Anda di halaman 1dari 11

Seri Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY

Edisi 78, Jum’at 11 Agustus 2017

MERAIH SURGA DENGAN BEKERJA


Oleh: Ust. Isharyanto, S.St, Ak.
(Bendahara II, PW IKADI DIY)

Khutbah Pertama:

َ ُ َْ ُْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ‫ْ َ ﱠ‬
‫ َو ُﻌ ْﻮذ ِﺑﺎ ِ ِﻣﻦ ﺷﺮو ِر أﻧﻔ ِﺴﻨﺎ‬،‫ ﻧ ْﺤ َﻤ ُﺪ ُﻩ َو ْﺴﺘ ِﻌ ْﻴﻨ ُﮫ َو ْﺴﺘﻐ ِﻔ ُﺮﻩ‬،‫ِإ ﱠن ا َ ْﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ‬
َ َ َ ََ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ‫ُ ََ ُ ﱠ‬ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ
.‫ وﻣﻦ ﻳﻀ ِﻠﻞ ﻓﻼ ِﺎدي ﻟﮫ‬،‫ ﻣﻦ ِﺪ ِﻩ ﷲ ﻓﻼ ﻣ ِﻀﻞ ﻟﮫ‬،‫ﺎت أﻋﻤ ِﺎﻟﻨﺎ‬ ِ ‫وﺳ ِ ﺌ‬
َ َ
ُْ ُ ََ ُ ُ َْ ً ‫َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ﱠ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ﱠ ُ َ ﱠ‬ َ َ
.‫ وأﺷ ﺪ أن ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ورﺳﻮﻟﮫ‬،‫وأﺷ ﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ ﷲ وﺣﺪﻩ ﻻ ﺷ ِﺮ ﻚ ﻟﮫ‬
َ ْ َ َ َ ْ ََ َ َ َ َ ‫َ ﱠُ ﱠ‬
َ ْ ْ ُ َ
‫ِﺎﺑ ِﮫ وﻣﻦ ﺗ ِﺒﻌ ﻢ ِﺑ ِﺈﺣﺴ ٍﺎن‬ ‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋ َﺳ ِّﻴ ِﺪﻧﺎ َو َﺣ ِﺒ ْﻴ ِ ﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ َ ِآﻟ ِﮫ وأ‬ ‫اﻟﻠ ﻢ‬
ْ
.‫ِإ َ َﻳ ْﻮ ِم اﻟ ِﻘ َﻴ َﺎﻣ ِﺔ‬
ْ َ ‫ﱠ‬ َ
‫أﻣﺎ ﻌﺪ؛‬
َ َ َ َ َ ْ ُ ‫َ َ ْ َ َ ُْﱠ‬
‫ن‬ ‫ى‬ َ َْ َ ‫ْ ُْ ْ َ ﱠ‬ ُ ‫َ َ َﱡَ ﱠ‬
: ‫ ﻗﺎل ﻌﺎ‬. ‫ﷲ ﻓﻘﺪ ﻓﺎز اﳌﺘﻘﻮ‬ ِ ‫ أو ِﺻﻴﻜﻢ و ِإﻳﺎي ِﺑﺘﻘﻮ‬،‫ﻓﻴﺎ أ ﺎ اﻟﻨﺎس‬
َ َ
َ ُ ْ ُ ْ ُْ َ ‫ﱠَ َ ﱠ َُ َ َُ ُ ﱠ ﱠ‬ ُ ‫َ َﱡَ ﱠ َ َ ُ ﱠ‬
‫ن‬
(( ‫))ﻳﺎ أ ﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﺗﻘﻮا اﻟﻠﮫ ﺣﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫ وﻻ ﺗﻤﻮﺗﻦ ِإﻻ وأﻧﺘﻢ ﻣﺴ ِﻠﻤﻮ‬
َ َ ‫و‬ ْ َ َْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ّ ْ ُ َ َ َ ْ ‫َ َﱡَ ﱠ ُ ﱠ ُ ْ َﱠ ُ ُ ﱠ‬
،‫ وﺧﻠﻖ ِﻣ ﺎ ز ﺟ ﺎ‬،‫اﺣﺪ ٍة‬ ِ ‫ﺲو‬ ٍ ‫))ﻳﺎ أ ﺎ اﻟﻨﺎس اﺗﻘﻮا ر ﻜﻢ اﻟ ِﺬي ﺧﻠﻘﻜﻢ ِﻣﻦ ﻧﻔ‬
َ
َ َ َ ‫َ ﱠ ْ َ َ َ ُ ْ َن َ ْ ْ َ َ ﱠ‬ ُ‫ﱠ‬ َ ً ‫ﱠ‬
‫ﷲ ﺎن‬ ‫ ِإن‬،‫ َواﺗﻘﻮا ﷲ اﻟ ِﺬي ﺴﺂءﻟﻮ ِﺑ ِﮫ و رﺣﺎم‬،‫َو َ ﺚ ِﻣ ْ ُ َﻤﺎ ِر َﺟﺎﻻ ﻛ ِﺜ ْ ً ا َو ِ َﺴ ًﺂء‬
ً ْ َ ْ ُ ََْ
((‫ﻋﻠﻴﻜﻢ ر ِﻗﻴﺒﺎ‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Berbicara tentang hidup di dunia, maka tidak dapat dilepaskan dari berbagai

tuntutan kebutuhan, baik berupa sandang, pangan, papan, kendaraan, maupun

kebutuhan pelengkap lainnya. Dan diantara sunnatullah yang berlaku bagi para hamba-

Nya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala tidak secara langsung menurunkan berbagai bentuk

kebutuhan tersebut langsung dari langit, meskipun hal demikian sangat mudah bagi

Allah Yang Maha Kuasa. Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki

1
mewajibkan manusia untuk berikhtiar dalam rangka menjemput rezeki, disertai dengan

doa dan tawakkal kepada-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan akan pentingnya

bekerja dalam al-Qur’an Surah at-Taubah ayat 105:

َ َ ‫َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ﱠ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ُ َ ُْ ْ ُ َ َ َ ُ َ ﱡ‬
‫وﻗ ِﻞ اﻋﻤﻠﻮا ﻓﺴ ى اﻟﻠﮫ ﻋﻤﻠﻜﻢ ورﺳﻮﻟﮫ واﳌﺆ ِﻣﻨﻮن وﺳ دون ِإ‬
َ ُ َ ُ ُ َ ‫ْ َْ َ ﱠ‬
‫اﻟﺸ َ َﺎد ِة ﻓ ُﻴ َﻨ ِّ ُﺌﻜ ْﻢ ِﺑ َﻤﺎ ﻛ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ْﻌ َﻤﻠﻮن‬‫َﻋ ِﺎﻟ ِﻢ اﻟﻐﻴ ِﺐ و‬
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
(QS. At Taubah: 105).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memuliakan orang yang memperoleh

makanan dari hasil jerih payah bekerja, sebagaimana sabda beliau:

‫ﱠ‬ َ ‫ﱠ َﱠ ﱠ‬ ْ ‫ﱠ‬ َ ْ ْ
‫ﺻ اﻟﻠ ُﮫ َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ َو َﺳﻠ َﻢ‬ ‫َﻋ ْﻦ ِاﳌﻘﺪ ِام َر ِ َ اﻟﻠ ُﮫ َﻋﻨ ُﮫ َﻋ ْﻦ َر ُﺳﻮ ِل اﻟﻠ ِﮫ‬
‫ﻂ َﺧ ْ ً ا ﻣ ْﻦ َأ ْن َﻳ ْﺄ ُ َﻞ ﻣ ْﻦ َﻋ َﻤﻞ َﻳﺪﻩ َوإنﱠ‬ ‫َ َ َ ََ َ َ َ ٌ ََ ً َ ﱡ‬
‫ﻗﺎل ﻣﺎ أ ﻞ أﺣﺪ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻗ‬
ِ ِِ ِ ِ ِ
ْ
ُ َ َ َ‫ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ َ
‫اﻟﺴﻼم ﺎن َﻳﺄ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َﻋ َﻤ ِﻞ َﻳ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ﻧ ِ ﱠ اﻟﻠ ِﮫ َد ُاو َد َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ‬
Dari al-Miqdam radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang
lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud
‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri).” (HR. Al
Bukhari)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-nya menyampaikan banyak sekali keutamaan

bagi orang yang bekerja untuk mencari rezeki yang halal dan ia bersungguh-sungguh

dalam pekerjaannya tersebut, dan bahkan hal tersebut bisa menjadi jalan baginya untuk

meraih surga. Beberapa keutamaan orang yang bekerja sebagai berikut:

Pertama; Bekerja adalah kewajiban. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wasallam bersabda:

2
َ َْ َ ٌ َ َ َ ْ ‫َﻃ َﻠ ُﺐ ا‬
.‫ﻼل ﻓ ِﺮ ﻀﺔ َ ْﻌﺪ اﻟﻔ ِﺮ ﻀ ِﺔ‬
ِ
“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu
(seperti shalat, puasa, dll).” (HR. ath-Thabrani dan al-Baihaqi)

Kedua; Bekerja merupakan sifat mulia yang dimiliki oleh para nabi dan orang-orang

shalih. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam adalah seorang pedagang yang gigih dalam usahanya. Demikian pula dalam

hadits shahih riwayat Bukhari di atas, Nabi Dawud ‘alaihissalam memperoleh makanan

hasil dari usahanya sendiri.

Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi Zakariya

‘alaihissalam adalah seorang tukang kayu.” (HR. Muslim)

Imam Abdullah bin Al-Mubarak, seorang tabi’ut tabi’in, biasa melakukan ekspor

barang dagangan dari negeri Khurasan ke Tanah Haram/Mekkah. Ketia ia ditanya, untuk

apa melakukan ini? Maka Abdullah bin Al-Mubarak menjawab: “Sesungguhnya aku

melakukan (semua) itu hanya untuk menjaga wajahku (dari kehinaan meminta-minta),

memuliakan kehormatanku (agar tidak menjadi beban bagi orang lain), dan

menggunakannya untuk membantuku dalam ketaatan kepada Allah”. Lalu Al-Fudhail

bin ‘Iyadh berkata: “Wahai Abdullah bin Al-Mubarak, alangkah mulianya tujuanmu itu

jika semuanya benar-benar terbukti.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ketiga; Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah

subhanahu wata'ala. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

ُ‫َ ﺎﻻ ﻣ ْﻦ َﻋ َﻤﻞ َﻳﺪﻩ َأ ْﻣ َ َﻣ ْﻐ ُﻔ ْﻮ ًرا َﻟﮫ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َأ ْﻣ‬


ِِ ِ ِ
“Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang
telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya
diampuni oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. ath-Thabrani)

Ampunan Allah bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja ini juga

diperkuat dalam hadits yang lain yaitu:

3
ُ َ ْ ‫اﻟﺼ َﻴﺎ ُم َو َﻻ ا‬
ّ ‫ﻼة َو َﻻ‬
ُ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺼ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ َﻻ ُﺗ َﻜ ّﻔ ُﺮ‬،‫اﻟﺬ ُﻧ ْﻮب َﻟ ُﺬ ُﻧ ْﻮ ً ﺎ‬
‫ﱠ َ ﱡ‬
‫ِإن ِﻣﻦ‬
ِ ِ ِ
ََ ْ َ َ ‫ﺎل َو َﻣﺎ ُﺗ َﻜ ّﻔ ُﺮ َ ﺎ َﻳﺎ َر ُﺳ ْﻮ‬ َ َُ ُْ ْ َ َ
‫ﷲ؟ ﻗﺎ َل اﻟ ُ ُﻤ ْﻮ ُم ِ ْ ﻃﻠ ِﺐ‬ِ ‫ل‬ ِ َ ‫ﻗ‬ ،‫وﻻ اﻟﻌﻤﺮة‬
َ َْ
‫اﳌ ِﻌ ْ ﺸ ِﺔ‬
“Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat
dihapuskan dengan shalat, puasa, haji dan umrah. Sahabat bertanya, “Apa
yang dapat menghapuskannya wahai Rasulullah?”’ Beliau menjawab,
“Semangat dalam mencari rizki.” (HR. ath-Thabrani)

Keempat; Mukmin yang giat bekerja akan mendapatkan cinta Allah Subhanahu

Wata’ala. Sungguh tidak ada cinta yang lebih baik, kecuali cinta dari Allah Subhanahu

Wata’ala. Dan ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka Ia akan mengabulkan segala

permohonannya dan memberinya kebahagian baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

َ َ ُْ ُْْ َ ‫إ ﱠن‬
‫ﷲ ُﻳ ِﺤ ﱡﺐ اﳌﺆ ِﻣ َﻦ اﳌ ْﺤ ِ ف‬ ِ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala mencintai seorang mu’min
yang giat bekerja.” (HR. ath-Thabrani)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Keutamaan kelima orang yang gigih bekerja yaitu terhindar dari adzab api neraka.

Dalam sebuah riwayat dikemukakan:

"Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi

Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam baru kembali dari Perang Tabuk,

beliau melihat tangan Sa'ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-

hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah bertanya, “Kenapa

tanganmu?” Saad menjawab, “Karena aku mengolah tanah dengan cangkul

ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku."

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil tangan Saad

dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah

disentuh oleh api neraka." (HR. Thabrani)

4
Keenam; Bekerja dengan usaha yang halal, lebih baik dan mulia daripada meminta-

minta dan menjadi beban bagi orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َ ْ َْ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ًُ َ َْ ُ َ ُ ْ َ ً ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ﱠ‬
‫ِﻷن ﻳﺄﺧﺬ أﺣﺪﻛﻢ أﺣﺒﻼ ﻓﻴﺄﺧﺬ ﺣﺰﻣﺔ ِﻣﻦ ﺣﻄ ٍﺐ ﻓﻴ ِ ﻴﻊ ﻓﻴﻜﻒ‬
َ‫ﺎس ُأ ْﻋﻄ َﻲ َأ ْم ُﻣﻨﻊ‬
َ ‫ﱠ ُ َ ْ َ ُ ٌَْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ﱠ‬
‫اﻟﻠﮫ ِﺑ ِﮫ وﺟ ﮫ ﺧ ِﻣﻦ أن ﺴﺄل اﻟﻨ‬
ِ ِ
“Sungguh jika salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu pergi ke
gunung (untuk mencari kayu bakar), kemudian dia pulang dengan memikul
seikat kayu bakar di punggungnya lalu dijual, sehingga dengan itu Allah
menjaga wajahnya (kehormatannya), maka ini lebih baik dari pada dia
meminta-minta kepada manusia, diberi atau ditolak.” (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat lain juga disebutkan tentang berkurangnya kemuliaan orang yang

tidak bekerja. Dari Muhammad bin Ashim, dia berkata, “Telah sampai berita padaku bahwa

Umar bin Khatab ra. Jika melihat pemuda yang membuatnya kagum, maka ia akan menanyakan

perihal anak itu, “Apakah anak itu memiliki pekerjaan? jika dikatakan,"Tidak”, maka ia akan

berkata, “Telah jatuh satu derajat anak muda itu di mataku.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ketujuh; Seorang laki-laki atau suami yang bekerja disejajarkan kedudukannya

dengan seorang pejuang di jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang

mujahid di jalan Allah ‘azza wa jalla”. (HR. Ahmad)

Setelah menikah, seorang laki-laki berkewajiban mencari nafkah untuk

keluarganya. Tidak mungkin lagi baginya untuk bergantung pada orang tuanya begitu ia

memiliki anak dan istri sebagai tanggung jawabnya. Sebagai imbalan jika tanggung jawab

itu berhasil dipenuhi, maka Allah akan menyamakannya dengan seorang mujahid di jalan

Allah ‘azza wa jalla.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikianlah keutamaan-keutamaan seorang mukmin yang giat dan ikhlas dalam

bekerja untuk mencari rezeki yang halal.

5
Pertanyaan berikutnya adalah: bekerja yang seperti apa atau bekerja yang

bagaimana yang akan mendapatkan segala keutamaan tersebut? Maka jawabannya adalah

bukan pada jenis pekerjaan apa yang kita lakukan, namun lebih pada bagaimana cara kita

bekerja. Seorang mukmin ketika bekerja, yang dengan pekerjaannya itu insya Allah akan

mengantarkannya ke surga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama; bekerja dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala. Ia penuhi kewajiban yang

telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya untuk mencari nafkah

yang halal. Dalam bekerja, ia tidak pernah lepas dari dzikir kepada Allah Subhanahu

Wata’ala, baik ketika memulai maupun mengakhirinya. Pekerjaan yang ia lakukan juga

tidak membuat ia lalai untuk memenuhi hak-hak Allah Subhanahu Wata’ala lainnya, seperti

shalat fardhu secara berjamaah dan kewajiban lainnya.

Kedua; bekerja secara itqan, yaitu sungguh-sungguh dan tekun (profesional).

Diantara bentuk itqan dalam bekerja yaitu bekerja secara cerdas yaitu memiliki ilmu dan

keahlian terkait pekerjaan yang ia lakukan dan bekerja secara tuntas sesuai dengan

standarnya atau sesuai dengan amanah yang diberikan kepadanya. Dalam sebuah hadits

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُ‫ﷲ ُﻳﺤ ﱡﺐ إ َذا َﻋﻤ َﻞ َأ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﻋ َﻤ ًﻼ َأ ْن ُﻳ ْﺘﻘ َﻨﮫ‬


َ ‫إ ﱠن‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia
menyempurnakan pekerjaannya.” (HR. at-Tabrani)

Ketiga; bersikap jujur dan amanah dalam bekerja. Pada prinsipnya pekerjaan adalah

amanah, sehingga pasti akan dimintai pertanggungjawaban baik di hadapan manusia

maupun kelak di Yaumul Ma’syar di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Oleh karena itu,

kita harus menjaga adab dan etika dalam bekerja, diantaranya tidak mengambil segala

sesuatu yang bukan haknya, tidak melakukan kecurangan, bersikap objektif dalam

memberikan penilaian, dan berbagai bentuk sikap jujur dan amanah yang lainnya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

6
َ ‫ﱡ‬ َ ‫ﱠ ُ ﱠ ُ ْ ُق ْ َ ْ ُ َ َ ﱠ‬
ّ ‫اﻟﻨ ّﻴ ْ َن َو‬
‫اﻟﺼ ِّﺪ ْﻳ ِﻘ ْ ن َواﻟﺸ َ ﺪ ِاء‬
ِ ِ ِ ‫ﺎﺟﺮ اﻟﺼﺪو ِﻣ ن ﻣﻊ‬ ِ ‫اﻟﺘ‬
“Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan
dikumpulkan) bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada.” (HR.
Turmudzi)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Hal berikutnya yang harus diperhatikan dalam bekerja adalah tidak melanggar

prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah yang pertama yaitu dari sisi dzat atau substansi

dari pekerjaan tersebut, seperti menjual atau memproduksi barang yang diharamkan oleh

Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya, menyebarluaskan kemunkaran (misalnya

pornografi), mengandung unsur riba, judi, gharar atau penipuan, dan lain sebagainya.

Prinsip syariah yang kedua yaitu dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung

dengan pekerjaan tersebut, seperti adanya praktik suap (risywah), membuat fitnah dalam

persaingan, tidak menutup aurat, campur baur yang tidak jelas antara laki-laki dengan

perempuan, dan sebagainya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ُ ُْ َ َ َ ُ ‫ﱠ‬ ُ ََ َ ‫ﱠ‬ ُ َ ُ َ َ َ ‫َ َﱡَ ﱠ‬


‫ﻳﺎأ ﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا أ ِﻃﻴﻌﻮا اﻟﻠﮫ وأ ِﻃﻴﻌﻮا اﻟﺮﺳﻮل وﻻ ﺗﺒ ِﻄﻠﻮا‬
ْ‫َأ ْﻋ َﻤ َﺎﻟ ُﻜﻢ‬
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada
Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS.
Muhammad : 33)

Dan apabila terdapat hal yang meragukan atau tersamar (syubhat) antara yang halal

dan haram, maka kita diperintahkan untuk berhati-hati dan jangan sampai terjerumus di

dalamnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-
perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara
yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan..." (HR.
Muslim)

7
Kelima; menjaga etika sebagai seorang muslim. Bekerja juga harus memperhatikan

adab dan etika sebagai seorang muslim, seperti etika dalam berbicara, berpakaian,

bergaul, makan, minum, berhadapan dengan pelanggan, rapat, dan sebagainya. Bahkan

akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin. Dalam sebuah

hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ًُُ َ ً َ ْ ُْ َْ
‫أﻛ َﻤ ُﻞ اﳌﺆ ِﻣ ِﻨ ْ ن ِإ ْﻳ َﻤﺎﻧﺎ أ ْﺣ َﺴ ُ ُ ْﻢ ﺧﻠﻘﺎ‬
“Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mukmin adalah yang paling
baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi)

Dan yang keenam dan terakhir adalah: hendaknya kita senantiasa menjaga

Ukhuwwah Islamiyyah. Pekerjaan yang kita lakukan sering menuntut kita untuk bekerja

sama dengan orang lain, wabil khusus dengan saudara muslim yang lain. Untuk itu, jangan

sampai masalah pekerjaan menimbulkan keretakan dalam hubungan kekeluargaan dan

Ukhuwwah Islamiyyah. Justru sebaliknya, pekerjaan kita seharusnya menjadi sarana untuk

ber-ta’awun ‘alal birri wattaqwa atau saling tolong menolong dan bekerja sama dalam

kebaikan dan ketaqwaan.

Demikianlah beberapa keutamaan seorang mukmin yang ikhlas dan giat dalam

mencari nafkah yang halal dan beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang

muslim ketika bekerja. Mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan oleh Allah

Subhanahu Wata’ala untuk mencari rezeki yang halal dan berkah, serta pekerjaan kita

dijadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebagai sarana untuk meraih surga-Nya.

Allahumma Amiin.

ْ ّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ‫ُْ ْ ْ َ ْ َََ َ ْ َ ﱠ‬ ْ ُ ََ ْ ُ َ َ َ
‫اﻟﺬﻛ ِﺮ‬ ِ ‫ﺎت و‬ِ ‫ وﻧﻔﻌ ِ و ِإﻳﺎﻛﻢ ِﺑﻤﺎ ِﻓﻴ ِﮫ ِﻣﻦ ﻳ‬،‫ﺑﺎرك ﷲ ِ وﻟﻜﻢ ِ اﻟﻘﺮ ِآن اﻟﻌ ِﻈﻴ ِﻢ‬
َُ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ ََ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ
‫ ِإ ﱠﻧ ُﮫ ُ َﻮ اﻟﻐﻔ ْﻮ ُر‬،‫ﺎﺳﺘﻐ ِﻔ ُﺮ ْو ُﻩ‬ ‫ أﻗﻮل ﻗﻮ ِ ﺬا وأﺳﺘﻐ ِﻔﺮ ﷲ اﻟﻌ ِﻈﻴﻢ ِ وﻟﻜﻢ ﻓ‬،‫ا ِﻜﻴ ِﻢ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ ْﻴ ُﻢ‬
‫ﱠ‬

8
‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ َ ﱠ َ َ َ ﱡُ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ ﱠ ﱠ ْ َ ْ َ َل َ َ َ ْ َ َ ّ َ‬


‫ﺎت ِإ‬ ‫ﺎت ِﻟﻴﺨ ِﺮج اﻟﻨﺎس ِ ﺎ ِﻣﻦ اﻟﻈﻠﻤ ِ‬ ‫ﺎت ﺑ ﻨ ٍ‬ ‫ا ﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ اﻟ ِﺬي أﻧﺰ ﻋ ﻋﺒ ِﺪ ِﻩ آﻳ ٍ‬
‫ﱡ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ﱠ ُ َ َ ْ َ ُ َ ﱠ ُ َ ﱠ ِ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُُ‬
‫اﻟﻨﻮ ِر‪ ،‬أﺷ ﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ ﷲ وأﺷ ﺪ أن ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ورﺳﻮﻟﮫ‪.‬‬
‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫َ ﱠُ ﱠ َ َ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ِآﻟ ِﮫ َو َ ْ ِﺒ ِﮫ َو َﺳﻠ َﻢ‪.‬‬ ‫اﻟﻠ ﻢ‬
‫َ َ ﱠ ُ َ َ َ َ ُ ُْ ﱠ ﱠ ََُْ ْ ُ ْ ُ ْ َ‬ ‫ﱠُ‬ ‫َﱡ‬
‫َﻳﺄﻳـ َ ﺎ اﻟﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﺗﻘﻮا ﷲ ﺣﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫ وﻻ ﺗﻤﻮﺗﻦ ِإﻻ وأﻧﺘﻢ ﻣﺴ ِﻠﻤﻮن؛‬
‫ﺻ ﱡﻠ ْﻮا َﻋ َﻠ ْﻴﮫ َو َﺳ ّﻠ ُﻤﻮاْ‬ ‫اﻟﻨ ّ ‪َ ،‬ﻳﺎ َأ ﱡ َﺎ ﱠاﻟﺬ ْﻳ َﻦ َء َاﻣ ُﻨ ْﻮا َ‬ ‫ﱠ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ﱡ ْ َن َ َ ﱠ‬
‫ِإن ﷲ وﻣﻼ ِﺋﻜﺘﮫ ﻳﺼﻠﻮ ﻋ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َ‬
‫ْﺴ ِﻠ ْﻴ ًﻤﺎ‬
‫ﱠ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫ّ َ‬ ‫َا ﱠﻟﻠ ُ ﱠﻢ َ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َو َﺳ ِﻠ ْﻢ َﻋ َﺳ ِّﻴ ِﺪﻧﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﺳ ِّﻴ ِﺪ اﳌ ْﺮ َﺳ ِﻠ ْ ن َو َﻋ ِآﻟ ِﮫ َو َ ْ ِﺒ ِﮫ َواﻟﺘﺎ ِ ِﻌ ْ ن‬
‫َ َْ ّْ َ ْ َ َْ َ َُ ْ َ ْ َ َ َ َْ َ َ ﱠ ْ َ‬ ‫اﻟﺘﺎ ﻌ ْ َن َﻟ ُ ْﻢ ﺑﺈ ْﺣ َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ََ‬
‫اﺣ ِﻤ ن‬ ‫ِ‬ ‫اﻟﺮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻚ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﻤ‬
‫ِ ِ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ر‬‫ا‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬ ‫اﻟﺪ‬
‫ِ ِ‬ ‫م‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫إ‬‫ِ‬ ‫ﺎن‬‫ٍ‬ ‫ﺴ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ﻊ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗ‬‫و‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ اﻏ ِﻔ ْﺮﻟﻨﺎ ذﻧ ْﻮ َ ﻨﺎ َو ذﻧ ْﻮ َب َو ِاﻟﺪ ْﻳﻨﺎ َوا ْر َﺣ ْﻤ ُ َﻤﺎ ﻛ َﻤﺎ َرﱠ َﻴﺎﻧﺎ ِﺻﻐﺎ ًرا‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُْ ْ ْ َ َ ُْ ْ َ ْ َ ْ َ ُْ ْ َ ْ َ‬ ‫ْ ْ ْ ْ َ َ ُْ ْ‬ ‫َ ﱠ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ﺎت ﺣﻴ ِﺎء ِﻣ ﻢ و ﻣﻮ ِ‬ ‫ﺎت‪ ،‬واﳌﺆ ِﻣ ِﻨ ن واﳌﺆ ِﻣﻨ ِ‬ ‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻟﻠ ُﻤﺴ ِﻠ ِﻤ ن واﳌﺴ ِﻠ َﻤ ِ‬
‫ات‪.‬‬ ‫ﻮ‬ ‫إ ﱠﻧ َﻚ َﺳﻤ ْﻴ ٌﻊ َﻗﺮْ ٌﺐ ُﻣﺠ ْﻴ ُﺐ ّ‬
‫اﻟﺪ َﻋ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻮﻧﺎ ﺑ ْﺎﻹ َﻳﻤﺎن َوَﻻ َﺗ ْﺠ َﻌ ْﻞ ُﻗ ُﻠﻮ َﻨﺎ ﻏ ّ ًﻼ ّﻟ ﱠﻠﺬﻳﻦَ‬ ‫َﱠ َ ِْ ْ َ َ ِ َ ْ َ َ ﱠ َ َ َ ُ َ‬ ‫ِ‬
‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ر ﻨﺎ اﻏ ِﻔﺮ ﻟﻨﺎ ٌ و ِ ِﻹﺧﻮا ِﻧﻨﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ ﺳﺒﻘ ِ ِ ِ‬
‫ﻴﻢ‬ ‫َآﻣ ُﻨﻮا َرﱠ َﻨﺎ إ ﱠﻧ َﻚ َر ُؤوف ﱠر ِﺣ ٌ‬
‫ﻮﻧ ﱠﻦ ﻣ َﻦ ا ْ َ ﺎﺳﺮ ﻦَ‬ ‫َﱠ َ ِ ََ ْ َ َ ُ َ َ َ ﱠ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ‬
‫ﺴﻨﺎ و ِإن َﻟ ًﻢ ﻐ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨﺎ وﺗﺮﺣﻤَﻨ ًﺎ ﻟﻨ َﻜ َ ِ ّ ِ ِ‬ ‫ر ﻨﺎ ﻇﻠﻤﻨﺎ أﻧﻔ‬
‫اب اﻟﻨ ِﺎر‪.‬‬ ‫اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َﺣ َﺴﻨﺔ َو ﺧ َﺮة َﺣ َﺴﻨﺔ َوﻗﻨﺎ َﻋﺬ َ‬ ‫ّ‬ ‫ََ َ َ َ‬
‫ﱠ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ر ﻨﺎ ءا ِﺗ ِ‬
‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ُﺳ ْﺒ َﺤﺎن َرِّ َﻚ َر ِ ّب اﻟ ِﻌ ﱠﺰ ِة َﻋ ﱠﻤﺎ َﻳ ِﺼﻔﻮن َو َﺳﻼ ٌم َﻋ اﳌ ْﺮ َﺳ ِﻠ ن َوا َ ْﻤ ُﺪ ِﻟﻠ ِﮫ َر ِ ّب‬
‫ْ َ َ َ‬
‫ﺎﳌ ن‬‫اﻟﻌ ِ‬

‫‪9‬‬
Gerakan Wakaf Tunai
Rp. 3.000.000 /M2
Layanan Berdonasi
Salurkan Zakat, Infaq, Sedekah
& Wakaf melalui l.ayanan kami
Jemput Zakat INGIN HARTA BERKAH
Hotline BERLIMPAH?
Untuk Pembangunan Pondok Pesantren Darud
Dakwah. Pesantren untuk mencetak para da’i penghafal
0857 9997 0010 SALURKAN SEDEKAH LEWAT
qur’an untuk menjadi imam dan khotib profesional.
Alhamdulillah 20% pembangunan pondok
pesantren Darud Dakwah sudah berjalan. 80 % (1,9 M) Transfer Rekening
menunggu amal jariyah ummat.
BSM No Rek. 7108844994 a.n Ikadi DIY
kode Mandiri Syari’ah : 451
BNI Syariah. No Rek. 558870242 a.n Ikadi DIY
kode BNI Syari’ah : 009
Oleh
Ibu Dra
Hot line
Konsultasi zakat

0813 9357 7359 Program


Pemberdayaan Da’i Pemberdayaan Umat
0813 9357 7359 1. Sekolah Da’i
2. Upgrading Imam dan Khotib
1. Pelatihan rukti Jenazah
2. Bina Desa dakwah
3. Tebar Da’i Desa terpencil 3. Rumah Qur’an
Lokasi :
@
lazisikadi@gmail.com 4. Layanan Khotib dan Pencemarah
5. Kewirausahaan Da’i
4. Layanan kebersihan Masjid
5. Pengelolaan Pondok Pesantren

Luas Bangunan : lazisikadi@jogja Struktur


LAZIS Ikadi DIY
Office :

Pembina : KH. DR. Tulus Mustofa, Lc., MA.,


: Rp 1.983.000.000,00 Graha Lazis Ikadi
: Rp 3.000.000,00 lazis.ikadijogja.net Ustadz. H. Abdullah Sunono, S.Pd.I. ,
Ustadz. Drs. H. Syatori Abdurrouf Al Hafizh
Ketua : Ustadz. H. Ahmad Dahlan, Lc., MA.
Jl. Tastura Maguwoharjo
Sekretaris : Ibnu Asakir, S.Pd Jogjakarta
Wakaf Pembangunan Keuangan : H. Agus Muhammad, ST.
A. Dapat dibayar sekaligus Rp. 3000.000,- Pemberdayaan : H. Eko Raharjo, S.KM., M.PH HP. 0877 3811 1851
Isnan Abadi, M.Pd
B. Pembayaran dapat dicicil sebanyak 3x sebesar Rp. 1.000.000,- Marketing : Muh. Mujari, ST., Sugimulyo, SE.
HP. 0857 2922 2018

Pemberdayaan Da’i Pemberdayaan Ummat Pemberdaayan Pondok Pesantren


Kegiatan Sekolah Da’i Kegiatan Training Rukti Jenazah Ponpes Darul Hiraa

Kegiatan Upgrading Imam dan Khotib


Kegiatan Pelatihan Kader Masjid
Ponpes Asma Amanina

Kegiatan mabit pembinaan Da’i muda


Ponpes Darush Shalihat
Kegiatan Pelatihan
Penyembelihan
Hewan Qurban

Ponpes Baitul Qur’an

Anda mungkin juga menyukai