Anda di halaman 1dari 2

A. Bacalah kutipan naskah drama berikut!

Mangir

Penambahan Senapati : Wanabaya dan Klinting dimana?


Tumenggung Jagaraga : (mengangkat sembah) Di depan istana, berkelahi seperti singa,
dilingkari empat gegeduk rata Mangir dalam kepungan pegewai
Mataram.
Ki Ageng Pemanahan : Pambayun cucuku! Hmm-hmm-hmm, cucuku! Cucuku
tersayang!
Penambahan Senapati : (meninggalkan tempat, berjalan sambil meninjau kejauhan)
Berapa jarak di depan keraton ?
Tumenggung Jagaraga : (mengangkat sembah) Tepat didepan gapura.
Penambahan Senapati : Siap kalian semua. Ada bondongan masuk lewat gapura!
Tumenggung Jagaraga : (mengangkat sembah, pindah tempat di samping-menyamping
Panembahan Senapati)
Penambahan Senapati : Bondongan kecil prajurit pengawal. Mengapa mereka lari dari
perkelahian? Biadab!
Tumenggung Mandaraka : Langsung mereka bergerak kemari?
Penambahan Senapati : Purbaya, tiada kau dengar sesuatu?
Pangeran Purbaya : Di tengah-tengah keriuhan sorak-sorai, pekik wanita itu tiada
henti-hentinya.
Penambahan Senapati : Pergi kau periksa sendiri.
Pangeran Purbaya : (mengkat sembah, menimggalkan panggung)
Ki Ageng Pemanahan : Ya-ya-ya, hati yang gemetar begini, pertanda tersentuh suara
darah keturunan sendiri, ya-ya-ya Pambayun. Ah, Pambayun
cucu tersayang…
Penambahan Senapati : Diam!
Tumenggung Mandaraka : (menghampiri Ki Ageng Pamanahan) Diam Pamanahan adinda,
saat segenting ini bukan urusan bagi yang pikun dan tua-tua.
Ki Ageng Pemanahan : Ya-ya-ya, pikun dan tua-tua. (mengikuti pimpinan Tumenggung
Mandaraka, duduk di atas bangku) Semua berkisar pada takhta.
Pambayun, ya-ya-ya, Pambayun.
Tumenggung Mandaraka : Diam! (dengan berdiri, meneropong dengan tangan depan)
Suara (pekikan Putri Pambayun) Ayahanda baginda
(masuk ke panggung, mengangkat sembah pada Panembahan
Senapati, Ki Ageng Pamanahan dan Tumenggung Mandakara)
Ampun ayahanda baginda, pasukan pengawal telah dapat
merampas adinda Putri Pambayun dari tentara Mangir, sebentar
lagi akan datang bersembah, telah patik bebaskan dari tangan
pengawal.
Suara (pekikan Putri Pambayun). Wanabaya, kakang ke sini aku dibawa.
Pangeran Purbaya : (membuang muka) Dia tak ikut mati berasama suami.
Ki Ageng Pemanahan : Ya-ya-ya, dia tidak ikut mati bersama suami, hmm hmm hmm.
Tumenggung Mandaraka : Tak ada acara Putri Pambayun dirampas oleh pasukan pengawal.
Kepala gamelan patut dipenggal.
Penambahan Senapati : Kau rela Wanabaya mati?
Putri Pambayun : Sahaya inginkan tangan ayahanda sendiri habisi Pambayun ini.
Tumenggung Mandaraka : Kau setiawan Mataram, bukan di sini tempat meminta mati.
Ki Ageng Pemanahan : Ah, dasar! (menendanf Putri Pambayun sehingga lepas rangulan
pada kaki)
Putri Pambayun : Kakang Wanabaya, di sini istrimu mati, dibawah takta ayahanda
Panembahan Senapati.
Penambahan Senapati : Haram tersentuh oleh kilitmu. Suaramu tidak pantas untuk
pendengaran kami. (terkejut berpaling ke belangang).
Ki Ageng Pemanahan : Mari, cucu, mari aku bantu.
Putri Pambayun : Tiada bantuan dari siapa pun di tempat ini.
Ki Ageng Pemanahan : Ya-ya-ya, hmm-hmm-hmm
Dikutip dari : Pramoedya Ananta Toer, Drama Mangir, Jakarta, Kepustakaan Gramedia, 2017

B. Analisilah penggunaan kata ganti orang pada kutipan naskah drama tersebut!
Kata ganti orang pertama :
- Pambayun cucuku! Hmm-hmm-hmm, cucuku! Cucuku tersayang!
- Wanabaya, kakang ke sini aku dibawa.
- Sahaya inginkan tangan ayahanda sendiri habisi Pambayun ini.
- Mari, cucu, mari aku bantu.

Kata ganti orang kedua :


- Siap kalian semua. Ada bondongan masuk lewat gapura!
-

C. Analisilah penggunaan kalimat dalam kutipan naskah drama tersebut!


D. Analisislah penggunaan berbagai macam jenis kalimat dalam kutipan naskah
drama tersebut!

Anda mungkin juga menyukai