D
I
S
U
S
U
N
OLEH
VISA RANICO
1930205117
2019/2020
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itu
pun tidak pasti pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan
berubah maka alat pun berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini
adalah John Dewey (Pidarta, 2007:92).
1. Tujuan Pendidikan
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin
diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap
anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat
dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman memecahkan masalah.
2. Kurikulum Pendidikan
3. Metode Pendidikan
5. Peranan Guru
6. Peserta Didik
Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama
Katolik-Kristen. Pada zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hamper semua
bidang kemasyarakatan. Sehingga sangat logis kalau sekolah-sekolah yang
berintikan ajaran agama muncul di sana-sini. Ajaran agam itulah merupakan suatu
kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.
Ajaran Plato tentang dunia ide dalam filsafat Idealis, yang muncul lebih
dahulu dari perenialis, mirip dengan paham Agustinus. Sebab menurut Plato
kebenaran hanya ada di dunia ide, diluar itu adalah semu saja. Sebab iti Plato
sering dimasukkan sebagai penganut perenialis.
b. Tujuan pendidikan
c. Sekolah
d. Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi
pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi,
selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan
rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran
yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai
“rational content” yang lebih besar.
e. Metode
Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta
mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia
melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia
seorang profesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya.
Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Purba, Edward & Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS