Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2 AGENDA 2 (KELOMPOK : 3)

INOVASI PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG ,BALI ADALAH


BATIK( BADUNG ANTI KANTONG PLASTIK) BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Hingga akhir tahun 2017, timbunan sampah kantong plastik di Kabupaten


Badung, Bali, mencapai 3,7 ton per hari atau sekitar 1.350,5 ton selama satu tahun.
Kondisi tersebut memerlukan upaya preventif untuk menekan timbunan sampah
kantong plastik melalui pola 3R khususnya reduce. Pemerintah Kabupaten Badung
kemudian melahirkan inovasi Badung Anti Kantong Plastik atau BATIK, yang
dilakukan dengan pendekatan budaya lokal Tri Hita Karana.Dalam konsep Tri Hita
Karana, ada yang disebut Palemahan, yakni hubungan manusia dengan lingkungan.
Tri Hita Karana menjadi pondasi dan potensi untuk membangun komitmen bersama
dalam pengurangan penggunaan kantong plastik.

Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa menjelaskan, Gerakan BATIK diikat oleh
aturan adat. “Dengan ini mereka sangat taat, patuh, dan mengikuti dengan baik.
Mereka juga melakukan aksi secara bersama,” jelasnya dalam Presentasi dan
Wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik, di Kantor Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).Menurutnya,
gerakan berbasis masyarakat dengan aturan adat ini sangat efektif dalam
mengurangi sampah plastik. Sejak dilaksanakannya inovasi ini di seluruh wilayah
Kabupaten Badung, telah mengurangi penggunaan dan menekan timbunan sampah
kantong plastik sebanyak kurang lebih 115.171.370 kantong per tahun, atau kurang
lebih 921 ton dengan total objek sasaran atau lokasi sebanyak 11.122 unit.

Pelaksanaan inovasi ini melibatkan berbagai stakeholder seperti Lembaga


Adat, Masyarakat Adat, Majelis Madya Desa Pakraman, Majelis Adat Desa
Pakraman, serta komunitas-komunitas yang tergabung di dalam Generasi Anti
Kantong Plastik (GENETIK). “Perubahan masyarakat drastis, dan mereka semakin
sadar, mencintai lingkungan dan mereka bersama-sama melakukan gerakan bahkan
ada program lanjutan bersama yaitu Bali Resik,” imbuh Suiasa.

BATIK memberikan dampak pengurangan timbunan sampah kantong plastik


melalui pengurangan penggunaan kantong plastik sebesar 68 persen dari pasar
modern, toko modern, hotel, restoran/rumah makan, pura atau tempat ibadah,
sekolah, kantor pemerintah/swasta, kantor desa, balai banjar dan objek wisata.
Sampai saat ini 58 persen dari total objek sasaran tersebut telah melaksanakan
inovasi BATIK.Dengan menetapkan kawasan-kawasan anti kantong plastik berbasis
kearifan lokal, diharapkan sampah yang dihasilkan dari kawasan tersebut hanyalah
sampah organik sehingga memudahkan dalam penanganannya dan tidak
memerlukan pemilahan. BATIK juga merupakan upaya perlindungan dan pelestarian
lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dengan mencegah
pencemaran lingkungan.

Suiasa mengatakan, inovasi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia dengan


kearifan lokal masing-masing daerah. Masing-masing budaya lokal di setiap daerah
memiliki potensi yang bisa dikembangkan dalam upaya menyelamatkan
bumi.Sampah kantong plastik berasal dari masyarakat sendiri, dan sudah menjadi
keharusan untuk membersihkan serta menjaga hubungan baik dengan lingkungan
sekitarnya. “Dari mereka, oleh mereka, dan untuk masyarakat itu sendiri yang
dampaknya dalam kebijakan untuk pembangunan visi misi kita di daerah, dalam hal
pelestarian lingkungan,” tutup Suiasa.

 (don/HUMAS MENPANRB)
DESKRIPSI PENETAPAN NILAI – NILAI ANEKA

A.AKUNTABILITIS

B.NASIONALISME

C. ETIKA PUBLIK

D. KOMITMEN MUTU

E. ANTI KORUPSI

Anda mungkin juga menyukai