Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENJELASAN UMUM

I. URAIAN UMUM
1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah meliputi Pekerjaan Pemeliharaan Gedung Kuliah Keperawatan;
b. Istilah ‘Pekerjaan’ mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan
lainnya), bahan bangunan dan peralatan/ perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud;
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-Gambar Rencana,
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addendum yang disampaikan selama
pelaksanaan.

1.2. BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
c. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.
22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi;
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI No. 14 Tahun 2020 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor : 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Gedung
Negara.
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
i. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
l. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat
Kebakaran pada Bangunan Gedung;
m. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56);
n. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971);
o. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982);
p. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
q. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
r. SKSNI T-15-1991-03;
s. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI);
t. Algemenee Voorwarden (AV);
u. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 1726-2002;
v. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03 dan SNI 03-
XXXX-2002;
w. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002;
x. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SKBI – 1.3.53.1987;

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas:
 Surat Perjanjian Pekerjaan;
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran;
 Gambar-Gambar Kerja/ Pelaksanaan;
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
 Addendum yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan.
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang
berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ ketidaksesuaian antara RKS dan gambar-gambar
pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor wajib untuk
memberitahukan/ melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah:
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail
yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/
kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS
tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/ penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor dalam melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi
ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan
memperbaiki/ melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan Pengawas
tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.
II. LINGKUP PEKERJAAN
2.1. KETERANGAN UMUM
1. Pekerjaan Pemeliharaan Gedung Kuliah Keperawatan, secara umum meliputi pekerjaan standar
maupun non standar.
2. Secara teknis, pekerjaan ini mencakup keseluruhan proses pembangunan dari persiapan sampai
dengan pembersihan/ pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan masa pemeliharaan
seperti yang ditentukan, mencakup finishing lantai 1 s.d 2;
a. Pekerjaan Persiapan;
b. Pekerjaan Arsitektur;
c. Pekerjaan lain yang terkait dengan penyelesaian pekerjaan tersebut diatas.

2.2. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai dengan
jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak
tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Kontraktor
harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/ karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen, pompa
air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan
ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh cara
pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen konstruksi
dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, sebelum elemen
konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal ini
berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/ perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/ konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan
sebelum masa kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk barchart
yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen
pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor selambat-
lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Penyelesaian dimaksud ini telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor belum menyelesaikan
pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan
sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama rencana jadual pelaksanaan belum disusun, Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada
saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini
dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta
ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan contoh bahan
yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan kepada User untuk
mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan
atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak boleh digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih dipergunakan oleh
Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali bagian
pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari
Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari kerusakan.
III. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah di lahan Poltekkes kemenkes Gorontalo. Lokasi proyek akan diserahkan
kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan.
b. Kekurang telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim/ tuntutan.

3.2. DAYA
a. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/ biaya sendiri untuk peralatan dan
penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem
listrik harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar
jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.

3.3. SALURAN PEMBUANGAN


Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah bangunan
selalu dalam keadaan kering/ tidak basah tergenang air hujan atau air buangan. Saluran dihubungkan
ke parit/ selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.

3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
a. Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, dan halaman kerja (work yard) di
dalam halaman pekerjaan , sesuai yang diperlukan sebagai diatur dalam Kontrak. Kontraktor
harus menyediakan untuk pekerja sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai.
b. Kontraktor harus membuat tata letak/ denah halaman proyek dan rencana konstruksi.

3.5. PAPAN NAMA PROYEK


Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman proyek
sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 60 x 90 cm dipasang dengan
tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak
diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar
proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

3.6. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindar
bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan
untuk diperguna
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

I. PEKERJAAN KUSEN, JENDELA Bahan Alumunium YKK

KETERANGAN
1. Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, daun jendela, termasuk
menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
2. PERSIAPAN MATERIAL, antara lain: Alumunium YKK, kaca 5 mm.
3. PERSIAPAN ALAT KERJA, antara lain: waterpass, meteran, bor tembok, obeng, baji karet atau kayu, isolasi
kertas, isolasi plastik dan fisher.
4. PERSIAPAN TENAGA, antara lain: Pekerja 8 Orang, Tukang 4 orang.
5. PERSIAPAN WAKTU, antara lain: waktu yang digunakan kurang lebih 10 hari.

a. PEKERJAAN PINTU JENDELA ALUMUNIUM

1.1. STANDAR DAN RUJUKAN


1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
 SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.
2. British Standard (BS)
 BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
 BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
 BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
3. American Society for Testing and Materials (ASTM).
 ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods, Wire Shapes and Tubes.
 ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain Wall
 ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall
 ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain Wall
4. American Architectural Manufactures Association (AAMA).
 AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium

5. Japanese Industrial Standard (JIS)

1.2. DESKRIPSI SISTEM


1. Kriteria Perencanaan
 Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian alumunium termasuk ketahanan kaca, memenuhi faktor
keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
 Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau ketahanan
dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
2. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara maupun terjadi
patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak merekat dan hal-hal lain.
Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan ini.
3. Persyaratan Struktur
 Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm.
 Beban Hidup : Pada bagian–bagian yang menerima hidup terutama pada waktu perawatan, seperti:
meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan kemampuan menahan
beban terpusat sebesar 62 kg tanpa terjadi kerusakan.
4. Kebocoran Udara
ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m’ unit panjang penampang
bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.
5. Kebocoran Air
ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan sampai tekanan 137 Pa
dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum 3,4 L/m2/minimal.

1.3. PROSEDUR UMUM


1. Contoh Bahan dan Data Teknis
a) Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe alumunium ekstrusi, pelapisan,
warna dan penyelesaian, harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan kelokasi pekerjaan.
b) Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laburatorium yang ditunjuk Konsultan Pengawa atau
harus dilengkapi dengan data-data pengujian dan sertifikat dari pabrik pembuatnya.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :
 Ketebalan lapisan
 Keseragaman warna
 Berat
 Karat
 Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-masing tipe
 Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam
 Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2

2. Spesifikasi Teknis
Sesuai gambar kerja.
3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Gambar Detail Pelaksanaan.
a) Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan rangka dan bingkai,
pengencangan dan sistem pengukuran seluruh pekerjaan, harus disiapkan oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
b) Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam Gambar Detail Pelaksanaan.
c) Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir penyetelan semua
pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi
Teknis ini, sehingga sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja.
5. Pengiriman dan Penyimpanan
a) Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan Gambar Kerja, bebas dari
bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
b) Segera setelah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus ditumpuk dengan baik
ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap kerusakan dan gesekan, sebelum dan
setelah pemasangan.
c) Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.
6. Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi kesempurnaan
pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan lainnya seperti ditunjukkan dalam
spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.

1.4. BAHAN-BAHAN
1. Alumunium
a) Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium
alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, merek YKK, dalam bentuk
profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan lapisan clear anodized minimal 16 mikron yang diberi
lapisan warna akhir polish snolok di pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan
kemudian
b) Tebal profil minimal 1,3 mm, dengan ukuran 3” x 1 ¾” dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi
profil dapat berubah tergantung jenis profil yang nanti disetujui
c) kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan perlengkapan standar dari
pabrik pembuatan.
2. Alat Pengencang dan Aksesori.
a) Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala
tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dan komponen yang
dikencangkan.
b) Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
c) Penahan udara dari bahan vinyl.
d) Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat yang memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.

3. Kaca dan Neoprene/Gasket.


a) Kaca untuk pintu dan jendela alumunium harus memenuhi ketentuan.
b) Neoprene/Gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan kaca pekerjaan alumunium harus
memenuhi ketentuan.
c) Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
d) Bahan : EPDM
e) Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
4. Perlengkapan pintu dan jendela
Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainnya sesuai ketentuan.
5. Sealant Dinding (Tembok)
a) Bahan : Single komponen
b) Type : Silicone Sealant
6. Screw
a) Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain-lain
b) Bahan : Stainless Steel (SUS)
7. Joint Sealer
a) Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup
celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b) Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
c) Bahan : Butyl Rubber

6.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pintu, jendela dan asesoris meliputi seluruh detail yang dinyatakan
atau ditunjukan dalam gambar, dengan kebutuhan persyaratan sebagai berikut :
a. Memasang kusen alluminium
b. Pemasangan kaca tebal 5 mm
c. Pek. Profil Kaca Almunium + Kaca 5mm
6.2 PERSYARATAN MATERIAL
a. Untuk kusen menggunakan allmunium 4’’ dengan merek YKK
b. Untuk kaca menggunakan kaca dengan ketebalan 5mm merk asahimas,mulia,clear
c. Profil kaca almunium menggunakan profil almunium dengan ukuran 3’’ dan lubang kaca dengan
ukuran 5mm dengan merek YKK
d. Almunium strip dengan ukuran lebar 6cm – 10cm dengan merek YKK
6.3 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Sebelum memulai pelaksanaan Penyedia Jasa diwajibkan meneliti gambar-gambar dan kondisi di
lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan dinding. Penyedia Jasa diwajibkan membuat
contoh jadi (mock-up) untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan
dengan sistem konstruksi bahan lain dan dimintakan persetujuan dari Direksi Teknis
(Pengawas/Konsultan Pengawas).
b. Proses pabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai.
Proses ini harus didahului dengan pembuatan shop drawing, meliputi gambar denah, lokasi,
produk, kualitas, bentuk, dan ukuran. Penyedia Jasa juga diwajibkan untuk membuat perhitungan
yang mendasari sistem dan dimensi profil aluminium terpasang, sehingga memenuhi persyaratan
yang diminta/ berlaku. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh atas kehandalan pekerjaan ini
c. Semua kusen untuk jendela, pintu, dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran
dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
d. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut, angker-angker dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan / menjaga
kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas
penyetelan
e. Kusen yang terpasang harus sesuai petunjuk gambar dan diperhatikan ukuran, bentuk profil, type
kusen dan arah pembukaan pintu / jendela
f. Detail kusen dan sambungan dengan material lain harus disesuaikan dengan type pintu / jendela
yang akan terpasang
g. Pembuatan dan penyetelan / pemasangan kusen-kusen harus lurus dan siku, sehingga
mekanisme pembukaan pintu / jendela bekerja dengan sempurna
h. Semua kusen yang melekat pada dinding beton / bata diberi penguat angker diameter minimum
10 mm. Pada setiap sisi kusen pintu yang tegak dipasang 3 angker dan untuk sisi kusen jendela 2
angker.
i. Setelah kusen dan daun pintu/jendela dipasang, antara kusen dan daun pintu/jendela tidak
terjadi gap/jarak yang besar, maksimal toleransi adalah 2mm.
j. Setelah terpasang perlu diberi pelindung terhadap benturan dan pengotoran dari pelaksanaan
pekerjaan lain.

1.5. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Fabrikasi
a) Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar Detail Pelaksanaan
yang diserahkan Kontraktor disetujui Konsultan Pengawas.
b) Semua komponen harus difabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan ukuran aktual dilokasi
serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
2. Pemasangan
a) Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan Pengawas sebagai acuan dan contoh
untuk pemasangan berikutnya.
b) Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen. Bila suatu sambungan
tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, sambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan
dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat meneruskan beban dan
menahan tekanan yang harus diterimanya.
c) Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
d) Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus dilengkapi dengan angkur
pada jarak setiap 500mm.
e) Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan harus dilindungi dengan
cat transparan atau lembaran plastik.
f) Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi dengan cat khusus
yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah kerusakan komposisi alumunium.
g) Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian alumunium harus terdiri
dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan
lainnya.
h) Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
i) Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan sebelum pelaksanaan
anokdisasi.
j) Pemasangan kaca pada profil alumunium harus dilengkapi dengan Gasket atau sealant.
k) Kunci dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja dan memenuhi ketentuan.
l) Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat dan memenuhi ketentuan.
m) Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela alumunium, boleh dibawa kelapangan/halaman
pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan
jendela.
n) Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
o) Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus dan rata, serta
bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan.
p) Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari goresan-goresan
serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
q) Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta persyaratan
teknis yang benar.
r) Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya harus diberi
“sealant”.
s) Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized sedemikian rupa
sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air.
t) Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus tetap dilindungi dengan
“Lacquer Film”.
u) Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen; alumunium telah
terpasang maka kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh Lacquer Film atau plastic tape agar
kosen tetap terjamin kebersihannya.
II. PEKERJAAN KACA
2.1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyediaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan-bahan serta
pemasangan kaca dan cermin beserta aksesorinya, pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
STANDAR/RUJUKAN
Standar Nasional Indonesia (SNI).

2.2. PROSEDUR UMUM


1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan berikut data teknis bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas dalam ukuran dan detail yang dianggap memadai, untuk dapat diuji kebenarannya terhadap
standar atau ketentuan yang disyaratkan.
2. Pengiriman dan Penyimpanan
 Semua bahan kaca yang didatangkan harus dilengkapi dengan merek pabrik dan data teknisnya.
 Bahan kaca tersebut harus disimpan di tempat yang aman dan terlindung sehingga terhindar dari
keretakan, pecah, cacat atau kerusakan lainnya yang tidak diinginkan.

2.3. BAHAN-BAHAN
 Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI
15-0130 – 1987, seperti tipe Indoflot buatan Asahimas atau yang setara.
 Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

2.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Umum.
 Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca, ketebalan kaca dan
kualitas kaca.
 Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
 Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
 Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang pekerjaannya.
2. Pemasangan Kaca.
a) Sela dan Toleransi Pemotongan. Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
 Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
 Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm.
 Kedalaman celah minimal 16mm.
 Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atau -1,5mm.
 Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang digunakan.
b) Persiapan Permukaan.
 Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan bagian-bagian lain
yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka dapat bergerak dengan baik.
 Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan terkunci atau tertutup
sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai.
 Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai petunjuk pabrik.
 Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab dan lapisan bahan
kimia yang berasal dari pabrik.
c) Neoprene/Gasket dan Seal.
 Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
Neoprene/Gasket yang sesuai.
 Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan jendela, yang
berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
d) Penggantian dan Pembersihan.
 Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan bersih, tidak ada
lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun.
 Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh Kontraktor tanpa tambahan
biaya dari Pemilik Proyek.

III. PEKERJAAN Waterproofing Membrane Bakar (aspal) t=4 mm


11.1KETERANGAN
1. Bagian ini mencakup semua pekerjaan Waterproofing, seperti yang tercantum dalam gambar dan
RKS, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
2. PERSIAPAN MATERIAL, antara lain: Membrane Bakar (aspal) t=4 mm.
3. PERSIAPAN ALAT KERJA, antara lain: Alat pemotong, Waterpas, meteran 5 – 15 m,Alat pembakar.
4. PERSIAPAN TENAGA, antara lain: Pekerja 5 Orang, Tukang 4 orang.
5. PERSIAPAN WAKTU, antara lain: waktu yang digunakan kurang lebih 10 hari.

11.2Waterproofing Membrane Bakar (aspal) t=4 mm


11.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan Membrane Bakar (aspal) t=4 mm pada tempat-tempat sesuai
petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

11.2.2 STANDAR/RUJUKAN
1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
2. Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris
4. Australian Standard (AS)
5. British Standard (BS)
6. American National Standard Institute (ANSI).
11.2.3 PROSEDUR UMUM
1. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
 Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
 Contoh Membrane Bakar (aspal) t=4 mm harus diserahkan sebanyak 1.
 Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman Membrane Bakar (aspal) t=4 mm ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik
yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.

11.2.4 BAHAN-BAHAN
1. Umum.
 Membrane Bakar (aspal) t=4 mm harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal yang
memenuhi ketentuan SNI.
 Membrane Bakar (aspal) t=4 mm yang cacat, tidak boleh dipasang.

11.2.5 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Persiapan.
 Pekerjaan pemasangan Membrane Bakar (aspal) t=4 mm baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
 Pemasangan Membrane Bakar (aspal) t=4 mm harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan
air hujan atau pekerjaan lainnya telah diselesaikan terlebih dahulu.
2. Pemasangan.
a. Bersihkan Permukaan Struktur

Cara pemasangan yang pertama adalah, bersihkan terlebih dahulu struktur beton yang nantinya akan dilapisi
dengan membran ini hingga terhindar dari butiran pasir dan debu yang dapat merusak kualitas membran.
Pastikan Anda melakukan proses pembersihan ini dengan benar dan teliti, bidang yang akan di asphalt yang
datar dan bersih dari debu juga kotoran matrial seperti kerikil, paku dan lain lain. kotoran ini kalau tidak
dibersihkan akan membuat membran yang terpasang menjadi bocor.

Pembersihan juga dapat menggunakan mesin vacum khusus agar mempermudah pekerjaan pembersihan.
Vacum yang digunakan haruslah memiliki daya hisap yang kuat dan dapat menghisap butiran padat.

b. Lapisan Dasar

Kemudian langkah selanjutnya adalah mulai untuk melabur atau melapisi pemukaan lantai beton
menggunakan primer coating atau juga bisa menggunakan aspal cair dengan spesifikasi khusus. Untuk caranya,
cukup dengan meratakan primer coating pada seluruh permukaan beton secara merata dengan ketebalan
yang sama.

Pemberian lapisan primer coating ini bertujuan agar membran bakar dapat dengan sempurna merekat pada
permukaan beton atau pun jenis material lainnya pada saat tahap pembakaran.

c. Pasang Membran Bakar Roll

persiapan selanjutnya adalah persiapan alat, alat ini berupa torch api yang bisa diatur untuk mematikan dan
menghidupkan api, gas elpiji yang tersambung ke alat bakar (torch) tadi, serta beberapa scrup dempul.Tahap
selanjutnya adalah memasangkan asphalt pada bidang yang sudah dilapisi primer sebelumnya, letakkan roll
asphalt pada bidang, buka roll asphalt dan bakar sedikit demi sedikit, lebih baik dibakar setiap jarak 50cm.
tepuk dengan tangan supaya asphat merekat pada bidang kerja, terus saja membakar begitu sampai semua
bidang tertutupi.setelah semua terpasang anda harus menutup bagian tepi asphalt juga dengan membakar.

Lakukan pengecekan kerapatan dengan cara pembakaran lembaran membran secara merata pada keseluruhan
lembaran roll membran. Pada saat pembakaran membran sambil di bentangkan agar dapat langsung
terpasang. Perhatikan sambungan antar lembaran membran agar jangan sampai terkelupas atau pun kurang
bakar, karena dari sambungan membran tersebut paling sering sekali dapat masuk kedalam lapisan bawah
membran.

IV. PEKERJAAN PENGECATAN PLAFOND


13.1KETERANGAN
1. PERSIAPAN MATERIAL, antara lain: Bahan cat plafond menggunakan Cat dengan mutu yang baik merek
JOTUN.
2. PERSIAPAN ALAT KERJA, antara lain: Kuas Cat, Kuas Roll, Spray Gun, Amplas, Dempul, Kape/Scraper,
Papan/Baki Cat.
3. PERSIAPAN TENAGA, antara lain: Pekerja 8 Orang, Tukang 4 orang.
4. PERSIAPAN WAKTU, antara lain: waktu yang digunakan kurang lebih 14 hari.

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan pengecatan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan sesuai dengan standar spesifikasi dari
pabrik.
a. Contoh–contoh :
Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan kepada Direksi Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas.
- Pelaksanaan

a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini dengan menunjukkan surat
keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah dikerjakan kepada Direksi Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.

b. Cat yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari satu macam produk saja.

c. Pelaksanaan pengecatan dengan peralatan bantu untuk mempermudah serta mempercepat


pengecatan dengan hasil pengecatan yang akurat, teliti dan tepat pada posisinya.

d. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan. Bila hal ini terjadi, Kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya tambahan.

e. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 15 tahun terhadap sinar matahari dari
pabrik pembuatnya berupa Sertifikat Jaminan sesuai dengan volume yang dibutuhkan.

Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengecatan memakai bahan-
bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai
pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi,
kayu, plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan
RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan untuk
pekerjaan ini.

13.2LINGKUP PEKERJAAN
a) Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga kerja dan bahan-
bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.
b) Kecuali ditentukan lain, semua permukaan plafond harus dicat dengan standar pengecatan minimal 1
(satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir.
13.3PROSEDUR UMUM
a) Data Teknis dan Kartu Warna.
 Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang akan digunakan,
untuk disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas.
 Semua warna ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan akan diterbitkan secara terpisah dalam
suatu Skema Warna.
b) Contoh dan Pengujian.
 Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam kemasan tertutup,
bertanda merek dagang dan mencanbtumkan identitas cat yang ada didalamnya, serta harus
diserahkan tidak kurang 1 (satu) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk
memungkinkan waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) hari.
 Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas Lapangan mengambil 1 liter contoh dari
setiap takaran yang ada dan diambil secar acak dari kaleng/kemasan yang masih tertutup. Isi dari
kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-
benar dapat mewakili.
 Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut di atas 2 (dua)
potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm x 300mm untuk masing-masing
warna. 1 (satu) contoh disimpan Kontraktor dan 1 (satu) contoh lagi disimpan Konsultan Pengawas
guna memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata
tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan.
 Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung jawab Kontraktor.

13.4BAHAN-BAHAN
a) Umum.
 Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas menunjukkan
nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal
pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang semuanya harus masih
absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan
pada daftar cat.
 Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek dagang dengan cat
akhir yang akan digunakan.
 Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus
berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Jotun atau setara.
b) Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
a) Water-based sealer untuk permukaan plafond.

c) Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara :
a) Emulsion untuk permukaan interior, papan gipsum dan panel kalsium silikat.
b) Emulsion khusus untuk permukaan eksterior, papan gipsum dan panel kalsium silikat.

13.5 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


a) Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
1. Umum.
a) Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan polesan mesin,
pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung dengan
permukaan yang akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan
permukaan dan pengecatan dimulai.
b) Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut.
c) Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan atau
pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih
dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38oC.
d) Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan
pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan cat
yang baru dan basah.
2. Permukaan plafond.
a) Permukaan plafond yang akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan bunga garam
kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan
tetesan-tetesan adukan.

b) Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan
pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas
selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan
yang sudah disiapkan di atas.
c) Pelaksanaan Pengecatan.
1. Umum.
a) Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan cat,
penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur.
b) Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan
harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.
c) Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian tepi, sudut
dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-
permukaan di sekitarnya.

2. Proses Pengecatan.
a) Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk memberikan
kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan
dari pabrik pembuat cat dimaksud.
b) Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering), sesuai
ketentuan berikut.
1) Permukaan Interior, Gypsum
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
2) Permukaan Eksterior Gypsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.
c) Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) harus sesuai dengan ketentuan dan/atau
standar pabrik pembuat cat yang telah disetujui untuk digunakan.

3. Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


a) Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras, membentuk
selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
b) Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya selama
pengecatan.
c) Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan, maka cat boleh
diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan
pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
d) Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor untuk
memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di bawahnya).
4. Metode Pengecatan.
a) Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan dan lapisan berikutnya
boleh dengan kuas atau rol.
5. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus dipasang
kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

V. PEKERJAAN ALUMUNIUM COMPOSITE PANEL


8.1 LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja, pengecetan dan finishing dengan
kebutuhan persyaratan sebagai berikut :
a. Pek. Rangka Hollow 40x40 mm
b. Pekerjaan ACP PVDF 0,3mm

2. PERSIAPAN MATERIAL, antara lain: ACP PVDF 0,3, rangka besi hollow 40x40mm.
3. PERSIAPAN ALAT KERJA, antara lain: Bit router, Mata mesin potong, Sekrup PH ukuran 8x½ inc, Sekrup
PH ukuran 8x¾ inc, Dynabolt, Mur baut, Kawat Las, Lap Majun, Waterpas, meteran 5 – 15 m, Palu
paku, Meteran Siku,Tang.
4. PERSIAPAN TENAGA, antara lain: Pekerja 8 Orang, Tukang 2 orang.
5. PERSIAPAN WAKTU, antara lain: waktu yang digunakan kurang lebih 14 hari.

8.2 PERSYARATAN MATERIAL

a. Bahan :
Bahan : Alumunium Composit
Tebal : 3 mm
Berat : 5-6 kg/m2
Bending Strength : 45 – 60 kg/4mm
Heat Deformation : 200 derajat celcius
Sound Insulation : 24 – 39 dB
Finished : Flourocarbond factory finished.
Warna : Disesuaikan (Lihat Brosur )
Alumunium skin thicknees : 0,3mm
Coating type : PVDF
b. Bahan composit tidak mengandung racun / non toxic;
c. Bahan composit harus dalam keadaan rata, warna akan ditentukan kemudian;
d. Bahan yang digunakan dari produksi Seven, Reynobond, Seven Reynobond Alpolic dengan
PVDF 0,3 SELF CLEANING.
e. Contoh-contoh;
Kontraktor pelaksana diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan kepada direksi
lapangan untuk mendapat persetujuan Pemberi Tugas
8.3 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Persiapan
1) Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan alumunium composite panel
2) Approval material yang akan digunakan
3) Persiapan lahan kerja
4) Persiapan material kerja, antara lain : alumunium composite panel, rangka alumunium, baut
dynabolt, sekrup, sealant, dll
5) Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass, meteran, benang, selang air,
cutting well, gerinda, bor, gun sealant, steiger, dll
b. Pengukuran
1) Lakukan pengecekan dan pengukuran dilapangan (marking area) untuk area yang akan
dipasang alumunium composite panel
c. Pelaksanaan pekerjaan alumunium composite panel
2) Fabrikasi rangka dan alumunium composite panel sesuai ukuran gambar kerja
3) Pasang benang untuk acuan pemasangan rangka dan alumunium composite panel
4) Pasang dudukan rangka pada area dengan perkuatan baut dynabolt.
5) Pasang rangka alumunium pada dudukan rangka
6) Cek kerataan dan kesikuan rangka alumunium terpasang
7) Pasang alumunium composite panel pada rangka alumunium dengan perkuatan sekrup
8) Cek kerataan dan kesikuan pemasangan alumunium composite panel
9) Perapihan nat antara alumunium composite panel dengan sealant
10) Setelah pekerjaan selesai, bersihkan pelindung blue sheet pada alumunium composite panel
11) Fasteners, termasuk sekrup tersembunyi, kacang-kacangan, baut dan item lainnya yang
diperlukan untuk menghubungkan aluminium.
12) Blind digunakan untuk memasang paku keling panel ke sub-frame aluminium akan aluminium
paduan dengan baja stainless Mandrel.
13) Semua panel harus dipotong dan diarahkan menggunakan peralatan dan alat-alat yang
direkomendasikan dan disetujui oleh produsen panel. Setelah lipat ke dalam kaset, sebuah
aluminium ekstrusi profil Akan ditetapkan untuk 25mm minimum dalam tikungan kembali
menggunakan paku keling 5mm.
14) Jika penguatan panel akan dibutuhkan, sebuah aluminium ekstrusi profil yang sesuai
penampang dan kekuatan akan terikat ke sisi sebaliknya panel menggunakan pita perekat
dua sisi "3M VHB4991" atau PU perekat "Sikaflex-221". Penerapan sistem ikatan akan
diperketat sesuai dengan spesifikasi manufaktur dan rekomendasi. Ujung mekanis stiffener
akan bergabung ke panel sub-frame.
15) Setiap panel harus ditandai di sisi sebaliknya untuk memudahkan identifikasi ukuran dan
lokasi.
16) Selesai panel akan disimpan dan dikirim ke site/ lokasi dalam posisi vertikal, face-to-face resp.
back-to-kembali, dengan perlindungan yang memadai untuk mencegah goresan dan penyok.
17) Pengelupasan pelindung diterapkan pabrik-off foil hanya boleh dihapus setelah panel
terinstal.
18) Hasil pemasangan pekerjaan Alumunium Composit Panel harus merupakan hasil pekerjaan
yang rapi dan tidak bergelombang;
19) Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 15 tahun dari PPG Factory
terhadap warna dan kualitas alumunium berupa Sertifikat Jaminan sesuai dengan volume
yang dibutuhkan.

VI. LANGIT-LANGIT PLAFOND Gypsum board (120x240) t = 9 mm


6.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan panel Gypsum board t = 9 mm untuk pekerjaan, seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

6.2. STANDAR/RUJUKAN
 American Society for Testing and Materials (ASTM)

6.3. PROSEDUR UMUM


 Contoh Bahan dan Data Teknis.
a) Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan, data teknis
dan detail pemasangan pekerjaan ini kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
b) Bahan-bahan di sini diidentifikasikan dengan nama suatu produk/ merek. Bahan-bahan dengan
merek lain yang dikenal dan setara dapat digunakan selama bahan pengganti tersebut memiliki
karakteristik dan kemampuan yang sama dengan produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis
ini dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Pengiriman dan Penyimpanan.
a) Semua panel kalsium silikat harus disimpan di atas lantai kering yang rata, dan harus ditutup dengan
papan pelindung yang bertulis yang berasal dari pabrik pembuat panel.
b) Tumpukan panel harus ditutup dengan terpal yang longgar agar udara dapat bersirkulasi dengan
bebas di sekitar tumpukan.
 Ketidaksesuaian.
a) Konsultan Pengawas berhak menolak setiap pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai ketentuan
yang disyaratkan atau tidak sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
b) Semua biaya yang ditimbulkan karena perbaikan atau penolakan pekerjaan ini menjadi beban
Kontraktor.
c) Penolakan dapat disebabkan antara lain kesalahan Kontraktor dalam pemasangan bahan yang tidak
sesuai, atau pengaplikasian yang tidak sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja atau Spesifikasi
Teknis ini.
6.4. BAHAN-BAHAN
 Panel Gypsum board t = 9 mm.
 Perlengkapan Pemasangan.
Rangka.
Rangka metal berupa produk jadi (prefabrikasi) untuk pemasangan panel pada langit – langit, eksterior
dan tempat-tempat lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Harus dibuat dari bahan baja ringan
lapis seng dan alumunium seperti Zincalume atau Galvalum yaitu rangka alumunium hollow 15x35 dan
penggantung alumunium hollow 35x35 , dengan bentuk dan ukuran yang sesuai untuk pemasangan panel
Gypsum board t = 9 mm.
 Alat Pengencang.
a. Alat pengencang panel pada rangka metal harus berupa sekrup jenis self-embeded-head dan self-
tapping yang memiliki lapisan anti karat jenis electro-plating.
b. Alat pengencang pada rangka harus berupa skrup yang memiliki kepala lebar dan berbadan langsing
dan diberi lapisan seng agar tidak berkarat.
c. Pita Penyambung Berperekat (Self Adhesive Join Tape)
Pita penyambung harus dibuat dari bahan serat gelas (fibreglass) yang kuat dan memiliki perekat,
sesuai atau setara dengan Join Tape Kalsiboard.
d. Kompon
Kompon untuk pemasangan panel kalsium silikat harus didesain khusus sehingga dapat digunakan
untuk sistem sambungan tertutup (flush joint system), penutup kepala sekrup atau paku.
e. Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Bahan penutup dan pengisi celah untuk setiap sambungan dan celah antara panel semen berserat
harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
f. Pengecatan
Pengecatan untuk penyelesaian permukaan panel harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat panel dan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
6.5. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Umum.
Panel Gypsum board t = 9 mm digunakan untuk pemasangan interior maupun eksterior pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Panel Gypsum board t = 9 mm harus diolah dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
 Persiapan.
Panel Gypsum board t = 9 mm memiliki permukaan yang halus yang membutuhkan persiapan minimal
sebelum penyelesaian.
Panel Gypsum board t = 9 mm harus dipotong dengan alat pemotong yang direkomendasikan pabrik
pembuat panel sehingga akan dihasilkan potongan yang rata dan licin.
Pengebor elektris dapat digunakan untuk melubangi panel untuk penempatan peralatan, seperti armatur
lampu, kisi-kisi udara dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Pengencangan.
a) Ukuran dan jenis alat pengencang yang akan digunakan harus sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuat panel Gypsum board t = 9 mm.
b) Penempatan skrup atau sekrup harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel. sekrup harus
terbenam sampai rata dengan permukaan panel.
 Sambungan.
a) Setiap sambungan panel, baik sambungan terbuka / bercelah ataupun berbentuk garis, harus diisi
dengan bahan penutup dan pengisi yang bersifat lentur dan tahan cuaca seperti direkomendasikan
pabrik pembuat panel, atau sesuai ketentuan.
b) Bahan pengisi sambungan harus diaplikasikan di atas batang penumpu yang memiliki ukuran yang
sesuai, seperti direkomendasikan oleh pabrik pembuatan bahan pengisi.
c) Agar diperoleh permukaan yang halus dan menerus tanpa sambungan, sambungan harus ditutup
dengan sistem sambungan tertutup yang direkomendasikan pabrik pembuat panel.
 Aplikasi.
Untuk aplikasi langit-langit dan lainnya, pemasangan antara lain harus sebagai berikut :
a. Panel harus dipotong dalam ukuran sesuai Gambar Kerja dan ukuran di lokasi pekerjaan.
b. Panel dipasang pada rangka alumunium, dengan alat pengencang dalam ukuran yang sesuai
rekomendasi pabrik pembuatnya.
c. Sambungan antara panel harus ditutup sesuai rekomendasi pabrik pembuat panel.
 Penyelesaian
a. Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik, permukaan harus diamplas ringan dengan amplas
halus dan setiap debu harus disingkirkan dari permukaan dengan kain kasar yang bersih. Butir-butir
lepas yang menempel pada permukaan harus dihilangkan dengan pengikis besi;
b. Panel kemudian dilapisi dengan 2 (dua) lapis cat emulsi;
c. Warna-warna cat harus sesuai Skema Warna yang akan ditentukan kemudian.

 Pelaksanaan
a. Menyiapkan alat yang diperlukan untuk memudahkan pemasangan Gypsum board t = 9 mm.
Peralatan yang diperlukan cukup sederhana antara lain cutter, impact drill(bor) bolak balik ukuran
10 mm, mata bor untuk sekrup, angel grinder, siku, meteran ukur, palu, kabel daya dan stop
kontak,selang air (waterpas).
b. Menyiapkan bahan. Secara umum bahan yang diperlukan antara lain rangka plafon (saya rekomendasi
kan menggunakan alumunium hollow galvalum), shunda plafon, paku beton untuk memaku rangka
hollow pada dinding, sekrup ukuran 6 x 1” untuk bahan plafon dan list ke rangka hollow dan lainnya.
c. Ukur rencana tinggi plafon. Sebaiknya tidak melebihi ring balok. Gunakan selang air untuk mengatur
ketinggian agar sama tinggi (waterpas).
d. Pasang rangka hollow, sesuaikan dengan ukuran ruangan. Dan sesuaikan rentang rangka di kisaran 60-
70 cm semakin rapat rangka semakin baik. Namun umum nya kami standart nya di kisaran 60cm
rentang rangka nya.
e. Pasang list plafon telebih dahulu pada salah satu dinding. Gunakan gerinda atau gergaji pipa paralon
untuk memotong bagian sudut list. Umum nya jika pemasangan plafon list profile nya di pasang
terakhir, kalau shunda plafon list profil di pasang lebih dahulu karena list ini fungsi nya untuk
mengunci bahan plafon Gypsum board t = 9 mm nya agar tidak terlepas. Pasang lis menggunakan
sekrup dan bor, dengan jarak 50 cm.
f. Pasang plafon mulai dari pinggir. Jika memang harus dipotong, gunakan cutter untuk memotongnya
dan jika membutuhkan potongan siku sebaiknya menggunaka penggaris siku sehingga potongan nya
sesuai.
g. Tempelkan plafon menggunakan sekrup pada bagian pinggir Interlocking nya pastikan penggunaan
sekrup sesuai rentang nya semakin jarang di baut kemungkinan bahan plafon terlepas bisa terjadi
dan tutup kembali bagian baut dengan bahan plafon selanjutnya.
h. Finishing, yaitu melakukan pemeriksaan pada setiap bagian plafon yang masih terlihat belum rapi
masih belum rapat Tahap selanjutnya adalah pemasangan lis terakhir sebagai penutup pada bagian
ini bisa di sekrup atau tidak

Anda mungkin juga menyukai