Anda di halaman 1dari 6

Journal Endurance 2(1) February 2017 (1-6)

GAMBARAN SKRINING RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA


YOGYAKARTA TAHUN 2015

Abdul Khodir Jaelani1, Findy Hindratni2


DIII Kebidanan, Akademi Kebidanan Indragiri, 29312 Rengat Pekanbaru Riau
Email: findi_nofendra@yahoo.com

Submitted :29-10-2016, Reviewed:20-11-2016, Accepted:09-11-2016


DOI: http://dx.doi.org/10.22216/jen.v2i1.1296

Abstract

Screening recipe is one part of clinical pharmacy services at the health center, by screening a
prescription can decrease error treatment and improve patient safety. The purpose of this study to look
at the picture of the recipe screening at the health center area of the city of Yogyakarta. This research
is descriptive observational with cross sectional approach. Data collection was performed by means of
a retrospective (drug prescription data in May 2015) in the city health center Jetis Yogyakarta,
Margangsan and Tegalrejo with a total sample of 960 prescriptions. Based on identification screening
recipe recipe picture screening in the clinic of Yogyakarta city as a whole has not been conducted in
stages, the majority of screening recipe has not been done by the pharmacist that the patient's weight
(97.5%), the inclusion of the doctor's name, initials doctor, physician practice license (46 , 4%), and
allergy medications (93.5%).

Keywords: Screening recipes, health center

Abstrak
Skrining resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi klinik di Puskesmas,
dengan melakukan skrining resep dapat menurunkan kesalahan pengobatan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran skrining resep di Puskesmas
wilayah kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan
crossectional. Pengambilan data dilakukan dengan cara retrospektif (data resep obat bulan mei 2015)
di Puskesmas kota Yogyakarta yaitu puskesmas Jetis, Margangsan dan Tegalrejo dengan jumlah
sampel sebanyak 960 resep. Berdasarkan hasil identifikasi skrining resep gambaran skrining resep di
puskesmas kota Yogyakarta belum dilakukan secara menyeluruh, mayoritas skrining resep yang belum
dilakukan oleh petugas farmasi yaitu berat badan pasien (97,5%), pencantuman nama dokter, paraf
dokter, surat ijin praktek dokter (46,4%), dan alergi obat (93,5%).
Kata kunci: Skrining resep, Puskesmas

PENDAHULUAN
Kegiatan skrining resep yang Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan tenaga kefarmasian untuk dilakukan oleh Ansari dan Neupane(2009),
mencegah terjadinya keselahan pengobatan ditemui kesalahan dalam penulisan resep
(Medication error) (Depkes RI, 2008). dari segi nama dokter (85,4%), kualifikasi
Kesalahan pengobatan adalah kejadian dokter (99,6%), nomor registrasi dokter
yang merugikan pasien akibat pemakaian (99,6%), dan paraf dokter (15,7%). Hal
obat selama dalam penanganan tenaga yang sama juga berlaku dengan tiadanya
kesehatan yang sebetulnya simbol R/ sebanyak 66,8%. Tidak adanya
dapat dicegah (PermenkesNomor 30 Tahun pernyataan tentang bentuk sediaan obat
2014). sebanyak 12%, jumlah obat sebanyak 60%,
dosis obat sebanyak 19%, frekuensi obat

Kopertis Wilayah X 1
Abdul, dkk – Gambaran Skrining Resep... Journal Endurance 2(1) February 2017

sebanyak 10%, dan cara pemakaian obat Berdasarkan survey pendahuluan


sebanyak 63%. Tidak adanya kekuatan obat yang di lakukan di Puskesmas kota
ditemui sebanyak 40%. Penggunaan Yogyakarta, skrining resep pasien yang
singkatan yang tidak sah terdapat sebanyak dilakukan tenaga farmasi yang ada di
0,25% dan sebanyak 0,63% tulisan tidak Puskesmas masih belum dilakukan untuk
dapat dibaca. Dalam penelitian Rahmawati semua resep pasien dan skrining resep
dan Oetari, (2002) di kota Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa resep yang memenuhi dapat meningkatkan kesalahan pengobatan
persyaratan yang berlaku adalah 39,8%. jika tidak segera dilakukan sekrining resep
Ketidaklengkapan tersebut disebabkan sesuai dengan standar Permenkes Nomor
antara lain karena tidak adanya paraf, 30 Tahun 2014.
nomor ijin praktek dokter dan tanggal
resep. Tulisan tangan dokter yang kurang METODE PENELITIAN
dapat dibaca sangat menyulitkan sehingga
berpotensi menimbulkan kesalahan Penelitian ini bersifat deskriptif
interpretasi terutama pada nama obat, dosis, observasional dengan desain Cross
aturan pakai dan cara pemberian, yang Sectional. Pengambilan data dilakukan
selanjutnya dapat menyebabkan kesalahan secara retrospektif (Data resep bulan mei
pengobatan. 2015) di Puskesmas wilayah kota
Kesalahan peresepan dalam hal Yogyakarta yaitu Puskesmas Jetis,
penulisan resep meliputi resep yang tidak Margangsan dan Tegalrejo dengan jumlah
dapat dibaca, penulisan singkatan yang sampel 960 resep pasien. kriteria sampel
ambigu atau memiliki dwi makna, dalam penelitian ini adalah resep pasien
kurangnya penulisan informasi yang BPJS rawat jalan yang ditebus di
penting misalnya tanggal peresepan, dosis, Puskesmas kota Yogyakarta. Analisis data
rute, frekuensi pemberian obat (Bobb dkk., dilakukan menggunakan deskriptif
2004). persentase dengan SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada 960 Pada tabel 1 diketahui bahwa
resep pasien, dengan kriteria pasien BPJS skrining administratif pasien rawat jalan di
yang menebus resep di unit rawat jalan Puskesmas kota Yogyakarta sebagian besar
Puskesmas kota Yogyakarta yaitu komponennya telah mencapai 100 % yaitu
Puskesmas Jetis, Puskesmas Margangsan nama pasien, umur pasien, jenis
dan Puskesmas Tegalrejo. Jumlah resep kelamin,dan tanggal resep, sedangkan
pasien yang dianalisis pada setiap untuk berat badan, nama dan paraf dokter,
puskesmas ditetapkan sebanyak 320 resep. serta SIP dokter belum mencapai 100%
Adapun metode pengambilan atau artinya masih ada beberapa resep yang
pemilihan resep pasien dilakukan dengan ditemukan tidak mencantumkan
consecutive sampling. Pada consecutive komponen-komponen tersebut. Pentingnya
sampling semua subjek penelitian yang pencantuman berat badan dalam penulisan
memiliki data berurutan dan memenuhi resep dikemukakan dalam penelitian
kriteria sampel dimasukan kedalam Mamarimbing dkk., (2012), yang
penelitian sampai jumlah subjek terpenuhi menyebutkan bahwa berat badan
(Dahlan, 2005). Evaluasi tentang skrining merupakan salah satu aspek penting yang
resep pasien rawat jalan di Puskesmas kota diperlukan dalam perhitungan dosis,
Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 1. khususnya dosis anak. Pencantuman nama
dan paraf dokter dalam resep juga
merupakan hal yang penting untuk

Kopertis Wilayah X 2
Abdul, dkk – Gambaran Skrining Resep... Journal Endurance 2(1) February 2017

dicantumkan, jika terjadi kesalahan dalam diperlukan untuk menjamin keamanan


hal peresepan maka petugas kefarmasian pasien, bahwa dokter tersebut mempunyai
dapat langsung menghubungi dokter yang hak dan dilindungi undang-undang dalam
bersangkutan untuk melakukan verfikasi memberikan terapi pengobatan kepada
terkait dengan terapi obat yang diberikan pasien (Mamarimbing dkk., 2012).
kepada pasien (Akoria dan Isah, 2008),
sedangkan pencantuman SIP dalam resep
Tabel 1. Persentase Skring Resep Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
Kota Yogyakarta (Mei 2015)

Skrining Resep Frekuensi (%)


n = 960
Administratif :
Nama Pasien 100
Umur Pasien 100
Jenis Kelamin 100
Berat Badan Pasien 2,5
Nama dan paraf Dokter 53,6
Tanggal Resep 100
SIP dokter 53,6
Farmasetis :
Obat Sesuai 51,9

Dosis Obat 98,6

Jumlah Obat. 98,6

Frequensi Obat 98,6

Rute Pemberian Obat 98,6

Bentuk Sediaan Obat 98,6

Ketersediaan Obat 98,6

Klinis :
Tepat Indikasi 32,1
Tepat Dosis 32,1
Tepat Waktu 32,1
Tepat Obat 32,1
Interaksi Obat 32,1
Alergi Obat 6,5
Kontraindikasi Obat 32,1

Keterangan
n = Jumlah resep pasien rawat jalan puskesmas kota Yogyakarta

Kopertis Wilayah X 3
Abdul, dkk – Gambaran Skrining Resep... Journal Endurance 2(1) February 2017

Berdasarkan hasil evaluasi skrining kesalahan dalam penulisan resep masih


farmasetis resep pasien unit rawat jalan di banyak ditemukan dalam praktek sehari-
Puskemas kota Yogyakarta menunjukkan hari seperti kurangnya informasi yang
sebagian besar komponen skrining diberikan, tulisan yang buruk sehingga
farmasetis telah dilakukan oleh petugas menyebabkan kesalahan pemberian dosis
farmasi yang bekerja di Puskesmas dan rute obat, serta peresepan obat yang
tersebut, meliputi dosis obat, jumlah obat, tidak tepat.
Berdasarkan penelitian Bates dkk.,
frequensi obat, bentuk sediaan dan (1995), kesalahan peresepan dan
ketersediaan obat, Namun ada satu administrasi merupakan dua tipe kesalahan
komponen dalam skrining farmasetis yang yang menyebabkan kesalahan pengobatan.
masih belum dilakukan secara menyeluruh Dalam penelitian Leape dkk., (1991)
yaitu obat sesuai yang hanya mencapai melaporkan frekuensi kesalahan resep
51,9%, rendahnya hasil skrining obat sesuai bervariasi antara 39% dan 74 % dari semua
didalam resep dikarenakan tidak semua kesalahan pengobatan yang ditemukan
dokter yang bekerja di Puskemas Fortescue dkk.,(2003). Sebagian besar
mencamtumkan diagnosis pasien dan hal kesalahan resep yang ditemukan diberbagai
ini menyebabkan petugas kefarmasiaan pusat layanan kesehatan adalah dosis, rute
sering mengalami kendala dalam pemberian obat, dan lama pengobatan
melakukan penyesuaian obat dengan (Phalke dkk., 2011), sedangkan dalam
diagnosis pasien, sehingga untuk penelitian Kaushal dkk.,( 2001), kesalahan
menghindari kesalahan pengobatan, peresepan dapat mernyebabkan kerugian
petugas kefarmasian harus mengkonfirmasi yang potensial terhadap pasien diantaranya
diagnosis pasien kepada dokter yang alergi obat (12,1 %), Nama obat yang salah,
menuliskan resep, hal ini tentunya akan bentuk sediaan atau singkatan (11,4%),
menyita waktu pelayanan obat pasien unit perhitungan dosis yang salah (11,1%) dan
rawat jalan di Puskesmas PONED kota frekuensi obat yang tidak tepat (10,8%).
Yogyakarta yang dapat berdampak pada
waktu tunggu pasien. Untuk menghindari kesalahan
pengobatan, Apoteker dapat berperan nyata
Hasil evaluasi skrining klinis pasien dalam pencegahan terjadinya kesalahan
yang dilakukan petugas farmasi di unit pengobatan di Puskesmas melalui
rawat jalan di Puskesmas kota Yogyakarta kolaborasi dengan dokter dan pasien. Hal
relatif rendah yaitu 32,1 % (tepat indikasi, yang dapat dilakukan antara lain (Depkes
tepat dosis, tepat waktu, tepat obat, RI, 2008) :
interaksi obat dan kontraindikasi obat), dan a. Identifikasi pasien minimal dengan dua
6,5 % (alergi obat), hal ini terjadi karena identitas, misalnya nama dan nomor
skrining klinis belum dilakukan oleh rekam medik/ nomor resep,
petugas kefarmasian secara menyeluruh b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi
selain itu yang menjadi alasan utama adalah pada saat melakukan interpretasi resep
jumlah pasien yang banyak dan kurangnya dokter. Untuk mengklarifikasi
tenaga kefarmasian di Puskesmas ketidaktepatan atau ketidakjelasan
menyebabkan skrining belum dapat resep, singkatan, hubungi dokter
dilakukan untuk semua resep pasien. penulis resep.
Skrining klinis sangat diperlukan terutama c. Dapatkan informasi mengenai pasien
dalam mengatasi kesalahan resep sebagai petunjuk penting dalam
(Prescribing errors) (Phalke dkk., 2011), pengambilan keputusan pemberian
frekuensi kesalahan resep obat yang obat, seperti :
ditemukan tinggi diberbagai layanan 1) Data demografi (umur, berat
kesehatan (Calligaris dkk., 2009). Menurut badan, jenis kelamin) dan data
Lofholm dan Katzung, (2009), beberapa

Kopertis Wilayah X 4
Abdul, dkk – Gambaran Skrining Resep... Journal Endurance 2(1) February 2017

klinis (alergi, diagnosis dan memfasilitasi penelitian ini sehingga penulis


hamil/menyusui). Contohnya, dapat menyelesaikan jurnal ini.
Apoteker perlu mengetahui tinggi
dan berat badan pasien yang KESIMPULAN
menerima obat-obat dengan Berdasarkan hasil identifikasi
indeks terapi sempit untuk skrining resep gambaran skrining resep di
keperluan perhitungan dosis. puskesmas kota yogyakarta belum
2) Hasil pemeriksaan pasien (fungsi dilakuakn secara menyeluruh, mayoritas
organ, hasil laboratorium, tanda- skrining resep yang belum dilakukan oleh
tanda vital dan parameter lainnya). petugas farmasi yaitu berat badan pasien
Contohnya, Apoteker harus (97,5%), pencantuman nama dokter, paraf
mengetahui data laboratorium dokter, surat ijin praktek dokter (46,4%),
yang penting, terutama untuk obat- dan alergi obat (93,5%).
obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti DAFTAR PUSTAKA
pada penurunan fungsi ginjal).
d. Apoteker harus membuat akoria, O.A., Isah, A.O., 2008. Prescription
riwayat/catatan pengobatan pasien. Writing In Public And Private
e. Strategi lain untuk mencegah Hospitals In Benin City, Nigeria:
kesalahan obat dapat dilakukan dengan The Effects Of An Educational
penggunaan otomatisasi (automatic Intervention. Can J Clin Pharmacol
stop order), sistem komputerisasi (e- 15, 295–305.
prescribing) dan pencatatan Ansari M, Neupane D, 2009. Study On
pengobatan pasien seperti sudah Determination Of Errors In
disebutkan diatas. Prescription Writing : A Semi
f. Permintaan obat secara lisan hanya Electronic Perspective. Khatmandu
dapat dilayani dalam keadaan Univ. Med. J. 7, 238–41.
emergensi dan itupun harus dilakukan Bates Dw, Dj, C., N, L., La, P., Sd, S., 1995.
konfirmasi ulang untuk memastikan Incidence Of Adverse Drug Events
obat yang diminta benar, dengan And Potential Adverse Drug
mengeja nama obat serta memastikan Events: Implications For
dosisnya. Informasi obat yang penting Prevention 274, 29–34.
harus diberikan kepada petugas yang Bobb A, Gleason K, Husch M, Feinglass J,
meminta/menerima obat tersebut. Yarnols Pr, Noskin Ga, 2004. The
Petugas yang menerima permintaan Epidemiology Of Prescribing
harus menulis dengan jelas instruksi Errors : The Potential Impact Of
Computerized Order Entry. Arch.
lisan setelahmendapat konfirmasi.
Intern. Med. 164, 785–92.
UCAPAN TERIMAKASIH Calligaris, L., Panzera, A., Arnoldo, L.,
Londero, C., Quattrin, R., Troncon,
Allhamdulillahirobbil’alamin, penulis dapat M.G., Brusaferro, S., 2009. Errors
menyelesaikan penyusunan jurnal yang And Omissions In Hospital
berjudul “Gambaran Skrining Resep Prescriptions: A Survey Of
Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kota Prescription Writing In A Hospital.
Yogyakarta Tahun 2015”. Penulis Bmc Clin Pharmacol 9.
menyadari jurnal ini tidak akan selesai tanpa Dahlan, M.., 2005. Besar Sampel Dan Cara
bantuan berbagai pihak. Penulis Pengambilan Sampel Dalam
mengucapkan terimakasih kepada Direktur Penelitian Kedokteran Dan
Akademi Kebidanan Indragiri Rengat dan Kesehatan, 2nd Ed. Salemba
Puskesmas di kota Yogyakarta yang sudah Medika, Jakarta.

Kopertis Wilayah X 5
Abdul, dkk – Gambaran Skrining Resep... Journal Endurance 2(1) February 2017

Depkes Ri, 2008. Tanggung Jawab


Apoteker Terhadap Keselamatan
Pasien (Patient Safety ).
Fortescue Eb, Kaushal R, Landrigan Cp,
Mckenna Kj, Clapp Md, Federico F,
Goldmann Da, Bates Dw, 2003.
Prioritizing Strategies For
Preventing Medication Errors And
Adverse Drug Events In Pediatric
Inpatients. Pediatrics 111, 722–729.
Kaushal, R., Bates, D.W., Landrigan, C.,
Mckenna, K.J., Clap, M.D.,
Federico, F., Goldmann, D.A.,
2001. Medication Errors And
Adverse Drug Events In Pediatric
Inpatients. Jama 16, 2114–2120.
Doi:10.1001/Jama.285.16.2114.
Lofholm, P., Katzung, B., 2009. Rational
Prescribing & Prescription
Writing. Basic Clin. Pharmacol.
United State Mcgraw Hill Med. 11,
1139–1148.
Mamarimbing, M., Fatimawali, Bodhi, W.,
2012. Evaluasi Kelengkapan
Administratif Resep Dari Dokter
Spesialis Anak Pada Tiga Apotek Di
Kota Manado. Program Studi Farm.
Fmipa Unsrat Manado.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014,
2014. Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas
Phalke, V.D., Phalke, D.B., Aarif, S.M.M.,
Mishra, A., Sikchi, S., 2011.
Prescription Writing Practices In A
Rural Tertiary Care Hospital In
Western Maharashtra, India.
Australas. Med. J. 4, 4–8.
Rahmawati F, Oetari Ra, 2002. Kajian
Penulisan Resep: Tinjauan Aspek
Legalitas Dan Kelengkapan Resep
Di Apotek- Apotek Kotamadya
Yogyakarta. Maj. Farm. Indones.
13, 86–94.

Kopertis Wilayah X 6

Anda mungkin juga menyukai