Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
PURWOKETO
2020
1
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia semenjak dia lahir dan merupakan anugerah dari Tuhan YME.Dengan
demikian, hak asasi manusia bukanlah merupakan hak yang bersumber dari negara
dan hukum. Oleh karen aitu ,segaimana telah dikemukakan sebelumnya yang
diperlukan dari negara dna hukum hanyalah pengakuan dan jaminan peninggalan
terhadap hak asasi manusia tersebut.1
Didalam Islam juga terdapat 2 macam HAM yaitu HAM yang keberadaanya
dapat diselenggarakan oleh suatu negara (Islam), yang kedua adalah HAM yang
keberadaannya tidak sercara langsung dapat dilaksanakan oleh suatu Negara.2Asal
usul gagasan mengenai Hak Asasi Manusia bersumber dari teori hak kodrati yang
bermula dari teori hukum kodrati yang terakhir ini dirunut kembali sampai jauh
kebelakang hingga kezaman kuno dengan filsafat stoika hingga kezaman modern
melalui tulisan-tulisan hukum kodrati Santo Thomas Aquinas.
1
Rozali Abdullah, “Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia” ,
(Jakarta: Ghalia Indonesia) hlm. 35.
2
Syeh Syaukat Hussain, “Hak Asasi Manusia dalam Islam” (Jakarta: Gema Insani Press)
hlm.55.
2
PEMBAHASAN
4
A.Ubaidillah. Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani (Jakarta:IAIN Press. 2000) Hal. 205.
3
Adapun konsepsi Al-Qur’an tentang hak-hak asal manusia adalah:
1. Hak hidup, kemerdekaan, dan keamanan pribadi
2. Hak berpendapat
3. Hak berserikat dan berkumpul
4. Hak beragama atau memeluk suatu agama
5. Hak mendapatkan suatu pekerjaan
6. Hak mendapatkan pendidikan.
5
Prof. Philip Aiston & Prof. Franz Magnis. Hukum Hak Asasi Manusia( Yogyakarta: Pusham
UII. 2008). Hal. 14.
4
boleh berperan aktif terhadapnya, karena akan mengakibatkan pelanggaran
terhadap hak-hak dan kebebasan tersebut,
2. Generasi Kedua Hak Asasi Manusia
Persamaan atau hak-hak generasi kedua diwakili oleh perlindungan
bagi hak-hak ekonomi, social, budaya. Negara dengan demikia dituntut
bertindak aktif agar hak-hak tersebut terpenuhi atau tersedia. Hak-hak
generasi kedua pada dasarnya adalah tuntutan akan persamaan social. Jadi
untuk memenuhi hak-hak yang dikelompokan dalam generasi kedua ini,
Negara diwajibkan untuk menyusun program-program bagi pemenuhan hak-
hak tersebut. Contohnya, untuk memenuhi hal atas pekerjaan bagi setiap
orang orang.
3. Generasi Ketiga Hak Asasi Manusia
Persaudaraan atau hak-hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas
hak solidaritas. Negara-negara berkembang menginginkan terciptaya suatu
tatanan ekonomi dan hukum internasional yang kondusif bagi terjaminnya
hak-hak berikut: ha katas pembangunan, hak atas perdamaian, hak atas
sumber daya alam sendiri, ha katas lingkungan hidup, hak atas warisan
budayanya sendiri.
4. Generasi Keempat Hak Asasi Manusia
Generasi keempat banyak melakukan kritik terhadap peranan Negara
yang sangat dominan dalam proses pembangunan pada generasi sebelumnya,
yang lebih menekankan pembangunana ekonomi sebagai prioritas utama dan
telah terbukti sangat menafikan hak-hak rakyat, selain proses pembangunan
itu sendiri mengabaikan kesejahteraan rakyat dan tidak berdasarkan pada
kebutuhan.
Generasi keempat HAM dipelopori oleh Negara-negara di kawasan
asia yang pada tahun1983 melahirkan deklarasi Hak Asasi yang disebut
Declaration Of The Basic Duties Of Asia People and Government. Namun
demikian beberapa masalah dasar hak asasi sudah dirumuskan dengan lebih
5
berpihak kepada perombakan tatanan sosial yang ber keadilan. Deklarasi
generasi ini lebih menekankan persoalan kewajiban asasi bukan lagi hak asasi.
Deklarasi generasi ini merupakan urusan hak asasi bukan lagi urusan
perorangan tetapi justru merupakan tugas Negara.
6
bentuk da nisi dari keadilan yang alamiah ada pada alasan yang terbebas dari
pertimbangan dampak dan pra duga.
Dasar dari doktrin hukum alam adalah kepercayaan akan eksistensi
suatu kode moral alami yang didasarkan pada identifikasi terhadap
kepentingan kemanusiaan tertentu yang bersifat fundamental. Hukum alam ini
seharusnya menjadi dasar dari system sosial dan politik yang dibentuk
selanjutnya. Oleh sebab itu hak alamiyah diperlakukan sebagi sesuatu yang
serupa dengan hak yang dimiliki individu terlepas dari nilai-nilai masyarakat
maupun Negara. Hak alamiyah untuk hidup, kebebasan dan hak milik
menegaskan batasan bagi kewenangan dan juridiksi Negara. Negara hadir
untuk melayani kepentingan dan hak-hak alamiyah masyarakatnya, bukan
untuk melayani monarki atau system.
Dalam universalisme, individu adalah sebuah unit sosial yang
memiliki hak-hak yang tidak dapat dipungkiri dan diarahkan pada pemenuhan
kepentingan pribadi. Dalam model relativisme budaya suatu komunitas adalah
sebuah unit sosial. Dalam hal ini tidak dikena konsep seperti individualisme,
kebebasan memilih dan persamaan. Yang diakui adalah bahwa kepentingan
komunitas menjadi prioritas utama. Doktrin ini telah diterapkan di berbagai
Negara yang menentang setiap penerapan konsep dari hak barat dan
menganggapnya sebagai imperalisme budaya.
2. Teori Relativisme Budaya
Isu relativisme budaya baru muncul mejelang berakhirnya perang
dingin sebagai respon terhadap klaim universal dari gagasan hak asasi
manusia internasional. Gagasan tentang relativisme budaya menyatakan
bahwa kebudayaan merupakan satu-satunya sumber keabsahan hak atau
kaidah moral. Karena itu hak asasi manusia perlu dipahami dari konteks
kebudayaan masing-masing Negara. Semua kebudayaan mempunyai hak
hidup serta martabat yang sama yang harus dihormati. Berdasarkan
pernyataan ini, para pembela gagasan relativisme budaya menolak
7
universalisasi hak asasi manusia, apalagi bila didominasi oleh suatu budaya
tertentu. Gagasan bahwa hak asasi manusia terikat dengan konteks budaya
umumnya diusung oleh Negara-negara berkembang dan Negara islam.
Relativisme budaya dengan demikian merupakan suatu ide yang
sedikit banyak dipaksakan, karena ragam budaya yang ada menyebabkan
jarang sekali adanya kesatuan dalam sudut pandang dalam berbagai hal. Oleh
karena itu, hak asasi manusia tidak dapat secara utuh bersifat universal kecuali
apabila hak asasi manusia tidak tunduk pada ketetapan budaya seringkali
dibuat tidak dengan kesepakatan, dan dengan demikian tidak mewakili setiap
individu. Terdapat perbedaan dalam konsep filosofis hak asasi manusia.
Negara-negara barat selalu membela prioritas mereka mengenai hak asasi
manusia. Bagi mereka, hak asasi manusia telah secara alamiah dimiliki oleh
seorang individu dan harus diakui secara penuh dan dihormati oleh
pemerintah. Bagi Negara-negara timur dan non liberal, hak asasi manusia
dianggap ada hanya dalam suatu masyarakat dan dalam suatu Negara. Hak
asasi manusia tidak ada sebelum adanya negara, melainkan diberikan oleh
negara. Dengan demikian, negara dapat membatasi hak asasi manusia jika
diperlukan.
Perbedaan lain muncul pada tingkat implementasi dalam memajukan
dan menegakan hak asasi manusia. Bagi negara-negara barat, konsep
keseimbangan antara kepentingan untuk menghormati urusan dalam negeri
negara asing dan keperluan untuk melakukan apapapun yang mungkin bagi
penghormatan terhadap hak asasi manusia seorang individu sebagai berikut:
dalam kasus dimana pelanggaran yang dilakukan di negara lain telah menjadi
semakin serius, sistematis dan skalanya meluas, negara lain atau organisasi
internasional diperbolehkan untuk campur tangan,bahkan apabila hal tersebut
berpotensi menimbulkan perdebatan, ketegangan dan konflik. Sementara
dalam pandangan negara-negara timur intervensi terhadap pelanggaran yang
terjadi di negara lain dan kemudian menuduh pemerintah negara tersebut telah
8
gagal menegakkan hak asasi manusia adalah suatu tindakan yang tidak logis
dan tidak layak.
Harus diingat bahwa gagasan tentang dominasi kultural barat
merupakan salah satu kritik terkuat dari negara-negara timur, terutama negara-
negara asia timur dan asia tenggara. Mereka menyatakan bahwa konsep hak di
barat yang bersifat destruktif dan sangat individualis tidak sesuai dengan nilai-
nilai budaya asia, dimana komunitas harus diutamakan atas individu. Para
pemimpin asia menentang apa yang mereka sebut sebagai imperialism budaya
nila-nilai barat, dan menuduh barat telah mencoba untuk memelihara buadaya
colonial dengan memaksakan suatu konsep hak yang tidak mencerminkan
budaya asia.
3. Memadukan Universalisme dan Pluralisme
Telah diakui secara umum bahwa dalam prakteknya hak asasi manusia
dikondisikan oleh konteks sejarah, tradisi, budaya, agama, dan politik
ekonomi yang sangat beragam. Tetapi dalam keberagaman tersebut tetap
terdapat nilai-nilai universal yang berpengaruh. Martabat manusia, kebebasan,
perbedaan dan keadilan merupakan nilai yang mengesampingkan perbedaan
dan merupakan milik kemanusiaan secara utuh. Lepas dari adanya berbagai
perdebatan, universalitas dan keterkaitan hak asasi manusia merupakan bagian
dari warisan kemanusia yang dinikmati umat manusia di masa sekarang.
Tidaklah mudah untuk memaksakan konsep universalis hak asasi
manusia kepada beragam tradisi, budaya dan agama. Oleh karena itu penting
untuk menggali kesamaan konsep yang prinsipil, ya itu martabat umat
manusia. Seluruh agama, system moral dan filosofi telah mengakui martabat
manusia sebagai individu dengan brbagai ragam cara dan system. Tidak dapat
ditolaj bahwa hak untuk mendapatkan kehidupan, misalnya, mendapatkan
pengakuan universal sebagai suatu hak. Di sisi lain perbudakan atau ketiadaan
kebebasan, misalnya, sangat bertentangan secara alamiah dengan martabat
manusia.
9
Berangkat dari hal tersebut, dapat ditarik nilai dan kriteria yang
diterima secara universal oleh seluruh negara. Secara praktis seluruh negara di
dunia sependapat bahwa apa yang mereka akui sebagai pelanggaran berat
terhadap hak asasi manusia adalah: genosida, kejahatan terhadap kemanusian,
dan kejahatan perang. Ini berarti bahwa seluruh negara setuju mengenai
setidaknya beberapa nilai yang mendasar. Secara prinsipil perjanjian ini
kemudian berkembang menjadi setidaknya suatu inti penting dari hak asasi
manusia di seluruh negara di dunia, atau setidaknya sebagian besar dari
negara-negara tersebut. Hal ini juga menjadi landasan bahwa kesepakatan
dapat dicapai untuk bentuk-bentuk hak asasi lainnya.
6
Sri wahyu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis”,
(Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Universits Diponegoro), hlm. 11.
7
Rhoda E. Horward, “HAM Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya, terj. Nugraha
Katjasungkana”, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2000), hlm. 124.
10
Dalam islam sendiri ajaran mengenai HAM menurut Abul A’la al-Mawdudi
adalah hak-hak pokok yang diberikan Tuhan kepada manusia tanpa melihat
perbedaan-perbedaan yang ada diantara sesame manusia seperti perbedaan warga
negara, agama, dan lain-lainnya tidak bisa dicabut oleh siapapun atau Lembaga
apapun karena hak tersebut merupakan pemberian Tuhan maka tidak ada yang berhak
untuk mencabutnya kecuali Tuhan, Islam telah memperjuangkan HAM dan tergolong
agama yang pertama kali mendeklarasikannya.
Permasalahan yang mendasar dan universal dalam HAM ada sejak beribu-ribu
tahun yang lalu. Perjuangan melawan perbudakan Yahudi di Mesir pada zaman Nabi
Musa pada hakekatnya didorong oleh kesadaran untuk membelah keadilan dalam
rangka penegakan HAM. Adapun pendapat-pendapat dari para tokoh yang
memperjuangkan hak asasi manusia hingga terciptanya persamaan derajat manusia
antara lain:
1. Hukum Hamurabi
2. Solon
11
3. Parikles
12
Kesewenang-wenangan raja Louis XIV mendorong munculnya Revolusi
Prancis. Rakyat bertidak menyerang penjara Bastile yang merupakan symbol
dari keabsolutism raja. Dalam revolusi prancis memiliki konsep perasaan,
persaudaraan dan kebebasan yang menjadi landasan dalam perjuangan
penegakan HAM di Prancis. Revolusi Prancis diilhami oleh pemikiran-
pemikiran J. J. Rousseau, Montesqieu dan Voltaire.
Pada abad ke-19 mulai menyingsing dengan jelas minat dan perhatian
internasional terhadap perlindungan hak-hak warga negara. Perdamaian Westphalia
(1648), yang mengakhiri perang tiga puluh tahun dan yang menetapkan asas
persamaan hak bagi agama katolik Roma dan protestan di Jerman, telah membuka
jalan ke arah itu.8 Sebelum perang dunia II ada beberapa hal yang memberikan
perhatian terhadap Hak Asasi Manusia di mata dunia diantaranya yaitu doktrin
perlindungan negara terhadap orang asing, intervensi kemanusiaan, serta hal penting
lainnya.
8
Antonio Cassesse, “Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah”, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 1994.
13
doktrin perlindungan negara terhadap orang asing.9 Doktrin ini
memberikan jalan kepada warga negara (individu) asing untuk
mempergunakan haknya dengan mengajukan tuntutan atas terjadinya
pelanggaran yang dilakukan oleh negara tuan rumah.
b. Intervensi Kemanusiaan
Berdasarkan “hak” ini, negara dapat mengintervensi secara militer
untuk melindungi penduduk atau sebagian penduduknya yang berada
dalam suatu negara lain jika penguasa negara tersebut memperlakukan
mereka sedemikian rupa sehingga “melanggar hak asasi mereka dan
menggoncangkan hati nurani umat manusia.” Doktrin ini dipopulerkan
oleh Hugo Grotius.
c. Penghappusan Perbudakan
Bahwa sebetulnya telah terjadi perkembangan kemanusiaan pada
hukum internasional sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20. Hal
yang paling menonjol di antaranya adalah penghapusan perbudakan.
Meskipun ekonomi perbudakan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-
19 secara komersial telah menjadi kurang menarik bagi negara-negara
Eropa dibandingkan masa sebelumnya, gerakan penghapusan perbudakan
itu juga dilandasi oleh motif kepedulian kemanusiaan yang besar.
Konferensi Berlin yang mengatur kolonisasi Eropa di Afrika menyatakan
bahwa “perdagangan budak dilarang berdasarkan asas-asas hukum
internasional”.
d. Palang Merah Internasional
Kemajuan besar yang lain dalam hukum kemanusiaan internasional
pada paruh kedua abad ke-19 adalah pembentukan Komite Palang Merah
Internasional (1863). Organisasi internasional ini telah mensponsori
sejumlah konvensi yang tidak semata-mata menangani status dan
9
Philip Alston, “Hukum Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam
Indonesia”, (Yogyakarta, 2008) , hlm.31.
14
perlakuan terhadap para prajurit yang berperang, tetapi juga perlakuan
terhadap penduduk sipil pada masa perang dan pembatasan terhadap cara-
cara berperang (conducts of war).56 Singkatnya organisasi internasional
ini telah berjasa melahirkan apa yang sekarang kita kenal dengan hukum
humaniter internasional (international humanitarian law).
e. Liga Bangsa-Bangsa
Segera setelah berakhirnya Perang Dunia I, masyarakat internasional
membentuk Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) melalui Perjanjian
Versailles. Selain membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB), Perjanjian
Versailles juga melahirkan apa yang dikenal sekarang dengan Organisaasi
Perburuhan Internasional (International Labour Organization). 10 Tujuan
utama Liga tersebut adalah “untuk memajukan kerjasama internasional,
mencapai perdamaian dan keamanan internasional”.
E. Periodesasi HAM setelah Perang Dunia II
1. Generasi Pertama, mewakili hak-hak sipil dan politik yakni hak asasi
manusia yang “klasik”.hak-hak ini muncul dari tuntutan untuk melepaskan
diri dari kungkungan kekuasaan absolutism negara dan kekuasaan sosial
lainnya. Pemikiran mengenai konsep hak asasi manusia yang sejak lama
10
Tentang sejarah Liga Bangsa-Bangsa dapat dibaca dalam karya George Scott, The Rise
andFall of the League of Nations, Hutchinson, London, 1973.
11
Mohammad Ryan Bakry, “Implementasi Hak Asasi Manusia”, (Jakarta : FH UI, 2010), hlm.
30.
15
berkembang dalam wacana ilmuan sejak era enlightenment di Eropa,
meningkat menjadi dokumen-dokumen hukum internasional yang resmi.
Puncak perkembangannya generasi pertama hak asasi manusia ini adalah
peristiwa penandatanganan naskah “Universal Declaration of Human Right”.
3. Generasi Ketiga, pada tahun 1986 muncul pula konsepsi baru hak asasi
manusia yaitu mencakup pengertian mengenai hak untuk pembangunan atau
Rights to Development.Hak atas atau untuk pembangunan ini mencakup
persamaan haka tau kesempatan untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa,
dan termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan dari
bangsa tersebut. Hak untuk atau atas pembangunan ini antara lain hak untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan, hak untuk menikamti hasil-hasil
pembangunan tersebut, menikamti hasil perkembangan ekonomi, sosial dan
kebudayaan, pendidikan, kesehatan, distribusi pendapatan, kesempatan kerja
dan lain sebagainya.
16
a. Hak Asasi Manusia Internasional Modern
Hukum hak asasi manusia internasional modern menempatkan individu
sebagai pemegang hak yang dijamin secara internasioanl. Sebaliknya,
setatus negara dalam hukum yag baru ini ditempatkan sebagai pemegang
kewajiban. Jadi relasi antara pemegang hak dan kewajiban itulah yang
menjadi pokok perhatian hukum internasional yang baru.12
b. Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa
Piagam perserikatan bangsa-bangsa memuat dengan eksplisit pasal-pasal
mengenai perlindungan hak asasi manusia. Pasal 1 ayat 3 mencantumkan
bahwa salah satu tujuan PBB adalah memajukan dan mendorong
penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi
semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama.
Beberapa ahli hukum mengemukakan bahwa kewajiban untuk memajukan
hak asasi manusia tidak harus menyiratkan kewajiban utuk melindungi
hak asasi manusia.Sedangkan ahli hukum lainnya mengajukan argument
bahwa Pasal 56 memberikan kewajiabn yang jelas kepada semua anggota
untuk mengambil tindakan positif menuju penghormatan dan ketaatan
terhadap hak asasi manusia.Dengan demikian, tidak dapat dikatakan
bahwa sebuah negara yang menyangkal hak asasi manusia sedang
menjalankan kewajibannya untuk menghormati hak asasi manusia.
c. The International bill of human right
Adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk 3 instrumen pokok hak
asasi manusia internasional yang dirancang oleh PBB. Ketiga intrumen itu
adalah : Deklarasi universal hak asasi manusia, kovenan internasional
tentang hak sipil dan politik, konvenan internasional tentang hak
ekonomi ,sosial dan budaya.13
12
Ibid , hlm.35
13
Ibid, hlm.36.
17
KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia semenjak dia lahir dan merupakan anugerah dari Tuhan YME.Dengan
demikian, hak asasi manusia bukanlah merupakan hak yang bersumber dari negara
dan hukum.Dalam islam sendiri ajaran mengenai HAM menurut Abul A’la al-
Mawdudi adalah hak-hak pokok yang diberikan Tuhan kepada manusia tanpa melihat
perbedaan-perbedaan yang ada diantara sesame manusia seperti perbedaan warga
negara, agama, dan lain-lainnya tidak bisa dicabut oleh siapapun, Hak Asasi Manusia
di mata dunia diantaranya yaitu doktrin perlindungan negara terhadap orang asing,
intervensi kemanusiaan, serta hal penting lainnya.
18
Sebelum perang dunia II ada beberapa hal yang memberikan perhatian
terhadap Hak Asasi Manusia di mata dunia diantaranya yaitu doktrin perlindungan
negara terhadap orang asing, intervensi kemanusiaan, serta hal penting lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20