktikan terhadap permasalahan pokok yang
menjadi dasar gugatan. Dan bahkan Hakim sebelumnya sudah benar dan cermat
menjunjung tinggi asas pacta sunt servanda dalam menganalisa pokok perkara.
Tetapi pada tingkat Banding, Hakim malah memutuskan bahwa PT. Bank Sumut
lah yang bersalah walau perjanjian komisi tersebut telah melewati waktu yang
telah ditentukan.
Pokok perkara berawal dari kontrak antara PT. Bank Sumut dengan Tuan
LD. Berdasarkan kontrak tersebut PT. Bank Sumut menjanjikan kepada Tuan LD
akan mendapat komisi jika berhasil mencari investor untuk membeli proyek
perumahan dan lapangan golf Royal Sumatera milik PT. Bank Sumut dengan
berakhirnya kontrak bulan Januari Tahun 2002. Berdasarkan kontrak tersebut
Tuan LD mencari investor hingga sampai ke negara Korea. Di Korea, Tuan LD
menawarkan proposal ke presiden SC Co. Ltd, yaitu Mr. LSK. Berdasarkan
proposal tersebut Mr. LSK dan rekannya menuju kota Medan untuk melihat dan
meninjau proyek perumahan dan lapangan golf Royal Sumatera yang belum
diselesaikan oleh PT. Victor Jaya Raya. Dapat diketahui proyek perumahan dan
lapangan golf Royal Sumatera dikerjakan oleh PT. Victor Jaya Raya namun
karena tidak cukup modal untuk menyelesaikan proyek tersebut maka PT. Bank
Sumut mencari investor baru untuk membeli dan menyelesaikan proyek
perumahan dan lapangan golf Royal Sumatera.
Dan masalah lainnya didalam putusan ini adalah terhadap penerapan asas
pacta sunt servanda dan Daluwarsa terhadap perjanjian komisi oleh Hakim dalam
memutus penyelesaian perkara yang penulis rasa hakim telah mengesampingkan
asas pacta sunt servanda dan tidak menghormati substansi kontrak yang telah
dibuat oleh para pihak atau bisa dianggap hakim telah memutus perkara diluar
dari kesepakatan yang disepakati dalam kontrak yaitu tetap menghukum
tergugat untuk memberikan komisi kepada Tuan LD walaupun telah melewati
batas waktu yang telah disepakati dalam perjanjian komisi. Dan penulis melihat
juga adanya ketidakkonsistenan hakim dalam mengambil sikap terhadap asas
pacta sunt servanda dan daluwarsa atas perjanjian komisi tersebut. Di putusan
tingkat pertama, hakim sudah benar memegang teguh atas asas kebebasan dan
asas pacta sunt servanda dan menyatakan perjanjian komisi telah daluwarsa,
tanpa memperhatikan adil tidaknya kontrak yang bersangkutan. Tetapi ada pula
hakim di tingkat banding dan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, justru
mengambil sikap untuk lebih mengkedepan asas iktikad baik dalam putusannya
ketimbang memegang teguh asas pacta sunt servanda dan status perjanjian komisi
tersebut telah daluwarsa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan
memberikan perlawanan terhadap putusan pengadilan yang dirasa tidak cermat
dan tidak adil dalam memutus perkara dengan argumentasi-argumentasi hukum
saya dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Perjanjian Komisi Yang Tidak tidak
dibuat dalam Akta Otentik Dan Telah Melewati Batas Waktu Dalam Jual Beli
Melalui Lelang (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor:
14/PDT/2015/PT-Mdn)”.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keabsahan dan akibat hukum dari perjanjian komisi yang tidak
dibuat kedalam akta otentik oleh Notaris?
2. Bagaimana perjanjian komisi yang baik dan adil dalam suatu kontrak menurut
KUHPerdata?