Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Kawasan Karangsambung terletak 19 km utara Kebumen, merupakan laboratorium


alam terbaik dimana berbagai jenis batuan dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-
beda bisa dijumpai. Karangsambung merupakan tempat pertemuan antara lempeng
samudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia. Jejak proses tumbukan antar
lempeng yang terjadi mulai zaman Kapur sekitar 121 juta tahun lalu bisa ditemukan
ditempat ini dalam bentuk singkapan berbagai jenis batuan dengan kenampakan
morfologinya yang menjadikan tempat ini laksana sebuah texbook alam dimana konsep
tektonik lempeng dapat dipelajari dan dibuktikan kebenarannya.
Dengan terwujudnya kawasan konservasi di Karangsambung maka kepentingan
ilmiah, pendidikan, wisata dan ekonomi akan dapat di atur secara komprehensip di dalam
satu manjemen sehingga pengelolaan kawasan secara berkelanjutan semakin baik. Hal ini
sesuai dengan standart UNESCO dimana Taman Geologi (Geopark) haruslah mempunyai
kenampakan geologi yang spesial dan jarang yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal (geotourism &
geoproduct) yang berkelanjutan. Keunikan geologi Karangsambung dapat disejajarkan
dengan zone-zone tumbukan di tepi barat Amerika, di Italia, Taiwan dan beberapa pulau
di Jepang.
Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan morfologi serta
kekomplekan struktur geologinya menjadikan kawasan ini sebagai Monumen Geologi
yang layak untuk dikonservasi dan dijaga kelestariannya. Berdasarkan Kepmen ESDM
No.2817K/40/MEM/2006, maka kawasan Karangsambung seluas kurang lebih 22.157 Ha
yang meliputi Kabupaten Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo telah ditetapkan menjadi
Cagar Alam Geologi Karangsambung.
GEOLOGI REGIONAL

Karangsambung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,


Indonesia. Karangsambung berada pada batas koordinat 109035’-109o41’BT dan 7o25’-
7o36’LS dengan luas 20 x 20 km2. Di Kecamatan Karangsambung terdapat Lokasi Cagar
Alam Geologi Nasional yang dikelola oleh Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian
Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Cagar Alam Geologi Nasional-
Karangsambung merupakan laboratorium alam untuk mempelajari geologi pada khususnya
dan kebumian pada umumnya. Terdapat berbagai batuan yang berumur antara 125 - 65 juta
tahun yang lalu. Pada zaman tersebut kawasan Karangsambung merupakan dasar samudera.
Akibat tumbukan antara tiga lempeng bumi, maka kawasan Karangsambung sekarang
terangkat ke permukaan. Selain itu, berbagai kenampakkan geologi lain hadir pada daerah ini
sehingga Karangsambung dijadikan sebagai museum geologi lapangan Indonesia.
 Morfologi Karangsambung
Secara umum daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan bergelombang dan
perbukitan tak teratur dengan ketinggian hingga 520 m. pada peta topografi akan nampak
sebagai daerah dengan kontur yang rapat. Daerah yang dikenal juga sebagai Tinggian
Luk Ulo (Luk Ulo Uplift, Koesoemadinata dan Pulunggono, 1975) ini merupakan
daerah perbukitan dengan arah memanjang timur-barat. Tinggian ini merupakan
pemisah antara daerah fisiografi Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu
Selatan dimana sungai-sungai umumnya mengalir ke arah selatan dan bermuara di
Samudera Indonesia (gambar 1)

Gambar 1. Posisi daerah Luk Ulo yang berada pada rangkaian pegunungan Selatan
Pada Karangsambung ini terdapat morfologi berupa perbukitan struktural dan morfologi
fluvial. Perbukitan atau pegunungan tersebut yaitu Perbukitan Waturanda, Perbukitan Sipako,
Gunung Paras, Gunung Brujul, Perbukitan Jatibungkus, dll. Lokasi perbukitan ini disebut
sebagai mélange complex karena litologi yang menyususn perbukitan tersebut tidak teratur
atau biasa disebut sebagai zona kacau. Melange ini menghasilkan suatu morfologi berupa
perbukitan yang memutar.Sedangkan untuk morfologi fluvial berupa Sungai Luk Ulo yang
berjenis sungai anteseden, yang mana memotong struktur geologi yang berada di daerah ini.
Terdapat pula meander dan dataran teras yang menunjukkan stadia tua. Selain Sungai Luk
Ulo, terdapat berbagai sungai lainnya yaitu Kali Muncar , Kali Cacaban, Kali Mandala, dan
Kali Brengkok.
 Struktur Geologi Karangsambung
Daerah Luk Ulo merupakan bagian Pegunungan Serayu Selatan yang tererosi paling
dalam, tersususn oleh batuan dan struktur geologi yang komplek, dimana batuan
terdeformasi kuat dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-beda, fasies dan umur
berbeda tersingkap secara secara berganti dalam jarak yang dekat. Kelompok batuan ini
merupakan kumpulan aneka batuan dengan struktur dan startigrafi yang tidak teratur,
tersusun oleh fragmen dan blok batuan ofiolit, metamorfosa derajat rendah – tinggi,
batuan meta sedimen, batuan sedimen laut dalam yang berada di dalam kepungan batu
lempung bersisik. Kelompok batuan semacam ini disebut batuan bancuh ( tectonic
mélange ). Fragmen dan blok batuan tersebut umumnya berbentuk angular – sub angular
dengan ukuran beberapa sentimeter hingga kilometer. Nama Komplek Melange Luk
Ulo diusulkan untuk kelompok batuan ini yang merupakan tectono- stratigraphic unit
(Asikin, 1974).
Komplek Melange Luk Ulo merupakan hasil subduksi antara lempeng samudera
Hindia_Australia yang bergerak kearah Utara dengan lempeng Eurasia. Arah umum
kecenderungan struktur geologinya adalah timur laut – barat daya yang sejajar dengan
tinggian dan rendahan pada daerah Cekungan Jawa Utara serta pegunungan Meratus di
Kalimantan. Korelasi lebih lanjut dengan kelompok batuan di Meratus dan Pulau Laut
menunjukkan bahwa penunjaman melewati Kalimantan. Mulai Ciletuh Jawa Barat pola
strukturnya barat – timur, di Pegunugan serayu Selatan strukturnya berubah kearah
timur laut di Laut Jawa dan menerus di Pegunungan Meratus di Kalimantan (gambar 2)
Komplek Melange Luk Ulo ditutupi oleh endapan olistostrome dari Formasi
Karangsambung dan Totogan yang tersusun oleh campuran fosil Peleosen, Eosen dan
Oligosen. Asosiasi batuan dan struktur geologinya menandakan bahwa Formasi ini
dihasilkan dari proses peluncuran gaya berat pada prisma akresi yang merupakan
endapan syn tektonic. Selama
pengisian cekungan yang kecil ini batuan mengalami proses deformasi secara menerus.
Berdasarkan asumsi terdapatnya di atas batuan mélange, maka umur Formasi ini tidak
lebih muda dari Paleosen. Olistostrome ini ditutupi secara tidak selaras oleh endapan
klastika vulkanik dan endapan turbit berumur Oligosen – Miosen Tengah berupa
Formasi waturanda dan Penosogan yang merupakan endapan fore – arc basin.

7 Gambar 2. Distribusi singkapan batuan Pra-Tersier Kapur di tepi tenggara Paparan Sunda (modifikasi dari
Guntoro, 1996).

Pada Miosen Akhir batas lempeng bergerak kearah selatan yang menghasilkan pergeseran
sumbu magmatik kearah selatan dan menghasilkan batuan vulkanik kalk – alkalin di
daearah Karangbolong. Pada saat itu cekungan Banyumas mengalami penurunan dan
terisi sedimen dari sumbu magmatik di selatan serta dari tepi benua di utaranya yang
menghasilkan Formasi Halang (gambar 3).
Setidaknya terdapat 2 (dua) patahan utama melalui daerah ini, yaitu berarah barat laut
tenggara dan utara – selatan. Patahan barat laut- tenggara merupakan sisa patahan naik
pada zone imbrikasi dari prisma akresi yang dihasilkan selama proses penunjaman yang
kemudian diaktifkan kembali oleh tektonik berikutnya. Sedangkan patahan Utara –
Selatan dihasilkan oleh gaya kompresi yang sekaligus menghasilkan lipatan berarah
barat – timur (gambar 4).

Gambar 3. Model evolusi tektonik cekungan Banyumas (Asikin, 1994)


Gambar 4. Peta geologi daerah Luk Ulo, Karangsambung
 Stratigrafi Karangsambung
Secara garis besar, geologi Karangsambung tersusun oleh berbagai macam jenis
batuan dengan lingkungan pembentukan dan umur yang berbeda-beda serta struktur
geologi yang komplek. Kekomplekkan kondisi geologi disebabkan karena daerah ini
merupakan tempat penunjaman/subduksi antara lempeng sumudera Hindia Australia
dengan lempeng benua Eurasia pada jaman Kapur – Eosen. Stratigrafi daerah ini dimulai
dari batuan tertua di Jawa yang mengalami pengangkatan dan erosi maksimal sehingga
muncul di kawasan Karangsambung. Menurut Asikin (1994) stratigrafi daerah ini
meliputi Komplek Melange Luk Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung, Formasi
Waturanda, dan Formasi Penosogan (gambar 5).
1. Komplek Melange Luk Ulo
Komplek Melange Luk Ulo merupakan satuan batuan bancuh (chaotic) dari
berbagai macam batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf pada masa
dasar lempung yang tergerus kuat (pervasively sheared). Kenampakan struktur
boudinage dengan kekar gerus dan cermin sesar merupakan hal yang umum dijumpai
pada permukaan batuan. Blok-blok batuan berupa exotic block maupun native block
berukuran centimeter hingga ratusan meter yang mengambang di atas lempung
hitam tersebar luas dengan pola penyebaran sejajar arah gerusan.
Komponen Melange Luk Ulo meliputi :
- Batuan Metamorfik, merupakan batuan tertua yang dijumpai dan terdiri dari
genes, sekis hijau, sekis mika, sekis biru, filit, amphibolite, eklogit dan marmer.
Pengukuran radiometric K-Ar pada sekis mika menunjukkan umur 117 Ma,
Ketner, et.al (1976).
- Batuan beku, berupa batuan ultra mafik yang merupakan seri batuan ofiolit
dijumpai sangat bagus di daerah ini. Peridotit, serpentinit, gabro dan basalt
yang sering membentuk struktur bantal. Basalt berstruktur bantal umumnya
berasosiasi dengan sedimen laut dalam.
- Sedimen laut dalam, berupa selang seling rijang dengan lempung merah atau
lempung merah gampingan.
- Batuan sedimen, umumnya berupa perselingan batuan pelitik dengan batupasir,
disamping itu dijumpai greywacke dan metagreywacke yang sering membentuk
struktur boudinage
Berdasarkan penanggalan radiometric K-Ar maka umur metamorfisme sekitar Kapur
akhir (117 Ma), sedangkan dari fosil radiolaria menghasilkan kapur awal hingga
akhir, Wakita et al (1991). Asikin (1974) dan Sapri, H., dkk. (1998) berdasarkan nano
fosil dari sedimen di atas mélange menemukan percampuran fauna Paleosen dengan
Eosen. Dari data ini maka diduga umur Komplek Melange berkisar Kapur Akhir
hingga Paleosen.
2. Formasi Karangsambung-Totogan
Menurut Asikin (1974), Formasi Karangsambung-Totogan tersusun oleh kelompok
sedimen yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang sering
dikenal dengan istilah Olistostrome. Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran
centimeter hingga ratusan meter tersebar secara acak dalam masa dasar lempung
hitam bersisik (scaly clay). Jenis fragmen yang dijumpai bermacam-macam. Pada
bagian bawah, variasi fragmenya sangat heterogen yang menyangkut lebih dari 6
(enam) jenis fragmen seperti batulempung, batupasir, konglomerat, sekis, filit,
batugamping berfosil, kuarsit, basalt, marmer, rijang dan breksi polimik. Pada
bagian atas variasi fragmennya bersifat homogen. Diameter fragmen sangat
bervariasi, sebagian besar kurang dari 30 cm, sebagian kecil mencapai ratusan
meter. Fragmen berukuran besar dijumpai pada bagian bawah sampai tengah
formasi, fragmen lebih kecil dijumpai pada bagian atas formasi, sebaran fragmen
tidak terpola. Berdasarkan ukuran dan variasi fragmen, diperkirakan bahwa tingkat
gangguan tektonik lebih kuat pada awal sedimentasi, yang kemudian melemah pada
akhir proses sedimentasi. Seluruh satuan olistostrome pada awalnya diendapkan pada
cekungan labil dekat komplek mélange yang kemudian semakin menjauh dari
komplek mélange. Masa dasar berupa batu lempung bersisik, berwarna abu-abu
gelap hingga cerah. Bagian bawah formasi scaly clay sangat intensif terbentuk
namun pada bagian atas tidak. Perbedaan intensitas pembentukan lempung bersisik
disebabkan karena proses pelongsoran kuat yang berulang-ulang namun
kekuatannya semakin berkurang ke arah atas, Ansori, C., (2002).
Diabas dijumpai sebagai batuan beku intrusif dyke (G. Bujil) serta sill (G. Parang) yang
mengintrusi formasi Karangsambung. Pada beberapa bagian didapatkan aliran lava
berstruktur bantal, namun sifatnya lebih andesitik dengan tekstur lebih kasar
dibandingkan lava bantal pada komplek mélange. Kelompok batuan ini mempunyai
afinitas tholeit busur kepulauan yang diduga sebagai hasil vulkanisme bawah laut
dengan pusat erupsi disekitar G. Parang-Dakah, Yuwono (1997). Menurut Soeria
Atmadja, dkk (1991) berdasarkan pentarikan radiometrik K-Ar, diabas G. Parang
berumur 26 – 39 Ma atau sekitar Eosen – Oligosen yang identik dengan kisaran umur
Formasi Karangsambung-Totogan. Kemungkinan satuan ini dierupsikan bersamaan
dengan pengendapan Olistostrome dari Formasi Karangsambung-Totogan.
3. Formasi Waturanda
Formasi ini tersusun oleh breksi vulkanik serta batupasir dalam perulangan
perlapisan yang tebal. Breksi umumnya tersusun oleh fragmen andesitik dengan
ukuran beragam dari kerikil hingga bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa
pasir kasar, struktur sedimen yang dijumpai berupa perlapisan bersusun normal,
bersusun terbalik, dan laminasi sejajar. Formasi ini diendapkan sebagai endapan
turbidit, berumur Miosen awal (N5 –N8).
4. Formasi Penosogan
Terletak selaras di atas Formasi Waturanda, tersusun oleh perlapisan batupasir tipis
hingga sedang, batulempung, kalkarenit, napal tufaan dan tufa. Bagian bawah
dicirikan oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya menghalus ke atas
dan komponen karbonatnya semakin tinggi. Bagian tengah terdiri dari perlapisan
napal dan lanau tufaan dengan sisipan tipis kalkarenit. Sekwen Bouma nampak
berkembang baik. Bagian paling atas kandungan tufanya meningkat dengan
dominasi napal tufaan dan tufa. Formasi Penosogan diendapkan pada lingkungan laut
dalam yang dipengaruhi arus turbidit.
5. Formasi Halang
Penyebaran formasi tersebar di bagian selatan , membentang dari barat hingga timur
menempati daerah perbukitan. Tebalnya sekitar 400 – 700 m. Litologi penyususn
terdiri dari batu pasir gampingan, batupasir kerikilan, batupasir tufaan, napal, napal
tufaan, batulempung, batulempung napalan dan sisipan kalkarenit. Umur Formasi
adalah Miosen Tengah – Pliosen Awal, berdasarkan temuan formasi bentos seperti
Gyroida sp dan Epinodes sp.
Gambar 5. Stratigrafi daerah Luk Ulo Karangsambung (Asikin dkk, 1992)
LOKASI PENGAMATAN
Stop 1

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 2

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 3

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 4

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 5

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 6

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 7

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 8

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 9

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 10

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 11

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :
Stop 12

Daerah
Koordinat
Formasi

Deskripsi :

Diskusi :

Anda mungkin juga menyukai