Anda di halaman 1dari 166

Hubungan Tingkat Partisipasi Komunitas dan Tingkat Efektivitas

Program Pemberdayaan Batik ADEMOS Oleh Corporate Social


Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Cepu

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :
Reza Dzulfahmi Alhakam
NIM. 165120101111054

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
RIWAYAT HIDUP

Reza Dzulfahmi Alhakam sebagai penulis lahir di Bojonegoro pada

tanggal 09 Desember 1997. Anak pertama dari 3 bersaudara pasangan dari Bapak

Marwo.,S.Pd dan Ibu Eny Un Syiah.,S.Ag. Penulis memiliki 2 adik perempuan

dan laki-laki bernama Cantika Rahma Dhea Az-zahra dan Muhammad Akhdan

Rafiqul Islam. Sejak lahir hingga saat ini penulis tinggal di Desa Dolokgede,

Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Penulis

menyelesaikan pendidikan formal di TK Mekarsari tahun 2004, SDN Dolokgede

2010, SMP Negeri 1 Purwosari tahun 2013, dan SMA Negeri 2 Bojonegoro tahun

2016. Setelah menyelesaikan pendidikan TK hingga SMA, pada tahun 2016

penulis mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan

diterima di Universitas Brawijaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program

Studi Sosiologi dan lulus pada tahun 2020 sebagai Sarjana Ilmu Sosial.

Selama menempuh pendidikan formal, penulis mengikuti berbagai macam

organisasi, kepanitiaan, pengabdian masyarakat, festival, pelatihan, dan seminar.

Organisasi yang penulis ikuti semasa sekolah Majelis Perwakilan Kelas (MPK),

Ekstrakurikuler Barisan Pengibar Bendera SMA Negeri 2 Bojonegoro

(BARASDA). Festival yang penulis ikuti yaitu Ubud Writers & Readers Festival

pada 2011 di Kabupetan Gianyar Bali. Pada masa kuliah, penulis aktif dalam

kegiatan akademik dan non akademik. Kegiatan akademik selain perkuliahan

penulis aktif sebagai Asisten Penelitian Dosen “Politisasi Lingkungan oleh Aktor

Perhutani Dalam Kasus Koperasi Tambang Indonesia Iii (Tiga) di Kabupaten

Malang-Jawa Timur”, sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Metode Penelitian

Kualitatif dan Mata Kuliah Sosial Impact Assessment dan Social Planning, serta

iv
sebagai tutor ilmiah untuk mahasiswa baru FISIP UB 2018. Kemudian pada

kegiatan non akademik penulis aktif dibeberapa kegiatan organisasi intra dan

ekstra kampus. Kegiatan organisasi intra kampus yaitu sebagai Staf Muda

Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASIGI ) 2017,

Dirjen Ilmiah Kementerian Minat dan Bakat BEM FISIP UB 2018. Kemudian

pada kegiatan kepanitiaan intra kampus sebagai Ketua Pelaksana Musyawarah

Besar HIMASIGI 2017, divisi humas Sambang Deso BEM FISIP UB 2017, divisi

perlengkapan Sociology Together 2017, divisi perlengkapan Coffe Break Vol.1

2017, divisi kesehatan Sociology Together 2018, Koordinator divisi transportasi

Sociofest 2018, divisi humas Diklat LKM FISIP, Steering Committee Olimpiade

FISIP 2018, Steering Committee EKSPART 2018, Steering Committee Arajatama

2018, Steering Committee Tutor Ilmiah 2018, Steering Committee FISIPRESIASI

2018, Steering Committee Workshop Ilmiah 2018, Steering Committee

pendamping PKM Rektor Mahasiswa FISIP 2018, Steering Committee

pendampingan kontingen FISIP lomba debat NUDC dan KDMI UB 2018,

Steering Committee kalender lomba 2018, Steering Committee pendambingan

Olimpiade Fisip kontengen FISIP 2018, Steering Committee Buku Kesatria Jingga

dan WOW 2018. Pengabdian penulis kepada masyarakat yaitu “Penguatan

Kelembagaan Dan Legalitas Komunitas Seni Dan Budaya Kampung Cempluk”

dan sebagai panitia Festival Kampung Cempluk. Kumudian pada organisasi ektra

kampus penulis aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di tingkat

rayon dan komisariat.

Seminar, pelatihan dan workshop yang pernah penulis ikuti yaitu

Workshop Pengembangan Kapasitas Mahasiswa “Pengembangan Kemampuan

v
Public Speaking Bagi Mahasiswa”, “Berpikir Kritis ; Kita mulai dari mana?”,

Sekolah Kebangsaan 2017, Modal Sosial, From Strangers to Friends; Mengenal

Informan Kita, Seminar Media & Comunity Discussion “Menyambut Pesta

Demokrasi di Malang dalam Pilkada Jatim 2018” oleh Kompas TV, Persamuhan

Pembakti Kampung di Anyer Serang Banten oleh Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) Republik Indonesia 2019, Jembatan Menuju Indonesia Inklusif

Indonesia Setara Semartabat, dan lain sebagainya.

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan, rahmat dan hidayah sehingga saya (Reza Dzulfahmi

Alhakam) dapat bisa menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, walaupun masih jauh dari kata

sempurna tetapi saya bangga sudah mencapai pada tahap ini. Sholawat serta salam

kepada junjungan Nabi besar Muhammad Sallahualaihiwasallam yang telah

mengenalkan Allah Tuhan Yang Maha Esa sebagai zat yang paling benar dan

telah membimbing dari kegelapan menuju jalan kebaikan, yakni Din al- Islam.

Dengan segenap cinta dan kasih saya persembahkan karya kecil ini kepada

orang-orang yang sudah menjadi bagian dari hidup saya, salam hormat dan besar

ucapan terima kasih kepada:

 Bapak dan ibu kandung saya yang telah memberikan tenaganya mendidik

saya, sehingga saya dapat memproleh manfaat dari didikan beliau. Ucap

besar terima kasih selalu menyempatkan mendoakan dengan baik dan

tulus kepada saya, sehingga saya dapat sampai pada tahap ini semua berkat

doa beliau. Terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya kepada saya

dalam belajar di manapun yang saya tempuh. Capaian yang saya pada

tahap ini semua berkat didikan dan doa beliau, semoga tuhan memberikan

panjang umur dan kesehatan untuk keduanya. Aamiin

 Kedua adik saya Cantika Rahma Dhea Az-zahra dan Muhammad Akhdan

Rafiqul Islam yang telah memberikan semangat kepada saya. Harapan

saya kapada kalian untuk selalu tetap patuh kepada orang tua dan belajar

yang baik di manapun. Semoga kelak kalian menjadi anak sholeh dan

vii
sholehan dan dapat dibanggakan, niatkan hidup ini untuk mengabdi

kepada keluarga khususnya kedua orang tua.

 Alm. Suparman dan Alm. Murni, Alm. Muslih dan Alm. Siti Aspiah kakek

dan nenek saya yang telah melahirkan seorang bapak dan ibu yang baik,

sehingga saya banyak memproleh manfaat dari didikan keduanya.

 Keluarga Bani Suparman dan Bani Muslih. Especially Alm. Bude Mi, Pak

Poh Duwel, Bude Darmi, Pakde Mol, Buk Pat, Lek Ti, Om Sis, Lek Sun

Lek Tin, Bibik In dan Bibik Hanik yang telah memberikan rasa saya

sayang dan dukungan kapada keponakannya ini.

 Terima kasih saya sampaikan kepada guru agama dan sekolah yang telah

ikhlas menularkan ilmunya kepada saya.

 Mbak Ucca selaku pembimbing akademik kuliah saya yang telah

memberikan saran dan masukan setiap kendala perkuliahan yang saya

alami.

 Mbak Nyimas selaku pembimbing skripsi saya yang telah memberikan

tenaganya membimbing saya dengan sabar, sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

 Mbak Genta dosen pertama yang telah memberikan kesempatan kepada

saya sebagai asisten penelitian di Reaserch Group penelitiannya. Sehingga

saya memiliki banyak pengalaman di dunia penelitian sosial.

 Mas Dano dosen saya yang telah memberikan banyak arahan dan masukan

dalam dunia perkuliahan saya. Terima kasih juga atas motivasinya kepada

saya berangkat dari anak desa berkesempatan menimba ilmu di kota yang

penuh perjuangan ini.

viii
 Sahabat saya Lukik Krismunita, Akat Lukman, Iqbal Thoriq dan Abu

Amar, Rio Rianto, Misbah, Zainudin yang telah menemani saya hingga

saat ini untuk mencapai kesuksesanku kelak. Doa baik selalu untuk kalian.

 Sahabat saya Alya Muthia Zahwa (Alya Molen) yang telah banyak

memberikan bagian hidupnya untuk berkontribusi pada proses belajar

saya. Terima kasih telah menjadi partner program PKN, pengabdian

masyarakat, dan penelitian saya. Terima kasih telah memberikan saran dan

masukan atas kesulitan saya dari berbagai sisi, terutama dalam

penyelesaian program skripsi dan PKN. Semoga kelak kita akan bahagai

dan sukses selalu. Aamiin

 Dulur saya Galuh Novia (Una) rekan akademik, rekan ngopi rekan dolen.

Ucap terima kasih telah menemani saya dari beberapa hal kesulitan, terima

kasih atas bentuk bantuannya kepada saya dari segi sisi apapun, terima

kasih atas motivasinya kepada saya untuk segera menyelesaikan tugas

akhir ini. Tidak akan mudah melupakan kebaikanmu kepada saya. Semoga

kelak kita tetap menjadi seduluran yang baik, semoga kelak saya bisa

membalas kebaikanmu. Semoga kebahagian selalu menyertaimu. Aamiin

 Sahabat saya Rohmatin Berlian rekan yang selalu ada ketika saya banyak

membutuhkan. Ucap besar terima kasih selalu saya sampaikan kepadamu

yang telah ikhlas dan sabar menghadapi saya. Semoga kebaikanmu segera

dibalas tuhan. Semoga kelak kita bisa bercerita atas kesuksesan dan

keberhasilan kita masing-masing. Aamiin

 Sahabat saya Galuh Dita yang telah menamani saya selama ini. Terima

kasih atas kebaikanmu kepada saya, terima kasih atas pembelajaran prinsip

ix
hidupnya. Semoga selalu tetap menjadi orang baik. Semoga kelak sebuah

kesuksesan akan kamu capai. Aamiin

 Sahabat baik saya Bilal, rekan yang paling baik dan sabar yang saya

temukan di perkuliahan. Tetap menjadi baik dan selalu bermanfaat kepada

semua orang. Sukses menyertaimu. Aamiin

 Sahabat saya Arnold Klemen atas banyak dukungan dan menemani

kepada penulis selama masa perkuliahan ini. Semoga baikmu akan di balas

tuhan. Aamiin

 Sahabat saya Zainur Romli yang telah banyak memberikan kebaikan

kepada saya. Tetap semangat dalam meraih kesuksesan. Semoga Allah

mengabulkan apa yang kamu harapkan. Aamiin

 Sahabat saya Moe Adit dan keluarga. Terima kasih atas prinsip hidup baik

dari mamamu yang selalu mengajarkan selalu menjadi orang yang

bermanfaat. Semoga yang kamu cita-cita akan tercapai. Aamiin

 Sahabat saya Agus Prana Ginting yang telah setia menemani penulis

selama proses pengerjaaan tugas akhir ini. Semoga setiap yang kamu

usahakan akan memproleh hasil yang terbaik. Aamiin

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan dan limpahkan kepada junjungan Nabi besar

Muhammad Sallahualaihiwasallam, keluarga, dan para sahabat. Sehingga dengan

ini penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang bejudul judul Hubungan

Tingkat Partisipasi Komunitas dan Tingkat Efektivitas Program Pemberdayaan

Batik ADEMOS Oleh Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP

Cepu dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini guna memenuhi

salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial

Program S-1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Brawijaya Malang.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini sangat sulit terwujud

sebagaimana yang diharapkan, tanpa bimbingan, bantuan dan doa serta

tersedianya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat

kepada:

1. Rektor Univeritas Brawijaya Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., MS. Para

pembantu rektor dan seluruh jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak. Para pembantu dekan dan seluruh

jajarannya.

3. Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya Anif Fatma Chawa, M.S., Ph. D dan jajarannya.

xi
4. Dosen pembimbing skripsi Nadya Izana, S.K.Pm., M.Si. yang tidak

bosan memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

5. Dosen penguji skrispi Ucca Arawaindha, S.Sos., MA dan Slamet

Tohari, S.Fil., MA yang telah memberikan ide kepada penulis sehingga

bisa memperbaiki tugas akhir ini dan mengantarkan sampai pada tahap

ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu. Terimakasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah

diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini bermanfaat dunia dan

akhirat.

7. Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan sosial (ADEMOS) yang

telah banyak memberikan informasi dan kebutuhan data kepada

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Salam hormat dan besar

terima kasih penulis ucapkan.

8. Kedua orang tua kandung penulis Bapak Marwo.,S.Pd dan Ibu Eny Un

Syiah.,S.Ag atas segala doa dan dukungannya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan selesai pada

waktu yang tepat.

9. Kedua adik penulis Cantika Rahma Dhea Az-zahra dan Muhammad

Akhdan Rafiqul Islam yang telah memberikan dukungannya hingga

sampai pada tahap ini. Semoga kelak kesuksesan akan kalian capai.

Aamiin

xii
10. Keluarga Bani Suparman dan Bani Muslih yang telah memberikan

semangat dan dukungannya kepada penulis untuk segera

menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Keluarga BEM FISIP UB 2018. Especially Kementerian Minat dan

Bakat Zahra Elvansari, Sayyidah Aisyah, Dena Baladina, Shamil

Basayev, Lathifa Ananda, Nefa Wahyuning Anggraini, Ni‟mah

Soroyalael, Ega Ramadhan, Adellia Marchaniago Putri, Pauiline

Stephanie Ruby, Saradifa Nurgrahita, Riki Setiawan, Roni Nduanta

Putra Sebayang, Elza Ainnaya Razak, Regina Steffi Pelawi, Mirza

Tahmidan Susantp, Davin Juan Elian, Arya Rifqi Waradana, Cristoffer

Tokan, Windi Agustin Kusumaningrum, Raysa Alivia Putri dan

Shaniya Ramadini yang telah menemani dan memberikan banyak

dukungan kepada penulis

12. Keluarga ANTIWACANA TEAM yang telah banyak memberikan

waktu, suport, motivasi, hiburan kepada penulis di Kota tercinta

Malang. Dengan cinta dan kasih saya ucapkan banyak terima kasih

Alya Muthia Zahwa, Galuh Novia Amarullah, Rohmatin Berlian

Ramadhani, Galuh Dita Pratiwi, Lidia Nufidatul, Muhammad Bilal

Izharudin, Moehammad Aditya, Zainur Romli, Mohamad Reza

Hermawan, Mohamad Fatkhul Zawamik, RidwaYusuf Nouval,

Muhammad Welda Maulana, Nashir Efendi. Semoga rasa bahagia

selalu bersama kita. Aamiin

13. Keluarga HIMANYABLON yang telah banyak menemani penulis

selama ini di Kursi Perkopian Malang. Dengan cinta dan kasih saya

xiii
ucapkan banyak terima kasih Arnold Klemen, Agus Prana Ginting,

Zainur Romli, RidwaYusuf Nouval, Muhammad Bilal Izharudin,

Moehammad Aditya, Cici Alifiah Linggawati, Muhammad Fadhil

Raihan, Adam Labib Hibatussalam, Rahadian Akbar, Tomi, Nicko

Ilham, Winda Listyaningtyas, Muhammad Rafly. Semoga kesuksesan

selalu menyertai kita. Aamiin

14. Teman seperbimbingan skripsi penulis Galuh Novia Amarullah (Una)

Muhammad Welda Maulana, Ika Nursafitri, Riska Sukma Devlinda,

dan Sebi terima kasih telah banyak memberikan semangat kepada

penulis. Especially Una yang selalu memberikan motivasi, selalu

mengingatkan, selalu menemani penulis untuk segera menyelesaikan

tugas akhir ini.

15. Teman rantau satu desa penulis di Kota Malang, dengan cinta dan

kasih saya ucapkan banyak terima kasih kepada Pradita Larasati,

Puguh Wahyudi, Diki Krisna, Joko Guritno, Purwanto yang telah

menemani dan banyak memberikan suport kepada penulis untuk segera

menyelesaikan tugas akhir ini.

16. Chyka Punusingon rekan satu angkatan penulis seperkuantian. Ucap

banyak terima kasih yang telah ikhlas dan sabar ketika penulis banyak

menanyakan terkait metode penelitian kuantitatif. Semoga

kebaikannya dibalas tuhan. Aamiin

17. Teman seperjuangan Sosiologi Angkatan 2016 yang telah banyak

memberikan warna dalam dunia akademik perkuliahan. Semoga

perjuangan kita bersama bisa kita rasakan kelak. Aamiin

xiv
18. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Komisariat Brawijaya. Especially Rayon Pancasila yang telah banyak

memberikan penulis ilmu organisasi dan politik kampus.

19. Warga Komunitas Kampung Cempluk Malang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis melaksanakan program praktek kerja nyata

(PKN). Semoga keberkahan dan lindungan selalu menyertai kalian.

Aamiin

20. Terakhir, semua pihak yang terlibat dalam penyusunan program skripsi

ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis beranggapan bahwa skripsi ini merupakan karya terbaik yang

dapat penulis persembahkan. Tetapi penulis menyadari bahwa tidak tertutup

kemungkinan di dalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Malang, April 2020

Reza Dzulfahmi Alhakam

xv
HALAMAN MOTTO

Surah : Luqman Ayat : 14

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada


orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada-Ku lah kalian kembali”

Saya menyadari tugas saya di dunia hanya

beribadah kepada Rabb pencipta semesta alam.

Menghormati orang tua adalah perintah Allah

yang harus saya jalankan, karena ridho Allah

adalah ridho orang tua. Dengan menyayangi dan

menghormati keduanya keberkahan dan

kesukesan kelak akan saya capai.

xvi
ABSTRAK

Reza Dzulfahmi Alhakam (2020). Program Studi Sosiologi. Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya Malang. Hubungan Tingkat
Partisipasi Komunitas dan Tingkat Efektivitas Program Pemberdayaan
Batik ADEMOS Oleh Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina
EP Cepu. Pembimbing: Nyimas Nadya Izana.
Penelitian ini membahas tentang hubungan tingkat partisipasi komunitas
dengan tingkat efektivitas dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat, yaitu
program pemberdayaan batik Asosiasi Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial
(ADEMOS) oleh CSR PT Pertamina EP Cepu. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis lebih mendalam bagaimana hubungan tingkat partisipasi komunitas
terhadap tingkat efektivitas program pemberdayaan batik. Penelitian ini
menggunakan konsep partisipasi milik John M. Cohen dan Norman T. Uphoff
(1980) sebagai variabel X, dan menggunakan konsep efektivitas milik Dody
Prayogo dan Yosef Hilarius (2012) sebagai variabel Y. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan Statistik
Inferensial, analisis cross tab, dan uji korelasi.
Penelitian ini dilakukan di Desa Dolokgede yang merupakan desa binaan
PT Pertamina EP Cepu sebagai salah satu desa yang memperoleh dampak dari
perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara variabel X
dan variabel Y dengan angka signifikasi 0,000. Berarti terdapat hubungan antara
tingkat partisipasi komunitas dengan tingkat efektivitas program pada alpha 0,05
dan H1 diterima dan H0 ditolak. Nilai koefisien korelasi menggunakan kendall
tau yakni sebesar 0.681 yang berarti hubungan antara kedua variabel bersifat
searah dan memiliki hubungan yang kuat. Tingkat partisipasi dan tingkat
efektivitas sama-sama masuk kedalam kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat partisipasi komunitas dengan tingkat efektivitas
program pemberdayaan batik.

Kata Kunci: Partisipasi, Efektivitas, Program Pemberdayaan Batik

xv
ABSTRACT

Reza Dzulfahmi Alhakam (2020). Sociology Study Program. Faculty of Social


Science and Political Science. Malang Brawijaya University. Relationship Of
The Community Participation Level and The Effectiveness Of Ademos Batik
Empowerment Program By Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Pertamina EP Cepu. Supervisor: Nyimas Nadya Izana

This study discusses the relationship between the level of community


participation and the level of effectiveness in a community empowerment
program, namely the batik empowerment program of the Association for
Democracy and Social Welfare (ADEMOS) by CSR PT Pertamina EP Cepu.The
purpose of this study is to analyze more deeply how the relationship between the
level of community participation and the effectiveness of batik empowerment
programs. This study uses the concept of participation of John M. Cohen and
Norman T. Uphoff (1980) as variable X, and uses the concept of effectiveness
belonging to Dody Prayogo and Yosef Hilarius (2012) as variable Y. The method
used in this study is a quantitative research method with descriptive analysis,
cross tab, and correlation test.
This research was conducted in the village of Dolokgede which is a village
fostered by PT Pertamina EP Cepu as one of the villages that has the impact of the
company. The results of this study indicate a relationship between variable X and
Y with a significance value of 0,000. Means there is a relationship between the
level of community participation with the level of effectiveness of the program at
alpha 0.05 and H1 accepted and H0 rejected. The value of the correlation
coefficient uses kendall tau which is equal to 0.681 which means the relationship
between the two variables is unidirectional and has a strong relationship. The
level of participation and the level of effectiveness are both in the medium
category. Thus, it can be concluded that there is a relationship between the level
of participation and the effectiveness of the batik empowerment program.

Keywords: Participation, Effectiveness, Batik Empowerment Program

xvi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11
1.4.1 Akademisi ............................................................................................. 11
1.4.2 Praktis ................................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 13
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 13
2.2 Landasan Konseptual .................................................................................. 16
2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat ................................................................... 16
2.2.2 Partisipasi .............................................................................................. 18
2.2.2 Efektivitas Program .............................................................................. 26
2.3 Kerangka Berfikir ........................................................................................ 30
2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 32
2.5 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 32
2.5.1 Tingkat Partisipasi ................................................................................ 33
2.5.2 Tingkat Efektivitas ................................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 38
3.2 Lokasi dan Objek Penelitian........................................................................ 38

xvii
3.3 Penentuan Populasi dan Sampel .................................................................. 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 40
3.4.1 Wawancara............................................................................................ 40
3.4.2 Dokumentasi ......................................................................................... 41
3.5 Teknik Pengukuran Data ............................................................................. 42
3.6 Teknik Pengolahan Data ............................................................................. 44
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 45
3.8 Uji Validitas ................................................................................................ 49
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 53
4.1 PT Pertamina EP Cepu ................................................................................ 53
4.1.1 Dampak Positif dan Negatif PT. Pertamina EP Cepu Terhadap
Masyarakat ..................................................................................................... 55
4.1.2 Tanggung Jawab Sosial PT. Pertamina EP Cepu ................................. 59
4.2 Asosiasi Untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (ADEMOS) ............ 61
4.2.1 Profil Ademos ....................................................................................... 61
4.2.2 Bentuk Kegiatan Ademos ..................................................................... 63
4.2.3 Penunjukan Ademos Sebagai Mitra CSR Pertamina EP Cepu ............. 66
4.3 Karakteristik Responden ............................................................................. 68
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 73
5.1 Analisis Deskriptif Tingkat Partisipasi Komunitas (Variabel X) ................ 73
5.1.1 Indikator Patisipasi Dalam Mengambil Keputusan .............................. 73
5.1.2 Indikator Partisipasi Dalam Pelaksanaan .............................................. 76
5.1.3 Indikator Partisipasi dalam Mengambil Manfaat.................................. 78
5.1.4 Indikator Partisipasi dalam Evaluasi..................................................... 82
5.2 Kategori Perindikator Tingkat Partisipasi ................................................... 84
5.3 Analisis Deskriptif Tingkat Efektivitas Program pemberdayaan Batik
(Variabel Y) ....................................................................................................... 87
5.3.1 Indikator Manfaat ................................................................................. 87
5.3.2 Indikator Kesesuaian............................................................................. 89
5.3.3 Indikator Keberlanjutan ........................................................................ 91
5.3.4 Indikator Dampak ................................................................................. 93
5.3.5 Indikator Pemberdayaan ....................................................................... 96
5.3.6 Indikator Partisipasi .............................................................................. 97

xviii
5.4 Kategori Perindikator Tingkat Efektivitas................................................. 100
5.4 Analisis Data Cross Tab (Tabel Silang) Hubungan Tingkat Partisipasi
Komunitas dengan Tingkat Efektivitas Program Pemberdayaan Batik .......... 102
5.5 Analisis Korelasi “Hubungan Tingkat Partisipasi (Variabel X) Komunitas
dengan Tingkat Efektivitas Program (Variabel Y) Pemberdayaan Batik”. ..... 104
5.5.1 Signifikasi Hubungan ......................................................................... 106
5.5.2 Kekuatan Hubungan ........................................................................... 106
5.5.3 Arah Hubungan ................................................................................... 108
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 110
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 110
6.2 Saran .......................................................................................................... 111
6.2.1 Saran Akademis .................................................................................. 111
6.2.2 Saran Praktis ....................................................................................... 111
Daftar Pustaka: .................................................................................................... 113
LAMPIRAN I ..................................................................................................... 115
LAMPIRAN II .................................................................................................... 124
LAMPIRAN III ................................................................................................... 127

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Tingkat Partisipasi ................................. 33


Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Tingkat Efektivitas Program .................. 35
Tabel 3. Skala dan Pengkategorian Data............................................................... 42
Tabel 4. Koefisien Tingkat Hubungan .................................................................. 49
Tabel 5. Uji Validitas Variabel Partisipasi (Variabel X) ...................................... 51
Tabel 6. Uji Validitas Variabel Efektivitas Program (Variabel Y) ....................... 52
Tabel 7. Data Penerimaan Pekerjaan .................................................................... 57
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia ............................ 69
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Resonden Berdasarkan Pendidikan Terakhir. .... 70
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Suami/Istri ............................................................................................................. 71
Tabel 11. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Rentan Waktu
Menerima Program................................................................................................ 72
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Mengambil
Keputusan .............................................................................................................. 74
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Pelaksanaan.......... 76
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Mengambil Manfaat.
............................................................................................................................... 79
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Evaluasi................ 83
Tabel 16. Kategori Indikator Variabel Tingkat Partisipasi Komunitas ............... 84
Tabel 17. Kesimpulan Kategori pada Variabel Tingkat Partisipasi Komunitas ... 85
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Indikator Manfaat. ........................................... 88
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Indikator Kesesusian ........................................ 90
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Indikator Keberlanjutan ................................... 92
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Indikator Dampak ............................................ 94
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Indikator Pemberdayaan .................................. 96
Tabel 23. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi. ........................................ 98
Tabel 24. Kategori Indikator Variabel Tingkat Efektivitas Program
Pemberdayaan Batik............................................................................................ 100
Tabel 25. Kesimpulan Kategori pada Variabel Tingkat Efektivitas Program
Pemberdayaan Batik............................................................................................ 101
Tabel 26. Jumlah Sampel Tabel Silang Variabel X dan Y ................................. 103
Tabel 27. Tabel Silang Tingkat Partisipasi * Tingkat Efektivitas ...................... 104
Tabel 28. Uji Korelasi dengan Kendall Tau_b.................................................... 105

xx
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PT Pertamina EP Cepu .............................................................. 53


Gambar 2. Logo ADEMOS (Asosiasi dan Kesejahteraan Masyarakat) ............... 61
Gambar 3. Logo Kerajinan Batik Poetra Dolokgede .......................................... 124
Gambar 4. Aktivitas Perajin Batik Poetra ........................................................... 124
Gambar 5. Aktivitas Perajin Batik Poetra Dolokgede ........................................ 124
Gambar 6. Aktivitas Perajin Batik ...................................................................... 124
Gambar 7. Peneliti Bersama Responden ............................................................. 125
Gambar 8. Peneliti Bersama Responden ............................................................. 125
Gambar 9. Penjemuran Kain Batik ..................................................................... 125
Gambar 10. Bahan Pembuatan Batik (Malem) ................................................... 126
Gambar 11. Penjemuran Kain Batik ................................................................... 126
Gambar 12. Tempat Pencucian Batik.................................................................. 126
Gambar 13. Alat Pembuatan Batik (Wajan) ....................................................... 126

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) merupakan sebuah upaya perusahaan untuk meningkatkan

kepeduliannya terhadap kesejahteraan masyarakat, yang dapat mencakup aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan di wilayah eksplorasi perusahaan. Perusahaan

yang berskala kecil hingga besar tentu memiliki dampak positif dan negatif

kepada masyarakat akibat ekspolrasinya, terutama perusahaan yang bergerak

dibidang pertambangan. Sehingga sebuah perusahaan diharapkan tidak

mementingkan profit keuntungan perusahaan saja dan diwajibkan memperhatikan

dampak akibat ekspolorasinya yang dirasakan masyarakat. Maka dalam hal ini

pemerintah mengaturnya ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40

tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Melalui undang-undang tersebut sebuah

perusahaan diwajibkan melaksanakan program tanggung jawab sosial atau CSR

kepada masyarakat di sekitar wilayah eksplorasi perusahaan, guna meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan akibat dampak yang diberikan.

Namun perlu ditegaskan bahwa peran perusahaan adalah turut

berpartisipasi dan membantu upaya pengentasan kemiskinan, bukan sebagai aktor

utama karena aktor utama pembangunan dan pengentasan kemiskinan tetap

pemerintah atau negara (Prayogo & Hilarius, 2012). Sehingga orientasi program

CSR oleh perusahaan lebih mengarah di tingkat mikro, berupa membantu

penanganan permasalahan masyarakat yang berada di wilayah Ring 1, Ring 2,

1
Ring 3 di wilayah eksplorasinya dan yang konteksnya masyarakat

keselurahan/makro tetap pada pemerintah/negara. Kemudian perusahaan yang

telah berupaya memberikan kontribusinya dalam sebuah progrm pembangunan

masyarakat adalah PT Pertamina EP Cepu dengan menerapkan pada sebuah

program CSR perusahaan.

PT Pertamina EP Cepu merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina

(Persero) di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) minyak dan gas bumi Blok

Cepu yang mencakup wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di

Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Blora di Provinsi Jawa Tengah. Program

CSR PT Pertamina EP Cepu diantaranya program pengembangan ekonomi hijau

dengan pendekatan pendidikan pertanian ramah lingkungan, peternakan, pelatihan

dunia migas bersertifikat dan pengembangan industri kreatif masyarakat. Program

tanggung jawab sosial yang diberikan PT Pertamina EP Cepu tersebut sabagai

upaya kepeduliannya terhadap masyarakat akibat dampak positif dan negatif dari

aktivitas eksplorasi perusahaan.

Dampak positif dari eksplorasi PT Pertamina EP Cepu berupa terciptanya

lapangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat. Dampak positif lainnya perusahaan ini mampu memberikan

penambahan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD), khususnya

Kabupaten Bojonegoro. Puncaknya pada tahun 2015 Kabupaten Bojonegoro

memperoleh lebih dari 700 miliar rupiah dari minyak (Setiawan, 2017). Kemudian

dari pemasukan dana tersebut dialokasikan ke dalam beberapa pelayanan publik

seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, air bersih dan transportasi melalui

sistem bagi hasil dari pemerintah daerah.

2
Kemudian dampak negatif akibat eksplorasi perusahaan kepada

masyarakat terjadi pada aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi. Pada

aspek lingkungan perusahaan ini memberikan dampak berupa peningkatan

kebauan, penurunan kualitas udara khususnya emisi SO2, peningkatan konsentrasi

gas rumah kaca (GHG), peningkatan prevalensi penyakit ISPA, gangguan flora

darat, penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas air sungai. Kemudian

dampak negatif akibat eksplorasi perusahaan pada aspek sosial dan ekonomi

masyarakat lebih mengarah pada sektor agraria, berupa menyempitnya lahan

pertanian. Hal ini diakibatkan telah terjadi alih fungsi lahan yang sebelumnya

diperuntukan sebagai area persawahan berubah menjadi area industri eksplorasi

pertambangan. Maka hal ini berdampak pada terganggunya usaha tani, yang

mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan petani. Akibat dampak tersebut

masyarakat yang awalnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian kini harus

berupaya mencari sumber pendapatan lain, guna memenuhi kebutuhannya.

Keberadaan PT Pertamina EP Cepu seharusnya mampu menyerap tenaga

kerja lokal hingga akhir operasional perusahaan baik dalam proses proyek

pembangunan fisik perusahaan hingga proses produksi minyak dan gas. Namun

pada kenyataannya pada tahap proyek eksplorasi produksi, masyarakat di area

wilayah PT Pertamina Cepu EP ini mengalami keterasingan industri di internal

produksi minyak dan gas. Hal ini diakibatkan tidak mampunya masyarakat dalam

beradaptasi dengan iklim industrialisasi, terutama pada masyarakat yang hanya

memiliki pendidikan rendah dan soft skill minim. Sehingga masyarakat lokal

hanya dimanfaatkan tenaganya berupa proyek pendirian bangunan saja, namun

kurang dilibatkan sampai tahap produksi minyak dan gas. Karena pada tahap

3
produksi perusahaan ini lebih membutuhkan masyarakat yang memiliki

pendidikan dan soft skill yang tinggi dan lebih didominasi oleh masyarakat luar

daerah. Maka dampak positif dalam bidang lapangan pekerjaan belum sepenuhnya

dirasakan masyarakat lokal.

Permasalahan dampak negatif akibat keberadaan perusahaan sebenarnya

tidak hanya oleh PT Pertamina EP Cepu saja, tetapi perusahaan yang

mengeksploitasi sumberdaya alam lainnya. Misalnya PT Semen Indonesia yang

ada di Tuban. Menurut (Afifah & Harianto, 2014) perusahaan ini telah

memberikan dampak yang sangat beragam. Diantara dampak yang diberikan

perusahaan ini berupa kelangkaan sumber daya alam, konsumerisme masyarakat,

perubahan sosial masyarakat progress dan regress, kerusakan lingkungan,

marginalisasi pekerjaan, pemudaran modal sosial, dan masalah ganti rugi terhadap

dampak negatif yang tidak sesuai. Sehingga dengan berbagai masalah yang terjadi

akibat aktivitas ekspolrasi perusahaan tersebut, program tanggung jawab sosial

atau CSR perlu dilaksanakan oleh perusahaan. Sebagai upaya untuk

meminimalkan dampak negatif yang dirasakan masyarakat di wilayah

eksplorasinya

Maka dengan demikian PT Pertamina EP Cepu telah merancang dan

melaksanakan program CSR, kepada desa binaan yang merupakan desa yang

berada di wilayahnya (Ring 1) PT Pertamina EP Cepu. Desa yang masuk dalam

wilayah Ring 1 perusahaan merupakan desa yang paling merasakan dampak

akibat aktivitas eksplorasi perusahaan. Desa tersebut diantaranya adalah Desa

Dolokgede dan Desa Kalisumber di Kecamatan Tambakrejo, Desa Kaliombo dan

Desa Pelem di Kecamatan Purwosari, serta Desa Bandungrejo di Kecamatan

4
Ngasem. Kelima desa tersebut kemudian menjadi desa binaan PT Pertamina EP

Cepu, pada penerapan program CSR perusahaan. CSR PT Pertamina EP Cepu

tidak langsung dilakukan oleh pihak perusahaan, terdapat pihak ketiga yang

menjembatani atau membantu dalam pelaksanaan program CSR nya. Yaitu

ADEMOS (Asosiasi Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial), yang merupakan

sebuah lembaga komunitas masyarakat. Melalui ADEMOS, PT Pertamina EP

Cepu telah memberikan beberapa program CSR. Salah satunya dengan

mengembangan industri kreatif masyarakat

Industri kreatif yang dikembangkan PT Pertamina EP Cepu bersama

ADEMOS bergerak pada program pemberdayaan batik. Program pemberdayaan

batik dipilih PT Pertamina EP Cepu karena pada awal pembentukannya, program

ini telah mencapai keberhasilan yang sebelumnya telah dilaksanakan PT Exxon

Mobile Cepu Ltd bersama ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam melaksanakan

program di beberapa desa binaan yang berada di wilayah perusahaan PT Exxon

Mobile Cepu Ltd. Dari keberhasilan pemberdayaan batik tersebut, kemudian

ADEMOS menawarkan kepada masyarakat di desa binaan PT Pertamina EP Cepu

dalam sebuah ruang diskusi sinau bareng untuk memproleh kesepakatan dengan

masyarakat di desa binaan. Sehingga ADEMOS dapat mengetahui kesesuain

programnya dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu pada saat bersamaan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah

me-launching sembilan motif unik batik khas Bojonegoro akibat respon

pemerintah daerah atas pengakuan batik sebagai warisan dunia oleh Badan PBB

untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan atau UNESCO, pada 2 Oktober

2009. Kedua hal tersebut menjadi dasar PT Pertamina EP Cepu mengangkat

5
program pemberdayaan batik, yang kemudian perusahaan menggandeng

ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam membantu melaksanakan program CSR

perusahaannya kepada masyarakat. Program pemberdayaan batik yang

dilaksanakan berupa pelatihan tentang batik, dengan berbagai kegiatan yang

meliputi sosialisasi program batik, diklat membatik pewarna alam, diklat

manajemen kelompok usaha batik, dan diklat penguatan jaringan pemasaran.

Setelah adanya program pelatihan batik ini diharapkan dapat meningkatkan

keahlian masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan dalam segi soft skill

memproduksi batik maupun manajemen usahanya.

Lebih lanjut tujuan dari CSR perusahaan guna meminimalkan dampak

negatif akibat aktivitas eksplorasinya dan memberikan kontribusi perusahaan

kepada kesejahteraan masyarakat. Salah satunya pada CSR PT Pertamina yaitu

program pemberdayaan batik oleh ADEMOS sebagai fasilitator program. Maka

untuk mencapai tujuan tersebut fasilitator program pemberdayaan perlu

memperhatikan keterlibatan penerima program untuk berpartisipasi aktif guna

mencapai efektivitas sebuah program yang dilaksanakan. Program pemberdayaan

masyarakat merupakan program kegiatan pembangunan yang diselenggarakan

oleh fasilitator program dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

masyarakat, dengan tujuan ingin membantu mewujudkan kesejahteraan

masyarakat di suatu lokasi tertentu sesuai dengan potensinya. Guna

mengahasilkan efektivitas pada program pemberdayaan salah satu pendekatan

yang dilakukan dengan memperhatikan partisipasi penerima dalam

keterlibatannya identifikasi, pelaksanaan dan evalusi program.

6
Melalui partisipasi program pemberdayaan diharapkan lebih dapat

maksimal, dengan penerima program sebagai aktornya langsung dalam

penggalian ide, pelaksanaan dan evaluasi program. Partisipasi menurut Isbandi

dalam (Deviyanti, 2013) merupakan keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,

pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi. Sedangkan (Cohen & Uphoff, 1980)

mendefinisikan partisipasi merupakan keterlibatan sejumlah besar orang dalam

situasi atau tindakan yang meningkatkan kesejahteraan, pendapatan, keamanan

atau harga diri mereka. .

Kemudian pandangan pengertian partisipasi dalam sebuah program

pemberdayaan masyarakat, yaitu keterlibatan sejumlah masyarakat dalam sebuah

program kegiatan pemberdayaan yang berorientasi pada meningkatkan

kesejahteraan. Berupa keikutsertaan pengambilan keputusan, pelaksanaan dalam

menangani masalah, pengambilan manfaat dan evalausi program kegiatan

pemberdayaan. Sehingga program pemberdayaan yang dilaksanakan lebih dapat

maksimal dan berkelanjutan. Lebih lanjut untuk melihat keberhasilan sebuah

program pemberdayaan masyarakat dengan mengetahui tingkat efektivitas

program pemberdayaan yang dilaksanakan. (Hapsari, 2017) Mendefinisikan

efektivitas program merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target telah tercapai Sedangkan menurut (Atik, 2015) efektivitas program

merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan program..

7
Lebih lanjut, maka penting dan menarik dalam penelitian ini akan

mengkaji hubungan antara tingkat partisipasi komunitas (penerima program)

dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik oleh ADEMOS sebagai

pihak ketiga PT Pertamina EP Cepu. Kemudian (Apriliani, 2017) dalam

penelitiannya telah terlebih dahulu mencoba mencari hubungan tingkat partisipasi

masyarakat dan efektivitas program ecovillage. Penelitiannya mendapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan kedua variabel tersebut, berupa semakin tinggi tingkat

partisipasi peserta program ecovillage maka semakin tinggi tingkat efektivitas

program ecovillage. Sebaliknya jika tingkat partisipasi rendah maka tingkat

efektivitas program Ecovillage menunjukan rendah. Kemudian dalam penelitian

kali ini yang menjadi subjek penelitian yaitu komunitas masyarakat penerima

program pemberdayaan batik oleh ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam

pelaksanaan program CSR dari PT Pertamina EP Cepu, yaitu program

pemberdayaan batik. Lebih lanjut dengan ADEMOS mengajak masyarakat untuk

ikut berpartisipasi diharapkan dapat menghasilkan tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik. Sehingga program yang dijalankan akan mampu

memberikan timbal balik kepada masyarakat berupa kesejahteraan, sebagai akibat

dari dampak eksplorasi PT Pertamina EP Cepu.

Program CSR yang dilakukan oleh perusahaan sangatlah penting, guna

memperbaiki hubungan masyarakat yang bertempat tinggal berada di wilayah

Ring 1 akibat dampak yang diberikan oleh aktivitas eksplorasi perusahaan. Akan

tetapi tidak selamanya program CSR yang diberikan oleh perusahaan sesuai

dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Program CSR yang dicanangkan oleh

perusahaan terkadang tidak menjawab dan memberikan solusi atas dampak yang

8
dimunculkan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk

berpartisipasi dalam program CSR perusahaan. Program CSR perusahaan yang

tidak sesuai dengan kondisi masyarakat tentu mengakibatkan rendahnya minat

masyarakat untuk terlibat di dalamnya. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam

suatu program tentunya menyebabkan manfaat dari program yang dijalankan tidak

dapat dirasakan secara maksimal.

Seperti yang terjadi dalam penelitian kali ini, yang mana program

pemberdayaan batik yang dilaksanakan oleh ADEMOS dari CSR Pertamina EP

Cepu kepada masyarakat desa binaanya. Pada kenyataan di lapangan peneliti

menemui kendala berkaitan dengan partisipasi masyarakat penerima program.

Masyarakat penerima program yang masih terlibat aktif menjalankan program

pemberdayaan adalah hanya masyarakat di Desa Dolokgede. Sementara untuk

empat desa lainnya memilih untuk berhenti dan tidak melanjutkan program

pemberdayaan batik. Situasi ini menjadi menarik dikarenakan terdapat satu desa

yang masih bertahan mengikuti program pemberdayaan batik. Penelitian ini

menjadi penting dan menarik dikaji secara sosiologi karena terdapat masalah

sosial di dalam program pemberdayaan yang diakibatkan oleh adanya intrik

politik yang mengakibatkan permasalah sosial di masyarakat. Sehingga

berdampak pada minat keterlibatan masyarakat dalam program pemberdayaan

batik yang diterima. Karena salah satu faktor keempat desa lainnya yang

menyebabkan masyarakatnya tidak mau melanjutkan dalam program

pemberdayaan batik adalah masalah politik desa, yang mana terdapat gesekan

masalah antar masyarakat akibat perbedaan pilihan kepala desa. Akan tetapi ada

satu desa, yaitu Desa Dolokgede masih bertahan dan tidak terpengaruh meskipun

9
secara geografis letaknya berdekatan dengan Desa Pelem, Desa Kaliombo, Desa

Kalisumber, Desa Bandungrejo yang juga merupakan desa binaan dari PT

Pertamina EP Cepu. Sehingga dengan rendahnya partisipasi pada empat desa

tersebut manfaat dari program pemberdayaan batik CSR PT Pertamina EP Cepu

belum sepenuh dirasakan oleh masyarakat.

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bentuk kontribusi

perusahaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah

eksplorasinya. Sehingga dengan masalah tersebut pihak perusahaan perlu

mempertimbangan strategi dalam mengajak masayarakat untuk berpartisipasi aktif

terhadap program yang dijalankannya, guna menghasilkan efektivitas program

CSR perusahaan. Hal ini dikuatkan dengan pendapat (Prayogo & Hilarius, 2012)

bahwa program yang lebih partisipatif akan mencapai tingkat efektivitas program

CSR guna menghasilkan keberhasilan programnya. Maka dari itu menjadi

menarik untuk dikaji lebih mendalam terkait Hubungan tingkat partisipasi

komunitas dan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik ADEMOS

oleh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP

Cepu.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat partisipasi komunitas dan tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik ADEMOS oleh Program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Cepu?

10
1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisa lebih mendalam bagaimana hubungan tingkat partisipasi komunitas

terhadap tingkat efektivitas program pemberdayaan batik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan menambah

khazanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sosiologi

yang mengkaji tentang sosiologi pembangunan, berupa partisipasi masyarakat

dalam program pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini juga sebagai upaya

untuk mengasah wawasan, menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya

dan mahasiswa pada khususnya. Serta dapat digunakan sebagai bahan acuan

untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat dan efektivitas

program pemberdayaan masyarakat.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Komunitas dan Intansi Terkait

Hasil penelitian ini harapannya dapat berguna sebagai bahan

referensi dan evaluasi kepada ADEMOS selaku fasilitator program

pemberdayaan batik sebagai pihak ketiga CSR PT Pertamina EP Cepu.

Terutama pada pentingnya keterlibatan penerima program untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan program yang dilaksanakan, guna

mengahasilkan efektivitas program yang baik. Sehingga program

pemberdayaan masyarakat selanjutnya akan lebih efektif dan dapat mampu

11
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang

dirasakan masyarakat akibat keberadaan perusahaan.

2. Bagi Masyarkat

Penelitian ini diharapkan akan menambah nilai pengetahuan

masyarakat dan dapat memberikan informasi atas pentingnya

berpartisipasi dalam suatu program pemberdayaan yang diperoleh, guna

menghasilkan efektivitas program dan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tak lepas dari penelitian terdahulu yang sebelumnya telah

membicarakan studi program pemberdayaan dengan pendekatan partisipasi

masyarakat. Fungsi penelitian terdahulu merupakan sebagai data pendukung,

untuk peneliti jadikan sebagai bahan kajian dalam menyusun penelitian ini.

Adapun dalam penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu milik (Atik,

2015), tentang Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program

UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Tujuan penelitiannya untuk

mengkaji hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup

penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut, dan

penelitiannya juga menganalisis keefektivitasan program CSR UMKM PT

Indocement Tunggal.

Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif yang

didukung dengan pendekatan kualitatif, dalam pengambilan data lapangan

penelitiannya menggunakan metode sensus melalui instrumen kuesioner kepada

seluruh populasi penelitian. Penyebaran kuisioner guna menjawab partisipasi,

efektivitas, dan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal

Prakarsa di Desa Lulut. Hasil penelitiannya partisipasi penerima program UMKM

berbeda-beda karena karakteristik dari masing-masing individu, kenyataanya

mereka diberikan perilaku yang sama oleh PT ITP. Kemudian hasil efektivitas

terjadi pro kontra, program CSR PT ITP sudah baik karena membantu

meningkatkan perekonomian masyarakat, namun untuk UMKM CSR PT ITP

13
masih belum berjalan dengan lancar, karena baru satu usaha saja yang berjalan.

Kemudian untuk taraf hidup masyarakat sudah terjadi perubahan dari berbagai

sisi, ini diakibatkan oleh keberadaan perusahaan PT ITP yang tentunya

berdampak pada peralihan lahan pertanian, yang dulunya masyarakat mayoritas

sebagai petani namun saat ini hanya sebagian saja.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitiannya tersebut melalui

uji korelasi yang dibuat terdapat hubungan antara variabel tingkat partisipasi

penerima program dengan variabel tingkat efektivitas program yang dilaksanakan.

Kemudian pada variabel tingkat efektivitas dengan variabel tingkat taraf hidup

penerima juga terdapat hubungan. Serta berdasarkan hasil tabel silang dan uji

Rank Spearman yang telah dibuat juga terdapat hubungan antara variabel

partisipasi penerima program dengan tingkat taraf hidup masyarakat penerima

program. Dengan hasil menunjukkan tingkat partisipasi penerima program

UMKM tergolong non-participation, dan taraf hidup penerima program UMKM

mayoritas rendah (Atik, 2015).

Penelitian selanjutnya milik (Rosyida & Nasdian, 2011) yang mengkaji

bagaimana tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, swasta) dalam

penyelenggaraan program CSR. Tujuan utama penelitianya untuk mengetahui

tingkat partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan CSR oleh perusahaan

Geothermal di Gunung Salak dengan hubungan dampak ekonomi, sosial dan

budayanya. Hasil dari penelitianya menjelaskan bahwa adanya hubungan antara

tingkat partisipasi stakeholder terhadap dampak ekonomi, sosial budaya

komunitas pedesaan. Jika partisipasi anggota kelompok simpan pinjam (Program

14
CSR Perusahaan) dalam penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial

dan ekonomi juga akan tinggi (Rosyida & Nasdian, 2011).

Ke-dua penelitian yang telah diuraikan di atas adalah penelitian terdahulu

yang dipilih peneliti. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian

terdahulu berfungsi sebagai data pendukung untuk peneliti jadikan sebagai bahan

kajian dalam menyusun penelitian ini. Kedua penelitian tersebut telah berbicara

partisipasi masyarakat pada sebuah program pemberdayaan masyarakat.

Keduanya telah memberikan jawaban bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang

tinggi dapat mempengaruhi hasil manfaat yang tinggi dalam sebuah program

pemberdayaan. Seperti halnya pada penelitiannya (Atik, 2015) dengan hasilnya

yang menunjukan partisipasi masyarakat masuk pada ketegori non-participation,

sehingga mempengaruhi tingkat taraf hidup masyarakat yang rendah. Kemudian

pada penelitiannya (Rosyida & Nasdian, 2011) menemukan jika partisipasi

anggota kelompok simpan pinjam tinggi, maka dampak sosial dan ekonomi juga

akan tinggi.

Namun dari kedua penelitian tersebut belum mencoba melihat tingkat

efektivitas program akibat pengaruh dari tingkat partisipasi masyarakat pada

sebuah program pemberdayaan masyarakat. Kemudian dalam penelitian ini akan

mencoba melihat tingkat efektivitas program dari pengaruh tingkat partisipasi

masyarakat. Sehingga dalam penelitian ini variabel tingkat efektivitas menjadi

fokus pembaruan dari kedua penelitian terdahulu tersebut. Sehingga tingkat

partisipasi merupakan variabel independent (X) dan tingkat efektivitas program

variabel dependent (Y). Pembaruan dalam penelitian ini dengan penelitian yang

telah dilakukan tersebut guna melengkapi kajian yang belum dilakukannya pada

15
sebuah program pemberdayaan masyarakat antara hubungan dua variabel yang

berbeda, yaitu tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat efektivitas program

Lebih lanjut dalam penelitian ini menjadi lebih menarik karena terdapat

pihak ketiga pada pelaksanaan tanggung jawab sosial atau CSR perusahaan.

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya PT Pertamina EP Cepu

menggandeng pihak ketiga sebagai mitra kerjanya yaitu ADEMOS. Namun

perusahaan dalam kedua penelitian terdahulu yang penulis tentukan tersebut tidak

menggunakan pihak ketiga dalam menjalankan program tanggung jawab

sosialnya, melainkan perusahaan terlibat secara langsung kepada masyarakat

dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Kemudian yang membedakan

dalam penelitian ini terletak pada lokasi yang berbeda. Penelitian ini terletak di

wilayah ekspolorasi proyek pertambangan Jambaran Tiun Biru (J-TB). Wilayah

tersebut merupakan daerah eksplorasi perusahaan PT Pertamina EP Cepu, yang

kemudian ditentukan perusahaan sebagai wilayah dalam memenuhi tanggung

jawab sosialnya, berupa program pemberdayaan batik kepada masyarakat yang

terdampak akibat aktivitas dari perusahaan, melalui mitra kerjanya ADEMOS.

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah program pembangunan

yang telah banyak dilakukan oleh fasilitator pembangunan baik pemerintah

maupun non pemerintah. Pendefinisian program pemberdayaan masyarakat juga

beragam sesuai dengan kebutuhan dari tujuan dibentuknya sebuah program

pemberdayaan tersebut. Seperti misalnya program pemberdayaan untuk

16
kesejahteraan ekonomi yang bergerak pada tujuan pengentasan kemiskinan

masyarakat, ataupun program pemberdayaan masyarakat untuk kesejahteraan

sosial yang bergerak pada mengentaskan permasalahan sosial yang dihadapi

masyarakat seperti konflik, kesenjangan dan sebagainya.

Program pemberdayaan masyarakat jika diartikan secara luas merupakan

salah satu strategi pembangunan dengan melibatkan sejumlah masyarakat untuk

berpartisipasi dalam mengidentifikasikan setiap kebutuhan yang dihadapinya.

Hasil dari tahap identifikasi tersebut dapat membentuk sebuah program

pemberdayaan yang berorientasi pada aspek kesejahteraan masyarakat. Artinya

melalui partisipasi sebuah program pemberdayaan dapat lahir atas proses

pengidentifikasian masalah dan kebutuhan masyarakat sendiri. Sehingga

masyarakat dapat merencanakan dan melaksanakan program guna memenuhi

kebutuhannya serta dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.

Definisi ini sesuai dengan pendapat (Darmayanti, 2015) bahwa program

pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mencapai kemandirian masyarakat dan

menempatkan manusia sebagai sumber utama dalam pembangunan. Kemudian

Shardlow dalam (Adi, 2007) melihat bahwa pemberdayaan masyarakat pada

intinya membahas bagaimana individu, kelompok, maupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga bisa lebih diartikan bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan mencapai

kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.

Kemudian dalam sebuah program pemberdayaan tentunya terdapat agen

fasilitator dalam memberikan kontribusinya untuk merencanakan dan

17
melaksanakan secara serius sebuah program dengan melibatkan masyarakat selain

sebagai objek melainkan juga sebagai subjeknya. Artinya peran partisipasi

masyarakat dalam berbicara, menuangkan ide dan bertindak sangat perlu, guna

hubungan komunikasi dengan agen dapat terwujud dan program pemberdayaan

menghasilkan sebuah efektivitas program.

Kemudian dalam penelitian ini akan membahas program pemberdayaan

batik yang diberikan PT Pertamina EP Cepu yang memiliki tanggung jawab sosial

kepada masyarakat akibat dampak yang diberikan dari aktivitas ekspolasi

perusahaan. Program pemberdayaan batik tersebut dilaksanakan oleh ADEMOS

sebagai fasilitator program yang menjadi pihak ketiga PT Pertamina EP Cepu

dalam pelaksanaan program CSR perusahaan. Dalam prakteknya ADEMOS

dalam melaksanakan programnya tersebut bersifat top down, artinya tidak

melibatkan masyarakat lokal secara keseluruhan dalam identifikasi masalah dan

merumuskan kebutuhan masayarakat. Tetapi dari beberapa penerima program

tersebut juga terlibat dalam kegiatan sinau bareng yang dilakukan oleh

ADEMOS, yang mana kegiatan tersebut berupa wadah diskusi dengan masyarakat

lokal dalam menentukan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.2.2 Partisipasi

Partisipasi merupakan keterlibatan individu secara inisiatif dalam

menciptakan sebuah inovasi ataupun gerak di dalam ruang lingkup pembangunan.

Partisipasi masyarakat dapat berupa keterlibatan sejumlah besar orang pada suatu

program kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan yang berada

dalam sebuah lingkaran proyek pembangunan. Menurut (Soetrisno, 1995)

partisipasi adalah bentuk dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek

18
pembangunan. Kemudian partisipasi bisa melibatkan tunggal individu, kelompok

maupun sebuah komunitas masyarakat dalam skala besar. Sependapat dengan

(Cohen & Uphoff, 1980) bahwa partisipasi merupakan keterlibatan individu atau

lebih dari beberapa orang yang terlibat dalam situasi atau tindakan untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka.

Selain itu keterlibatan individu, kelompok atau komunitas masyarakat untuk

berpartisipasi merupakan bentuk keseriusan dengan kontribusinya untuk

melaksanakan proses guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seperti halnya

sebuah organisasi serikat buruh, organisasi pemuda, maupun organisasi wanita

yang didalamnya terdapat beberapa individu. Melalui wadah organisasi tersebut

masyarakat dapat berpartisipasi merumuskan program-program kebijakan yang

direncanakan guna memperoleh sebuah kesejahteraan mereka. Sama halnya yang

diungkapkan (Cohen & Uphoff, 1980) keterlibatan sejumlah besar orang untuk

berpartisipasi merupakan bentuk upaya yang berorientasi pada mempertahankan

atau meningkatkan pendapatan, keamanan dan harga diri mereka.

Kemudian (Cohen & Uphoff, 1980) menilai program pembangunan dengan

pendekatan kebutuhan dasar melalui partisipasi masyarakat muncul pada tahun

1970-an atas perhatian spesialis pembangunan dengan kondisi pada saat itu akibat

kurangnya kemajuan dalam mengubah keadaan masyarakat miskin. Kemudian

dalam prosesnya mereka beralih ke strategi pembangunan yang berorientasi pada

pendekatan kebutuhan masyarakat dengan menggunakan partisipasi rakyat.

Sehingga mulai muncul sejumlah studi yang dilakukan guna meningkatkan

kapasitas mempromosikan partisipasi masyarakat dalam sebuah program proyek

pembangunan. Namun dengan muncul beberapa pandangan tentang partisipasi

19
tersebut tidak dibarengi dengan kesepakatan studi partisipasi masyarakat dalam

pembangunan. Maka (Cohen & Uphoff, 1980) mencoba memberikan tawaran

kerangka kerja yang mengklasifikasikan gagasan partisipasi dalam pembangunan

atas keprihatinannya partisipatif dalam literatur pembangunan pada saat itu.

Harapan atas tawaran gagasannya tentang partisipasi mampu bermanfaat bagi

spesialis pembangunan untuk mengimplementasikannya dalam proyek-proyek

pembangunan

Kemudian (Cohen & Uphoff, 1980) mengembangkan cara berpikir tentang

partisipasi, ia menggambarkan terdapat tiga dimensi dalam partisipasi. Karena ia

menilai tindakan partisipatif dapat sangat bervariasi sesuai dengan

karakteristiknya. Tiga dimensi ini meliputi (1) apa jenis partisipasi, (2) siapa yang

berpartisipasi di dalamnya, (3) dan bagaimana partisipasi terjadi. Namun selain

ketiga dimensi tersebut ia menganggap juga perlu diperhatikan dengan cermat di

mana partisipasi terjadi, atau dimaksudkan untuk terjadi.

Lebih lanjut (Cohen & Uphoff, 1980) merumuskan indikator untuk

mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam sebuah proyek pembangunan

masyarakat, yang meliputi (1) partisipasi dalam mengambil keputusan; (2)

partisipasi dalam implementasi; (3) partisipasi dalam mengambil manfaat; dan (4)

partisipasi dalam evaluasi. Kemudian keempat indikator tersebut layak digunakan

dalam menilai atau mengukur tingkat partisipasi penerima program pemberdayaan

batik oleh ADEMOS sebagai pihak ketiga PT Pertamina EP Cepu.

20
1. Partisipasi dalam mengambil keputusan

Partisipasi ini lebih bisa dilihat keterlibatan masyarakat dalam

penggalian ide dan gagasannya untuk menghasilkan sebuah pilihan

program proyek pembangunan. Kemudian pilihan yang dipilih dan

diputuskan guna dijalankan dalam proses perencanaan yang akan berlaku.

Partisipasi pada penggalian ide, perumusan dan penilaian opsi, dan

membuat pilihan tentang mereka, serta perumusan rencana untuk

menempatkan opsi terpilih mulai berlaku (Cohen & Uphoff, 1980).

Partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan merupakan

keterlibatan mayarakat dalam penggalian ide/gagasan program yang akan

dilaksanakan. Dengan ini fasilitator program pembangunan memberikan

ruang aspirasi terlebih dulu kepada masyarakat. Maka perlu dilihat

seberapa keterlibatan masyarakat dalam partisipasi dalam mengambil

keputuasan

Partisipasi dalam mengambil keputusan yang dilakukan

masyarakat harus secara hati-hati karena partisipasinya dalam

pengambilan keputusan merupakan hal yang paling penting, karena pada

keterlibatannya ini berupa pengidentifikasian kebutuhan apa yang ingin

diperoleh. Keterlibatan masyarakat dalam mengambilan keputusan guna

mencegah kesalahpahaman akan kebutuhannya dan keputusan strategi

yang dipilih dan yang akan dilaksanakan. Namun (Cohen & Uphoff, 1980)

menekankan masyarakat yang harus terlibat berupa apakah proyek harus

dimulai, di mana ia seharusnya berada, cara itu harus dibiayai dan

21
dikelola, jalur dimana mereka akan berpartisipasi dan kontribusi yang

diharapkan untuk membuat.

2. Partisipasi dalam implementasi

Partisipasi ini sebagai bentuk pelaksanaan atas rancangan ide/gagasan

yang telah diputuskan oleh fasilitator atas kontribusi aspirasi dari

masyarakat. Partisipasi dalam implementasi berupa keterlibatan

orang/masyarakat secara substantif maupun teknis dalam kegiatan proyek

pembangunan di masyarakat. Sehingga pada indikator ini bisa jadi

penilaian atas keterlibatan masyarakat dalam sebuah program yang diikuti.

Kemudian (Cohen & Uphoff, 1980) mengungkapkan terdapat beberapa

aspek dalam partisipasi implementasi yang dilakukan masyarakat, meliputi

aspek sumber daya, koordinasi dan administrasi, menerima konsekuensi

dari sebuah program. Partisipasi masyarakat pada aspek sumberdaya

berupa partisipasinya dalam tenaga kerja, materil harta/uang, dan

informasi masalah lokal masyarakat. Ketiga bentuk aspek sumberdaya

tersebut dapat untuk mengetahui siapa yang berkontribusi, bagaimana

kontribusinya, dan dapat mengetahui kesukarelaan berkontribusi.

Kemudian partisipasi pada aspek koordinasi dan administrasi

merupakan cara kedua untuk mengetahui keterlibatan orang/masyarakat

atas partisipasinya dalam implementasi. Disini mereka terlibat dalam

keanggotaan sebuah program yang dilaksanakan dan memainkan perannya

mengkoordinasikan kegiatan mereka dengan anggota lain dalam program

yang sama. Selain itu dengan adanya masyarakat yang terlibat dapat

22
mampu meningkatkan kemandirian mereka dalam teknik implementasi

sebuah proyek pembangunan. Kemudian yang terakhir pada aspek

menerima konsekuensi atas partisipasinya dalam sebuah program yang

dilaksanakan. Pada aspek ini dapat untuk mengetahui seberapa

orang/masyarakat berpartisipasi dalam implementasi. Adapun yang

dimaksud dalam aspek ini menerima resiko atas apapun hasilnya dari

sebuah program, pada dasarnya sebuah kegiatan program yang

dilaksanakan tidak selalu menghasilkan apa yang diharapkan.

3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat

Partisipasi ini merupakan hasil dari partisipasinya dalam kegiatan

program yang dilaksanakan. Partisipasi ini juga merupakan tujuan yang

ingin dicapai dalam suatu program. Adapun (Cohen & Uphoff, 1980)

menjelaskan beberapa aspek manfaat yang akan diperoleh berupa manfaat

aspek material, sosial dan pribadi. Kemudian ia memberikan gambaran

bahwa partisipasi dalam pengambilan manfaat merupakan hal yang pasif

berbeda dengan partisipasi dalam mengambil keputusan, partisipasi dalam

implementasi dan partisipasi dalam evaluasi yang lebih kedalam bentuk

teknis sebuah program kegiatan. Dalam leteratur (Cohen & Uphoff, 1980)

ia menilai terdapat bahaya dalam partisipasi ini berupa tingginya

partisipasi masyarakat namun tidak dibarengi dengan partisipasi lainnya.

Lebih lanjut dalam partisipasi pengambilan manfaat pada aspek materil

biasanya lebih bersifat pribadi yang meliputi peningkatan pendapatan dan

penambahan aset. Kemudian manfaat pada aspek sosial (Cohen & Uphoff,

23
1980) lebih mencirikan pada manfaat yang luas seperti fasilitas pelayanan

publik, hal ini terjadi atas terpenuhinya layanan seperti fasilitas sekolah,

klinik kesehatan, air, perumahan dan akses jalan yang lebih baik. Setelah

manfaat aspek materiil dan aspek sosial adapun terdapat aspek pribadi.

Pada aspek ini perlu ditekankan untuk membedakan dengan aspek material

yang lebih orientasi pada ekonomi seperti peningkatan pendapatan dan

penambahan aset. Maka dari itu (Cohen & Uphoff, 1980) menjabarkan

tiga jenis manfaat pada aspek pribadi yang diperoleh orang/masyarakat

atas keterlibatannya dalam pengambilan manfaat, yaitu harga diri dalam

sosial, kekuatan politik dan rasa kemanjuran.

Kemudian atas penjelasan diatas, bahwa dengan adanya resiko

konsekuensi yang didapat dari partisipasi ini perlu juga untuk pelajari.

Misalnya mengidentifikasi apa/siapa yang merugikan dalam sebuah

kegiatan program pembangunan, dan kemudian semua anggota dalam

sebuah program tersebut mencari akar permasalahannya untuk kemudian

dicari solusi dan mewujudkan desain ulang program pembangunan yang

lebih baik.

Lebih lanjut pada indikator partisipasi dalam pengambilan manfaat,

guna mengetahui apakah masyarakat penerima program sudah merasakan

manfaat atas keterlibatannya dalam sebuah program pembangunan. Disini

perlu ditekankan pada masyarakat telah menerima manfaat berupa aspek

material, aspek sosial dan aspek pribadi yang diperoleh. Sehingga

indikator partisipasi ini perlu digunakan guna mengetahui sejauh mana

24
masyarakat telah terlibat dalam program pembangunan atas manfaat yang

dirasakan.

4. Partisipasi dalam evaluasi

Partisipasi dalam evaluasi berkaitan langsung dengan partisipasi

masyarakat sebelumnya atas keterlibatnya dalam program pembangunan.

Pada indikator ini guna mengatahui seberapa masyarakat telah terlibat

dalam memberikan kritik dan sarannya kepada fasilitator program

pembangunan yang dijalankan. Namun perlu ditekankan pada indikator ini

beruapa adanya peninjauan formal dari fasilitator untuk mencari tahu siapa

saja orang/masyarakat yang berkontribusi dan capaian dalam sebuah

program pembangunan yang sedang dilaksanakan, dengan memberikan

wadah kepada masyarakat ruang aspirasi. Kemudian masyarakat

memberikan sebuah tindakan saran dan sebagainya. Selain (Cohen &

Uphoff, 1980) mengungkapkan masyarakat lokal setempat dapat saja ikut

berpartisipasi dalam evaluasi. Dari pandangan tersebut menjadi penting

masyarakat terlibat partisipasi dalam evaluasi.

Lebih lanjut penilaian pada indikator ini, fasilitator program kegiatan

pembangunan sudahkan memberikan wadah evaluasi kepada

orang/masyarakat lokal untuk kontribusinya memberikan pandangan atas

sebuah masalah yang terjadi pada program kegiatan pembangunan yang

sedang dijalankan. Selain itu penilaian lainnya masyarakat sudahkah

dilibatkan dalam wadah tersebut dan sudahkah memberikan kritik dan

saran pada program pembangunan yang diikuti. Kemudian

25
orang/masyarakat lokal tersebut sudah harus menjadi subjeknya dalam

partisipasi dalam evaluasi, karena isi dari program yang dijalankan berupa

isi karakteristik orang/masyarakat lokal dan sudah diputuskan dan

dilaksanakan oleh mereka.

Tidak kalah pentingnya partisipasi dalam evaluasi merupakan kegiatan

asli yang ditujukan untuk kepentingan publik. Pada partisipasi ini lebih

mengedepankan upaya perbaikan atau modifikasi yang lebih baik atas

program kegiatan pembangunan yang dijalankan, artinya

orang/masyarakat dilibatkan dalam penilaian kebijakan seperti apa yang

tidak disukainya sehingga muncul saran perbaikan dari masayarakat.

2.2.2 Efektivitas Program

Efektivitas program merupakan tolak ukur tingkat keberhasilan atas

pelaksanaan program kegiatan proyek pembangunan melalui beberapa aspek

penilaiannya. Program yang dimaksud berupa kegiatan pembangunan yang

berorientasi pada pengembangan kapasitas masyarakat dan menghasilkan

peningkatan kesejahteraan, seperti halnya pada sebuah program pemberdayaan

masyarakat. Kemudian (Prayogo & Hilarius, 2012) berpendapat dalam

literaturnya, bahwa penyelenggara program proyek pembangunan masyarakat

pada dasarnya banyak dilakukan oleh institusi pemerintahan. Namun atas

permasalahan kemiskinan yang merupakan sebuah masalah kompleks baru pada

tahun 1998 setelah reformasi banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mulai

menampilkan perannya menyelenggarakan sebuah program proyek pembangunan

yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Tetapi upaya dari LSM dalam

26
perannya tersebut belum mampu berdampak secara menyeluruh kepada

masyarakat, akibat terbatasnya jangkauan wilayah pada masyarakat tertentu

(mikro).

Kemudian pada tahun 2000-an mulai dipertanyakan peran dari pelaku

sektor bisnis (korporasi), atau (Prayogo & Hilarius, 2012) menilai lebih tepatnya

partisipasi secara langsung dalam upaya menyejahterakan masyarakat khususnya

komunitas di sekitar wilayah daerah operasi mereka. Kemudian Premis Milton

Friedman dalam (Prayogo & Hilarius, 2012) menilai bahwa tanggung jawab sosial

korporasi adalah menciptakan keuntungan bagi pemiliknya sudah gugur dan

banyak ditentang. Berdasarkan dari hal tersebut pelaku bisnis secara moral

berkewajiban mengambil peran berkontribusi menyelenggarakan sebuah program

proyek pembangunan, yang bertujuan membantu dalam upaya pengentasan

kemiskinan masyarakat dan dikembangkannya melalui konsep Corporate Social

Responsibility (CSR) dan Community Development (CD). Maka dari kurun

waktunya mulai banyak program proyek pembangunan yang diselenggarakan oleh

para korporasi melalui konsep CSR. (Prayogo & Hilarius, 2012) mengungkapkan

bentuk sebuah program CSR dapat mengarah pada kebutuhan masyarakat yang

meliputi ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, serta bantuan

(donasi) sosial.

Namun pada saat itu tidak banyak studi tentang indikator yang

menampilkan penilaian sejauh mana tingkat efektivitas sebuah program CSR

perusahaan dalam memberikan tanggung jawabnya mengentaskan kemiskinan di

masyarakat. Kemudian (Prayogo & Hilarius, 2012) berpendapat secara substansi

perlu didefinisikan sebuah indikator apa saja dalam menjawab tingkat

27
keberhasilan program CSR perusahaan atau ia lebih menyebutkan efektivitas

program CSR. (Prayogo & Hilarius, 2012) mengungkapkan untuk mengukur

tingkat efektivitas pelaksanaan sebuah program ada beragam indikator, namun ia

lebih menekankan pada indikator proses bagaimana sebuah korporasi/perusahaan

berpartisipasi dalam melaksanakan sebuah program proyek pembangunan

masyarakat lokal.

Lebih lanjut (Prayogo & Hilarius, 2012) menyebutkan indikator proses

dalam mengukur tingkat efektivitas program berorientasi pada skala mikro,

dengan menggunakan variabel tingkat efektivitas program CSR, yang meliputi:

(1) effectivity (manfaat), (2) relevance (kesesuaian), (3) sustainability

(keberlanjutan), (4) impact (dampak), dan (5) empowerment (pemberdayaan) dan

(6) participation (partisipasi). Kemudian keenam indikator tersebut layak

digunakan untuk menilai dan mungukur tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik oleh ADEMOS sebagai pihak ketiga PT Pertamina EP Cepu.

1. Manfaat: Berupa seberapa besar hasil yang dirasakan penerima dari

suatu program yang dilaksanakan, adapun penilaian atas

kebermanfaatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

2. Kesesuaian: Dalam melaksanakan sebuah program harus sesuai

dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, artinya program yang

dijalankan adanya kesesuaian dengan kebutuhan, kemampuan dan

potensi masyarakat lokal.

3. Keberlanjutan: Indikator keberlanjutan berupa program CSR dapat

dilakukan kembali atau tidak ketika jika bantuan selesai atau

28
dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial maupun secara

teknis manajerial.

4. Dampak: Dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan

(geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan

kemiskinan (Prayogo & Hilarius, 2012).

5. Pemberdayaan: mengetahui seberapa signifikan tingkat pemberdayaan

dirasakan penerima akibat program CSR, baik dari segi keahlian

maupun organisasi/manajemen (Prayogo & Hilarius, 2012)

6. Partisipasi: dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi

masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.

Penelitian ini menggunakan indikator yang telah dikemukakan (Prayogo &

Hilarius, 2012) untuk mengukur tingkat efektivitas program yaitu manfaat,

kesesuaian, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan dan partisipasi. Dalam

operaionalnya (Prayogo & Hilarius, 2012) memberikan gambaran dalam

mengukur tingkatan hasil kinerja dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui

indikator yang dijelaskan dalam mengukur tingkat efektivitas program CSR.

Misalnya pada indikator manfaat, kemudian para orang/masyarakat yang menjadi

subyek program proyek pembangunan memberikan sebuah penilaian berdasarkan

pengalaman objektif mereka. Dengan memberikan rentan nilai 1-5 atau 1-10

sesuai dengan seberapa tingkat mereka memperoleh manfaat yang dirasakan.

Penilaian pengukuran hasil tingkatan tersebut berlaku terhadap indikator aspek

lainnya dalam mengukur tingkat efektivitas program.

29
2.3 Kerangka Berfikir

PT Pertamina EP Cepu

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


di Desa Binaan PT Pertamina EP Cepu

Asosiasi dan Kesejahteraan


Masyarakat (ADEMOS)

Program Pemberdayaan Batik Kepada Masyarakat Desa


Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro

Tingkat Partisipasi Komunitas Tingkat Efektivitas Program


(Penerima Program Pemberdayaan Pemberdayaan Batik(Y)
Batik) (X)

1. Partisipasi dalam 1. Efectivity (manfaat)


Mengambil Keputusan 2. Relevance (kesesuaian)
2. Partisipasi dalam 3. Sustainability
Implementasi (keberlanjutan)
4. Impact (dampak)
3. Partisipasi dalam
5. Empowerment
Pengambilan Manfaat (pemberdayaan)
4. Partisipasi dalam 6. Partisipasion
Evaluasi (partisipasi)

Hubungan Tingkat Partisipasi Komunitas dan Tingkat


Efektivitas Program Pemberdayaan Batik ADEMOS Oleh
Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Cepu

Keterangan :
: Hubungan antara tingkat variabel
: Penurunan indikator dari variabel

30
Program pemberdayaan batik merupakan salah satu program CSR PT

Pertamina EP Cepu yang dijalankan mitra kerjanya ADEMOS, salah satu program

ini untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berada di area eksplorasi

perusahaan. Ciri dari sebuah program pemberdayaan dengan melibat masyarakat

penerima program untuk berpartisipasi. Partisipasi merupakan keterlibatan

masyarakat dalam proses pelaksanaan suatu program yang dijalankan, dalam

penelitian ini untuk mengukur tingkat partisipasi penerima program

pemberdayaan batik yang menjadi salah satu CSR PT Pertamina EP melalui mitra

kerjanya ADEMOS. Untuk mengukur tingkat partisipasi dapat menggunakan

beberapa indikator partisipasi penerima program, sesuai yang diungkapkan.

(Cohen & Uphoff, 1980) yaitu Partisipasi dalam mengambil keputusan, partisipasi

dalam implementasi, Partisipasi dalam pengambilan manfaat dan partisipasi

dalam evaluasi. Sehingga dapat diketahui tingkatan partisipasi penerima program

pemberdayaan batik, dalam penelitian ini untuk mencari tahu berupa tinggi,

sedang dan rendah tingkat partisipasi

Kemudian untuk mengetahui keberhasilan program pemberdayaan yang

baik dengan mengukur tingkat efektivitas program, sehingga dapat menghasilkan

dampak positif yang diterima masyarakat. Efektivitas program dapat diukur dari

aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, aspek dampak, aspek

pemberdayaan, dan aspek partisipasi (Prayogo & Hilarius, 2012). Dalam

penelitian ini untuk mengetahui variabel tingkat partisipasi komunitas (penerima

program) dan variabel tingkat efektivitas program pemberdayaan batik, yang

kemudian untuk dicari tahu hubungan dari kedua variabel tersebut.

31
2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Berdasarkan kerangka berfikir yang dijelaskan diatas, maka hipotesis

penelitian ini adalah hipotesis korelasi (hubungan). Sehingga dalam penelitian ini

peneliti dapat menduga hubungan antara tingkat partisipasi penerima

pemberdayaan batik dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Diduga tidak ada hubungan tingkat partisipasi komunitas (penerima program)

dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik

H1: Diduga ada hubungan tingkat partisipasi komunitas (penerima program)

dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik.

2.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan operasionalisasi dari konsep-

konsep yang abstrak (Andriani, 2014). Indikator-indikator yang ada pada konsep

diturunkan kedalam sebuah item pertanyaan. Secara umum definisi opersional

variabel merupakan cara teknis dalam menjelaskan dan melaksanakan isi dari

konsep yang dipakai ketika dilapangan. Definisi operasional variabel berfungsi

mempermudah peneliti dalam mengukur dan menguji secara empiris. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas atau

variabel independent dan variabel terikat atau variabel dependent. Variabel

independent dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi dan variabel dependent

adalah tingkat efektivitas.

32
2.5.1 Tingkat Partisipasi

Dalam penelitian ini variabel tingkat partisipasi merupakan variabel bebas

atau variabel independent (variabel X). Variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel yang lain (Ramadhani, 2012). Artinya dalam penelitian

ini variabel tingkat partisipasi dapat menyebabkan timbulnya atau berubahnya

pada variabel tingkat efektivitas. Tingkat partisipasi merupakan penilain

responden atas keterlibatannya dalam program pemberdayaan batik. (Cohen &

Uphoff, 1980) menjelaskan untuk mengukur tingkat partisipasi dengan melihat

keterlibatan responden/penerima program pemberdayaan batik, yaitu keterlibatan

responden dalam tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap

pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Tingkat Partisipasi


Konsep Variabel Indikator Item Pertanyaan

Partisipasi Tingkat Partisipasi 1. Keterlibatan


Oleh John Partisipasi dalam responden/penerima program
M. Cohen Mengambil dalam mengidentifikasi
Dan Keputusan permasalahan lokal
Norman masyarakat
T. Uphoff 2. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat lokal
3. Keterlibatan responden/
penerima program pada
pemberian ide/gagasan atas
masalah masyarakat lokal
4. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
memilih program yang
ditawarkan oleh ADEMOS
5. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
mengambil keputusan program
yang dipilih oleh ADEMOS

33
Partisipasi 1. Keterlibatan responden/
Dalam penerima program dalam
Implementasi pelaksanaan program
pemberdayaan pemberdayaan
batik
2. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
memberikan tenaganya pada
pelaksanaan program
pemberdayaan batik.
3. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
memberikan materi (uang)
pada pelaksanaan program
pemberdayaan batik.
4. Keterlibatan responden/
penerima program dalam
memberikan ide/gagasan
dalam penanganan setiap ada
masalah/kendala pada
pelaksanaan program
pemberdayaan batik.

Partisipasi 1. Responden/ penerima program


Dalam merasakan peningkat
Pengambilan pendapatan atas keterlibatan
Manfaat dalam program pemberdayaan
batik
2. Responden/ penerima program
merasakan lebih bisa
mencukupi kebutuhan sehari-
hari
3. Responden/ penerima program
merasakan lebih mampu
membeli buah sekunder (apel,
anggur, durian dll) atas
keterlibatan dalam sebuah
program pemberdayaan batik
4. Fasilitas Ruko/medsos oleh
ADEMOS mempermudah
dalam memasarkan hasil
produksi batik.
5. Atas keterlibatan dalam
program pemberdayaan batik
membuat penerima program
selalu dilibatkan dalam
musyawarah BUMDES.
6. Atas keterlibatan dalam

34
program pemberdayaan batik
Responden/ penerima program
merasakan lebih mudah
menjalin kerja sama dengan
orang lain.

Partisipasi 1. Adanya wadah yang diberikan


Dalam responden/penerima program
Evaluasi dalam menyampaikan kritik
saran program pemberdayaan
batik yang dijalankan.
2. Keterlibatan ADEMOS dalam
menyelesaikan setiap masalah
pada program pemberdayaan
batik

2.5.2 Tingkat Efektivitas

Tingkat efektivitas merupakan variabel terikat atau variabel dependent

(variabel Y). Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variabel independen. Artinya dalam penelitian ini variabel tingkat efektivitas

dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat partisipasi. Tingkat efektivitas program

merupakan hasil dari capaian program yang sudah direncanakan berupa gambaran

keberhasilan program. Menurut (Prayogo & Hilarius, 2012) untuk mengukur

tingkat efektivitas dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu aspek manfaat,

aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, aspek dampak, aspek pemberdayaan dan

aspek partisipasi.

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Tingkat Efektivitas Program


Konsep Variabel Indikator Item Pertanyaan

Efektivitas Tingkat Aspek Manfaat 1. Responden/penerima


Program Efektivitas program pemberdayaan
Oleh Program batik memperoleh manfaat
Prayogo & sesuai dengan
Hilarius kebutuhannya.
2. Program pemberdayaan
batik dapat/tidak

35
menyelesaikan masalah di
daerah responden/penerima
program

Aspek 1. Kesesuaian program


Kesesuaian pemberdayaan batik dengan
kebutuhan masyarakat
daerahnya
2. Kesesuaian program
pemberdayaan batik dengan
kemampuan masyarakat
daerahnya

Aspek 1. Jika sudah ada


Keberlanjutan pendampingan dari
ADEMOS program
pemberdayaan batik masih
bisa berjalan.
2. Jika sudah tidak ada
pendampingan dari
ADEMOS saya masih bisa
memproduksi batik.
3. Responden/penerima
program dapat menjalankan
strategi pemasaran yang
diberikan ADEMOS
4. Jika sudah ada
pendampingan dari
ADEMOS
Responden/penerima
program masih bisa
menjalankan strategi
pemasaran

Aspek 1. Program pemberdayaan


Dampak batik mampu memberikan
dampak pengentasan
permasalahan masyarakat
2. Atas keterlibatan dalam
program pemberdayaan
batik, masyarakat di
daerahnya lebih mandiri
dalam mengakses
kesehatan.
3. Atas keterlibatan dalam
program pemberdayaan
batik, masyarakat di
daerahnya lebih mandiri
dalam mengakses

36
pendidikan
4. Program pemberdayaan
batik berdampak pada
peningkatan industri kreatif
lainnya.

Aspek 1. Program pemberdayaan


Pemberdayaan batik mampu memberikan
keahlian masyarakat daerah.
2. Program pemberdayaan
batik membuat responden
memiliki keahlian
membatik.
3. Responden mampu
membuat ide motif batik
baru sendiri.
4. Program pemberdayaan
batik membuat Responden
memiliki keahlian dalam
memasarkan sebuah produk

Aspek 1. ADEMOS mengajak


Partisipasi musyawarah masyarakat
daerah saya untuk memilih
program yang dilaksanakan
2. ADEMOS mengajak
masyarakat daerah saya
merumuskan strategi
program pemberdayaan
batik yang akan
dilaksanakan
3. ADEMOS menjalin
kerjasama dengan tokoh
desa
(RT/RW/KASUN/KADES/
LAINNYA) (Efektivitas6c)
4. Tokoh desa
(RT/RW/KASUN/KADES/
LAINNYA) oleh ADEMOS
dilibatkan dalam
mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat.
5. Tokoh desa terlibat
memberikan ide/gagasan
program dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat
daerahnya

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan Statistik Inferensial. Rumusan

masalah dalam penelitian ini memuat dua variabel hubungan sebab akibat

(explanatory research) yang berkaitan, yaitu tingkat partisipasi komunitas

(penerima program pemberdayaan batik) dan tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik. Sehingga metode penelitian kuantitatif tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini karena bersifat pembuktian/konfirmasi variabel

yang berhubungan. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu penelitian

dengan menggunakan kuesioner yang dijadikan sebagai instrumen penelitian dan

digunakan sebagai alat pengumpul data yang bersifat mengukur. Dalam metode

survei, peneliti menanyakan ke beberapa orang (yang disebut responden) tentang

keyakinan, pendapat, karakteristik suatu objek dan perilaku yang telah lalu atau

sekarang. (Sugiyono, 2011). Kemudian hasil penyebaran kuisioner ini diolah

dengan teknik pengukuran data, dan menghasilkan interpretasi.

3.2 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa terdampak dari aktivitas

eksplorasi PT Pertamina EP Cepu, yang kemudian menjadi desa binaan sebagai

kewajibannya memberikan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penelitian

ini dilakukan di Desa Dolokgede Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro

kepada masyarakat penerima program pemberdayaan batik. Waktu penelitian ini

meliputi observasi penelitian, pengumpulan data berupa penyebaran kuisioner

38
kepada responden dan wawancara, pengolahan hasil data, analisis hasil data dan

penulisan laporan penelitian. Dengan dimulai dari September 2019 sampai

Februari 2020. Objek penelitian ini yaitu masyarakat penerima program

pemberdayaan ini. Penentuan objek penelitian tersebut didasarkan pada rumusan

masalah penelitian ini yang bertujuan mencari tahu tingkat partisipasi komunitas

masyarakat penerima program pemberdayaan batik.

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti (Nasution,

2003). Dalam penelitian ini yang menjadi objek yaitu masyarakat terdampak

akibat eksplorasi PT Pertamina EP Cepu yang telah menerima program

pemberdayaan batik, pada program CSR perusahaan melalui pihak ketiga sebagai

fasilitator program yaitu ADEMOS. Menurut (Sugiyono, 2011) populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Kemudian dalam populasi tersebut peneliti

menentukan sejumlah responden yang peneliti tentukan dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel total sampling atau sampling jenuh.

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Karena teknik penentuan

sampel ini sering digunakan pada populasi yang relatif kecil atau kurang dari 100.

Sehingga dengan jumlah penerima program kurang dari 100 orang, teknik

sampling jenuh ini cocok dijadikan penentuan sampel dalam penelitian ini.

Karena penerima program pemberdayaan batik di Desa Dolokgede, Kecamatan

39
Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro yang berjumalah 30 orang. Lebih lanjut

dalam menentukan responden peneliti telah menentukan terlebih dahulu kualitas

dan karakteristik sesuai kebutuhan data peneliti, yaitu seorang yang telah

menerima program pemberdayaan batik. Sehingga tepat dijadikan sebagai

responden untuk mengetahui tingkatan partisipasi dan tingkatan efektivitas

program tersebut. Hasil pengumpulan data dari responden yang menjadi objek

penelitian ini akan ditarik kesimpulannya berupa keterkaitan hubungan dari dua

variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu variabel tingkat partisipasi dan

tingkat efektivitas program.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, dengan

melalui jenis data data primer dan dan data sekunder. Data primer bisa didapatkan

dengan wawancara terstruktur dengan responden terpilih melalui kuisioner dan

pihak fasilitator program pemberdayaan batik ADEMOS. Data sekunder berupa

dokumentasi tertulis yang penulis jadikan sebagai bahan referensi penelitian.

3.4.1 Wawancara

Teknik wawancara atau interview merupakan pengajuan pertanyaan

kepada narasumber yang memiliki pengetahuan terkait objek yang diteliti, teknik

ini dilakukan ketika survei penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti

mengajukan pertanyaan kepada fasilitator dan responden dengan pedoman

wawancara, mendengarkan atas jawaban, mengamati perilaku, dan merekam

semua respon dari yang disurvey (Sugiyono, 2011). Teknik ini digunakan ketika

40
peneliti mencari permasalahan yang harus diteliti, dan untuk menemukan jawaban

yang tidak ditemukan dipenyebaran kuisioner (angket) kepada responden.

Teknik penyebaran kuisioner merupakan pengajuan beberapa pertanyaan

atau pernyataan kepada responden. Pertanyaan dan pernyataan merupakan ini

hasil turunan dari konsep yang dipilih peneliti, berupa kumpulan pertanyaan

tertulis yang diajukan kepada responden untuk mencari jawabannya. Kuisioner

merupakan instrumen untuk pengumpulan data, dimana partisipan, atau responden

mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan peneliti (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini peneliti memberikan pertanyaan dengan menanyakan secara

langsung kepada masing-masing responden, responden ini telah ditentukan

peneliti yang menjadi sampel penelitian. Alasan peneliti menggunakan teknik ini

karena dalam penelitian ini menetapkan jumlah responden yang cukup besar,

sehingga teknik penyebaran kuisioner perlu untuk digunakan peneliti dalam

pencarian data.

3.4.2 Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal

dari bahan-bahan tertulis, yang mencakup dokumen berupa daftar penerima

pemberdayaan batik yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

Diantarnya Profil PT Pertamina EP Cepu, profil ADEMOS, jurnal penelitian,

buku dan bacaan lainnya yang meliputi data gambaran umum penelitian,

penelitian terdahulu, dan data pendukung lainnyaa, serta data penerima program

pemberdayaan batik yang diperoleh dari ADEMOS selaku pihak ketiga CSR PT

Pertamina EP Cepu.

41
3.5 Teknik Pengukuran Data

Teknik pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal.

Skala ordinal sebagai acuan alat ukur untuk menghasilkan data kuantitatif melalui

kuesioner dengan cara memberi bobot penilaian setiap pertanyaanya yang berasal

dari setiap indikator dalam sebuah variabel penelitian. Adapun klasifikasi

penurunan dari variabel penelitian ke indikator sampai item pertanyaan sebagai

berikut:

Tabel 3. Skala dan Pengkategorian Data


No Klasifikasi Skala data Pengkategorian data

1 Karakteristik
Responden

Umur responden Nominal (th) 1. Dewasa awal (18-


30 tahun)
2. Dewasa madya
(31-50 tahun)
3. Dewasa akhir (>50
tahun)

Pendidikan terakhir Ordinal [1] Tidak Sekolah; [2] TK;


responden [3] Tidak Tamat SD; [4]
SD/MI; [5] SMP/MTS; [6]
SMA/SMK; [7] Diploma -
III [8] SI/Diploma IV

Pekerjaan suami/istri Ordinal [1] Tidak memiliki


responden istri/suami;[2] Tidak
bekerja; [3] Buruh tani;
[4] Petani [5] Buruh
perusahaan [6] Pegawai
swasta/ karyawan; [7]
Wiraswasta/swasta; [8];
PNS [9]] Lain-lain,
sebutkan

Rentan waktu menerima Ordinal (th) 1. Kurang dari 1


program tahun
2. 1-3 tahun:
3. 4-7 tahun:

42
4. 8-10 tahun :

2 Variabel Tingkat
Partisipasi

Partisipasi Dalam Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Mengambil Keputusan Tidak setuju ; [3] Setuju ;
(5 item) [4] Sangat setuju

Partisipasi Dalam Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Implementasi (4 item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Partisipasi Dalam Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Pengambilan Manfaat Tidak setuju ; [3] Setuju ;
(6 item) [4] Sangat setuju

Partisipasi Dalam Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Evaluasi (2 item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

3 Variabel Tingkat
Efektivitas Program

Aspek Manfaat (2 item) Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Aspek Kesesuaian (2 Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Aspek Keberlanjutan (4 Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Aspek Dampak (4 Item) Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Aspek Pemberdayaan (4 Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

Aspek Parisipasi (5 Ordinal [1] Sangat tidak setuju; [2]


Item) Tidak setuju ; [3] Setuju ;
[4] Sangat setuju

43
Pengukuran dalam skala ordinal dengan menggunakan ukuran sikap

respoden atas setiap pertanyaan, yaitu skala Likert. Menurut (Sugiyono, 2011)

skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Melalui skala Likert, indikator konsep variabel X dan Y yang akan diukur

dijadikan acuan dalam menyusun item-item pertanyaan di dalam kuesioner.

Dengan skala Likert setiap item pertanyaan memiliki jawaban gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif. Skala ini berorientasi pada jawaban responden,

sehingga di setiap jawabannya akan dijumlahkan dan diberi skor, yang kemudian

ditotal. Hasilnya akan ditafsirkan sebagai subyek dalam skala Likert, dalam

mengumpulkan jawaban ini peneliti menemui responden secara langsung untuk

menanyakan pertanyaan yang sesuai dengan instrumen di kuesioner. Jawaban ini

memiliki empat tingkatan yang berguna untuk mengetahui derajat setuju dan tidak

pada variabel tingkat partisipasi komunitas dan variabel tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data penelitian ini meliputi pengeditan, pengkodean,

memasukan ke dalam komputer, pengecekan data dan analisis data. Sebagai

berikut:

1. Pengeditan Data (Editing)

Menurut (Aedi, 2010) pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi

data yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini dengan memeriksa

kembali alat pengumpul data seperti kuesioner. Tujuannya untuk

44
mengoreksi apabila ada yang terdapat yang salah atau meragukan,

yang meliputi lengkapnya pengisian jawaban responden, kejelasan

jawaban, konsisten antar jawaban, relevansi jawaban.

2. Koding atau skoring

Koding adalah memberikan nilai yang diberikan pada jawaban

yang menunjukan tingkatan pada setiap pertanyaan. Proses koding ini

bertujuan agar peneliti akan dapat lebih mudah menggunakan data

karena terdapat pengelompokan pada data-data tertentu (Aedi, 2010).

Koding dilakukan memberikan skor di samping pertanyaan kuisioner.

3. Input ke dalam SPSS

Tahap ini peneliti memasukan data hasil dari skoring ke dalam

komputer melalui SPSS 16.0. Kemudian diolah sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Salah satunya guna mengetahui tingkat kategori

pada setiap variabelnya, yang meliputi tingkat tinggi, sedang dan

rendah. Adapun dalam penelitian ini guna membantu peneliti untuk

mengetahui hubungan tingkat partisipasi komunitas dengan tingkat

efektivitas program pemberdayaan batik.

4. Interpretasi

Menurut (Aedi, 2010) interpretasi merupakan penyajian data dalam

bentuk narasi. Tujuan dari tahap untuk memudahkan pemahaman dari

pembacara atas data yang ditampilkan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan tahap dalam sebuah penelitian setelah data

yang diterima sudah lengkap. Analisis data memiliki tujuan mendeskripsikan hasil

45
data yang diperoleh. Bentuk analisis data dapat berupa analisis data deskriptif dan

inferensial. Dalam penelitian ini menggunakan analisis inferensial, karena

bersifat membuktikan adanya hubungan 2 variabel atau lebih. Penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan dari 2 variabel, yaitu tingkat

partisipasi komunitas dan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik. Hasil

penelitian tidak hanya menjelaskan mengenai tingkatan dari setiap indikator dan

variabel tetapi juga mengambil kesimpulan tentang hubungan dari kedua variabel

tersebut.

Analisis inferensial terbagi menjadi dua jenis yaitu parametric dan non

parametric. Analisis inferensial parametric digunakan untuk data yang

berdistribusi normal dan analisis inferensial non parametric untuk data yang tidak

berdistribudi normal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data inferensial

non parametric karena data tidak berdistribusi normal dan data yang diperoleh

berbentuk skala ordinal. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis

data, diantaranya analisis data frekuensi, analisis korelasi, analisis tabel silang dan

uji validitas. Sebagai berikut:

1. Analisis data frekuensi, analisis ini berupa tabel data yang kemudian

dipresentasikan. Hasil dari frekuensi diperoleh dari data mentah hasil

dari kuesioner yang telah disusun oleh peneliti yang berhubungan

dengan tingkat partisipasi dan efektivitas program yang dianalisis

menggunakan SPSS. Bentuk dari data frekuensi berupa hasil jawaban

mulai tingkat terendah sampai yang terbesar sesuai dengan ketegori

pertanyaan yang ada di kuesioner.

46
2. Analisis tabel silang, dalam analisis ini menyajikan data hubungan

antar variabel penelitian, Penelitian ini untuk mengetahui tingkat

partisipasi komunitas (penerima program) (X) dan tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik (Y).

3. Analisis korelasi, penelitian ini menggunakan korelasi Rank Kendall

melalui bantuan SPSS dan menghasilkan frekuensi dari kedua variabel

yang peneliti uji, yang kemudian untuk mengetahui apakah vairabel X

dan variabel Y berhubungan atau tidak. Analisis korelasi Rank Kendal

merupakan statistik non-parametrik dalam penelitian ini untuk

menganalisis data ordinal. Berikut asumsi dalam menggunakan teknik

analisis ini:

1. Berhadapan satu sampel

2. Sampel lebih dari 10

3. Memiliki dua variabel dan berskala ordinal

Analisis korelasi Rank Kendal digunakan untuk mengetahui

hubungan antar dua variabel yang berhubungan yaitu tingkat

partisipasi komunitas (penerima program) dan tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik. Berikut pengujian atau rumus uji

koefisien korelasi Kendall Tau:

Formula dikoreksi menjadi:

47
Ƭxy =
( ) ( )

dengan Tx = ½ ∑tx(tx-1)

Ty = ½ ∑ty(ty-1)

Keterangan :

Tx = banyaknya nilai X yang sama untuk suatu data

Ty = banyaknya nilai Y yang sama untuk suatu data

T = Nilai koefisien korelasi Kendal Tau

S = Pembilang

N = Jumlah sampel

1 dan 2 = Konstanta

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel tingkat

partisipasi komunitas (penerima program) (X) dan tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik, guna mencari tahu hubungan kedua

variabel. Dari hasil skala ordinal dicari tahu dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi kendall tau pada program SPSS, yang kemudian

diketahui nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya kurang sama

dari 0,5 maka H1 diterima dan H0 ditolak, namun jika nilai

signifikansinya lebih dari 0,5 H0 diterima dan H1 ditolak.

Kemudian untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan antara variabel

tingkat partisipasi dan tingkat efektivitas program dengan menggunakan data

dibawah ini :

48
Tabel 4. Koefisien Tingkat Hubungan
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0 Tidak ada korelasi antara 2 variabel
>0 – 0,25 Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 Korelasi kuat
>0,75 – 0,99 Korelasi cukup kuat
1 Korelasi sempurna

Tabel 4 akan digunakan dalam penelitian ini guna mengetahui kuat

lemahnya hubungan variabel tingkat partisipasi (variabel x) dan variabel tingkat

efektivitas (variabel y) dengan mengetahui nilai koefisien korelasi yang di uji.

3.8 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan instrumen

pertanyaan dalam penelitian ini. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka

terlebih dalu akan dilakukan pengujian normalis data/validitas data (Sugiyono,

2011). Tujuan dari uji validitas data adalah untuk mengetahui keabsahan yang

berhubungan antara konsep dengan data empiris di lapangan. Uji validitas dengan

cara menganalisis item pertanyaan, dengan teknik mengkaitkan satu item

pertanyaan dari variabel X dengan total seluruh pertanyaan dari variabel Y. Uji

validitas dengan menggunakan metode rumus korelasi Pearson Product Moment.

 xy   x y
 N
 x  y  
rxy
 2
 
2
  y
2
 
2
 x 
  
 N  N
  

49
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy
N : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 :
Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 :
Jumlah kuadrat skor total
Data dikatakan valid ketika indeks Correlation Product Moment Pearson

dengan nilai rxy (r-hitung) yang diperoleh lebih besar atau sama dengan tabel

regresi (r-tabel) dan dikatakan tidak valid ketika nilai rxy kurang dari tabel regresi.

Dalam mengatahui valid atau tidaknya sebuah item pertanyaan, dengan

menggunakan rumus:

df = n-k

Keterangan:
df : degree of freedom atau derajat bebas
n : jumlah responden
k : jumlah variabel
Kemudian dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu tingkat

partisipasi dan tingkat efektivitas program. Responden dalam penelitian ini

berjumlah 30 responden yang merupakan komuniatas masyarakat penerima

program pemberdayaan batik, dengan taraf signifikasi 5%. Maka jika dihitung

menggunakan rumus di atas, maka nilai df = 28 dengan r-tabel (5% = 0,05)

50
sebesar 0,3610. Maka jika r-hitung lebih besar atau sama dengan r-tabel (0,3610)

item pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Berdasarkan r tabel tersebut maka

diketahui jumlah item pertanyaan yang valid adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Uji Validitas Variabel Partisipasi (Variabel X)


No R tabel R Hitung Keterangan

1 0,3610 0,443 Valid


2 0,3610 0,608 Valid
3 0,3610 0,638 Valid
4 0,3610 0,621 Valid
5 0,3610 0,455 Valid
6 0,3610 0,393 Valid
7 0,3610 0,451 Valid
8 0,3610 0,403 Valid
9 0,3610 0,621 Valid
10 0,3610 0,463 Valid
11 0,3610 0,573 Valid
12 0,3610 0,470 Valid
13 0,3610 0,423 Valid
14 0,3610 0,548 Valid
15 0,3610 0,375 Valid
16 0,3610 0,440 Valid
17 0,3610 0,422 Valid
Sumber : data yang diolah di SPSS

Tabel 5 merupakan hasil uji validitas dari 17 item pertanyaan pada

variabel tingkat partisipasi komunitas. Perhitungan uji validitas Pearson Product

Moment, didapatkan nilai r-hitungnya berkisar 0,375 hingga 0,638. Angka r-

hitung tersebut menunjukan bahwa nilai r-hitung lebih besar dari nilai sighnifikasi

0,3610 yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

sejumlah 17 item pertanyaan pada variabel tingkat partisipasi komunitas

dikatakan valid.

51
Tabel 6. Uji Validitas Variabel Efektivitas Program (Variabel Y)
No R tabel R Hitung Keterangan

1 0,3610 0,573 Valid


2 0,3610 0,385 Valid
3 0,3610 0,574 Valid
4 0,3610 0,538 Valid
5 0,3610 0,396 Valid
6 0,3610 0,568 Valid
7 0,3610 0,559 Valid
8 0,3610 0,519 Valid
9 0,3610 0,538 Valid
10 0,3610 0,392 Valid
11 0,3610 0,392 Valid
12 0,3610 0,400 Valid
13 0,3610 0,729 Valid
14 0,3610 0,685 Valid
15 0,3610 0,750 Valid
16 0,3610 0,644 Valid
17 0,3610 0,715 Valid
18 0,3610 0,488 Valid
19 0,3610 0,750 Valid
20 0,3610 0,632 Valid
21 0,3610 0,538 Valid
Sumber : data yang diolah di SPSS

Tabel 6 merupakan hasil dari uji validitas dari 21 item pertanyaan pada

variabel tingkat efektivitas program pemberdayaan batik. Perhitungan uji validitas

Pearson Product Moment, didapatkan nilai r-hitungnya berkisar 0,385 hingga

0,760. Angka r-hitung tersebut menunjukan bahwa nilai r-hitung lebih besar dari

nilai sighnifikasi 0,3610 yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sejumlah 21 item pertanyaan pada variabel tingkat efektivitas

program pemberdayaan batik dikatakan valid.

52
BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 PT Pertamina EP Cepu

Gambar 1. Logo PT Pertamina EP Cepu

Sumber: http://pepc.pertamina.com/id/index.html

PT. Pertamina EP Cepu merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina

(persero) untuk Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) minyak dan gas bumi di

wilayah Blok Cepu yang mencakup Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban di

Jawa Timur dan Kabupaten Blora di Jawa Tengah. PT Pertamina EP Cepu

didirikan pada tanggal 14 September 2005 setelah ditandatanganinya kesepakatan

Kontrak Kerja Sama (KKS) Blok Cepu antara BPMigas sebagai atas nama

pemerintah dengan Kontraktor Mobil Cepu Ltd dan Ampolex Cepu (keduanya

merupakan anak perusahaan dari PT. Exxon Mobil) serta PT Pertamina EP Cepu

dengan jangka waktu kontrak 30 tahun. Dalam kesepakatan tersebut terdapat

komposisi Participating Interest (PI) masing-masing pihak adalah Mobil Cepu

Ltd dan Ampolex 50%, PT.Pertamina EP Cepu 50%. Namun komposisi PI ini

mengalami perubahan setelah adanya tanda tangan kesepakatan Supplementary

Agreement atas KKS pada tanggal 30 Oktober 2008 dan 26 Februari 2009. Dalam

53
kesepakatan tersebut untuk menyertakan empat Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) untuk masuk dalam PI. Masing-masing pihak adalah PT.Pertamina EP

Cepu 45%, Mobil Cepu Ltd dan Ampolex 45% dan BUMD 10%.

Namun sebelum adanya perubahan komposisi PI tersebut pada tahun 2006

menjadi tahun pertama PT Pertamina EP Cepu melakukan aktivitas perusahaan

eksplorasi perusahaan setelah ditandatanganinya kesepakatan Joint Operating

Agreement (JOA) Blok Cepu antara Mobil Cepu Ltd, Ampolex dan PT Pertamina

EP Cepu. Dalam JOA tersebut dinyatakan bahwa Exxon Mobil Cepu Ltd sebagai

pemegang operator Blok Cepu dan secara resmi PT Pertamina EP Cepu efektif

melaksanakan operasionalnya di wilayah ini. Kemudian pada tahun 2006 juga PT

Pertamina EP Cepu melakukan tiga kegiatan utama di Blok Cepu, yang meliputi

eksplorasi, pengembangan lapangan minyak banyu urip, dan kegiatan

perencanaan pengembangan lapangan gas Jambaran – Cendana.

Kemudian pada tahun 2011 PT Pertamina EP Cepu telah menemukan

babak baru dengan menjadikannya operator Unitisasi Lapangan Jambaran – Tiung

Biru yang semula hanya non operator dalam pengembangan Lapangan Jambaran

Tiung Biru. Hal ini terwujud setelah ditandatanganinya Head Of Agreement

(HOA) dengan Exxon Mobil Cepu Ltd. Pada tahun 2013 PT Pertamina EP Cepu

mendapatkan persetujuan dari Kementerian PSDM dan SKK Migas dalam

pelaksanaan Unitisasi Jambaran Tiun Biru dan ditunjuknya perusahaan ini sebagai

operator Pelaksanaan Unitasasi. Atas penunjukan tersebut, negara memberikan

tugas untuk meningkatkan produksi Migas Nasional kepada PT Pertamina EP

Cepu dengan menemukan cadangan migas baru di Blok Cepu dan ditargetkannya

on stream produksi kotor sebesar 315 MMSCFD (Raw Gas).

54
Lebih lanjut pada tahun 2014 Presiden Republik Indonesia Susilo

Bambang Yudhoyono meresmikan proyek peningkatan produksi minyak

Lapangan Banyu Urip Blok Cepu sebesar 10.000 barel per hari. Dengan adanya

kebijakan penambahan 10.000 barel per hari tersebut menjadikannya Banyu Urip

meningkat dari 30.000 barel per hari menjadi 40.000 barel per hari pada tahun

2014, dan terus meningkat mencapai puncaknya sebesar 165.000 per hari.

4.1.1 Dampak Positif dan Negatif PT. Pertamina EP Cepu Terhadap


Masyarakat

Setelah adanya penandatangan Hak Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di

Wilayah Blok Cepu antara BPMigas sebagai atas nama pemerintah dengan

kontraktor PT Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ltd dan Ampolex Cepu

Ltd selama jangka waktu kontrak 30 tahun. Beberapa perusahaan ini telah

memberikan dampak positif maupun dampak negatif yang dirasakan masyarakat,

yang di dalamnya termasuk PT Pertamina EP Cepu.

1. Dampak Positif

Dampak positif PT Pertamina EP Cepu menyangkut pada peningkatan

kualitas kapasitas sumberdaya manusia yang berasal dari program tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Program tanggung jawab sosial tersebut meliputi

program pemberdayaan masyarakat melalui penggalian potensi lokal yang

kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat dan fasilitator program

pemberdayaan. Dalam program peningkatan kualitas sumberdaya manusia PT

Pertamina EP Cepu memberikan program pelatihan kemampuan kerja dunia

migas. Tentunya melalui program pelatihan tersebut membantu masyarakat lokal

terutama pemuda untuk lebih berkompetitif di dunia kerja khususnya pada sektor

55
migas yang semakin ketat dan selektif dalam penerimaan kerja terutama PT

Pertamina EP Cepu. Dengan program-program tersebut PT Pertamina EP Cepu

berorientasi pada pemaksimalan peningkatan kesejahteraan masyarakat atas

keberadaan perusahaan.

Lebih lanjut dampak positif perusahaan tidak hanya berasal dari program

tanggung jawab sosial melalui program CSR nya saja melainkan juga terdapat

dampak positif lain atas keberadaan PT Pertamina EP di daerah operasionalnya

ini, seperti penyerapan tenaga kerja lokal. Dalam proses rekrutmen tenaga kerja

ini PT Pertamina EP Cepu mensyaratkan kepada pihak kontraktor pelaksana

tenaga kerja untuk mengutamakan pekerja dari desa yang berada di wilayah Ring

1 perusahaan sebagai prioritas. Kemudian berasal dari data penulis peroleh

berdasarkan pengalaman perekrutan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi yang

sedang berjalan, tercatat penyerapan tenaga lokal mencapai 25–30% (Cepu,

Adendum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal) Dan Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Rkl) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (Rpl), 2019).

Tercatat dalam kebutuhan penerima tenaga kerja salah satunya

diperuntukan dalam pembuatan jalan, peningkatan fungsi jalan inspeksi, dan

pemasangan pipa yang membutuhkan tenaga kerja kurang lebih 50 orang, yang

dapat di identifikasikan pembagian kerja sebagai berikut:

56
Tabel 7. Data Penerimaan Pekerjaan
No Posisi/Jabatan Kualifikasi Jumlah

1. Project Manager S1 1
2. Construction Manager S1 1
3. Foreman SMA 14
4. Skill manpower SMP-SMA 21
5. Helper SD-SMA 13
Jumlah Total 50
Sumber: PEPC 2019 Dalam (Cepu, Adendum Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (Andal) Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rkl) Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (Rpl), 2019)
Data penerimaan pekerjaan tersebut hanya berasal dari tahap konstruksi

yang di dalamnya terdapat kegiatan kerja mobilisasi alat dan bahan proyek yang

memerlukan jalan transportasi umum dan jalan inspeksi yang sudah ada. Maka

perekrutan tenaga kerja diperuntukan dalam proses peningkatan fungsi jalan

inspeksi. Kepemilikan jalan inspeksi ini dimiliki oleh Exxon Mobil Cepu Ltd

yang kemudian jalan tersebut digunakan PT Pertamina EP Cepu, namun sebelum

melakukan mobilisasi alat dan bahan proyek terlebih dahulu PT Pertamina EP

Cepu memerlukan tenaga kerja konstruksi dalam peningkatan fungsi jalan.

Penerimaan tenaga kerja pembuatan jalan dan peningkatan fungsi jalan

inspeksi pada tahap konstruksi merupakan salah satu dari beberapa proses

perekrutan pekerja dalam menunjang tahapan kegiatan eksplorasi PT Pertamina

EP Cepu di Bojonegoro. Adapun tahapan lain seperti tahap operasi yang

memerlukan 271 orang, tahap produksi, tahap pengelolaan limbah yang

dihasilkan, tahap pemeliharaan dan perawatan fasilitas produksi. (Cepu,

Adendum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal) Dan Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Rkl) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (Rpl), 2019).

Dari beberapa tahapan kegiatan ekspolasi PT Pertamina EP Cepu tersebut

57
tentunya berdampak positif yang dirasakan masyarakat akibat keberadaan

perusahaan ini terutama dalam sektor lapangan kerja.

4. Dampak Negatif

Berdasarkan hasil Prakiraan dan Evaluasi Dampak Lingkungan (AMDAL)

terhadap hipotetik atau DPH (data hak kebendaan atas suatu benda yang tak

bergerak) oleh proyek PT.Pertamina EP Cepu. Data tersebut mencatat ada

beberapa tahapan pelaksanaan operasi PT Pertamina EP Cepu yang meliputi

kegiatan praproduksi (Commissioning dan Startup), kegiatan operasi engine dan

flaring, kegiatan operasi Thermal Oxidizer Unit (TOU)/Membrane Permeate,

kegiatan operasi Sulfur Recovery Unit (SRU), kegiatan pembuangan Bleed Water.

Dari tahapan pelaksanaan operasi PT Pertamina EP Cepu tersebut menghasilkan

beberapa dampak negatif lingkungan, yang meliputi peningkatan kebauan,

penurunan kualitas udara khususnya emisi SO2, peningkatan konsentrasi gas

rumah kaca (GHG), peningkatan prevalensi penyakit ISPA, gangguan flora darat,

penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas air sungai. Selain

menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan, PT Pertamina EP Cepu juga

memberikan dampak negatif sosial masyarakat yang meliputi gangguan terhadap

kegiatan usaha tani, penurunan pendapatan usaha tani, peningkatan persepsi

negatif, peningkatan potensi konflik (Cepu, Adendum Analisis Dampak

Lingkungan Hidup (Andal) Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rkl)

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (Rpl), 2019).

Kemudian dari hasil evaluasi dampak negatif pelaksanaan operasi

perusahaan terhadap Hipotetik, PT Pertamina EP Cepu berkomitmen menyusun

58
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang

berorientasi pada penanggulangan/pencegahan dampak negatif yang terjadi.

Selain itu juga berorientasi pada peningkatan dampak positif yang akan timbul

dari hasil rencana kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut berdasarkan (Cepu,

Adendum Andal dan RKL-RPL Perubahan Teknologi Proses Gas Dalam

Pengembangan, 2019) rencana kegiatan yang dilaksanakan ini berpegang penuh

dengan pokok-pokok arahan dan prinsip-prinsip yang kemudian akan

diintegrasikan atau dijadikan sebagai bahan pertimbangan terhadap rancangan

detail rekayasa teknik pengembangan operasi PT Pertamina EP Cepu. Rancangan

pengelolaan lingkungan hidup ini terpaku pada dampak negatif yang dihasilkan,

meliputi dampak lingkungan dan dampak sosial masyarakat yang terjadi

4.1.2 Tanggung Jawab Sosial PT. Pertamina EP Cepu

Sebagai perusahaan pertambangan sektor Minyak dan Gas, PT Pertamina

EP Cepu telah banyak memberikan dampak negatif kepada masyarakat, baik

dampak negatif lingkungan maupun dampak sosial masyarakat di daerah

eksplorasinya. Kemudian PT Pertamina EP Cepu memiliki komitmen

bertanggung jawab akibat dampak negatif yang diberikan perusahaan, yang

selanjutnya PT Pertamina EP Cepu berusaha berkontribusi dalam pembangunan

masyarakat melalui program tanggung jawab sosial atau Corporate Social

Responsibility (CSR). Berdasarkan pada website resmi (Cepu, Tentang Kami,

2014). PT Pertamina berusaha berkontribusi dalam pembangunan dengan

memberikan nilai tambah berupa kesejahteraan masyarakat, hal tetap tak lepas

dalam rangka mendukung pertumbuhan perusahaan. Dalam pelaksanaan tanggung

59
jawab sosialnya ini PT Pertamina mengedepankan pada prinsip kepedulian sosial

guna menghasilkan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Adapun tanggung jawab sosial PT Pertamina EP Cepu lebih banyak

mengutamakan pada pengembangan sumber daya manusia, terkhususnya bentuk

program pelatihan soft skill kerja dunia migas pada masyarakat, seperti pelatihan

bersertifikasi yang meliputi scaffolding, rigging, pipe fitter, dan mobile crane.

Melalui program pelatihan tersebut diharapkan para peserta pelatihan dapat

mampu bersaing didunia kerja migas yang lebih ketat dan selektif, terkhususnya

di daerah wilayah eksplorasi PT Pertamina EP Cepu. Selain program pelatihan

kerja soft skill dunia migas yang lebih melibatkan masyarakat pemuda, PT

Pertamina EP Cepu juga berusaha menerapkan pengembangan sumberdaya

manusia pada sektor lain, seperti pengembangan pelatihan industri kreatif

masyarakat yang meliputi pelatihan membatik, pelatihan industri makanan kecil,

dan lain-lain.

Selain memberikan pengembangan sumber daya manusia seperti pelatihan

pengembangan soft skill masyarakat dalam tanggung jawab sosialnya, PT

Pertamina EP Cepu juga memberikan tanggung jawab sosialnya berupa

penanganan permasalahan bencana tahunan yang terjadi di Bojonegoro yaitu

kekeringan dimusim kemarau, dengan memberikan bantuan pendistribusian air

bersih PT Pertamina EP Cepu kepada masyarakat yang mengalami kekeringan.

Selain itu perusahaan ini juga berusaha membantu masyarakat dan pemerintah

dalam mengatasi permasalahan tahunan ini melalui programnya “hijaukan bumi”.

Bentuk program ini berupa penanaman pohon yang berjumlah 10.000. Melalui

program hijaukan bumi ini diharapkan bencana kekeringan ini dapat berkurang

60
dan dapat menekan kasus kekeringan dan banjir di Bojonegoro yang merupakan

wilayah daerah operasional perusahaan PT Pertamina EP Cepu.

4.2 Asosiasi Untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (ADEMOS)

4.2.1 Profil Ademos

Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan sosial (Ademos) didirikan

atas dasar kegelisahan masyarakat desa yang mayoritas kurang memperoleh

perhatian, membantu akses terhadap proses politik pemerintahan, serta membantu

pelayanan publik dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Lalu dibentuklah

organisasi ADEMOS ini sebagai upaya untuk mengembangkan demokrasi yang

terintegrasi dengan mewadahi hak sosial dan ekonomi masyarakat. Terbentuknya

ADEMOS ini berada di tengah-tengah masyarakat desa khususnya di wilayah

Bojonegoro bagian barat, tepatnya di Desa Dolokgede Kecamatan Tambakrejo

Kabupaten Bojonegoro. ADEMOS telah berbadan hukum sesuai surat keputusan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-

87.AH.01.06.Tahun 2008.

Gambar 2. Logo ADEMOS (Asosiasi dan Kesejahteraan Masyarakat)

Sumber: https://ademosindonesia.or.id/

61
Dengan latar belakang terbentuknya ADEMOS ini yaitu melihat berbagai

permasalahan masyarakat desa, khususnya minimnya perhatian masyarakat dalam

akses politik dan pemerintahan, serta memiliki tujuan mewujudkan pembangunan

ekonomi yang menghasilkan kesejahteraan masyarakat desa. Sehingga kegiatan

program yang dijalankan ADEMOS lebih mengedepankan pendekatan terhadap

masyarakat dalam menggali keinginan dan kebutuhan masyarakat dengan

berupaya meningkatkan kapasitas demokrasi di masyarakat desa. Maka proses

yang dijalankan ADEMOS memposisikan diri sebagai komunitas masyarakat,

kemudian dengan mengajak masyarakat desa berkumpul ke dalam forum ruang

diskusi “Sinau Bareng” sebagai tahap awal program kesejahteraan masyarakat.

Kemudian peran ADEMOS dalam mewujudkan cita-citanya dengan memobilisasi

integrasi lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah dan bisnis untuk

memberikan dukungan terhadap pengembangan demokrasi serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, berkesinambungan dan berkelanjutan.

Adapun untuk mewujudkan visi tersebut, ADEMOS merumuskan misi

yang ditetapkan, yaitu (1) meningkatkan kualitas demokrasi pedesaan melalui

pengembangan good governance dan partisipasi masyarakat dalam isu-isu publik;

(2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kapasitas

ekonomi masyarakat pedesaan yang berkualitas, merata dan berkelanjutan; dan (3)

mendorong peningkatan pelayanan publik yang lebih baik, terutama pelayanan

dasar di bidang pendidikan, kesehatan dan ketentraman.

62
4.2.2 Bentuk Kegiatan Ademos

1. Pemberdayaan Masyarakat

`Dengan komitmen ADEMOS berusaha pengembangan demokrasi serta

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berkesinambungan

maka setiap program-program yang dideskripsikan berimplementasikan yang

mengarah pada program pemberdayaan yang berkelanjutan secara sistematik

dengan kurikulum terpadu yang memuat nilai-nilai pembinaan, pelatihan,

pendampingan dan pengembangan dalam porsi berimbang, baik kuantitas maupun

kualitas. Melalui program yang dilaksanakan ADEMOS selalu memegang penuh

aspek nilai tambah untuk masyarakat diharapkan setiap programnya tidak hanya

dirasakan oleh masyarakat lingkup kecil, melainkan dapat juga dirasakan

masyarakat kedalam lingkup yang luas.

Salah satu program ADEMOS yang mengarah pada pemberdayaan

masyarakat yaitu program pemberdayaan batik. Program ini dilakukan dengan

tujuan ingin meningkatkan pengrajin sandang batik dengan memberikan

pembinaan kepada masyarakat untuk mewujudkan kemandirian industri kreatif

masyarakat. Berangkat dari sebuah inovasi kreatif, potensi masyarakat di suatu

wilayah akan terbangun, sehingga industri kreatif bisa dikembangkan secara

berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam

bidang ekonomi. Pendekatan program pemberdayaan batik ini ADEMOS

menerapkan secara Top-Down, artinya pihak ADEMOS sebagai fasilitator dengan

memberikan program kepada masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut

ADEMOS melihat kemampuan masyarakat lokal atas potensi yang dimiliki di

63
dunia batik dengan kegiatan sinau bareng, dan mengajak masyarakat untuk

belajar batik melalui tahap berbagai pelatihan batik kepada masyarakat. Namun

lebih ditekankan dalam program pemberdayaan batik ini ADEMOS melibatkan

masyarakat secara penuh dalam proses pelaksanaan program untuk berpartisipasi

aktif.

Strategi pemberdayaan batik kepada masyarakat ini dijalankan guna

meningkatkan sektor industri kreatif di Bojonegoro yang masih minim, sehingga

upaya untuk mewujudkan industri kreatif sangat tepat dijalankan. Kemudian pada

saat pembentukan program pemberdayaan batik ADEMOS menjadi yang pertama

penggerak industri kreatif di Bojonegoro karena pemerintah, masyarakat dan Non

Governmental Organization (NGO) belum ada yang membicarakan mengenai

industri kreatif di Bojonegoro khususnya dalam pelestarian batik. ADEMOS

menilai peningkatan industri kreatif sangat tepat diterapkan karena kreativitas

masyarakat tidak akan habis dalam menunjang kesejahteraan perekonomian

masyarakat. Sehingga ADEMOS membentuk sebuah program yang bergerak pada

pengembangan industri kreatif yaitu program pemberdayaan batik. Hal ini

didasari batik dinilai dapat mengangkat nama daerah selain untuk kepentingan

kesejahteraan masyarakat pada sektor ekonomi. Apalagi hal ini selaras untuk

mendukung program Pemerintah Daerah Bojonegoro dengan launching sembilan

motif batik unik khas Bojonegoro, pada tanggal 29 Desember 2009.

Pada saat ini ADEMOS melaksanakan program pemberdayaan batik di

beberapa desa di Bojonegoro. Dalam programnya ini ADEMOS digandeng oleh

dua perusahaan pertambangan Minyak dan Gas (MIGAS) besar yang sedang

beroperasi di Bojonegoro, yaitu Exxon Mobil Cepu Ltd dan PT Pertamina EP

64
Cepu, kedua perusahaan ini menjadikan ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR kepada masyarakat di

wilayah eksplorasi perusahaan. Kedua perusahaan ini masing-masing memiliki

desa binaan. Pemilihan desa binaan ini ditentukan oleh titik lokasi desa yang

berada di wilayah yang terdampak akibat keberadaan perusahaan besar ini.

Misalnya Exxon Mobil Cepu memiliki desa binaan yang meliputi Desa Ngunut

dan Dander di Kecamatan Dander, Desa Sendangharjo dan Ngasem di Kecamatan

Ngasem serta Desa Leran dan Desa Sukoharjo di Kecamatan Kalitidu. Sedangkan

PT Pertamina EP Cepu memiliki desa binaan yang meliputi Desa Dolokgede dan

Desa Kalisumber di Kecamatan Tambakrejo, Desa Kaliombo dan Pelem di

Kecamatan Purwosari, serta Desa Bandungrejo di Kecamatan Ngasem.

Selain program pemberdayaan batik kepada masyarakat ADEMOS juga

memberikan program lain dalam konteks pemberdayaan masyarakat meliputi

Program Pengembangan Ekonomi Hijau dengan Pendidikan Pertanian Ramah

Lingkungan yang dilakukan di Desa Dolokgede; Peternakan, Pengembangan

Industri Olahan Pisang, Pendidikan non formal, dan Lingkungan.

2. Sinau Bareng

Selain melaksanakan beberapa program pemberdayaan masyarakat

ADEMOS juga mendeskripsikan program lain yaitu yang diberi nama “Sinau

Bareng”. Bentuk kegiatan ini berupa belajar bareng dengan tidak ada guru dan

murid melainkan semuanya menjadi pembicara dan menjadi sumber wawasan.

Sehingga saling tukar ide terjadi dalam forum program ini, kemudian hasil yang

65
disampaikan peserta dalam program Sinau Bareng semuanya sama-sama memberi

dan menerima.

Topik yang disampaikan dalam Sinau Bareng yang erat kaitannya dengan

aktifitas-aktifitas yang dijalankan dengan masyarakat setempat, seperti Sinau

Bareng Pertanian, Sinau Bareng Peternakan, Sinau Bareng Pemuda Karangtaruna

Desa, Sinau Bareng Demokrasi, Sinau Bareng Pendidikan Para Guru dan

Pendidikan anak, Sinau Bareng Industri Kreatif, serta kegiatan lain yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari di Masyarakat. Output dalam kegiatan “Sinau

Bareng” harapanya dapat mempengaruh banyak hal yang dapat mendorong

motivasi masyarakat yang mengarah pada kegiatan yang lebih baik, sehingga

perubahan masyarakat pada lingkup daerah dan kesejahteraan akan tercapai

dengan sama-sama berkontribusi bersama-sama terhadap perubahan yang lebih

baik.

4.2.3 Penunjukan Ademos Sebagai Mitra CSR Pertamina EP Cepu

Penunjukan ADEMOS sebagai pihak ketiga pelaksanaan tanggung jawab

sosial PT Pertamina EP Cepu tidak lepas dari keberadaan lokasi kerja ADEMOS

yang berada di Kabupaten Bojonegoro, yang juga merupakan wilayah eksplorasi

PT Pertamina EP Cepu. Dalam penunjukan ADEMOS sebagai pihak ketiga

pelaksanaan CSR PT Pertamina EP Cepu pihak perusahaan juga telah melihat

kesuksesan ADEMOS sebagai pelaksana program tanggung jawab sosial PT

Exxon Mobil Cepu Ltd yang terlebih dahulu telah menjalin kerja sama dengan

ADEMOS sebagai pihak ketiga. Seperti halnya dalam program pemberdayaan

batik di wilayah terdampak eksplorasi PT Exxon Mobil Cepu Ltd yang telah

66
sukses berdampak positif dan dirasakan masyarakat melalui partisipasinya dalam

program kegiatan pemberdayaan batik. Dengan melihat keberhasilannya tersebut

sebagai dasar pihak PT Pertamina EP Cepu untuk menggandeng ADEMOS

sebagai pihak ketiga dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

terutama dalam program kegiatan pemberdayaan batik.

Lebih lanjut PT Pertamina EP Cepu juga menilai ADEMOS merupakan

wadah aspirasi masyarakat yang tepat melalui kegiatan yang diselenggarakannya

secara rutin dengan melibatkan partisipasi masyarakat untuk diskusi bersama

yaitu “Sinau Bareng”. Kegiatan tersebut merupakan upaya ADEMOS untuk

mengembangkan demokrasi yang terintegrasi dengan mewadahi hak sosial dan

ekonomi masyarakat. Kemudian hal ini juga menyangkut pada visi ADEMOS

yang berorientasi pada peningkatan kualitas demokrasi pedesaan, peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kapasitas ekonomi masyarakat

pedesaan, dan peningkatan pelayanan publik yang lebih baik.

Melalui kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat tersebut pihak PT Pertamina EP Cepu menilai ADEMOS lebih detail

mengetahui apa kebutuhan masyarakat. Kemudian pada tahun 2015 PT Pertamina

EP Cepu menjalin kerja sama dengan ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam

pelaksana program pemberdayaan batik, yang kemudian diikuti program tanggung

jawab sosial lainnya seperti program pengembangan ekonomi hijau, pendidikan

pertanian ramah lingkungan, peternakan, pengembangan industri olahan pisang,

pendidikan non formal, dan lingkungan.

67
4.3 Karakteristik Responden

Penelitian ini dalam memperoleh sumber data dari responden atau

informan yang sebelumnya telah peneliti tentukan. Responden ini tentunya

memiliki kualitas dan karakteristik yang sesuai kebutuhan peneliti, yaitu penerima

program pemberdayaan batik dari program tanggung jawab sosial perusahaan

(CSR) PT Pertamina EP Cepu melalui ADEMOS sebagai pihak ketiga dalam

pelaksana program pemberdayaan batik. Akan tetapi disaat proses penggalian

data, peneliti mengalami kendala di lapangan berupa sudah tidak adanya program

pemberdayaan batik yang masih berjalan di 4 desa yang menjadi bagian dari desa

binaan PT Pertamina EP Cepu, yaitu Desa Kaliombo, Pelem, Kalisumber dan

Bandungrejo. Program pemberdayaan batik melalui dana CSR PT Pertamina EP

Cepu yang masih berjalan hanya di Desa Dolokgede saja, yang berjumlah 30

orang, dari jumlah tersebut didominasi oleh perempuan dengan jumlah 25 orang

dan 5 orang laki-laki.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, sudah tidak aktifnya lagi

keempat desa tersebut dalam program pemberdayaan batik penerima program dan

fasilitator mengalami beberapa kendala. Sehingga berdampak pada berhentinya

program pemberdayaan batik di keempat tersebut. Kendala tersebut meliputi tidak

adanya inisiatif dari penerima program untuk melanjutkan secara mandiri,

penerima program kesulitan membagi aktivitas program pemberdayaan batik

dengan aktivitas lain (usaha toko, sayur dan tani), dan penerima program

terkendala dengan pemasaran. Menurut informasi dari pihak fasilitator

(ADEMOS), yang lebih parahnya terdapat faktor politik desa yang memberikan

dampak pada hilangnya/tidak dilanjutkannya program pemberdayaan batik oleh

68
penerima program. Misalnya di Desa Pelem Kecamatan Purwosari penerima,

program tidak mau melanjutkan karena calon kepala desa yang mereka dukung

kalah dalam kontestasi pemilihan kepala desa.

Sebenarnya ADEMOS telah memberikan upayanya agar program

pemberdayaan batik tersebut masih tetap berjalan, berupa pertemuan antara

pengrajin (penerima program pemberdayaan batik) setiap bulannya. Pertemuan

tersebut sebagai media sharing dan berbagai semangat antar pengrajin. Namun

saat ini pertemuan tersebut sudah tidak berjalan lagi karena dengan dampak

kendala tersebut. Sehingga dengan kondisi di lapangan tersebut, dalam penelitian

ini yang menjadi responden hanya penerima program di Desa Dolokgede

Kecamatan Tambakrejo saja yang sampai saat ini program tersebut masih

berjalan. Berikut karakteristik responden yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara melalui kuesioner.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia


Jumlah Persentase
Usia
(n) (%)
Dewasa awal (18-30) 6 20.0
Dewasa madya (31-50) 21 70.0
Dewasa akhir (>50) 3 10.0
Total 30 100.0
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner karakteristik Responden, 2020

Berdasarkan tabel 6 menunjukan penerima program pemberdayaan batik

sebagian besar berada di usia 31-50 tahun, sebesar 70.0%. Hal tersebut

dikarenakan mayoritas penerima program merupakan ibu-ibu, yang dijadikan

keikutsertaannya dalam program pemberdayaan batik sebagai pilihan menambah

pendapatan keluarga. Selain itu informasi dari fasilitator program ADEMOS,

69
pemilihannya ibu-ibu karena batik lebih mudah diajarkan kepada mereka, dan

ketika melukis batik membutuhkan keuletan dan ketelitian dari pelakunya.

Selain itu tabel 8 menunjukan sebagian bedar berada di usia 18-30 tahun,

sebesar 20%. Dari jumlah responden di usia tersebut merupakan pemuda yang

memilih batik sebagai media usaha awal mereka. Berdasarkan hasil instrumen

kuesioner di usia tersebut mayoritas laki-laki berjumlah 4 orang, yang

keempatnya telah aktif dari awal pelatihan hingga saat ini. Lebih lanjut pada tabel

6 terdapat penerima program yang berada di usia lebih dari 50 tahun, sebesar

10.0%. Penerima program di usia tersebut orang-orang yang mengikuti tidak dari

awal, adapun sebagiannya karena mengikuti anaknya, dan tetangganya yang sama

sama mengikuti program terlebih dahulu.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Resonden Berdasarkan Pendidikan


Terakhir.
Jumlah Persentase
Tingkat Pendidikan Terakhir
(n) (%)
SD 3 10.0
SMP 18 60.0
SMA/SMK 8 26.7
D1 1 3.3
Total 30 100.0
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner karakteristik Responden, 2020

Tabel 9 menunjukan pendidikan terakhir dari penerima program

pemberdayaan batik. Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar memiliki

pendidikan terakhir SMP, sebesar 60.0% dengan sebanyak 18 orang. Tingkat

pendidikan terakhir SMP menjadi dominan karena mayoritas penerima program

merupakan ibu-ibu yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga saja, dan tidak

memiliki pekerjaan apapun selain membantu suami mengerjakan pekerjaan

pertanian. Namun tidak sedikit juga yang memiliki pendidikan tingkat SMA

70
sebesar 26.7% yang berjumlah 8 orang. Dari jumlah penerima program yang

memiliki tingkat pendidikan terakhir tersebut sebagian besarnya pemuda, yang

setelah lulus dari tingkat SMA memutuskan dirinya untuk aktif dalam program

batik.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Suami/Istri
Jumlah Persentase
Jenis Pekerjaan Suami/Istri
(n) (%)
Tidak memiliki suami/istri 2 6.7
Tidak Bekerja 3 10.0
Buruh tani 3 10.0
Petani (pemilik sawah) 13 43.3
Buruh perusahaan 1 3.3
Pegawai swasta/karyawan swasta 1 3.3
Wiraswasta 3 10.0
PNS 2 6.7
Lainnya
2 6.7
Total 30 100.0
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner karakteristik Responden, 2020

Tabel 10 menunjukan pekerjaan suami/istri dari penerima program

pemberdayaan batik. Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar didominasi

penerima program pemberdayaan batik yang suaminya bekerja sebagai petani

pemilik sawah, sebesar 43.3%. Informasi yang diperoleh peneliti penerima

program sebelumnya hanya bekerja membantu suami menggarap sawah yang

dimilikinya bersama suami. Sehingga program pemberdayaan batik dijadikan

kesempatan oleh mereka menjadi kesibukan lainnya dikala tidak ada kegiatan

pertanian. Selain itu tidak sedikit dari mereka juga bekerja sebagai buruh petani

pemilik sawah lainnya. Berdasarkan informasi lain yang penulis peroleh sebagian

71
dari mereka, program pemberdayaan batik hanya dijadikan sampingan saja, waktu

dari mereka masih diprioritas di dunia pertanian.

Tabel 11. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Rentan Waktu


Menerima Program
Jumlah Persentase
Rentan Waktu Menerima Program
(n) (%)
Kurang dari 1 tahun
3 10.0
1-3 tahun
18 60.0
4-7 tahun
9 30.0
Total 30 100.0
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner karakteristik Responden, 2020

Tabel 11 menunjukan rentan waktu responden dalam program

pemberdayaan batik. Program pemberdayaan batik CSR PT Pertamina EP Cepu

oleh ADEMOS sudah ada sejak tahun 2013. Berdasarkan tabel tersebut dapat

diketahui presentase anggota yang telah tergabung ke dalam program

pemberdayaan pada rentan waktu 1-3 tahun adalah sebesar 60%. Anggota tersebut

dapat bergabung dikarenakan ajakan dari anggota lain yang telah terlibat sejak

awal program pemberdayaan dilakukan. Kemudian penerima yang terlibat sejak

awal program sebesar 30.0%.

72
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Deskriptif Tingkat Partisipasi Komunitas (Variabel X)

Tingkat partisipasi merupakan variabel X dalam penelitian ini. Partisipasi

merupakan bentuk keterlibatan masyarakat dalam sebuah program pembangunan.

Dalam penelitian yaitu komunitas masyarakat penerima program pemberdayaan

batik oleh ADEMOS dari program CSR PT Pertamina EP Cepu. Untuk

mengetahui tingkat partisipasi penelitian ini menggunakan empat indikator milik

(Cohen & Uphoff, 1980) dalam mengukur tingkat partisipasi komunitas penerima

program pemberdayaan batik. Keempat indikator tersebut meliputi partisipasi

dalam mengambil keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam

mengambil manfaat, dan partisipasi dalam evaluasi.

Lebih lanjut pada variabel tingkat partisipasi penelitian ini menggunakan

17 pertanyaan yang bervariasi sesuai dengan indikator dalam variabel tingkat

partisipasi milik (Cohen & Uphoff, 1980), yang kemudian peneliti sampaikan

pertanyaan tersebut kepada penerima program pemberdayaan batik. Berikut

penjelasan hasil pertanyaan dari setiap indikator pada variabel tingkat partisipasi.

5.1.1 Indikator Patisipasi Dalam Mengambil Keputusan

Indikator partisipasi dalam mengambil keputusan di variabel tingkat

partisipasi, (Cohen & Uphoff, 1980) lebih menekankan atas keterlibatannya

masyarakat (responden penelitian) dalam penggalian ide, perumusan dan

penilaian opsi, dan membuat pilihan tentang mereka, serta perumusan rencana

untuk menempatkan opsi terpilih mulai berlaku.

73
Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah merancang sebuah

pertanyaan sesuai dengan keempat prinsip tersebut, yang kemudian peneliti

sampaikan pertanyaan tersebut kepada responden (penerima program

pemberdayaan batik). Berikut hasil jawaban dari dari responden terkait pada

indikator partisipasi dalam mengambil keputusan

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Mengambil


Keputusan
Item Pertanyaan Indikator Partisipasi Jumlah Persentase
No
dalam Mengambil Keputusan (n) (%)
1 Terlibat dalam pengidentifikasian masalah
(Partisipasi1a)
1. Sangat tidak setuju 4 13.3
2. Tidak setuju 19 63.3
3. Setuju 5 16.7
4. Sangat setuju 2 6.7
2 Terlibat dalam pengidentifikasian
kebutuhan (Partisipasi1b)
1. Sangat tidak setuju 7 23.3
2. Tidak setuju 16 53.3
3. Setuju 7 23.3
4. Sangat setuju 0 0
3 Terlibat memberikan ide/gagasan sebuah
program (Partisipasi1c)
1. Sangat tidak setuju 9 30.0
2. Tidak setuju 16 53.3
3. Setuju 3 10.0
4. Sangat setuju 2 6.7
4 Dilibatkan oleh ADEMOS atas pilihan
program yang ditawarkan (Partisipasi1d)
1. Sangat tidak setuju 6 20.0
2. Tidak setuju 18 60.0
3. Setuju 4 13.3
4. Sangat setuju 2 6.7
5 Dilibatkan dalam pengambilan keputusan
program yang dipilih (Partisipasi1e)
1. Sangat tidak setuju 20 66.7
2. Tidak setuju 5 16.7
3. Setuju 5 16.7
4. Sangat setuju 0 0
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 1-5, 2020

Berdasarkan penyataan (Cohen & Uphoff, 1980) yakni mengenai prinsip

yang ada dalam partisipasi dalam mengambil keputusan, maka dalam pertanyaaan

74
(partisipasi 1a, partisipasi 1b dan partisipasi 1c) peneliti memberikan pertanyaan

terkait keterlibatan penerima program pemberdayaan batik dalam penggalian ide,

perumusan program tersebut. Dari masing-masing ketiga pertanyaan tersebut

mayoritas penerima program memberikan jawaban tidak setuju, yaitu partisipasi

1a sebesar 63.3%, partisipasi 1b sebesar 53.3% dan partisipasi 1c sebesar 53.3%.

Hal ini dikarenakan mereka hanya penerima program pemberdayaan batik

saja, mereka tidak banyak terlibat dalam identifikasi masalah, identifikasi

kebutuhan masyarakat dan tidak terlibat memberikan ide/gagasan program. Selain

itu mereka juga tidak terlibat dalam setiap agenda yang dilaksanakan oleh

ADEMOS. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari beberapa responden

program pemberdayaan batik yang dilaksanakan oleh ADEMOS bersifat top

down. Artinya penerima program tidak banyak dilibatkan dalam proses

perancangan dan memutuskan sebuah program.

Lebih lanjut pada pertanyaan (partisipasi 1d dan partisipasi e) peneliti

memberikan pertanyaan terkait penilaian atas keterlibatan dalam opsi program.

Pada pertanyaan partisipasi 1d mayoritas penerima program memberikan jawaban

tidak setuju sebesar 60%, alasan sejumlah responden memberikan jawaban tidak

setuju karena mereka hanya ikut-ikutan saja, informasi yang peneliti peroleh

penerima program yang memberikan jawaban tersebut mulai bergabung tidak dari

awal, melainkan bergabung ketika program pemberdayaan batik sudah jalan

beberapa tahun. Sehingga mereka tidak terlibat dari awal, artinya tidak terlibat

atas pilihan program yang ditawarkan dan keputusan program yang dipilih. Begitu

juga pada pertanyaan partisipasi 1e mayoritas penerima program memberikan

jawaban sangat tidak setuju sebesar 66.7% dengan alasan tersebut.

75
5.1.2 Indikator Partisipasi Dalam Pelaksanaan

Partisipasi dalam implementasi atau partisipasi dalam pelaksanaan

merupakan keterlibatan masyarakat dalam sebuah program pembangunan yang

sedang dilaksanakan, dalam penelitian ini pada sebuah program pemberdayaan

batik oleh ADEMOS (Cohen & Uphoff, 1980) menjelaskan partisipasi dalam

pelaksanaan memiliki beberapa aspek keterlibatan yang meliputi aspek sumber

daya, koordinasi dan administrasi, menerima konsekuensi dari sebuah program.

Dari penjelasan tersebut peneliti membuat sebuah pertanyaan yang sesuai

dengan ketiga aspek dalam partisipasi dalam pelaksanaan. Berikut hasil dari

jawaban pertanyaan yang telah peneliti sampaikan pada responden penelitian ini.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Pelaksanaan


Item Pertanyaan Indikator Partisipasi dalam Jumlah Persentase
No
Pelaksanaan (n) (%)
6 Terlibat dalam setiap pelaksanaan program
(Partisipasi2a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 20 33.3
4. Sangat setuju 10 66.7
7 Terlibat memberikan tenaga dalam
pelaksanaan program (Partisipasi2b)
1. Sangat tidak setuju2 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 21 70.0
4. Sangat setuju 9 30.0
8 Terlibat memberikan material (uang) dalam
pelaksanaan program (Partisipasi2c)
1. Sangat tidak setuju 16 53.3
2. Tidak setuju 14 46.7
3. Setuju 0 0
4. Sangat setuju 0 0
9 Terlibat memberikan ide/gagasan dalam
penanganan masalah/kendala (Partisipasi2d)
1. Sangat tidak setuju 2 6.7
2. Tidak setuju 15 50.0
3. Setuju 12 40.0
4. Sangat setuju 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 6-9, 2020

76
Peneliti memberikan pertanyaan pada tabel 13 merupakan hasil dari

pernyataan (Cohen & Uphoff, 1980), dalam berpartisipasi dalam pelaksanaan

terdapat prinsip keterlibatan dalam memberikan tenaga, terlibat memberikan

materil dan terlibat memberika ide dalam pelaksanaan program yang dijalankan.

Kemudian untuk menanyakan pada prinsip terlibat memberikan tenaga peneliti

membuat pertanyaan atas keterlibatan dalam setiap pelaksanaan program dan

terlibat memberikan tenaga dalam pelaksanaan program pemberdayaan batik

(partisipasi2a dan partisipasi2b). Pada pertanyaan partisipasi2a mayoritas

penerima program memberikan jawaban sangat setuju sebesar 66.7%. Kemudian

pada pertanyaan partisipasi 2b mayoritas penerima program memberikan jawaban

setuju sebesar 70%. Alasan sejumlah responden yang menjawab sangat setuju dan

setuju karena mereka terlibat dalam kegiatan membatik meliputi melukis batik,

membersihkan malam dalam kain batik dsb, serta mereka juga terlibat kerja sama

dengan internal kelompok dalam memproduksi batik.

Lebih lanjut dalam prinsip terlibat memberikan material peneliti

memberikan pertanyaan keterlibatan dalam memberikan uang dalam pelaksanaan

program pemberdayaan batik (partisipasi 2c). Mayoritas penerima program lebih

dominan memberikan jawaban tidak setuju sebesar 56.7% Dari pernyataan

penerima program pemberdayaan batik, mereka tidak pernah memberikan

sejumlah uang. Pendanaan termasuk peralatan membatik yang meliputi wajan,

canting, kompor dan gas pada awalnya diperoleh dari ADEMOS. Namun setelah

program pemberdayaan batik ini berjalan dan penerima program mendapatkan

penghasilan mereka menyisihkan uangnya untuk membelikan alat seperti malam,

kain, isi gas ulang mereka yang membeli sendiri untuk keberlanjutan usaha yang

77
mereka jalankan tersebut. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh para

penerima program pemberdayaan batik tidak dimintai uang oleh ADEMOS dalam

programnya tersebut, mereka hanya dilibatkan dalam setiap pelaksanaan program

tersebut.

5.1.3 Indikator Partisipasi dalam Mengambil Manfaat

Partisipasi dalam mengambil manfaat merupakan hasil dari keterlibatan

masyarakat atas keterlibatannya dalam pelaksanaan sebuah program kegiatan

pembangunan. Dalam penelitian ini masyarakat penerima program pemberdayaan

batik. Adapun (Cohen & Uphoff, 1980) menjelaskan beberapa aspek partisipasi

dalam mengambil manfaat, yang meliputi aspek material, sosial dan pribadi.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah membuat sebuah pertanyaan

yang sesuai dengan ketiga aspek dalam partisipasi dalam mengambil manfaat.

Berikut hasil dari jawaban pertanyaan dari responden (penerima program

pemberdayaan batik) atas keterlibatannya dalam program tersebut.

78
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Mengambil
Manfaat.
Pertanyaan Item Pertanyaan Indikator Jumlah Persentase
No
Partisipasi dalam Mengambil Manfaat (n) %
10 Saya merasakan peningkatan
pendapatan (Partisipasi3a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 9 30
4. Sangat setuju 21 70
11 Saya lebih bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari (Partisipasi3b)
1. Sangat tidak setuju2 0 0
2. Tidak setuju 3 10
3. Setuju 23 76.7
4. Sangat setuju 4 13.3
12 Saya lebih mampu membeli buah
sekunder (apel, anggur, durian dll) atas
keterlibatan dalam sebuah program
pemberdayaan batik (Partisipasi3c)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 12 40
3. Setuju 16 53.3
4. Sangat setuju 2 6.7
13 Fasilitas Ruko/medsos oleh ADEMOS
mempermudah dalam memasarahkan
hasil produksi batik (Partisipasi3d)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 1 3.3
3. Setuju 20 66.7
4. Sangat setuju 9 30.0
14 Atas keterlibatan dalam program
pemberdayaan batik saya selalu
dilibatkan dalam musyawarah
BUMDES (Partisipasi3e)
1. Sangat tidak setuju 5 16.7
2. Tidak setuju 18 60.0
3. Setuju 7 23.3
4. Sangat setuju 0 0
15 Atas keterlibatan dalam program
pemberdayaan batik saya lebih mudah
menjalin kerja sama dengan orang lain
(Partisipasi3f)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 1 3.3
3. Setuju 24 80.0
4. Sangat setuju 5 16.7
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 19-15, 2020

79
Berdasarkan pernyataan (Cohen & Uphoff, 1980) dalam partisipasi dalam

mengambil manfaat terdapat beberapa penilaian yang meliputi manfaat materil,

sosial dan pribadi. Berdasarkan tabel 14 pada pertanyaan (partisipasi 3a,

partisipasi 3b dan partisipasi 3c) merupakan pertanyaan penyesuaian dengan

manfaat materil. Peneliti memberikan pertanyaan kepada penerima program

pemberdayaan batik atas keterlibatannya mengambil manfaat materil dalam

program pemberdayaan batik. Pada pertanyaan partisipasi p3a mayoritas penerima

program memberikan jawaban sangat setuju sebesar 70.0%. Kemudian pada

pertanyaan partisipasi 3b dan partisipasi 3c mayoritas penerima program

memberikan jawaban setuju yaitu partisipasi 3a sebesar 76.7% dan partisipasi 3c

sebesar 53.3%.

Alasan responden menjawab sangat setuju dan setuju karena atas

keterlibatan dalam program pemberdayaan batik mereka merasakan peningkat

pendapatan dan lebih mampu memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu mereka

lebih mampu membeli buah-buah sekunder yang mana buah-buahan tersebut

hanya bisa dibeli di pasar dan tidak hasil dari kebunnya mereka sendiri seperti

pisang dan lain-lain. Mayoritas penerima program tersebut didominasi oleh ibu-

ibu yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan sebelumnya hanya sebagai ibu rumah

tangga yang menggantungkan pendapatan keluarga dari suaminya. Informasi yang

diperoleh peneliti setiap kain batik yang mereka buat mereka mendapatkan

perolehan Rp.10.000 setiap kainnya. Sehingga dengan keterlibatannya dalam

program pemberdayaan batik mereka memperoleh manfaat materil.

Lebih lanjut pada pertanyaan (partisipasi3d) merupakan pertanyaan

penyesuaian dengan manfaat sosial. (Cohen & Uphoff, 1980) pada manfaat sosial

80
lebih menekan pada pemerolehan masyarakat sebuah fasilitas dalam menunjang

memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil wawancara, ADEMOS memberikan

fasilitas berupa sebuah ruko/toko, dan media sosial kepada penerima program

pemberdayaan batik yang berguna untuk menjual hasil produksi batik mereka,

toko tersebut bernama “Toko Bojonegoro” di Jalan Gajah Mada, Desa Sukorejo,

Bojonegoro. Maka peneliti memberikan pertanyaan kepada penerima program

pemberdayaan batik berupa fasilitas ruko/toko dan media sosial oleh ADEMOS

mempermudah dalam memasarkan hasil produksi batik (Partisipasi 3d). Hasil

jawaban dari penerima program mayoritas memberikan jawaban setuju sebesar

66.7%. Karena fasilitas toko yang diberikan ADEMOS sangat membantu mereka

dalam memasarkan hasil produk batik selain melalui media sosial.

Kemudian pada pertanyaan (partisipasi3e dan partisipasi3f) menyesuaikan

dengan manfaat pribadi. (Cohen & Uphoff, 1980) pada manfaat pribadi lebih

menekan pada peningkatan harga diri masyarakat di lingkup sosial. Pada

pertanyaan keterlibatan dalam program pemberdayaan batik selalu dilibatkan

dalam musyawarah BUMDES (partisipasi 3e) mayoritas penerima program

memberikan jawaban tidak setuju sebesar 60.0%. Dari jawaban tersebut penerima

program pemberdayaan batik tidak terlibat dalam musyawarah BUMDES.

Informasi yang peneliti peroleh di desanya tidak pernah ada musyawarah

BUMDES yang melibatkan masyarakat, melainkan hanya internal pemerintah

desa saja yang terlibat dalam menggali ide/gagasan dalam dunia industri kreatif di

desa.

Pada pertanyaan keterlibatan dalam program pemberdayaan batik lebih

mudah menjalin kerjasama dengan orang lain (partisipasi 3f) penerima program

81
mayoritas memberikan jawaban setuju sebesar 80.0%. Alasan sejumlah responden

yang menjawab setuju karena atas keterlibatannya dalam program pemberdayaan

batik mereka lebih sering berkomunikasi dengan penerima program lainnya

karena dalam setiap kegiatan memproduksi batik mereka terbiasa terlibat kerja

sama untuk kesuksesan program yang mereka ikuti, hal ini termasuk dalam usaha

mereka memasarkan hasil produknya.

5.1.4 Indikator Partisipasi dalam Evaluasi

Partisipasi dalam evaluasi merupakan bentuk rangkaian partisipasi dalam

sebuah program pembangunan, pada partisipasi ini guna mengetahui hasil capaian

program yang telah dilaksanakan. (Cohen & Uphoff, 1980) menjelaskan

partisipasi dalam evaluasi bentuk peninjauan dari fasilitator program dalam

program yang dijalankan. Fasilitator dalam penelitian ini yaitu ADEMOS

memberikan sebuah program pemberdayaan batik pada masyarakat di desa binaan

PT. Pertamina EP Cepu.

Lebih lanjut (Cohen & Uphoff, 1980) mengungkapkan masyarakat lokal

setempat dapat saja ikut berpartisipasi dalam evaluasi. Maka item pertanyaan

yang telah peneliti rancang lebih mengarah pada peran ADEMOS dalam evaluasi

program yang dijalankan dengan penilaian dari masyarakat. Berikut hasil dari

jawaban pertanyaan responden (penerima program) pada indikator partisipasi

dalam evaluasi.

82
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi dalam Evaluasi
Item Pertanyaan Indikator Partisipasi Jumlah Persentase
No
dalam Evaluasi (n) %
16 ADEMOS selalu mendamping program
pemberdayaan batik yang sedang
dijalankan (Partisipasi4a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 12 60.0
4. Sangat setuju 18 40.0
17 ADEMOS memberikan wadah kritik dan
saran kepada penerima program
pemberdayaan batik (Partisipasi4b)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 25 83.3
4. Sangat setuju 5 16.7
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 16-17, 2020

Berdasarkan tabel 15 hasil dari jawaban responden yang peneliti peroleh

pada tabel 13 pada pertanyaan partisipasi ADEMOS selalu mendamping program

pemberdayaan batik yang sedang dijalankan (Partisipasi 4a). Mayoritas penerima

program memberikan jawaban setuju sebesar 60.0%. Alasan mereka menjawab

tersebut karena ADEMOS dari awal hingga sekarang selalu mendampingi mereka,

baik dalam usaha pemasaran maupun ketika penerima program mengalami

kendala dalam memproduksi batik.

Kemudian pada pertanyaan ADEMOS memberikan wadah kritik dan saran

kepada penerima program pemberdayaan batik (Partisipasi4b) sejumlah jawaban

dari penerima program didominasi setuju sebesar 83.7%. Dari data tersebut

penerima program yang menjawab setuju diketahui cukup tinggi dan sangat tidak

setuju dan tidak setuju tidak ada sama sekali. Hal ini dari pernyataan mereka,

ADEMOS selaku fasilitator program selalu terbuka dalam pendampingannya, hal

ini seperti Mas Lukdianto (penerima program pemberdayaan batik) ia selalu

83
menyampaikan kapada responden kendala dan masalah apa yang sedang dialami,

termasuk dalam kendala memasarkan hasil produksi batiknya.

5.2 Kategori Perindikator Tingkat Partisipasi

Berdasarkan hasil jawaban dari responden (penerima program) dalam

setiap item pertanyaan keempat indikator tersebut. Adapun peneliti sajikan tabel

kategori masing-masing indikator tingkat partisipasi sebagai berikut:

Tabel 16. Kategori Indikator Variabel Tingkat Partisipasi Komunitas


Kategori

No Indikator Partisipasi Rendah Sedang Tinggi

n % n % n %
1. Partisipasi dalam mengambil 19 63.3 10 33.3 1 3.3
keputusan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan 0 0 26 86.7 4 13.3

3. Partisipasi dalam mengambil 0 0 24 80.0 6 20.0


manfaat
4. Partisipasi dalam evaluasi 0 0 18 60.0 12 40.0

Sumber : Data yang diolah di SPSS, 2020

Berdasarkan tabel 16 diketahui hanya indikator partisipasi dalam

mengambil keputusan yang masuk kategori rendah yakni sebesar sebesar 63.3%.

Sedangkan ketiga indikator lainnya dalam variabel tingkat partisipasi (X) masuk

dalam kategori sedang, yakni indikator partisipasi dalam pelaksanaan sebesar

86.7%, partisipasi dalam mengambil manfaat sebesar 80.0%, partisipasi dalam

evaluasi sebesar 60.0%. Sehingga kategori dalam variabel X yang didapatkan

sebagai berikut.

84
Tabel 17. Kesimpulan Kategori pada Variabel Tingkat Partisipasi
Komunitas
Jumlah Persentase
Kategori
(n) (%)
Tinggi 3 20.0

Sedang 27 80.0

Rendah 0 0

Total 30 100

Sumber : Data yang diolah di SPSS,2020

Tabel 17 merupakan kesimpulan dari seluruh indikator dalam variabel

tingkat partisipasi. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa variabel tingkat

partisipasi komunitas penerima program pemberdayaan batik dikategorikan

sedang yakni sebesar 80.0%. Berdasarkan hasil kategori tersebut dapat

disimpulkan bahwa mayoritas penerima program pemberdayaan batik memiliki

tingkat partisipasi sedang. Hal ini yang hanya dalam kategori rendah pada

indikator partisipasi dalam mengambil keputusan saja, karena mayoritas penerima

program tidak terlibat sejak awal program pemberdayaan batik, termasuk

keterlibatan dalam identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan dan memberikan

ide. Sehingga hasilnya pada indikator partisipasi dalam mengambil keputusan

masuk dalam kategori rendah. Kemudian program pemberdayaan batik yang

mereka peroleh dari ADEMOS bersifat top down, artinya program tersebut diawal

tidak melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhannya melainkan

hanya internal ADEMOS saja.

Sedangkan indikator partisipasi dalam pelaksanaan tergolong memiliki

kategori sedang, karena keterlibatannya dalam memberikan tenaga yang cukup

tinggi. Namun keterlibatan penerima program dalam memberikan ide/gagasan

85
setiap ada kendala/masalah pelaksanaan program cukup rendah, selain itu

penerima program keterlibatan dalam memberikan materi uang untuk program

pemberdayaan batik yang juga cukup rendah.

Kemudian partisipasi dalam mengambil manfaat penerima program

pemberdayaan batik masuk dalam kategori sedang juga. Hal ini penerima program

yang merasakan peningkatan pendapatan dan lebih dapat memenuhi

kebutuhannya yang cukup tinggi. Namun atas keterlibatannya dalam program

pemberdayaan batik tidak mempengaruhi mereka dilibatkan dalam musyawarah

BUMDES, sehingga perolehan manfaat dalam hal harga diri mereka belum

dapatkan. Kemudian pada indikator partisipasi dalam evaluasi penerima program

juga masuk dalam kategori sedang karena mereka menilai ADEMOS telah

memberikan wadah kepada mereka untuk memberikan kritik/saran dalam program

pemberdayaan batik, selain itu mereka juga menilai bahwa ADEMOS dalam

menjalankan program pemberdayaan selalu meninjau mereka dan memberikan

solusi dalam setiap ada kendala yang mereka hadapi.

Selain itu pada variabel tingkat partisipasi penerima program

pemberdayaan batik dalam kategori sedang sejalan dengan salah satu pernyataan

mereka yang menilai masyarakat di lingkungannya ketika diajak untuk ikut dalam

program pemberdayaan batik itu sulit, karena program pemberdayaan batik masih

belum ada sebelumnya, dan masyarakat ragu untuk terlibat. Namun atas

pernyataannya tersebut ia menilai ketika masyarakat sudah aktif dan mampu

memaksimalkan kesempatan yang diberikan akan dapat mampu meningkatkan

kesejahteraannya.

86
5.3 Analisis Deskriptif Tingkat Efektivitas Program pemberdayaan Batik

(Variabel Y)

Tingkat efektivitas merupakan variabel Y dalam penelitian ini, tingkat

efektivitas merupakan tolak ukur dalam sebuah proyek pembangunan. Program

yang dimaksud berupa kegiatan pembangunan yang berorientasi pada

pengembangan kapasitas masyarakat dan menghasilkan peningkatan

kesejahteraan. Kemudian untuk mengetahui ukuran tingkat efektivitas dalam

penelitian ini menggunakan enam aspek/indikator milik (Prayogo & Hilarius,

2012) yang meliputi aspek/indikator manfaat, aspek kesesuaian, aspek

berkelanjutan, aspek dampak, aspek pemberdayaan, dan aspek partisipasi.

Lebih lanjut dalam penelitian ini menggunakan 21 item pertanyaan yang

bervariasi sesuai dengan aspek/indikator dalam variabel tingkat efektivitas.

Sebelumnya peneliti telah membuat item pertanyaan tersebut untuk disampaikan

kepada responden (penerima program pemberdayaan batik) untuk memproleh

jawabannya. Berikut penjelasan hasil pertanyaan dari setiap indikator pada

variabel tingkat efektivitas..

5.3.1 Indikator Manfaat

Aspek manfaat atau indikator manfaat merupakan tolak ukur dalam

melihat seberapa besar program yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat lokal. Dalam hal ini yang menjadi prinsip pada indikator manfaat

yaitu manfaat yang diberikan sudah sesuai dengan program yang dilaksanakan

oleh fasilitator dalam penanganan sebuah masalah masyarakat lokal untuk

87
kesejahteraan. Lebih lanjut dalam penelitian pada program pemberdayaan batik

oleh ADEMOS.

Maka item pertanyaan pada indikator manfaat yang peneliti rancang

mengarah pada prinsip indikator tersebut dalam variabel tingkat efektivitas.

Berikut hasil dari jawaban pertanyaan responden (penerima program

pemberdayaan batik) pada indikator manfaat.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Indikator Manfaat.


Jumlah Persentase
No Iten Pertanyaan Indikator Manfaat
(n) (%)
18 Program pemberdayaan batik
memberikan manfaat sesuai
kebutuhan masyarakat daerah saya
(Efektivitas1a)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 15 50.0
3. Setuju 11 36.7
4. Sangat setuju 3 10.0
19 Program pemberdayaan batik dapat
menyelesaikan masyarakat daerah
saya (Efektivitas1b)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 15 50.0
3. Setuju 11 36.7
4. Sangat setuju 3 10.0
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 18-19, 2020

Berdasarakan tabel 18 pertanyaan pada (efektivitas1a dan efektivitas1b)

menyesuaikan dengan prinsip indikator manfaat yang dikemukakan (Prayogo &

Hilarius, 2012) dalam mengukur tingkat efektivitas. Aspek manfaat penilaiannya

berupa kebermanfaatan dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan

masyarakat lokal. Dari kedua pernyataan tersebut penerima program mayoritas

memberikan jawaban tidak setuju dari keempat pilihan jawaban lainnya, yaitu

pertanyaan efektivitas 1a sebesar 50.0% dan efektivitas 1b sebesar 50.0%.

88
Jawaban tersebut didasari karena program pemberdayaan batik masih

belum mampu memberikan manfaat dan belum dapat menyelesaikan masalah di

daerahnya, mereka menilai program tersebut hanya mereka jadikan sebagai

kegiatan untuk menambah pendapatan saja selagi tidak ada aktivitas di sawah. Hal

ini karena mayoritas yang terlibat dalam program pemberdayaan batik suaminya

bekerja sebagai petani. Selain itu mereka dalam kegiatan sehari-hari juga

menerima pekerjaan buruh tani dari petani yang memiliki lahan. Keterlibatan

mereka dalam kegiatan membatik mereka lakukan ketika tidak ada kegiatan

pertanian. Maka mereka menilai program pemberdayaan tersebut belum sepenuh

memberikan manfaat sesuai kebutuhannya, walaupun mereka telah merasakan

hasil manfaat yang diterimanya.

Selain itu permasalahan yang sedang sekarang mereka hadapi terletak pada

pemasaran hasil produksi batiknya. Penerima program menilai daerahnya masih

belum siap untuk mengembangkan potensi batik, hal ini dirasakan pada hasil

penjualannya. Mereka masih kesusahan dengan pemasaran, yang dilihat lebih jauh

sulit dibandingkan dengan daerah yang sudah lama dengan potensi dan hasil

batiknya, seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Hal ini strategi pemasaran

yang mereka utamakan hanya mengandalkan media sosial, jaringan, dan toko

yang diberikan ADEMOS.

5.3.2 Indikator Kesesuaian

Aspek atau indikator kesesuaian merupakan tolak ukur keselarasan program

pembanguan yang dilaksanakan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat

lokal. Dalam variabel tingkat efektivitas prinsip kesesuaian harus diterapkan oleh

89
fasilitator dalam menjalankan program pembangunan yang dibawakan kepada

masyarakat, hal ini bertujuan guna program yang dilaksanakan mampu berjalan

sesuai apa yang diharapkan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah membuat sebuah pertanyaan

yang sesuai dengan prinsip pada indikator kesesuaian dalam variabel tingkat

efektivitas. Berikut hasil dari jawaban pertanyaan dari responden (penerima

program pemberdayaan batik) atas keterlibatannya dalam program tersebut.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Indikator Kesesusian


Jumlah Persentase
No Iten Pertanyaan Indikator Kesesuaian
(n) (%)
20 Program pemberdayaan batik sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
daerah saya (Efektivitas2a)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 16 53.3
3. Setuju 10 33.3
4. Sangat setuju 3 10.0
21 Program pemberdayaan sudah sesuai
dengan kemampuan masyarakat daerah
saya (Efektivitas2b)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 13 43.3
3. Setuju 16 53.3
4. Sangat setuju 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 20-21, 2020

Berdasarkan tabel 19 diketahui pada pertanyaan (efektivitas 2a) mayoritas

penerima program menjawab tidak setuju, sebesar 53.3%. Mereka menilai

program pemberdayaan batik masih belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat

daerahnya. Dari pendapat salah satu penerima program masyarakat di daerahnya

masih sulit untuk terlibat dalam program ini, karena lingkungan masyarakatnya

masih belum bisa maju atau berinisiatif kedalam industri batik. Masyarakat di

daerahnya masih malu dan belum percaya diri terhadap apa yang akan dihasilkan

90
nantinya ketika sudah terlibat dan memperoleh keterampilan selain meningkatkan

pendapatan. Kemudian pada pertanyaan efektivitas 2b mayoritas penerima

program memberikan jawaban setuju sebesar 53.3%, karena mereka menilai

program pemberdayaan batik telah melibatkan mayoritas ibu-ibu yang mana lebih

mudah untuk ajarkan.

5.3.3 Indikator Keberlanjutan

Aspek keberlanjutan berupa program pembangunan dapat dilakukan

kembali atau tidak ketika jika bantuan selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan

secara substansial maupun secara teknis manajerial. Dalam menjalankan sebuah

program pembangunan, fasilitator harus menerapkan aspek keberlanjutan program

kepada masyarakat yang bertujuan programnya tersebut dapat memberikan

manfaat dan mendapat efektivitas sebuah program.

Maka dalam merancang sebuah item pertanyaan, peneliti harus

menyesuaikan dengan prinsip pada indikator kesesuaian dalam variabel tingkat

efektivitas. Berdasarkan hal tersebut berikut jawaban atas pertanyaan yang

peneliti sampaikan kepada responden (penerima program pemberdayaan batik)

pada indikator keberlanjutan.

91
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Indikator Keberlanjutan
No Iten Pertanyaan Indikator Jumlah Persentase
Keberlanjutan (n) (%)
22 Jika sudah ada pendampingan dari
ADEMOS program pemberdayaan
batik masih bisa berjalan
(Efektivitas3a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 1 3.3
3. Setuju 19 63.3
4. Sangat setuju 10 33.3
23 Jika sudah tidak ada pendampingan
dari ADEMOS saya masih bisa
memproduksi batik (Efektivitas3b)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 13 43.3
3. Setuju 14 46.7
4. Sangat setuju 2 6.7
24 Saya dapat menjalankan strategi
pemasaran yang diberikan ADEMOS
(Efektivitas3c)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 14 46.7
3. Setuju 13 43.3
4. Sangat setuju 2 6.7
25 Jika sudah ada pendampingan dari
ADEMOS saya masih bisa
menjalankan strategi pemasaran
(Efektivitas3d)
1. Sangat tidak setuju 1 3.3
2. Tidak setuju 14 46.7
3. Setuju 13 43.3
4. Sangat setuju 2 6.7
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 22-25, 2020

Berdasarkan tabel 20 pada pertanyaan efektivitas 3a dan efektivitas 3b

mayoritas penerima program memberikan jawaban setuju, yaitu pertanyaan

efektivitas 3a sebesar 63.3% dan efektivitas 3a sebesar 46.7%. Hal ini karena

mereka sudah ada inisiatif untuk menjalankan produksinya. Hasil temuan peneliti

penerima program sudah mampu membeli bahan sendiri seperti malam, kain batik

untuk keperluan produksi batik.. Hal ini dikuatkan setelah program pemberdayaan

batik ini berjalan dan penerima program mendapatkan penghasilan mereka

menyisihkan uangnya untuk keperluan bahan produksi tersebut untuk

92
keberlanjutan usaha yang mereka jalankan. Adapun dari sejumlah penerima

program sudah mampu juga dalam memasarkan hasil produksi batiknya sendiri

dan dunia batik sudah menjadi pekerjaan utamanya mereka

Lebih lanjut untuk pertanyaan efektivitas 3c dan efektivitas 3d mayoritas

penerima program menjawab tidak setuju, yaitu pertanyaan efektivitas 3c sebesar

46.7% dan pertanyaan efektivitas 3d sebesar 46.7% Sejumlah responden yang

menjawab tidak setuju tersebut merupakan penerima program yang tidak terlibat

dalam memasarkan hasil produk. Hasil temuan peneliti dalam program

pemberdayaan batik terdapat pembagian di dalamnya. Ada yang hanya melukis

batik saja dan tidak terlibat dalam pemasaran. Adapun juga yang tidak terlibat

melukis melainkan hanya menerima hasil lukisan dari penerima program lainnya,

kemudian dijual dengan strategi yang diberikan oleh ADEMOS. Pada pertanyaan

efektivitas 3d mayoritas tidak setuju dapat menjalankan strategi pemasaran ketika

ADEMOS sudah tidak mendampingi. Hal ini didasari karena penerima program

tersebut sebelumnya memang tidak terlibat dalam pemasaran, hal ini yang

menjadikannya mereka tidak dapat menjalankan strategi pemasaran oleh

ADEMOS.

5.3.4 Indikator Dampak

Indikator dampak merupakan seberapa luasan akibat positif yang

dirasakan masyarakat pada sebuah program pembangunan yang dilaksanakan.

Dalam hal ini mengacu pada kemampuan masyarakat menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam merancang sebuah item

pertanyaan menyesuaikan dengan prinsip pada indikator dalam variabel tingkat

93
efektivitas tersebut. Berikut jawaban pertanyaan yang peneliti peroleh dari

responden (penerima program pemberdayaan batik) pada indikator dampak.

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Indikator Dampak


Jumlah Persentase
No Iten Pertanyaan Indikator Dampak
(n) (%)
26 Program pemberdayaan batik mampu
memberikan dampak pengentasan
permasalahan masyarakat daerah saya
(Efektivitas4a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 13 43.3
3. Setuju 16 53.3
4. Sangat setuju 1 3.3
27 Atas keterlibatan dalam program
pemberdayaan batik, masyarakat di daerah
saya lebih mandiri dalam mengakses
kesehatan (Efektivitas4b)
1. Sangat tidak setuju 7 23.3
2. Tidak setuju 18 60.0
3. Setuju 5 16.7
4. Sangat setuju 0 0
28 Atas keterlibatan dalam program
pemberdayaan batik, masyarakat di daerah
saya lebih mandiri dalam mengakses
pendidikan (Efektivitas4c)
1. Sangat tidak setuju 7 23.3
2. Tidak setuju 18 60.0
3. Setuju 5 16.7
4. Sangat setuju 0 0
29 Program pemberdayaan batik berdampak
meningkatan industri kreatif lainnya
(Efektivitas4d)
1. Sangat tidak setuju 2 6.7
2. Tidak setuju 11 36.7
3. Setuju 17 57.7
4. Sangat setuju 0 0
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 26-29, 2020

Berdasarkan tabel 21 pada pertanyaan efektivitas 4a diketahui mayoritas

menilai program pemberdayaan batik telah memberikan dampak pengentasan

permasalahan di daerahnya dan mayoritas menjawab setuju, sebesar 53.3%.

Mereka menilai program pemberdayaan batik memberikan peluang masyarakat

untuk meningkatkan pendapatannya. Namun dari data tersebut terdapat penerima

94
program yang menilai program pemberdayaan batik masih belum memberikan

dampak pengentasan permasalahan secara keseluruhan di daerahnya. Program

tersebut hanya dirasakan oleh masyarakat yang terlibat saja, apalagi ketika sudah

terlibat masih ada sejumlah masyarakat yang akhirnya mengundurkan diri untuk

tidak aktif lagi dalam program. Mereka menilai program pemberdayaan batik

masih belum tepat untuk mengharuskan semua masyarakat terlibat dalam program

karena usaha batik sebelumnya tidak ada dan baru ini mereka masuk dalam dunia

batik. Lebih lanjut ketika terlibat dalam program pemberdayaan batik mereka

menemukan permasalahan baru, terutama dalam hal pemasaran hasil produksinya.

Kemudian pada pertanyaan efektivitas 4b dan efektivitas 4c mayoritas

penerima program memberikan jawabannya tidak setuju, yaitu pertanyaan

efektivitas 4b sebesar 60.0% dan efektivitas 4c sebesar 60.0% Dari data tersebut

diketahui mayoritas penerima program menilai tidak setuju program

pemberdayaan batik tidak memberikan pengaruh atau tidak setuju masyarakat di

daerahnya lebih mandiri dalam mengakses kesehatan.

Begitupun juga pada pertanyaan efektivitas 4c tidak memberikan pengaruh

dan tidak setuju program pemberdayaan batik memberikan dampak kepada

masyarakat di daerahnya lebih mandiri dalam mengakses pendidikan. Kemudian

pada pertanyaan efektivitas 4d mayoritas penerima program menjawab setuju,

sebesar 57.7%. Mereka menilai program pemberdayaan batik telah memberikan

dampak peningkatan industri kreatif lainnya di daerahnya khususnya di Desa

Dolokgede, seperti produksi pakan ternak (konsentrat), usaha ternak lele (binaan

ADEMOS), koperasi produsen syariah industri kreatif (binaan ADEMOS).

95
5.3.5 Indikator Pemberdayaan

Indikator pemberdayaan merupakan salah satu aspek dalam mengukur

tingkat efektivitas sebuah program pembangunan. Pada indikator ini lebih

menekankan seberapa signifikan kemampuan yang dirasakan penerima program,

baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen. Maka peneliti dalam

merumuskan item pertanyaan dalam indikator ini menerapkan kedua prinsip

tersebut (segi keahlian maupun organisasi/manajemen). Berikut hasil jawaban

pertanyaan yang telah peneliti sampaikan kepada responden (penerima program

pemberdayaan batik) pada indikator pemberdayaan.

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Indikator Pemberdayaan


Jumalah Persentase
No Iten Pertanyaan Indikator Pemberdayaan
(n) (%)
30 Program pemberdayaan batik mampu
memberikan keahlian masyarakat daerah
saya (Efektivitas5a)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 23 76.7
4. Sangat setuju 7 23.3
31 Program pemberdayaan batik membuat saya
memiliki keahlian membatik (Efektivitas5b)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 18 60.0
4. Sangat setuju 12 40.0
32 Saya mampu membuat ide motiv batik baru
sendiri (Efektivitas5c)
1. Sangat tidak setuju 4 13.3
2. Tidak setuju 17 56.9
3. Setuju 6 20.0
4. Sangat setuju 3 10.0
33 Program pemberdayaan batik membuat saya
memiliki keahlian dalam memasarkan
sebuah produk (Efektivitas5d)
1. Sangat tidak setuju 3 10.0
2. Tidak setuju 16 53.3
3. Setuju 10 33.3
4. Sangat setuju 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 30-33, 2020

96
Berdasarkan tabel 22 pada pertanyaan efektivitas 5a dan efektivitas 5b

mayoritas penerima program menjawab setuju, pertanyaan efektivitas 5a sebesar

76.7% dan efektivitas 5b sebesar 60.0%. Mayoritas penerima program menilai

program pemberdayaan batik mampu memberikan masyarakat daerahnya keahlian

terutama dalam dunia kreatif batik. Hal ini terjadi karena sebelum adanya program

tersebut masyarakat hanya memiliki keahlian bertani saja, seperti tandur

(menanam padi) nonjo (menanam tembakau), matun (cabut rumput tanaman

sawah) dan sebagainya. Dalam dunia industri kreatif masyarakat tidak memiliki.

Pada pertanyaan efektivitas 5c mayoritas penerima program tidak setuju

dirinya mampu membuat ide motif baru sendiri sebesar 56.9%. Karena mereka

menilai dirinya hanya terlibat dalam membatik saja, artinya mereka kerja ketika

motiv sudah ada dan tidak berkeinginan inisiatif membuat motif batik atas idenya

sendiri. Sedangkan program pemberdayaan batik yang menilai dirinya mampu

membuat motif batik baru atas idenya sendiri merupakan penerima program yang

sejak awal bersemangat dalam industri batik. Kemudian pada pertanyaan

efektivitas 5d mayoritas penerima program menjawab tidak setuju program

pemberdayaan batik membuat dirinya memiliki keahlian dalam memasarkan

produk sebesar 53.3%. Hal ini karena dalam memasarkan produk batik penerima

program tidak semuanya terlibat.

5.3.6 Indikator Partisipasi

Dalam variabel tingkat efektivitas indikator partisipasi merupakan bentuk

memperlihatkan masyarakat lokal oleh fasilitator dalam merumuskan program

yang akan diberikan, partisipasi disini juga termasuk keterlibatan tokoh desa

97
dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakatnya. Maka peneliti dalam

memberikan pertanyaan kepada responden (penerima program pemberdayaan

batik) dalam indikator partisipasi ini menyesuaikan maksud dari pengertian

indikator partisipasi tersebut dalam mengukur tingkat efektivitas sebuah program.

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Indikator Partisipasi.


Jumlah Persentase
No Iten Pertanyaan Indikator Partisipasi
(n) (%)
34 ADEMOS mengajak masyarakat
daerah saya untuk memilih program
yang dilaksanakan (Efektivitas6a)
1. Sangat tidak setuju 4 13.3
2. Tidak setuju 16 53.3
3. Setuju 7 23.3
4. Sangat setuju 3 10.0
35 ADEMOS mengajak masyarakat
daerah saya merumuskan strategi
program pemeberdayaan batik yang
akan dilaksanakan (Efektivitas6b)
1. Sangat tidak setuju 3 10.0
2. Tidak setuju 18 60.0
3. Setuju 9 30.0
4. Sangat setuju 0 0
36 ADEMOS menjalin kerjasama
dengan tokoh desa
(RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA)
(Efektivitas6c)
1. Sangat tidak setuju 4 13.3
2. Tidak setuju 17 56.7
3. Setuju 6 20.0
4. Sangat setuju 3 10.0
37 Tokoh desa
(RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA)
oleh ADEMOS dilibatkan dalam
mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat (Efektivitas6d)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 0 0
3. Setuju 17 56.7
4. Sangat setuju 13 43.3
38 Tokoh desa terlibat memberikan
ide/gagasan program dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat
daerah saya (Efektivitas6e)
1. Sangat tidak setuju 0 0
2. Tidak setuju 13 43.3
3. Setuju 16 53.3
4. Sangat setuju 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Pengelolahan SPP Oleh Peneliti kuesioner nomor 34-38, 2020

98
Berdasarkan tabel 23 pada pertanyaan (efektivitas 6a) menunjukan

mayoritas penerima program menilai tidak setuju ADEMOS mengajak

musyawarah masyarakat daerahnya untuk memilih program yang dilaksanakan

sebesar 53.3%. Sepertinya halnya pada program pemberdayaan batik masyarakat

tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dalam program yang akan

dilaksanakan tersebut. Kemudian seperti pada program Koperasi Kodok Makmur

Dolokgede yang merupakan salah satu program dari ADEMOS atas inisiasi dari

Bapak Pratikno (Mensesneg RI Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju

Jokowi) yang merupakan pembina dari ADEMOS karena keprihatinannya banyak

rentenir masuk desa.

Pada pertanyaan efektivitas 6b pada tabel 21 mayoritas penerima program

memberikan jawaban tidak setuju dilibatkan oleh ADEMOS dalam merumuskan

strategi program yang akan dilaksanakan. Penerima program menilai ADEMOS

hanya melibatkan internalnya dan beberapa masyarakat yang terlibat dalam

menentukan strategi program yang akan diberikan ke masyarakat. Kemudian pada

pertanyaan efektivitas 6c jawaban dari responden bervariasi mengenai kerja sama

ADEMOS dengan tokoh desa (RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA). Namun

mayoritas penerima program menjawab tidak setuju ADEMOS menjalin kerja

sama dengan tokoh desa sebesar 56.7%.. Hal ini tokoh desa hanya dilibatkan

dalam identifikasi kebutuhan masyarakat dan dalam pelaksanaannya dilakukan

oleh ADEMOS.

Pada pertanyaaan efektivitas 6d mayoritas penerima program setuju

ADEMOS melibatkan tokoh desa (RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA) dalam

identifikasi kebutuhan masyarakat, sebesar 56.7%. Karena ADEMOS secara rutin

99
mengadakan kegiatan sinau bareng yang melibatkan masyarakat dan tokoh desa

untuk membahas apa kebutuhan masyarakat. Pada pertanyaaan efektivitas 6e

mayoritas penerima program memberikan jawaban setuju, sebesar 53.3%. Tokoh

desa (RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA) terlibat memberikan ide/gagasan

program dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, ide/gagasan tersebut disalurkan

melalui kegiatan sinau bareng.

5.4 Kategori Perindikator Tingkat Efektivitas

Berdasarkan hasil jawaban dari responden (penerima program) dalam

setiap item pertanyaan keenam indikator tersebut, Adapun peneliti sajikan tabel

kategori masing-masing indikator tingkat efektivitas sebagai berikut.

Tabel 24. Kategori Indikator Variabel Tingkat Efektivitas Program


Pemberdayaan Batik
Kategori
No Indikator Efektivitas Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
1. Manfaat 14 46.7 13 43.3 3 10.0

2. Kesesuaian 10 33.3 17 56.7 3 10.0

3. Keberlanjutan 12 40.0 17 56.7 1 3.3

4. Dampak 20 66.7 10 33.3 0 0

5. Pemberdayaan 5 16.7 25 83.3 0 0

6. Partisipasi 3 10.0 24 80.0 3 10


Sumber: Data yang diolah di SPSS, 2020

Tabel 24 menunjukan bahwa indikator manfaat dan indikator dampak

yang masuk dalam kategori rendah yakni indikator manfaat sebesar 46.7% dan

indikator dampak sebesar 66.7%. Sedangkan keempat indikator lainnya dalam

variabel tingkat efektivitas (Y) masuk dalam ketegori sedang, yakni indikator

100
kesusaian sebesar 56.7%, indikator sebesar keberlanjutan 56.7%, indikator

pemberdayaan sebesar 83.0% dan indikator partisipasi sebesar 80.0%. Sehingga

kategori dalam variabel Y yang didapatlkan sebagai berikut.

Tabel 25. Kesimpulan Kategori pada Variabel Tingkat Efektivitas Program


Pemberdayaan Batik

Jumlah Persentase
Kategori
(n) (%)
Tinggi 6 20.0

Sedang 22 73.3

Rendah 2 6.7

Total 30 100

Sumber : Data yang diolah di SPSS,2020

Tabel 25 merupakan kesimpulan dari seluruh indikator dalam variabel

tingkat efektivitas. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa variabel tingkat

efektivitas program pemberdayaan batik dikategorikan sedang yakni seberar

73.3%. Hal ini dikarenakan hanya 2 indikator yang masuk dalam kategori rendah,

yakni indikator manfaat dan dampak. Sedangkan 4 indikator lainnya

dikategorikan sedang. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel tingkat efektivitas program pemberdayaan batik dikategorikan sedang.

Indikator kesesuaian memiliki kategori sedang, karena program

pemberdayaan batik dinilai masih belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hal

ini bisa dilihat masyarakat masih sulit terlibat dengan alasan dunia batik sesuatu

hal baru dan tidak menjanjikan. Namun program pemberdayaan batik dinilai

sudah sesuai dengan kemampuan sejumlah masyarakat, terutama yang sudah

terlibat didalamnya.

101
Kemudian indikator keberlanjutan juga memiliki kategori sedang,

dikarenakan program pemberdayaan batik masih bisa tetap berjalan dan

masyarakat masih bisa tetap memproduksi batik walaupun ADEMOS sudah tidak

mendampingi mereka lagi. Namun ketika sudah tidak ada pendampingan dari

ADEMOS mayoritas penerima program merasa tidak dapat menjalankan strategi

pemasaran yang diberikan.

Lebih lanjut pada indikator pemberdayaan memiliki kategori sedang,

karena dengan adanya program pemberdayaan batik penerima program menjadi

memiliki keahlian membatik. Namun mayoritas penerima program tidak memiliki

keahlian dalam membuat motif batik sendiri dan menjalankan strategi pemasaran

sebuah produk. Kemudian pada indikator partisipasi juga memiliki kategori

sedang. Hal ini karena dinilai ADEMOS tidak melibatkan masyarakat dalam

musyawarah (memiliki program) dan merumuskan strategi program yang akan

dilaksanakan. Namun ADEMOS melibatkan tokoh desa

(RT/RW/KASUN/KADES/LAINNYA) dalam identifikasi kebutuhan masyarakat

dan tokoh desa terlibat dalam memberikan ide/gagasan program yang akan

dilaksanakan.

5.4 Analisis Data Cross Tab (Tabel Silang) Hubungan Tingkat Partisipasi

Komunitas dengan Tingkat Efektivitas Program Pemberdayaan Batik

Crosstab atau tabel silang merupakan analisis data dengan cara

menyilangkan variabel X dan variabel Y untuk melihat keeratan kedua hubungan

variabel tersebut. Keeratan hubungan didapatkan dengan cara mengklasifikasikan

data dengan cara mencari data yang paling kecil dan data yang paling besar pada

102
variabel. Kemudian pada penelitian ini tabel silang dari tingkat partisipasi dengan

tingkat efektivitas. Adapun persamaan untuk mengklasifikasikan kelas pada data

variabel tingkat partisipasi dengan efektivitas adalah sebagai berikut :

Jumlah data terbesar- Jumlah data terkecil

Jumlah kelas yang diinginkan

Pada variabel partisipasi (variabel x) data yang terbesar adalah 68 dan data

yang paling kecil adalah 17. Selanjutnya data terbesar dikurangi dengan data

terkecil yakni 68 dikurangi 17 hasilnya 51. Kemudian pada penelitian ini penulis

mengklasifikasikan data ke dalam 3 kategori tinggi, sedang dan rendah. Sehingga

langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membagi hasil pengurangan data

terbesar dan terkecil dengan 3 untuk mendapatkan interval setiap kategorinya.

Hasil dari 51 dibagi 3 adalah 17. Sehingga data yang diklasifikasikan rendah

adalah 17-33, data yang diklasifikasikan sedang 34-50, dan data yang

diklasifikasikan tinggi 51-68. Begitu juga langkah yang dilakukan pada variabel

efektivitas (variabel y). Kemudian data tersebut dimasukkan dan diolah di SPSS

dan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 26. Jumlah Sampel Tabel Silang Variabel X dan Y


Cases
Valid Missing Total
N % N % N %
Tingkat Partisipasi *
30 100 0 0 30 100
Tingkat Efektivitas

Sumber : Data yang diolah di SPSS,2020

Berdasarkan tabel 26 diketahui bahwa terdapat 30 sampel (responden)

dengan data missing 0% dan kevalidannya 100%.

103
Tabel 27. Tabel Silang Tingkat Partisipasi * Tingkat Efektivitas
Tingkat Efektivitas (Variabel y)
Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat Sedang Count 2 22 3 27
Partisipasi % of Total 6.7% 73,3% 10.0% 90.0%
(Variabel x)
Tinggi Count 0 0 3 3
% of Total .0% .0% 10.0% 10.0%
Total Count 2 22 6 30
% of Total 6.7% 73.3% 20.0% 100.0%
Sumber : Data yang diolah di SPSS, 2020

Berdasarkan tabel 27 variabel tingkat partisipasi menunjukan pada

ketagori sedang dan variabel tingkat efektivitas juga menunjukkan pada kategori

sedang, dengan persentase sebesar 73,3%. Maka dari tabel tersebut menunjukan

adanya persilangan antara kedua variabel, dengan diketahui sedangnya variabel

tingkat partisipasi tersebut dibarengi juga dengan sedangnya tingkat efektivitas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi penerima program yang

sedang, juga memiliki tingkat efektivitas program pemberdayaan batik oleh

ADEMOS sebagai mitra program CSR PT Pertamina EP Cepu.

5.5 Analisis Korelasi “Hubungan Tingkat Partisipasi (Variabel X)


Komunitas dengan Tingkat Efektivitas Program (Variabel Y)
Pemberdayaan Batik”.
Analisis uji korelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi

Kendall Tau_b karena penelitian ini guna membuktikan hubungan antar dua

variabel dengan data yang bersifat ordinal, artinya data non parametric/data tidak

berdisitribusi normal. Lebih lanjut pada uji korelasi ini terdapat nilai koefisien

korelasi, melalui nilai tersebut dapat mengetahui kekuatan hubungan antar dua

variabel. Kemudian untuk mengetahui arah hubungan antar dua variabel, dengan

104
mengetahui apabila memiliki nilai yang positif maka hubungan dari kedua

variabel tersebut searah. Sedangkan apabila memiliki nilai yang negatif berarti

hubungan antara kedua variabel tersebut tidak searah. Hubungan yang positif

maksudnya apabila variabel x dan variabel y memiliki tingkatan kategori yang

sama, dan hubungan yang negatif apabila variabel x dan variabel y memiliki

tingkatan ketegori yang tidak sama.

Tabel 28. Uji Korelasi dengan Kendall Tau_b


Kendall's tau_b Partisipasi Efektivitas
Correlation Coefficient 1.000 .681**

Tingkat Partisipasi Sig. (2-tailed) . .000


N 30 30
**
Correlation Coefficient .681 1.000

Tingkat Efektivitas Sig. (2-tailed) .000 .


N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) of 0,000.
Sumber : Pengolahan data di SPSS, 2020

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti ini menggunakan

menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05, yang berarti bahwa penelitian kali

ini memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95%. Apabila nilai signifikansi ≥0,05

maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat partisipasi

komunitas (penerima program) dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan

batik. Sedangkan apabila nilai signifikansi ≤0,05 maka H1 diterima dan H0

ditolak, artinya ada hubungan tingkat partisipasi komunitas (penerima program)

dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa variabel tingkat partisipasi

dan tingkat efektivitas terdapat hubungan yang signifikan termasuk dalam korelasi

105
yang kuat dan memiliki arah hubungan yang positif. Interpretasi dapat dilakukan

dengan menggunakan tiga penafsiran dalam analisis korelasi, yaitu

5.5.1 Signifikasi Hubungan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya apabila nilai sighnifikasi ≥0,05

maka H0 diterima dan H1 ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi ≤0,05 maka

H1 diterima dan H0 ditolak. Pada tabel 28 diketahui bahwa nilai signifikansi pada

penelitian ini adalah sebesar 0,000, artinya 0,000 ≤ 0,05. Sehingga dapat diketahui

H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat ada hubungan

antara tingkat partisipasi penerima dengan tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik oleh ADEMOS sebagai mitra program CSR PT Pertamina EP

Cepu.

5.5.2 Kekuatan Hubungan

Hasil pengelohan SPSS dengan menggunakan kendall tau pada tebel 28

dapat diketahui pada penelitian ini angka koefisien korelasinya sebesar 0.681.

Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi pada bab 3 dengan diketahui angka

koefisiennya korelasi pada angka 0.681, berarti kekuatan hubungan tingkat

partisipasi penerima program dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan

batik menunjukan kategori kuat. Hal ini karena tingkat partisipasi penerima

program pemberdayaan batik masuk dalam kategori sedang, sebesar 80.0%.

Sedangnya kategori tingkat partisipasi penerima program tersebut dibarengi juga

dengan sedangnya tingkat efektivitas program pemberdayaan batik, sebesar

73.3%.

106
Kemudian sedangnya kategori pada tingkat partisipasi tersebut disebabkan

penerima program tidak banyak terlibat dalam partisipasi perencanaan program

pemberdayaan batik. Tidak aktif nya penerima program dalam partisipasi dalam

perencanaan karena program pemberdayaan batik bersifat top down, artinya

program tersebut langsung diberikan oleh ADEMOS tanpa melibatkan penerima

program dalam penggalian ide/gagasan pada progam yang akan dilaksanakan. Hal

ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Dami.

“Saya dulu awale ikut sinau bareng di ADEMOS, terus Mas Dhory
(Ketua ADEMOS) ngerti kalau aku aktif ndek sinau bareng itu mas. Lha
kok habis itu aku ditawari ngajak masyarakat lainnya ikut program
pelatihan batik di Wonogiri” (Wawancara dengan Ibu Dami, 08 Februari
2020)

Walaupun tidak aktif pada tahap perencanaan penerima program terlibat

aktif dalam pelaksanaan dengan berkontribusi tenaga dalam program

pemberdayaan batik. Hal ini juga berpengaruh pada tingkat efektivitas program

yang menunjukan pada ketegori sedang dengan ditemukan penerima program

sudah dapat menjalankan produksinya dengan sudah bisa membeli kebutuhan

bahan membatik untuk berkelanjutan programnya tersebut, namun penerima

program belum dapat memasarkan hasil produksi batiknya kepada konsumen.

Sehingga dengan sedangnya kategori kedua variabel tersebut dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima (penerima program dengan

tingkat efektivitas program pemberdayaan batik, dengan kekuatan korelasi yang

kuat.

Tidak hanya itu, pada saat peneliti melakukan wawancara dengan Mas

Lukdianto yang merupakan salah satu penerima program, beliau juga turut

107
berpendapat bahwa terdapat hubungan yang bersifat searah antara tingkat

partisipasi masyarakat dengan tingkat efektivitas program pemberdayaan batik.

“Aku yakin kok mas nek misale orang-orang sini mau ikut aktif
setiap ada kegiatan batik, gelem melu pelatihan, gelem kreatif, gelem
belajar buat motiv batik, sama luangin waktu melu kegiatan lo program
dari ADEMOS iki ya berhasil kok” (Wawancara dengan Mas Lukdianto,
01 Februari 2020)

Dari pernyataan tersebut menunjukan kalau masyarakat terlibat

berpartisipasi aktif dalam program pemberdayaan batik. Program yang diberikan

ADEMOS tersebut akan menghasilkan efektivitas program.

5.5.3 Arah Hubungan

Angka koefisien penelitian ini didapatkan dari pengolahan data adalah

0.681 (tabel 28) menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kedua variabel

tersebut adalah positif sehingga diketahui bahwa hubungan kedua variabel yakni

variabel tingkat partisipasi (variabel x) dan variabel efektivitas (variabel y) adalah

searah. Hubungan yang searah maksudnya adalah apabila variabel x sedang maka

variabel y juga akan ikut sedang. Sehingga, dapat diketahui bahwa tingkat

partisipasi komunitas (penerima program) menunjukan sedang, sebesar 80.0%

maka tingkat efektivitas program pemberdayaan batik juga akan ikut sedang,

sebesar 73.3%.

Peneliti menemukan tingkat partisipasi penerima program memiliki

tingkat partisipasi yang berbeda, hal ini diakibatkan oleh rentang waktu yang

mereka ikuti dalam program pemberdayaan batik. Selain itu motivasi dan

semangat dari masing-masing penerima program juga berbeda-beda, peneliti

menemukan dari beberapa penerima program yang peneliti wawancara dan

108
memberikan jawabannya menunjukan industri batik telah menjadi pekerjaan

utamanya, namun ada juga yang dijadikan sebagai sampingan pekerjaan saja

untuk membantu kebutuhan keluarga.

Dari temuan tersebut, penerima program yang memiliki motivasi dan

semangat tinggi dalam industri batik merupakan penerima program yang terlibat

dalam memberikan ide/gagasan dalam hal teknis maupun manajemen produksi

batik, yang meliputi pembelian bahan, peralatan dan strategi pemasaran dari hasil

produksi batiknya. Selain itu penerima program tersebut merupakan penerima

yang sejak awal mengikuti program pemberdayaan batik, dari tahap pelatihan

yang diikuti sampai tahap keberlanjutan program tersebut.

Hal ini selaras dengan yang disampaikan Ibu Dami (penerima program

sejak awal). Berikut merupakan kutipan wawancara dari penerima program yang

sudah sejak awal terlibat dalam program pemberdayaan batik:

“Sebenere mas nek misale orang orang sini mau ikut lo ya asline
lumayan buat nambah-nambah penghasilan. Dari Mas Dhory aku disuruh
ajak masyarakat pelatihan batik mas, peralatan ya wes onok komplit, tapi
orang-orang ya gak mau ribet ikut palatihan gitu. Prinsipe tu pada gini mas
„kita sudah menjadi rumah tangga, jadi gak mau berfikir yang ruwet kayak
ikut gituan‟.” (Wawancara dengan Ibu Dami, 08 Februari 2020)

Lebih lanjut penerima program yang terlibat sejak awal tersebut juga aktif

mengajak dan memberikan pelatihan kepada masyarakat di lingkungannya untuk

mengikuti program pemberdayaan batik. Walaupun juga tidak sedikit dari

masyarakat yang mereka ajak tersebut akhirnya mengundurkan diri untuk tidak

terlibat dalam program pemberdayaan batik.

109
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi

komunitas (penerima program) (variabel X) dengan tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik (variabel Y), oleh fasilitator program ADEMOS dari

pendanaan CSR PT Pertamina EP Cepu. Pada penelitian ini, didapatkan nilai

signifikansi 0,000 ≤ 0,05 maka dinyatakan H1 diterima yakni terdapat hubungan

antara tingkat partisipasi komunitas (variabel x) dan tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik (variabel y). Kemudian angka koefisien dari uji korelasi

kendall tau yang didapat yakni 0.681 menunjukkan keeratan hubungan berada

pada taraf kuat. Angka tersebut juga bernilai positif sehingga hubungan kedua

variabel tersebut bersifat searah.

Penelitian ini menggunakan konsep partisipasi milik (Cohen & Uphoff,

1980) dalam mengukur tingkat partisipasi komunitas (penerima program

pemberdayaan batik). Untuk mengukur tingkat partisipasinya dengan

menggunakan 4 indikator, yang meliputi partisipasi dalam mengambil keputusan,

partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam mengambil manfaat, dan

partisipasi dalam evaluasi. Kemudian konsep efektivitas menggunakan milik

(Prayogo & Hilarius, 2012) untuk mengukur tingkat efektivitas program

pemberdayaan batik terdapat 6 indikator, di antara aspek manfaat, aspek

kesesuaian, aspek keberlanjutan, aspek dampak, aspek pemberdayaan dan aspek

partisipasi.

110
6.2 Saran

6.2.1 Saran Akademis

Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan melanjutkan penelitian

tentang efektivitas sebuah program dengan menggunakan variabel lain yang dapat

mempengaruhi efektivitas program pemberdayaan masyarakat. Misalnya tingkat

modal sosial, motivasi diri dan sebagainya Sehingga hasil penelitiannya dapat

dijadikan sebagai bahan referensi fasilitator program ketika akan melaksanakan

program pemberdayaan masyarakat.

6.2.2 Saran Praktis

1. Bagi Komunitas dan Instansi Terkait

Penelitian ini sudah memberikan jawaban hubungan antara

partisipasi masyarakat dengan tingkat efektivitas sebuah program

pemberdayaan. Hasil penelitian ini harapannya dapat berguna

sebagai bahan referensi dan evaluasi kepada ADEMOS selaku

fasilitator program pemberdayaan batik dan mitra CSR PT

Pertamina EP Cepu. Sehingga program pemberdayaan masyarakat

selanjutnya akan lebih efektif dan dapat memberikan dampak positif

yang dirasakan masyarakat.

2. Bagi Masyarakat

Harapannya penelitian ini dapat dijadikan oleh masyarakat

sebagai bahan bacaan dan pengetahuan tentang partisipasi dan

efektivitas sebuah program pemberdayaan. Sehingga ketika

111
masyarakat terlibat dalam sebuah program pemberdayaan untuk

lebih meningkatkan partisipasinya dalam program tersebut untuk

menghasilkan dampak positif kapada dirinya.

112
Daftar Pustaka:

Adi, I. R. (2007). Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya


Pemberdayaan Masyarakat . Jakarta: Rajawali Pers Buku-buku Teks Perguruan
Tinggi PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Aedi, N. (2010). Bahan Belajar Mandiri Metode Penelitian Pendidikan. Pengolahan dan
Analisis Data Hasil Penelitian , 10.

Afifah, W. N., & Harianto, S. (2014). Dampak Negatif Industri PT. Semen Indonesia
Terhadap Masyarakat Desa Temandang. Paradigma, 4.

Andriani, L. (2014). Pengaruh Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Laba


Operasional Pdam Kota Samarinda. eJournal Administrasi Bisnis, 113.

Apriliani, T. (2017). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dan Efektivitas Program Ecovillage


Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Departemen Sains dan
Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor .

Atik, D. Y. (2015). Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM
PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Cepu, P. P. (2014). Tentang Kami. Dipetik Desember Rabu, 2019, dari


http://pepc.pertamina.com/id/index.html:
http://pepc.pertamina.com/id/index.html

Cepu, P. P. (2019). Adendum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal) Dan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rkl) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(Rpl). Lapangan Gas Unitisasi Jambaran – Tiung Biru (JTB), Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi.

Cepu, P. P. (2019, Juni). Adendum Andal dan RKL-RPL Perubahan Teknologi Proses Gas
Dalam Pengembangan. Dipetik Desember Rabu, 2019, dari
http://pepc.pertamina.com/id/index.html: http://pepc.pertamina.com/pdf-
doc/2019_AMDAL_PEPC%20Adendum%20Lapangan%20JTB.pdf

Cohen, J. M., & Uphoff, N. T. (1980). Participation’s Place in Rural Development:. World
Development., 213-235.

Darmayanti, S. W. (2015). Studi Deskripsi Tentang Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Sasaran Penerima Program Urban Farming Budidaya Lele di Kelurahan Pakis.
Kebijakan dan Manajemen Publik, 3.

113
Deviyanti, D. (2013). Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di
Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. eJournal Administrasi
Negara, 382.

Hapsari, P. A. (2017). Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat Oleh Pusat Studi


Biofarmaka Tropika. Bogor: Departemen Sains dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Prayogo, D., & Hilarius, Y. (2012). Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan
Kemiskinan: Studi Peran Perusahan Geoternal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi
Masyarakat, 1-22.

Ramadhani, L. S. (2012). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel
Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 30.

Rosyida, I., & Nasdian, F. T. (2011). Partisipasi Masyarakat dan Stakholder Dalam
Penyelenggara Program Coroporate Responsibility (CSR) DAN Dampaknya
Terhadapat Komunitas Pedesaan. Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia, 53.

Setiawan, A. (2017). Politik Anggaran : Kebijakan Dana Bagi Hasil Migas, Dalam APBD
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015. Politik Indonesia, 123.

Soetrisno, L. (1995). Menuju masyarakat partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed


Methods). Yogyakarta: Alfabeta.

114
LAMPIRAN I
Nomor Kuesioner : BBBBB
j
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Tingkat Partisipasi Komunitas dengan Tingkat Efektivitas
Program Pemberdayaan Batik

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

Kata Pengantar
Perkenalkan nama saya Reza Dzulfahmi Alhakam
(165120101111054). Saya adalah mahasiswa Jurusan Sosiologi angkatan
2016, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya
yang saat ini sedang melakukan penelitian guna memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana sosiologi. Saya berharap saudara bersedia
menjadi responden penelitian ini dan memberikan informasi yang kami
butuhkan. Seluruh data dan hasil penelitian ini akan digunakan bahan kajian
dan diskusi sebagai media lengkap yang menjadi sarana untuk belajar dan
data yang diberikan oleh Bapak/Ibu akan Dijamin Kerahasiaannya. Atas
kesediaan Saudara menyediakan waktu luang untuk kegiatan wawancara ini
saya sampaikan terima kasih.
PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN:
1. Pertanyaan yang berupa pilihan, dimohon memilih jawaban sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Beri tanda silang ( x ) pada salah
satu jawaban yang tersedia
2. Pertanyaan berupa isian harap diisi pada tempat yang sudah
disediakan

Hari/ Tanggal wawancara : ..........................................................................


Enumerator/Editor/Entri : .......................