Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

VISA RANICO
1930205117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2019/2020
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara


mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Para filsuf melalui
karya filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan,
yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta
didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar geografis, sosiologis, dan budaya
suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran
Perenialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut
geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis,
Tradisionalis, Progresivis, dan Rekonstruksionis.

Berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas, memberi dampak


terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-
masing konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan itu. Dalam
memangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar
teori-teori itu diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.
Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil
penelitian ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat progresivisme & perenealisme?


2. Bagaimana konsep pendidikan aliran filsafat progresivisme, perenealisme?
3. Bagaimana implikasi aliran filsafat progresivisme dan perenealisme, di
dunia pendidikan Indonesia?
4. Apa saja contoh penerapan aliran filsafat progresivisme dan perenialisme?

1.3 Tujuan

1. Dapat menjelaskan pengertian dari aliran filsafat progresivisme dan


perenealisme.
2. Dapat mengemukakan konsep pendidikan aliran filsafat progresivisme dan
perenealisme.
3. Dapat menjabarkan implikasi aliran filsafat progresivisme dan
perenealisme, di dunia pendidikan Indonesia.
4. Mampu menyebutkan contoh penerapan aliran filsafat progresivisme dan
perenialisme.
BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa


filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan
menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia
tentang realitas, pengetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek
pelaksanaan pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran
sesuai dengan aliran yang terdapat dalam filsafat. Tinjauan filsafat dapat berwujud
sebagai upaya penemuan kongruensi antara aliran-aliran filsafat pendidikan
dengan filsafat pancasila. Berikut ini akan diuaraikan berbagai aliran filsafat
pendidikan yang menjelaskan tentang pengkajian terhadap fenomena atau gejala
dan eksistensi manusia dalam pengembangan hidup dan kehidupannya dalam
alam dan lingkungannya yang tercakup dalam eksistensialisme, progresivisme,
perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme ( Edward dan Yusnadi, 2015:
18-19 ).

2.1 Filsafat Pendidikan Progresivisme

Filsafat pendidikan progresiv lahir di Amerika Serikat. Filsafat ini sejalan


dengan jiwa bangsa Amerika pada waktu itu, sebagai bangsa yang dinamis
berjuang mencari hidup baru di negeri seberang. Bagi mereka tidak da hidup yang
tetap, apalagi nilai-nilai yang abadi. Yang ada adalah perubahan. Mereka sangat
menekankan kehidupan sehari-hari, maka segala tindakan mereka diukur dari
kegunaan praktisnya.

Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itu
pun tidak pasti pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan
berubah maka alat pun berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini
adalah John Dewey (Pidarta, 2007:92).

Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus


menerus dalam suatu arah positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum
tentu benar pada masa yang akan dating. Oleh sebab itu, peserta didik bukan
dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka harus
dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan masa datang. Permasalahan hidup kini
tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa yang akan dating. Untuk itu,
peserta didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi menghadapi kehidupan
masa dating dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi
permasalahan-permasalahn baru dalam kehidupan dan untuk menemukan
kebenaran-kebenaran yang relevan pada masa itu (Edward dan Yusnadi, 2015:28).

Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas


progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan untuk tetap survive
terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala
sesuatu dari segi keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme,
karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat
untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Dinamakan eksperimental atau empirik karena aliran tersebut menyadari dan
mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori.
Progresivisme dinamakan environtalisme karena aliran ini menganggap
lingkungan hidup ini mempengaruhi pembinaan kepribadian (Imam Muis, 2004).

Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan


yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia untuk mengetahui semua masalah
kehidupan. Antropologi yaitu bahwa manusia memiliki pengalaman, pencipta
budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan
berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengelaman-pengalamannya, sifat-
sifat alam, dapat menguasai dan mengaturnya.

penerapan filsafat pendidikan progresivisme dalam praktik pelaksanaan


pndidikan seperti berikut ini :

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan


keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan
lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus.
Siswa diharapkan memiliki keterampilan pemecahan masalah yang dapat
digunakkan untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah.

Pendidikan bertujuan agar siswa memilki kemampuan memecahkan


berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial,
atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta
didik untuk menjadi warga negara yang demokratis yang mampu
mengemukakan pendapatnya sesuai minat yang dimilikinya melalui
pengalamannya

Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin
diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap
anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat
dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman memecahkan masalah.

2. Kurikulum Pendidikan

Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah


(child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan
metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan
inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi
pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum
progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi,
sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.

Kurikulum disusun dengan pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi


maupun pengalaman sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran
yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa dan dalam
pemecahan masalah serta dalam suatu kegiatan kelompok.
Sekolah dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama belajar,
yaitu dengan membantu dan menolong siswanya untuk tumbuh dan
berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam
mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan
tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat
fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-
keuntungan untuk diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang
segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang
sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai
pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan
susunan yang teratur.

3. Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme


diantaranya adalah :

a. Metode Pendidikan Aktif


Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada
setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar
Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan
bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar
berlangsung kegiatan belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah
Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah
yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar
Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan
sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah
dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-
luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua
minat dan kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan
Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula
sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Belajar

Proses belajar terpusat pada anak dengan memberikan perhatian anak.


Namun guru tidak membiarkan anak mengikuti apa yang ia inginkan,
karena anak belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang
memadai. Anak membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam
melaksanakan aktifitasnya. Anak didik adalah subjek aktif, bukan pasif,
sekolah adalah dunia kecil (miniatur) dari masyarakat besar, aktifitas
ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer
sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Mereka
menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda
dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.

5. Peranan Guru

Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai penasihat,


pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh
yang dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
banyak di bidang anak didik maka secara otomatis semestinya ia akan
menjadi penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama
pendidik adalah membantu peserta didik atau murid bagaimana mereka
harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga pesrta didik akan
berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam suatu
lingkungannya yang berubah.

Teori progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas pendidik sebagai


pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh
menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-
hak alamiah peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memberi motivasi
lebih penting dari pada hanya memberi informasi. Pendidik atau guru dan
anak didik atau murid bekerja sama dalam mengembangkan program
belajar dan dalam aktualisasi potensi anak didik dalam kepemimpinan dan
kemampuan lain yang dikehendaki. Dengan demikian dalam teori ini
pendidik/guru harus jeli, telaten, konsisten, luwes, dan cermat dalam
mengamati apa yang menjadi kebutuhan anak didik, menguji dan
mengevaluasi kepampuan-kemampuannya dalam tataran praktis dan
realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi
pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru harus mempunyai
kreatifitas dalam mengelola peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang
dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang ia hadapi.

6. Peserta Didik

Teori progresivisme menempatkan pesrta didik pada posisi sentral dalam


melakukan pembelajaran. karena murid mempunyai kecenderungan
alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya
dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi
dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan
memberikan kepada murid suatu minat yang jelas dalam mempelajari
berbagai persoalan. Secara institusional sekolah harus memelihara dan
manjamin kebebasan berpikir dan berkreasi kepada para murid, sehingga
mereka memilki kemandirian dan aktualisasi diri, namun pendidik tetap
berkewajiban mengawasi dan mengontrol mereka guna meluruskan
kesalahan yang dihadapi murid khusunya dalam segi metodologi berpikir.
Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah
sikap aktif, dan kreatif, bukan hanya menunggu seorang guru mengisi dan
mentransfer ilmunya kepada mereka. Murid tidak boleh ibarat “botol
kosong” yang akan berisi ketika diisi oleh penggunanya. Jika demikian
yang terjadi maka proses belajar mengajar hanyalah berwujud transfer of
knowledge dari seorang guru kepada murid, dan ini tidak akan
mencerdasakan sehingga dapat dibilang tujuan pendidikan gagal.

Prinsip-prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme menurut


Kneller (dalam Uyoh Sadullah, 2010:148) meliputi:

a. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.


b. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu yang dijadikan sebagai motivasi belajar.
c. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap
pemberian subject matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah
yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan
suatu masalah, anak dibawa berpikir melewati beberapa tahapan yang disebut
metode berpikir ilmiah, sebagai berikut:
 Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah
 Menganalisis masalh tersebut dan menduga atau menyusun hipotesis-
hipotesis yang mungkin
 Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah
 Memilih dan menganalisis hipotesis
 Mencoba, menguji, dan membuktikan
d. Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa
e. Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan
persaingan.
f. Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan.

Contoh penerapan aliran filsafat progresivisme dapat terlihat dari perubahan


sistem mengajar di sekolah. Dulu sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan
pembelajaran Teacher Learning Centre (TLC), dimana guru menjadi pusat
pembelajaran. Namun karena perkembangan zaman dan kesadaran akan perlunya
mempersiapkan peserta didik yang mampu mengatasi masalah-masalah baru yang
muncu di kehidupan yang akan datang maka diterapkanlah Student Learning
Centre (SLC), diman peserta didik memiliki kesempatan luas untuk bereksplorasi,
menemukan hal-hal baru, serta mengembangkan pendapat dan pikiran mereka.
Pada pembelajaran SLC, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
untuk peserta didik.

2.2 Filsafat Pendidikan Perenialisme

Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama
Katolik-Kristen. Pada zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hamper semua
bidang kemasyarakatan. Sehingga sangat logis kalau sekolah-sekolah yang
berintikan ajaran agama muncul di sana-sini. Ajaran agam itulah merupakan suatu
kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.

Ajaran Plato tentang dunia ide dalam filsafat Idealis, yang muncul lebih
dahulu dari perenialis, mirip dengan paham Agustinus. Sebab menurut Plato
kebenaran hanya ada di dunia ide, diluar itu adalah semu saja. Sebab iti Plato
sering dimasukkan sebagai penganut perenialis.

Pengaruh filsafat ini menyebar ke seluruh dunia. Bukan saja di kalangan


Katolik dan Protestan, tetapi juga pada agama-agama lain. Demikianlah kita lihat
di Indonesia banyak sekolah diwarnai keagaam seperti Muhammadiyah dan
Nahdatul Ulama di samping sekolah-sekolah Katolik dan Kristen (Pidarta,
2007:91-92).

Perenialisme merupakan aliran yang menentang ajaran progesivisme.


Perenialisme mengambil jalan regresif karena mempunyai pandangan bahwa tidak
ada jalan kecuali kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah menjadi dasar
tingkah laku dan perubahan zaman kuno dan abad pertengahan. Motif
perenialisme dengan mengambil jalan regresif bukanlah hanya nostalgia atau
rindu akan nilai-nilai lama untuk diingat atau dipuja, melainkan berpendapat
bahwa nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan
abad kedua puluh. Prinsip-prinsip aksiomatis yang terikat oleh waktu terkandung
dalam sejarah.

Berikut ini ada beberapa prinsip pendidikan perenialisme, sebagai berikut:

a. Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia


berada, yang walau lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah
b. sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan,
untuk memperbaiki manusia sebagai manusia atau dengan kata lain
pemuliaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi
semua orang kapanpun dan dimanapun.
c. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yag paling tinggi. Karena itu
manusia harus menggunakan pikirannya untuk mengembangkan
bawaannya sesuai dengan tujuannya.manusia memiliki kebebasan namun
harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat mengintrol hawa
nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan dengan cepat
menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa
psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat
mengatasinya dengan pendekatan intelektual yang sama bagi semua
peserta didik.
d. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang
kebenaran yang pasti dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan
kepada peserta didik adalah mata pelajaran pendidikan umum atau general
education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat atau menarik
minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi
adalah pelajaran bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3
R’s; membaca, menulis, dan menghitung.
e. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
f. Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang
menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial terutama politik dan
ekonomi (Edward dan Yusnadi, 2015:30).

Penerapan filsafat pendidikan perenialisme terhadap praktik pelaksanaan


pendidikan, sebagai berikut ini:
a. Pendidikan

Perenialisme memandang education as cultural regresion: pendidikan


sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai
kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan
pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi
yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang
kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya
bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert
M. Hutchins mengemukakan ”Pendidikan mengimplikasikan pengajaran,
pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah
kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”. Selain
itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan
hidup itu sendiri.

b. Tujuan pendidikan

Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi,


inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan
pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai
kebijakan dan kebaikan dalam hidup.

c. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang


mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada
generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan
mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam
kehidupan. Sekolah bagi perenialist merupakan peraturan-peraturan yang
artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik
dari warisan sosial budaya.

d. Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi
pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi,
selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan
rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran
yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai
“rational content” yang lebih besar.

e. Metode

Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh


perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan
karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka
mendisiplinkan pikiran.

f. Peranan guru dan peserta didik

Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta
mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia
melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia
seorang profesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya.
Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.

Contoh aliran perenialisme pada pendidikan di Indonesia yaitu berdirinya


sekolah-sekolah yang berbasis agama seperti Muhammdiyah, Nahdatul Ulama,
sekolah-sekolah Kristen, dan Pondok Pesantren. Sekolah-sekolah seperti ini
biasanya memiliki kurikulum yang sedikit berbeda dan lebih mengedepankan
ilmu agama karena agama dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat


pendidikan yang kita gunakan dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
karakter peserta didik kedepannya. Masing-masing aliran memiliki ciri-ciri dan
pengaruh terhadap pendidikan. Filsafat pendidikan eksistensialisme bersifat
humanistis, progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada peserta
didik, perenialisme merupakan pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai luhur
yang kekal dan dianggap kuat untuk menjadi pandangan hidup, esensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendukung perenialisme, rekonstruksionisme
adalah aliran pendukung progresivisme yang memfokuskan pendidikan pada
karakter serta sosialisasi peserta didik.

3.2 Saran

Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam


makalah ini diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat
mengkritisi, memahami, mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan
yang dapat membangun pendidikan yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam. 1987. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. Yogyakarta:


Andi Offset

Gandhi, Teguh. 2013. Filsafat Pendidikan Madzhab-Madzhab Filsafat


Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ihsan, A.Fuad. Filsafat Ilmu. 2010. Jakarta: Rineka Cipta

Muis, Imam. 2004. Pendidikan Partisipatif Menimbang Konsep Fitrah dan


Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safira Insani Press

Pidarta, made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Purba, Edward & Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV

Sudarsono. 1993. Ilmu Filsfat suatu pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Tim Pengajar. 2009. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED

Wahyudin, dkk. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai