Anda di halaman 1dari 106

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan proses akhir dari hasil dan pembahasan
pengujian dari alat dan data yang telah diambil, serta akan dijelaskan hasil dari
analisa data yang telah diperoleh dan dilakukan analisa perbandingan antara data
yang satu dengan data yang lainnya serta sensor AE dan sensor Voice Recorder.
Proses pengambilan data diperoleh dengan memvariasikan tata letak sensor
seperti gambar di bawah ini.

VARIASI 3 2
VARIASI VARIASI 1

MOTOR 3 FASA

Gambar 4.1 Tata Letak atau Variasi Letak Pada Sensor AE dan Voice
Recorder

Variasi 1 merupakan letak ke-1 sensor AE dan Voice Recorder yaitu pada
bearing pilow blok, sedangakan Variasi 2 terletak pada bearing motor induksi,
dan Variasi 3 terletak pada bagian belakang motor induksi atau plat penutup fan
motor induksi. Variasi ini dilakukan hanya pada motor dengan kondisi bearing
normal mulai dari inverter 10Hz, 20Hz, 30Hz, 40Hz, sampai 50 Hz. Variasi ini
dilakukan guna mengetahui perbedaan posisi letak sensor terhadap bearing yang
dianalisa. Adapun variasi data yang diuji adalah sebagai berikut.
1. Bearing normal inverter 10Hz variasi 1
2. Bearing normal inverter 10Hz variasi 2
3. Bearing normal inverter 10Hz variasi 3
4. Bearing normal inverter 20Hz variasi 1
5. Bearing normal inverter 20Hz variasi 2
6. Bearing normal inverter 20Hz variasi 3
7. Bearing normal inverter 30Hz variasi 1
8. Bearing normal inverter 30Hz variasi 2
9. Bearing normal inverter 30Hz variasi 3
10. Bearing normal inverter 40Hz variasi 1
11. Bearing normal inverter 40Hz variasi 2
12. Bearing normal inverter 40Hz variasi 3
13. Bearing normal inverter 50Hz variasi 1
14. Bearing normal inverter 50Hz variasi 2
15. Bearing normal inverter 50Hz variasi 3
16. Bearing rusak outer inverter 10Hz
17. Bearing rusak outer inverter 20Hz
18. Bearing rusak outer inverter 30Hz
19. Bearing rusak outer inverter 40Hz
20. Bearing rusak outer inverter 50Hz
21. Bearing rusak outer dan inner inverter 10Hz
22. Bearing rusak outer dan inner inverter 20Hz
23. Bearing rusak outer dan inner inverter 30Hz
24. Bearing rusak outer dan inner inverter 40Hz
25. Bearing rusak outer dan inner inverter 50Hz
4.2 Analisa FFT (Fast Fourier Transform)

4.2.1 Perbandingan Bearing Normal 3 Variasi data Acoustic


Emission Sensor

Gambar 4.2 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 1

Gambar 4.3 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 2

Gambar 4.4 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 3

Pada gambar 4.2 merupakan hasil dari data bearing normal 10Hz variasi 1
(bearing Pillow block) yaitu menunjukkan antara frekuensi 0Hz sampai
52000kHz terjadi pemunculan peak Amplitude antara frekuensi 7000Hz sampai
8000Hz dengan threshold -85. Kemudian pada gambar 4.3 yaitu data bearing
normal variasi 2 ( bearing motor) terjadi pembacaan pemunculan peak amplitude
yang terbaca antara frekuensi 8000Hz sampai 8100Hz. Kemudian yang terjadi
pada gambar 4.4 yaitu data bearing normal variasi 3 (casing fan motor) terjadi
pemunculan peak amplitude antara frekuensi 7000Hz sampai 8000Hz. Dari ketiga
kasus dengan variasi yang berbeda tidak ada perbedaan yang signifikan.

Gambar 4.5 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 1

Gambar 4.6 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 2

Gambar 4.7 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 3

Pada gambar 4.5 yaitu grafik dari kondisi bearing normal dengan inverter
20Hz variasi 1 (bearing pillow blok) dengan rentang frekuensi 0Hz sampai
52000Hz dengan threshold -85 terjadi pemunclan peak amplitude pada frekuensi
antara frekuensi 7000 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.6 data
bearing normal 20Hz variasi 2 (Bearing Motor) terjadi pembacaan peak amplitude
pada rentang frekuensi 7000Hz sampai 8000Hz. Sedangkan pada gambar 4.7
yaitu data bearing normal inverter 20Hz variasi 3 (casing fan motor) terjadi
sedikit pemunculan peak amplitude antara frekuensi 7900Hz sampai 8000Hz.
Dari 3 hasil percobaan dengan variasi yang berbeda tidak terjadi perbedaan yang
signifikan antara variasi 1, variasi 2, dan variasi 3.

Gambar 4.8 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 1

Gambar 4.9 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 2

Gambar 4.10 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 3

Pada gambar 4.8 grafik FFT data bearing normal 30Hz variasi 1 (bearing
pillow block) dengan retang frekuensi antara 0Hz sampai 52000Hz dengan
threshold -85 menunjukkan bahwa terjadi pembacaan pemunculan peak amplitude
pada frekuensi sekitar 2000Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude
frekuensi sekitar 3500Hz. Kemudian pada gambar 4.9 yaitu grafik fft data bearing
normal 30Hz variasi 2 (bearing internal motor) terjadi pemunculan beberapa peak
amplitude pada frekuensi sekitar 3000Hz sampai 4500Hz dan juga frekuensi
antara 7000Hz sampai dengan 8000Hz. Untuk gambar 4.10 grafik fft data bearing
nomral 30Hz variasi 3 (casing fan motor) terjadi pembacaan pemunculan peak
amplitude pada rentang frekuensi antara 4000 sampai 4500 Hz.

Gambar 4.11 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 1

Gambar 4.12 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 2

Gambar 4.13 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 3

Pada gambar 4.11 grafik FFT data bearing normal 40Hz variasi 1 (bearing
pillow block) dengan retang frekuensi antara 0Hz sampai 55000Hz dengan
threshold -85 menunjukkan bahwa terjadi pembacaan pemunculan peak amplitude
pada rentang frekuensi 1900Hz sampai 2100Hz. Kemudian pada gambar 4.12
yaitu grafik fft data bearing normal 40Hz variasi 2 (bearing internal motor) terjadi
pemunculan beberapa peak amplitude pada frekuensi sekitar 3500Hz sampai
4500Hz dan juga frekuensi antara 7000Hz sampai dengan 7200Hz. Untuk gambar
4.12 grafik fft data bearing nomral 40Hz variasi 3 (casing fan motor) terjadi
pembacaan pemunculan peak amplitude pada rentang frekuensi antara 7500Hz
sampai dengan 8000Hz.

Gambar 4.14 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 1

Gambar 4.15 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 2

Gambar 4.16 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 3

Grafik pada gambar 4.14 adalah data bearing normal inverter 50Hz variasi
1 (bearing pillow block) rentang frekuensi antara 0Hz sampai 52000Hz dengan
threshold -85 menunjukkan terjadinya beberapa pemunculan peak amplitude yang
cukup banyak antara frekuensi 1500Hz sampai 4200Hz. Kemudian pada gambar
4.15 grafik ftt data bearing normal 50Hz variasi 2 (bearing internal motor) terjadi
beberapa pembacaan pemunculan peak amplitude antara frekuensi 3000Hz
sampai 4000Hz kemudia frekuensi 7000Hz sampai dengan 8000Hz. Sedangkan
untuk gambar 4.16 yaitu bearing normal 50Hz variasi 3 (Casing fan motor) terjadi
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 500Hz sampai 650Hz.
4.2.2 Perbandingan Bearing Normal dengan Bearing Rusak Outer Variasi
Inverter 10Hz – 50Hz pada Acoustic Emission Sensor

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter10 Hz dengan bearing rusak outer inverter 10 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.17 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz

Gambar 4.18 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 10Hz

Pada gambar 4.17 merupakan grafik data bearing inverter normal 10Hz
dengan rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85 didapat
pemunculan peak amplitude antara frekuensi 7000 Hz sampai 8000 Hz.
Kemudian pada gambar 4.18 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 10 Hz menunjukkan pemuculan peak amplitude antara frekuensi 800 Hz
sampai 1500 Hz. Hal ini terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara bearing
normal inverter 10Hz dengan bearing rusak outer inverter 10 Hz. Pada grafik
bearing normal tidak didapatkan pembacaan peak amplitude yang terbaca oleh
data bearing rusak outer inverter 10 Hz yaitu antara frekuensi 800 Hz sampai
1500 Hz.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz dengan bearing rusak outer inverter 20 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.19 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz

Gambar 4.20 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 20Hz

Dari gambar 4.20 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dengan setting
inverter 20 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 500 Hz sampai 3500 Hz. Cukup banyak
pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer inverter
20 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 20 Hz tidak terbaca
pemunculan frekuensi antara 500 Hz sampai 3500 Hz. Kemudian pada data
bearing rusak inverter 20 Hz tidak ditemukan pemunculan peak amplitude di atas
5000 Hz. Hal ini sangat terlihat jelas perbedaan antara bearing normal dengan
bearing rusak outer dilihat dari pemunculan peak amplitude nya dan setiap grafik
memiliki perbedaan karakteristik pemunculan peak nya.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz dengan bearing rusak outer inverter 30 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.21 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz

Gambar 4.22 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 30Hz

Dari gambar 4.22 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dengan setting
inverter 30 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 500 Hz sampai 3000 Hz. Cukup banyak
pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer inverter
30 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 30 Hz tidak terbaca
pemunculan frekuensi antara 500 Hz sampai 3000 Hz tapi memliki rentang di atas
3500 Hz. Kemudian pada data bearing rusak inverter 30 Hz tidak ditemukan
pemunculan peak amplitude di atas 3500 Hz. Hal ini sangat terlihat jelas ada
perbedaan antara bearing normal dengan bearing rusak outer dilihat dari
pemunculan peak amplitude nya.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz dengan bearing rusak outer inverter 40 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.23 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz

Gambar 4.24 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 40Hz

Dari gambar 4.24 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dengan setting
inverter 40 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude yang cukup banyak yaitu
dengan rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 500 Hz sampai 4500.
Sedangkan pada data bearing normal inverter 40 Hz hanya terbaca sedikit peak
amplitude pada frekuensi 2000 Hz sampai 2500 Hz, dan tidak terbaca pemunculan
frekuensi di bawah 2500 Hz. Kemudian pada data bearing rusak inverter 40 Hz
tidak ditemukan pemunculan peak amplitude di atas 5000 Hz. Hal ini cukup
terlihat jelas bahwa antara bearing normal inverter 40 Hz dengan bearing rusak
outer dengan inverter 40 Hz memiliki sedikit kemiripan namun tetap ada
perbedaan yaitu dari banyaknya peak yang terbaca. Bearing rusak outer dengan
inverter 40 Hz memiliki pembacaan peak amplitude yang cukup banyak.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz dengan bearing rusak outer inverter 50 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.25 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz

Gambar 4.26 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 50Hz

Dari gambar 4.26 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dengan setting
inverter 50 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude yang cukup banyak yaitu
dengan rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 300 Hz sampai 4500.
Sedangkan pada data bearing normal inverter 40 Hz hanya terbaca sedikit peak
amplitude pada frekuensi 1800 Hz sampai 4000 Hz, dan tidak terbaca pemunculan
frekuensi di bawah 1800 Hz. Kemudian pada data bearing rusak inverter 50 Hz
tidak ditemukan pemunculan peak amplitude di atas 4500 Hz. Hal ini cukup
terlihat jelas bahwa antara bearing normal inverter 50 Hz dengan bearing rusak
outer dengan inverter 50 Hz memiliki sedikit kemiripan namun tetap ada
perbedaan yaitu dari banyaknya peak yang terbaca. Bearing rusak outer dengan
inverter 40 Hz memiliki pembacaan peak amplitude yang cukup banyak
sedangkan bearing normal 50 Hz terbaca peak amplitude yang lebih sedikit.

4.2.3 Perbandingan Bearing Normal dengan Bearing Rusak Outer & Inner
Variasi Inverter 10Hz – 50Hz pada Acoustic Emission Sensor
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz dengan bearing rusak outer dan inner inverter 10 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.27 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz

Gambar 4.28 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 10Hz

Dari gambar 4.28 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 10 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan
rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 100 Hz sampai 1500 Hz. Cukup
banyak pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer
dan inner dengan inverter 10 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 10
Hz tidak terbaca pemunculan frekuensi antara 100 Hz sampai 1500 Hz. Kemudian
pada data bearing rusak inverter 10 Hz tidak ditemukan pemunculan peak
amplitude di atas 2000 Hz. Hal ini sangat terlihat jelas perbedaan antara bearing
normal dengan bearing rusak outer dan inner dilihat dari pemunculan peak
amplitude nya.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz dengan bearing rusak outer dan inner inverter 20 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.29 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz

Gambar 4.30 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 20Hz

Dari gambar 4.30 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 20 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan
rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 80 Hz sampai 4000 Hz. Cukup
banyak pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer
dan inner dengan inverter 20 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 20
Hz tidak terbaca pemunculan frekuensi antara 80 Hz sampai 4000 Hz. Kemudian
pada data bearing rusak inverter 20 Hz tidak ditemukan pemunculan peak
amplitude di atas 4000 Hz. Hal ini sangat terlihat jelas perbedaan antara bearing
normal dengan bearing rusak outer dan inner dilihat dari pemunculan peak
amplitude nya.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz dengan bearing rusak outer dan inner inverter 30 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.31 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz

Gambar 4.32 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 30Hz

Dari gambar 4.32 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 30 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan
rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 50 Hz sampai 3600 Hz. Cukup
banyak pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer
inverter 30 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 30 Hz tidak terbaca
pemunculan frekuensi antara 50 Hz sampai 3600 Hz tapi memliki rentang di atas
3500 Hz. Kemudian pada data bearing rusak inverter 30 Hz tidak ditemukan
pemunculan peak amplitude di atas 4000 Hz. Hal ini sangat terlihat jelas ada
perbedaan antara bearing normal dengan bearing rusak outer dilihat dari
banyaknya pemunculan peak amplitude nya.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz dengan bearing rusak outer dan inner inverter 40 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.33 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz

Gambar 4.34 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 40Hz

Dari gambar 4.34 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 40 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan
rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 4400 Hz. Cukup
banyak pemunculan peak amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer
inverter 40 Hz. Sedangkan pada data bearing normal inverter 40 Hz sedikit
terbaca pemunculan frekuensi antara 3000 Hz sampai 4000 Hz namun tidak
terbaca frekuensi di bawah 2000 Hz. Kemudian pada data bearing rusak inverter
40 Hz tidak ditemukan pemunculan peak amplitude di atas 5000 Hz. Hal ini
sangat terlihat jelas ada perbedaan antara bearing normal dengan bearing rusak
outer dilihat dari banyaknya pemunculan peak amplitude nya pada frekuensi
tertentu..
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz dengan bearing rusak outer dan inner inverter 50 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 52000 Hz dengan threshold -85.

Gambar 4.35 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz

Gambar 4.36 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 50Hz

Dari gambar 4.36 yaitu grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 50 Hz didapatkan pemunculan peak amplitude dengan
rata-rata pemunculan rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 7900 Hz dan juga
rentang frekuensi 1000 Hz sampai 11000 Hz. Cukup banyak pemunculan peak
amplitude yang terbaca pada data bearing rusak outer inverter 50 Hz. Sedangkan
pada data bearing normal inverter 50 Hz sedikit terbaca pemunculan frekuensi
antara 2000 Hz sampai 4000 Hz namun tidak terbaca frekuensi di bawah 2000
Hz.. Hal ini sangat terlihat jelas ada perbedaan antara bearing normal dengan
bearing rusak outer dan inner dilihat dari banyaknya pemunculan peak amplitude
nya serta lokasi pemunculan peak amplitudenya dari rentang frekuensinya.
4.2.4 Analisa Perbandingan Bearing Normal Variasi 1 – 3 dengan Setting
Inverter 10 Hz – 50 Hz menggunakan Sensor Digital Voice Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dengan
threshold -42 dengan 3 variasi penempatan sensor.

Gambar 4.37 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 1

Gambar 4.38 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 2

Gambar 4.39 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 3

Dari gambar 4.37 pada data grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz
Variasi 1 (bearing pillow block) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 160 Hz sampai 800 Hz, peak amplitude pada frekuensi
antara 3200 Hz sampai 3300 Hz, kemudian terjadi lagi pemunculan peak
amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Pada gambar 4.38
grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz variasi 2 (bearing internal motor)
menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada frekuensi antara 8000 Hz
sampai 8100 Hz. Kemudian pada gambar 4.39 grafik fft data bearing normal 10
Hz variasi 3 (Casing fan motor) ) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 160 Hz – 180 Hz, kemudian pada frekuensi antara 7900 Hz
sampai 8000 Hz. Dari ketiga gambar terlihat memiliki persamaan yaitu
pemunculan peak amplitude dengan rentang frekuensi antara 7900 Hz sampai
8100 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dengan
threshold -42 dengan 3 variasi penempatan sensor.

Gambar 4.40 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 1

Gambar 4.41 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 2


Gambar 4.42 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 3

Dari gambar 4.40 pada data grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz
Variasi 1 (bearing pillow block) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 160 Hz sampai 820 Hz, kemudian terjadi lagi pemunculan
peak amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Pada gambar
4.41 grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz variasi 2 (bearing internal
motor) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada frekuensi antara 7900
Hz sampai 8100 Hz. Kemudian pada gambar 4.42 grafik fft data bearing normal
20 Hz variasi 3 (Casing fan motor) ) menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Dari ketiga variasi
data bearing normal 20 Hz terlihat memiliki persamaan yaitu pemunculan peak
amplitude dengan rentang frekuensi antara 7900 Hz sampai 8100 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dengan
threshold -42 dengan 3 variasi penempatan sensor.

Gambar 4.43 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 1


Gambar 4.44 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 2

Gambar 4.45 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 3

Dari gambar 4.43 pada data grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz
Variasi 1 (bearing pillow block) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 160 Hz sampai 820 Hz yang cukup dominan. Sedangkan
Pada gambar 4.44 grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz variasi 2 (bearing
internal motor) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada frekuensi
antara 60 Hz sampai 100 Hz dan sedikit pemunculan pada frekuensi 1000 Hz dan
juga frekensi 3000 Hz.. Kemudian pada gambar 4.45 grafik fft data bearing
normal 30 Hz variasi 3 (Casing fan motor) ) menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi di bawah 25 Hz Dari ketiga variasi data bearing normal
30 Hz terlihat memiliki persamaan yaitu pemunculan peak amplitude dengan
rentang frekuensi di bawah 500 Hz. Tetapi juga memiliki perbedaan antara variasi
satu dengan variasi yang lainnya yaitu dilihat dari banyaknya intensitas
pemunculan peak amplitude yang terbaca oleh threshold.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dengan
threshold -42 dengan 3 variasi penempatan sensor.
Gambar 4.46 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 1

Gambar 4.47 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 2

Gambar 4.48 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 3

Dari gambar 4.46 pada data grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz
Variasi 1 (bearing pillow block) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
yang cukup dominan dengan intensitas yang cukup tinggi yaitu pada frekuensi
antara 50 Hz sampai 1000 Hz atau rata-rata frekuensi di bawah 1000 Hz.
Sedangkan Pada gambar 4.47 grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz
variasi 2 (bearing internal motor) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 60 Hz sampai 1000 Hz dan sedikit pemunculan pada
frekuensi di atas 12000 Hz. Kemudian pada gambar 4.48 grafik fft data bearing
normal 40 Hz variasi 3 (Casing fan motor) ) menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi di bawah 1000 Hz yang juga memiliki intensitas yang
cukup banyak. Dari ketiga variasi data bearing normal 40 Hz terlihat memiliki
persamaan yaitu pemunculan peak amplitude dengan rentang frekuensi di bawah
1000 Hz dengan intensitas pemunculan peak apmlitude yang cukup banyak.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dengan
threshold -42 dengan 3 variasi penempatan sensor.

Gambar 4.49 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 1

Gambar 4.50 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 2

Gambar 4.51 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 3

Dari gambar 4.49 pada data grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz
Variasi 1 (bearing pillow block) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
yang cukup dominan dengan intensitas yang cukup tinggi yaitu pada frekuensi
antara 50 Hz sampai 1300 Hz atau rata-rata frekuensi di bawah 1300 Hz.
Sedangkan Pada gambar 4.50 grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz
variasi 2 (bearing internal motor) menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 40 Hz sampai 1000 Hz.. Kemudian pada gambar 4.51 grafik
fft data bearing normal 50 Hz variasi 3 (Casing fan motor) ) menunjukkan hasil
pembacaan peak amplitude pada frekuensi di bawah 1000 Hz yang juga memiliki
intensitas yang cukup banyak. Dari ketiga variasi data bearing normal 50 Hz
terlihat memiliki persamaan yaitu pemunculan peak amplitude dengan rentang
frekuensi di bawah 1000 atau 1300 Hz dengan intensitas pemunculan peak
apmlitude yang cukup banyak.

4.2.5 Analisa Perbandingan Bearing Normal dan Bearing Rusak Outer


dengan Variasi Inverter 10 Hz – 50 Hz menggunakan Sensor Digital
Voice Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz dengan bearing rusak outer inverter 10 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Gambar 4.52 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz


Gambar 4.53 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 10Hz

Pada gambar 4.52 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 800 Hz – 810 Hz, frekuensi antara 3200 Hz
sampai 3250 Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi
antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.53 yaitu data bearing
rusak outer dengan setting inverter 10 Hz didapat hasil pembacaan pemunculan
peak amplitude pada beberapa frekuensi yaitu frekuensi antara 800 Hz – 890 Hz,
frekuensi 2900 Hz – 3000 Hz, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada
frekuensi antara 8000 Hz sampai 8100 Hz. Dari perbandingan kedua gambar
hampir memiliki persamaan pemunculan peak amplitudenya.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz dengan bearing rusak outer setting inverter 20 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Gambar 4.54 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz

Gambar 4.55 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 20Hz


Pada gambar 4.54 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 160 Hz – 170 Hz, 800 Hz – 810 Hz, frekuensi
antara 3000 Hz sampai 3100 Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada
frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.55 yaitu
data bearing rusak outer dengan setting inverter 20 Hz didapat hasil pembacaan
pemunculan peak amplitude pada beberapa frekuensi yaitu frekuensi antara 800
Hz – 890 Hz, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara
8000 Hz sampai 8100 Hz. Dari perbandingan kedua gambar hampir memiliki
persamaan pemunculan peak amplitudenya. Hanya saja pada data bearing rusak
outer inverter 20 Hz memiliki intensitas pemunculan peak amplitude yang cukup
banyak.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz dengan bearing rusak outer setting inverter 30 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Gambar 4.56 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz

Gambar 4.57 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 30Hz


Pada gambar 4.56 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 160 Hz – 820 Hz yang cukup dominan.
Kemudian pada gambar 4.57 yaitu data bearing rusak outer dengan setting
inverter 30 Hz didapat hasil pembacaan pemunculan peak amplitude pada
beberapa frekuensi yaitu frekuensi antara 100 Hz – 800 Hz, dan juga terjadi
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 1000 Hz sampai 1100 Hz. Dari
perbandingan kedua gambar hampir tidak memiliki perbedaan pemunculan peak
amplitudenya. Hanya saja pada data bearing normal lebih dominan terjadi
pemunculan peak amplitude pada rentang frekuensi di bawah 820 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz dengan bearing rusak outer setting inverter 40 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Gambar 4.58 Grafik FFT data Bearing Normal 40 Hz

Gambar 4.59 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 40 Hz

Pada gambar 4.58 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yang memiliki intensitas cukup banyak yaitu pada rekuensi 50 Hz
– 1000 Hz. Kemudian pada gambar 4.59 yaitu data bearing rusak outer dengan
setting inverter 40 Hz didapat hasil pembacaan pemunculan peak amplitude pada
beberapa frekuensi yaitu frekuensi antara 100 Hz – 800 Hz yang cukup memiliki
intensitas yang tinggi, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi
antara 2400 Hz sampai 2500 Hz, dan juga terjadi pembacaan pemunculan peak
amplitude pada frekuensi 12000 Hz sampai 12100 Hz. Dari perbandingan kedua
gambar hampir tidak memiliki perbedaan pemunculan peak amplitudenya. Hanya
saja pada data bearing rusak outer lebih dominan terjadi pemunculan peak
amplitude pada rentang frekuensi di bawah 1000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz dengan bearing rusak outer setting inverter 40 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz dengan bearing rusak outer setting inverter 50 Hz dengan rentang
frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital voice
recorder

Gambar 4.60 Grafik FFT data Bearing Normal 50 Hz


Gambar 4.61 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 50 Hz

Pada gambar 4.60 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yang memiliki intensitas cukup banyak yaitu pada rekuensi 50 Hz
– 1000 Hz, dan juga frekeunsi antara 1500 Hz dan 1800 Hz. Kemudian pada
gambar 4.61 yaitu data bearing rusak outer dengan setting inverter 50 Hz didapat
hasil pembacaan pemunculan peak amplitude pada beberapa frekuensi yaitu
frekuensi antara 50 Hz – 1000 Hz yang cukup memiliki intensitas yang tinggi, dan
juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 1800 Hz sampai
2300 Hz, dan juga terjadi pembacaan pemunculan peak amplitude pada frekuensi
4000 Hz sampai 4500 Hz. Dari perbandingan kedua gambar hampir tidak
memiliki perbedaan pemunculan peak amplitudenya. Hanya saja pada data
bearing rusak outer lebih bervariasi dalam pemunculan peak amplitude yaitu
rentang 50 Hz sampai 45000 Hz.

4.2.6 Analisa Perbandingan Bearing Normal dan Bearing Rusak Outer dan Inner
dengan Variasi Inverter 10 Hz – 50 Hz menggunakan Sensor Digital Voice
Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz dengan bearing rusak outer dan inner setting inverter 10 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital
voice recorder.
Gambar 4.62 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz

Gambar 4.63 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 10Hz

Pada gambar 4.62 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 800 Hz – 810 Hz, frekuensi antara 3200 Hz
sampai 3250 Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi
antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.63 yaitu data bearing
rusak outer dan inner dengan setting inverter 10 Hz didapat hasil pembacaan
pemunculan peak amplitude pada beberapa frekuensi yaitu frekuensi antara 400
Hz – 900 Hz, kemudian terjadi juga pemunculan pada frekuensi 1600 Hz – 1700
Hz, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz
sampai 8100 Hz. Dari perbandingan kedua gambar grafik terlihat perbedaan yang
signifikan yaitu pada bearing rusak outer dan inner lebih didominasi pembacaan
pemunculan peak amplitude pada retang frekuensi di bawah 1000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz dengan bearing rusak outer dan inner setting inverter 20 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital
voice recorder.
Gambar 4.64 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz

Gambar 4.65 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 20Hz

Pada gambar 4.64 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 160 Hz – 170 Hz, 800 Hz – 810 Hz, frekuensi
antara 3000 Hz sampai 3100 Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada
frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.65 yaitu
data bearing rusak outer dan inner dengan setting inverter 20 Hz didapat hasil
pembacaan pemunculan peak amplitude pada beberapa frekuensi yaitu frekuensi
antara 300 Hz – 900 Hz. Dari perbandingan kedua gambar grafik terlihat
perbedaan yang signifikan yaitu pada bearing rusak outer dan inner lebih
didominasi pembacaan pemunculan peak amplitude pada retang frekuensi di
bawah 900 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz dengan bearing rusak outer dan inner setting inverter 30 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital
voice recorder.
Gambar 4.66 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz

Gambar 4.67 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 30Hz

Pada gambar 4.66 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yaitu pada rekuensi 160 Hz – 820 Hz yang cukup dominan.
Kemudian pada gambar 4.67 yaitu data bearing rusak outer dan inner dengan
setting inverter 30 Hz didapat hasil pembacaan pemunculan peak amplitude yang
cukup dominan yaitu pada frekuensi antara 300 Hz – 900 Hz. Dari perbandingan
kedua gambar grafik terlihat perbedaan yang signifikan yaitu pada bearing rusak
outer dan inner lebih didominasi pembacaan pemunculan peak amplitude pada
retang frekuensi di bawah 900 Hz. Walaupum pada bearing normal juga
didominasi pembacaan peak amplitude antara frekuensi 100 Hz sampai 800 Hz
tetapi tidak memiliki intensitas sebanyak data bearing rusak outer dan inner
inverter 30 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz dengan bearing rusak outer dan inner setting inverter 40 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital
voice recorder.
Gambar 4.68 Grafik FFT data Bearing Normal 40 Hz

Gambar 4.69 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 40Hz

Pada gambar 4.58 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yang memiliki intensitas cukup banyak yaitu pada rekuensi 50 Hz
– 1000 Hz. Kemudian pada gambar 4.69 yaitu data bearing rusak outer dan inner
dengan setting inverter 40 Hz didapat hasil pembacaan pemunculan peak
amplitude yang cukup dominan yaitu pada frekuensi antara 400 Hz – 900 Hz.
Dari perbandingan kedua gambar grafik terlihat perbedaan yang signifikan yaitu
pada bearing rusak outer dan inner lebih didominasi pembacaan pemunculan peak
amplitude pada retang frekuensi di bawah 900 Hz. Walaupum pada bearing
normal juga didominasi pembacaan peak amplitude antara frekuensi 50 Hz
sampai 1000 Hz tetapi tidak memiliki intensitas sebanyak data bearing rusak outer
dan inner inverter 40 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz dengan bearing rusak outer dan inner setting inverter 50 Hz dengan
rentang frekuensi 0 Hz sampai 22000 Hz dengan threshold -42 sensor digital
voice recorder.

Gambar 4.70 Grafik FFT data Bearing Normal 50 Hz

Gambar 4.71 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 50Hz

Pada gambar 4.60 merupakan grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz
pada bearing pillow block menunjukkan hasil pembacaan beberapa pemunculan
peak amplitude yang memiliki intensitas cukup banyak yaitu pada rekuensi 50 Hz
– 1000 Hz, dan juga frekeunsi antara 1500 Hz dan 1800 Hz. Kemudian pada
gambar 4.71 yaitu data bearing rusak outer dan inner dengan setting inverter 50
Hz didapat hasil pembacaan pemunculan peak amplitude yang cukup dominan
yaitu pada frekuensi antara 125 Hz sampai 900 Hz. Dari perbandingan kedua
gambar grafik terlihat perbedaan yang signifikan yaitu pada bearing rusak outer
dan inner lebih didominasi pembacaan pemunculan peak amplitude pada retang
frekuensi di bawah 900 Hz. Walaupum pada bearing normal juga didominasi
pembacaan peak amplitude antara frekuensi 50 Hz sampai 1000 Hz tetapi tidak
memiliki intensitas sebanyak data bearing rusak outer dan inner inverter 50 Hz.
4.2.7 Perbandingan Bearing Normal Variasi 1 – 3 pada inverter 10 Hz – 50 Hz
pada Emission Acoustic Sensor dengan Sensor Voice Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz variasi 1 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz –
22000 Hz dengan threshold -42.

Gambar 4.72 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 1 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.73 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 1 Sensor
Voice Recorder

Dari gambar 4.72 grafik fft data bearing normal 10 Hz Variasi 1 dengan
sensor voice recorder di dapat pembacaan pemunculan peak amplitude yaitu di
bawah 100 Hz kemudian frekuensi sekitar 800 Hz – 810 Hz dan rentang antara
3000 Hz – 3200 Hz serta pada pemunculan peak di frekuensi 7900 Hz – 8000 Hz.
Berbeda dengan gambar 4.73 data normal inverter 10 Hz pada acoustic emission
sensor yaitu terjadi pembacaan pada rentang frekuensi 7000 Hz – 8000 Hz.
Persamaan yang signifikan yaitu pembacaan antara rentang frekuensi 7000 Hz
sampai 8000 Hz cukup dominan dari kedua sensor. Hal ini menandakan
pembacaan pemunculan peak amplitude tidak memiliki perbedaan yang cukup
besar.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz variasi 2 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.74 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 2 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.75 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 2 Sensor
Voice Recorder

Dari gambar 4.74 grafik fft data bearing normal 10 Hz Variasi 2 (Bearing
internal motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 8000 Hz sampai 8100 Hz. Kemudian pada
gambar 4.75 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz variasi 2 (bearing
internal motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi antara 8000 Hz sampai 8100 Hz. Persamaan yang
signifikan yaitu pembacaan antara rentang frekuensi 8000 Hz sampai 8100 Hz
cukup dominan dari kedua sensor. Hal ini menandakan pembacaan pemunculan
peak amplitude tidak memiliki perbedaan yang cukup besar antara emission
acoustic sensor dengan sensor voice recorder pada data bearing normal inverter
10 Hz variasi 2 (bearing internal motor).

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 10 Hz variasi 3 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.76 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 3

Gambar 4.77 Grafik FFT data Bearing Normal 10Hz Variasi 3

Dari gambar 4.76 grafik fft data bearing normal 10 Hz Variasi 3 (casing
fan motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan peak
amplitude yaitu antara frekuensi 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.77 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 10 Hz variasi 3 (casing
fan motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 8000 Hz sampai 8100 Hz. Persamaan yang cukup signifikan
yaitu pembacaan antara rentang frekuensi 7900 Hz sampai 8100 Hz cukup
dominan dari kedua sensor. Hal ini menandakan pembacaan pemunculan peak
amplitude tidak memiliki perbedaan yang cukup besar antara emission acoustic
sensor dengan sensor voice recorder pada data bearing normal inverter 10 Hz
variasi 2 (bearing internal motor).

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz variasi 1 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.78 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 1 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.79 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 1 Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.78 grafik fft data bearing normal 20 Hz Variasi 1 (bearing
pillow block) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 7500 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.79 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz variasi 1 (bearing
pillow block) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi 160 Hz – 170 Hz, 800 Hz – 810 Hz, frekuensi antara
3000 Hz sampai 3100 Hz dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada
frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000 Hz Persamaan yang terjadi yaitu
pembacaan antara rentang frekuensi 7500 Hz sampai 8100 Hz cukup dominan
dari kedua sensor. Tetapi pembacaan peak amplitude data beaering normal 20 Hz
voice recorder juga terjadi pada frekuensi di bawah 3000 Hz. Hal ini menandakan
pembacaan pemunculan peak amplitude sedikit memiliki perbedaan antara
emission acoustic sensor dengan sensor voice recorder pada data bearing normal
inverter 20 Hz variasi 1 (bearing internal motor).

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz variasi 2 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.80 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 2 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.81 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 2 Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.80 grafik fft data bearing normal 20 Hz Variasi 2 (bearing
internal motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 7000 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.81 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz variasi 2 (bearing
pillow block) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8100 Hz. Persamaan yang cukup
signifikan yaitu pembacaan antara rentang frekuensi 7000 Hz sampai 8100 Hz
cukup dominan dari kedua sensor. Hal ini menandakan pembacaan pemunculan
peak amplitude tidak memiliki perbedaan yang cukup besar antara emission
acoustic sensor dengan sensor voice recorder pada data bearing normal inverter
20 Hz variasi 2 (bearing internal motor). Hanya saja pada pembacaan peak
amplitude acoustic emission sensor memiliki intensitas yang cukup tinggi.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 20 Hz variasi 3 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.82 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 3 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.83 Grafik FFT data Bearing Normal 20Hz Variasi 3 Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.82 grafik fft data bearing normal 20 Hz Variasi 3 (casing
fan motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan peak
amplitude yaitu antara frekuensi 7700 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.83 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 20 Hz variasi 3 (casing
fan motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8100 Hz. Persamaan yang cukup signifikan
yaitu pembacaan antara rentang frekuensi 7000 Hz sampai 8100 Hz cukup
dominan dari kedua sensor. Hal ini menandakan pembacaan pemunculan peak
amplitude tidak memiliki perbedaan yang cukup besar antara emission acoustic
sensor dengan sensor voice recorder pada data bearing normal inverter 20 Hz
variasi 3 (casing fan motor). Hanya saja pada pembacaan peak amplitude acoustic
emission sensor memiliki intensitas yang cukup tinggi.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz variasi 1 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.84 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 1 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.85 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 1 Digital
Voice Recorder
Dari gambar 4.84 grafik fft data bearing normal 30 Hz Variasi 1 (Bearing
pillow block) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 1500 Hz sampai 2000 Hz, Dan juga
frekuensi 3000 Hz sampai 3500 Hz. Kemudian pada gambar 4.85 yaitu grafik fft
data bearing normal inverter 30 Hz variasi 1 (bearing pillow block) sensor voice
recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada frekuensi antara 100
Hz sampai 1100 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu pembacaan antara
kedua sensor dari pembacaan peak amplitude bearing normal 30 Hz variasi 1.
Pada sensor digital voice recorder memiliki dominan pemunculan peak amplitude
di bawah 1100 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz variasi 2 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.86 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 2 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.87 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 2 Digital
Voice Recorder
Dari gambar 4.86 grafik fft data bearing normal 30 Hz Variasi 2 (bearing
internal motor) dengan acoustic emission sensor di dapat beberapa pembacaan
pemunculan peak amplitude yaitu antara frekuensi 3500 Hz sampai 4500 Hz, Dan
juga frekuensi 8000 Hz sampai 8100 Hz. Kemudian pada gambar 4.87 yaitu
grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz variasi 2 (bearing internal motor)
sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada
frekuensi di bawah 100 Hz. Sedikit pemunculan antara frekuensi 800 Hz sampai
900 Hz, dan juga frekuensi antara 3500 Hz sampai 3800 Hz. Perbedaan yang
cukup signifikan yaitu pembacaan antara kedua sensor dari pembacaan peak
amplitude bearing normal 30 Hz variasi 2. Acoustic emission sensor memiliki
dominan pemunculan peak amplitude antara 3500 Hz sampai 4500 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 30 Hz variasi 3 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.88 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 3 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.89 Grafik FFT data Bearing Normal 30Hz Variasi 3 Digital Voice
Recorder
Dari gambar 4.88 grafik fft data bearing normal 30 Hz Variasi 3 (casing
fan motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan peak
amplitude yaitu antara frekuensi 4000 Hz sampai 4500 Hz. Kemudian pada
gambar 4.89 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 30 Hz variasi 3 (casing
fan motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi di bawah 50 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu
pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada acoustic emission sensor
masih dapat membaca peak amplitude nya sedangkan pada sensor digital voice
recorder hampir tidak terbaca peak apmlitude nya hanya terbaca di bawah
frekuensi 50 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz variasi 1 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.90 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 1 Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.91 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 1 Digital
Voice Recorder
Dari gambar 4.90 grafik fft data bearing normal 40 Hz Variasi 1 (bearing
pillow block) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 2500 Hz sampai 3500 Hz. Kemudian pada
gambar 4.91 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz variasi 1 (bearing
pilow block) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu
pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice recorder sangat
dominan frekuensi terbaca di bawah 1000 Hz bahkan dengan intensitas yang
cukup tinggi. Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan terbaca
frekuensi di atas 2500 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz variasi 2 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.92 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 2


Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.93 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 2 Digital
Voice Recorder
Dari gambar 4.92 grafik fft data bearing normal 40 Hz Variasi 2 (bearing
internal motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 3000 Hz sampai 4500 Hz, dan sedikit
terjadi pemunculan pada frekuensi 7900 Hz sampai 8100 Hz. Kemudian pada
gambar 4.93 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz variasi 2 bearing
internal motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Dan juga terjadi pemunculan peak
amplitude pada frekuensi 12000 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu
pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice recorder sangat
dominan frekuensi terbaca di bawah 1000 Hz bahkan dengan intensitas yang
cukup tinggi. Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan terbaca
frekuensi di atas 3000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 40 Hz variasi 3 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.94 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 3 Acoustic
Emission Sensor
Gambar 4.95 Grafik FFT data Bearing Normal 40Hz Variasi 3 Digital Voice
Recorder

Dari gambar 4.94 grafik fft data bearing normal 40 Hz Variasi 3 (casing
fan motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan peak
amplitude yaitu antara frekuensi 7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.95 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 40 Hz variasi 3 (casing
fan motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude
pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu
pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice recorder sangat
dominan frekuensi terbaca di bawah 1000 Hz bahkan dengan intensitas yang
cukup tinggi. Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan terbaca
frekuensi di atas 7000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz variasi 1 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.95 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 1 Acoustic
Emission Sensor
Gambar 4.96 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 1 Digital Voice
Recorder

Dari gambar 4.95 grafik fft data bearing normal 50 Hz Variasi 1 (bearing
pillow block) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 1300 Hz sampai 4200 Hz. Kemudian pada
gambar 4.96 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz variasi 1 (bearing
pillow block) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak
amplitude pada frekuensi antara 50 Hz sampai 1300 Hz. Perbedaan yang cukup
signifikan yaitu pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice
recorder sangat dominan frekuensi terbaca di bawah 1300 Hz bahkan dengan
intensitas yang cukup tinggi. Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan
terbaca frekuensi di atas 1300 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz variasi 2 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.97 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 2


Acoustic Emission Sensor
Gambar 4.98 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 2 Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.97 grafik fft data bearing normal 50 Hz Variasi 2 (bearing
internal motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan
peak amplitude yaitu antara frekuensi 3000 Hz sampai 4000 Hz, frekuensi antara
7900 Hz sampai 8000 Hz. Kemudian pada gambar 4.98 yaitu grafik fft data
bearing normal inverter 50 Hz variasi 2 (bearing internal motor) sensor voice
recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada frekuensi antara 40
Hz sampai 1000 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu pembacaan frekuensi
fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice recorder sangat dominan frekuensi
terbaca di bawah 1000 Hz bahkan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan terbaca frekuensi di atas
3000 Hz dan 7000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa fft pada data bearing normal
inverter 50 Hz variasi 3 dengan acoustic emission sensor rentang frekuensi 0 Hz –
52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder rentang frekuensi 0 Hz
– 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.99 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 3 Acoustic
Emission Sensor
Gambar 4.100 Grafik FFT data Bearing Normal 50Hz Variasi 3 Digital Voice
Recorder

Dari gambar 4.99 grafik fft data bearing normal 50 Hz Variasi 3 (casing
fan motor) dengan acoustic emission sensor di dapat pembacaan pemunculan peak
amplitude yaitu antara frekuensi 500 Hz sampai 650 Hz. Kemudian pada gambar
4.100 yaitu grafik fft data bearing normal inverter 50 Hz variasi 3 (casing fan
motor) sensor voice recorder menunjukkan hasil pembacaan peak amplitude pada
frekuensi antara 40 Hz sampai 1000 Hz. Perbedaan yang cukup signifikan yaitu
pembacaan frekuensi fft antara kedua sensor. Pada Ddigital voice recorder sangat
dominan frekuensi terbaca di bawah 1000 Hz bahkan dengan intensitas yang
cukup tinggi. Sedangkan pada acoustice emission sensor dominan terbaca
frekuensi di atas di bawah 1000 Hz namun dengan intensitas yang cukup rendah.

4.2.8 Perbandingan Bearing Rusak Outer Variasi inverter 10 Hz – 50 Hz pada


Emission Acoustic Sensor dengan Sensor Voice Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer inverter 10 Hz antara acoustic emission sensor rentang
frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder
rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.101 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 10Hz Acoustic
Emission Sensor
Gambar 4.102 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 10Hz Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.101 adalah grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 10 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat bahwa
pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan frekuensi antara 800 Hz
sampai 1500 Hz. Kemudian pada gambar 4.102 merupakan grafik ff data bearing
rusak outer inverter 10 Hz menggunakan sensor digital voice recorder,
menghasilkan analisa fft yaitu pemunculan peak amplitude pada pada beberapa
frekuensi yaitu frekuensi antara 800 Hz – 890 Hz, frekuensi 2900 Hz – 3000 Hz,
dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 8000 Hz
sampai 8100 Hz. Terlihat perbedan antara kedua sensor dalam menganalisa
bearing rusak outer inverter 10 Hz. Acoustic emission sensor lebih terfokus pada
pembacaan peak amplitude frekuensi 1500 Hz ke bawah.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer inverter 20 Hz antara acoustic emission sensor rentang
frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder
rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.103 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 20Hz Acoustic
Emission Sensor
Gambar 4.104 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 20Hz Digital
Voice Recorder

Dari gambar 4.103 adalah grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 20 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat bahwa
pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan frekuensi antara 500 Hz
sampai 3500 Hz. Kemudian pada gambar 4.104 merupakan grafik fft data bearing
rusak outer inverter 20 Hz menggunakan sensor digital voice recorder,
menghasilkan analisa fft yaitu pemunculan peak amplitude pada pada beberapa
frekuensi yaitu frekuensi antara 800 Hz – 890 Hz, dan juga terjadi pemunculan
peak amplitude pada frekuensi antara 8000 Hz sampai 8100 Hz. Terlihat perbedan
antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer inverter 20 Hz.
Acoustic emission sensor lebih terfokus pada pembacaan peak amplitude
frekuensi 3500 Hz ke bawah. Sedangkan pada sensor digital voice recorder
terbaca samar antara frekuensi di bawah 1000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer inverter 30 Hz antara acoustic emission sensor rentang
frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder
rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.
Gambar 4.105 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 30Hz Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.106 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 30Hz Digital Voice
Recorder

Dari gambar 4.105 adalah grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 30 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat bahwa
pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan frekuensi antara 500 Hz
sampai 3000 Hz. Kemudian pada gambar 4.106 merupakan grafik fft data bearing
rusak outer inverter 30 Hz menggunakan sensor digital voice recorder,
menghasilkan analisa fft yaitu pemunculan peak amplitude pada pada beberapa
frekuensi yaitu frekuensi antara 100 Hz – 800 Hz, dan juga terjadi pemunculan
peak amplitude pada frekuensi antara 1000 Hz sampai 1100 Hz. Terlihat perbedan
antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer inverter 30 Hz.
Acoustic emission sensor lebih terfokus pada pembacaan peak amplitude
frekuensi 3000 Hz ke bawah. Sedangkan pada sensor digital voice recorder
terbaca samar antara frekuensi di bawah 1000 Hz.

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer inverter 40 Hz antara acoustic emission sensor rentang
frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder
rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.
Gambar 4.107 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 40 Hz Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.108 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 40 Hz Digital


Voice Recorder

Dari gambar 4.107 adalah grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 40 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat bahwa
pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 500 Hz sampai 4500. Kemudian pada
gambar 4.108 merupakan grafik fft data bearing rusak outer inverter 40 Hz
menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude antara 100 Hz – 800 Hz yang cukup memiliki
intensitas yang tinggi, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada frekuensi
antara 2400 Hz sampai 2500 Hz, dan juga terjadi pembacaan pemunculan peak
amplitude pada frekuensi 12000 Hz Terlihat persamaan antara kedua sensor
dalam menganalisa bearing rusak outer inverter 40 Hz. Acoustic emission sensor
lebih terfokus pada pembacaan peak amplitude frekuensi di bawah 4500 Hz.
Sedangkan pada sensor digital voice recorder juga terbaca antara frekuensi di
bawah 2500 Hz.
Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer inverter 50 Hz antara acoustic emission sensor rentang
frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice recorder
rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.109 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 50Hz Acoustic
Emission Sensor

Gambar 4.110 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer 50 Hz Digital


Voice Recorder

Dari gambar 4.109 adalah grafik fft data bearing rusak outer dengan
inverter 50 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat bahwa
pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 300 Hz sampai 4500. Kemudian pada
gambar 4.110 merupakan grafik fft data bearing rusak outer inverter 50 Hz
menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 50 Hz – 1000 Hz yang cukup
memiliki intensitas yang tinggi, dan juga terjadi pemunculan peak amplitude pada
frekuensi antara 1800 Hz sampai 2300 Hz, dan juga terjadi pembacaan
pemunculan peak amplitude pada frekuensi 4000 Hz sampai 4500 Hz. Terlihat
persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer inverter 50
Hz. Acoustic emission sensor lebih terfokus pada pembacaan peak amplitude
frekuensi di bawah 4500 Hz. Sedangkan pada sensor digital voice recorder juga
terbaca antara frekuensi di bawah 1000 Hz.

4.2.9 Perbandingan Bearing Rusak Outer dan Inner Variasi inverter 10 Hz – 50


Hz pada Emission Acoustic Sensor dengan Sensor Voice Recorder

Di bawah ini merupakan hasil dari analisa perbandingan fft pada data
bearing rusak outer dan inner inverter 10 Hz antara acoustic emission sensor
rentang frekuensi 0 Hz – 52000 Hz dan threshold -85 dengan sensor voice
recorder rentang frekuensi 0 Hz – 22000 Hz dan threshold -42.

Gambar 4.111 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 10 Hz
Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.112 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 10 Hz
Digital Voice Recorder

Dari gambar 4.111 adalah grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan inverter 10 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat
bahwa pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 100 Hz sampai 1500 Hz. Kemudian pada
gambar 4.112 merupakan grafik fft data bearing rusak outer dan inner inverter 10
Hz menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 400 Hz – 900 Hz, kemudian
terjadi juga pemunculan pada frekuensi 1600 Hz – 1700 Hz, dan juga terjadi
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 7900 Hz sampai 8100 Hz.
Terlihat persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer
dan inner inverter 10 Hz. Acoustic emission sensor lebih terfokus pada
pembacaan peak amplitude frekuensi di bawah 1500 Hz. Sedangkan pada sensor
digital voice recorder juga terbaca antara frekuensi di bawah 1000 Hz namun
masih ada pembacaan samar pada frekuensi 7900 Hz ke atas.

Gambar 4.113 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 20Hz
Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.114 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 20Hz
Digital Voice Recorder

Dari gambar 4.113 adalah grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan inverter 20 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat
bahwa pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 80 Hz sampai 4000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.114 merupakan grafik fft data bearing rusak outer dan inner inverter 20
Hz menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 300 Hz – 900 Hz. Terlihat
persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer dan inner
inverter 20 Hz. Acoustic emission sensor juga melakukan pembacaan peak
amplitude frekuensi di bawah 1000 Hz. Sedangkan pada sensor digital voice
recorder juga terbaca antara frekuensi di bawah 1000 Hz dengan intensitas yang
cukup tinggi.

Gambar 4.115 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 30Hz
Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.116 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 30Hz
Digital Voice Recorder

Dari gambar 4.115 adalah grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan inverter 30 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat
bahwa pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 50 Hz sampai 3600 Hz. Kemudian pada
gambar 4.116 merupakan grafik fft data bearing rusak outer dan inner inverter 30
Hz menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 300 Hz – 900 Hz. Terlihat
persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer dan inner
inverter 30 Hz. Acoustic emission sensor juga melakukan pembacaan peak
amplitude frekuensi di bawah 1000 Hz. Sedangkan pada sensor digital voice
recorder juga terbaca antara frekuensi di bawah 900 Hz dengan intensitas yang
cukup tinggi.

Gambar 4.117 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 40Hz
Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.118 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 40Hz
Digital Voice Recorder

Dari gambar 4.117 adalah grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan inverter 40 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat
bahwa pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 3000 Hz. Kemudian pada
gambar 4.118 merupakan grafik fft data bearing rusak outer dan inner inverter 40
Hz menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan analisa fft yaitu
pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 400 Hz – 900 Hz. Terlihat
persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak outer dan inner
inverter 40 Hz. Acoustic emission sensor juga melakukan pembacaan peak
amplitude frekuensi di bawah 1000 Hz. Sedangkan pada sensor digital voice
recorder juga terbaca antara frekuensi di bawah 900 Hz dengan intensitas yang
cukup tinggi.

Gambar 4.119 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer dan Inner 50Hz
Acoustic Emission Sensor

Gambar 4.120 Grafik FFT data Bearing Rusak Outer & Inner 50Hz
Digital Voice Recorder

Dari gambar 4.119 adalah grafik fft data bearing rusak outer dan inner
dengan inverter 50 Hz menggunakan acoustic emission sensor, dapat terlihat
bahwa pembacaan pemunculan peak amplitude menghasilkan dengan rata-rata
pemunculan rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 2000 Hz, frekuensi antara
3000 Hz sampai 5000 Hz, kemudian juga terbaca frekuensi di atas 7000 Hz
Kemudian pada gambar 4.120 merupakan grafik fft data bearing rusak outer dan
inner inverter 50 Hz menggunakan sensor digital voice recorder, menghasilkan
analisa fft yaitu pemunculan peak amplitude pada frekuensi antara 125 Hz – 900
Hz. Terlihat persamaan antara kedua sensor dalam menganalisa bearing rusak
outer dan inner inverter 50 Hz. Acoustic emission sensor juga melakukan
pembacaan peak amplitude frekuensi di bawah 1000 Hz. Sedangkan pada sensor
digital voice recorder juga terbaca antara frekuensi di bawah 900 Hz dengan
intensitas yang cukup tinggi.

4.3 Analisa Perbandingan Puncak Gelombang (Peak Amplitude) Acoustic


Emission Sensor dengan Digital Voice Recorder

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 10 Hz variasi 1 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 10Hz Variasi 1 Acoustic Emission Sensor


-72
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-74

-76
-77.15
-78

-80

-81.51
-82

-83.45
-84
-84.68
-86

Grafik Data Bearing Normal 10Hz Variasi 1 Digital Voice Recorder


0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-5

-10

-15

-20

-25 -24.11

-30

-35 -35.99
-40
-41.16
-45
Gambar 4.121 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 10 Hz
Variasi 1 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 10 Hz seperti pada gambar 4.121.
Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor terbaca titik puncak yaitu
dominan pada frekuensi 7945 Hz – 8027 Hz dengan intensitas suara rata-rata
-81,56 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca titik
puncak yang dominan antara frekuensi di bawah 1000 Hz, anamun sedikit terjadi
pembacaan puncak pada frekuensi 7958 Hz dengan intensitas suara -35,91 dB.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 10 Hz variasi 2 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 10Hz Variasi 2 Acoustic Emission Sensor

-75
0 2 4 6 8 10 12 14
-76

-77

-78 -77.87

-79

-80

-81

-82
-82.74
-83
-83.55
-84
Grafik Data Bearing Normal 10Hz Var.2 Digital Voice Recorder

-39.7
8010 8012 8014 8016 8018 8020 8022 8024
-39.8

-39.9

-40 -39.99

-40.1 -40.1

-40.2

-40.3

-40.4
-40.46
-40.5

Gambar 4.122 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 10 Hz


Variasi 2 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 10 Hz variasi 2 seperti pada gambar
4.122. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor terbaca titik
puncak yaitu dominan pada frekuensi 7916 Hz – 7970 Hz dan juga pada titik
puncak frekuensi 44014 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81,18 dB.
Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca tiga titik puncak
yang dominan antara frekuensi di bawah 8011 Hz sampai 8023 Hz dengan rata-
rata intensitas suara -40,19 dB. Dapat terlihat bahwa dari kedua sensor memiliki
persamaan yang cukup signifikan.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 10 Hz variasi 3 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.
Grafik Data Bearing Normal 10Hz Variasi 3 Acoustic Emission Sensor

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-10

-20

-30

-40

-50

-60

-70

-80
-84.5
-90

Grafik Data Bearing Normal 10Hz Var.3 Digital Voice Recorder


-38.5
40 60 80 100 120 140 160 180
-39

-39.5
-39.77
-40

-40.5

-41

-41.36
-41.5

-42

Gambar 4.123 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 10 Hz


Variasi 3 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 10 Hz variasi 3 seperti pada gambar
4.122. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca satu
titik puncak yaitu pada frekuensi 3998 dengan intensitas suara rata-rata -84,5 dB.
Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca dua titik puncak
antara frekuensi 49,71 Hz sampai 161,19 Hz dengan rata-rata intensitas suara
-40,56 dB. Dapat terlihat bahwa acoustic emission sensor terbaca pada frekuensi
di atas 3000 Hz sedangkan pada sensor digital voice recorder terbaca pada
frekuensi di bawah 200 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 20 Hz variasi 1 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 1 Acoustic Emission Sensor


-72
0 5 10 15 20 25 30
-74

-76 -76.09

-78

-80 -80.16

-82
-82.73
-84 -83.81

-86

Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 1 Digital Voice Recorder


0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-5

-10

-15

-20

-25
-27.86
-30
-32.29
-35
-38.24
-40 -40.11 -40.41

-45
Gambar 4.124 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 20 Hz
Variasi 1 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 20 Hz variasi 1 seperti pada gambar
4.124. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 7666 Hz sampai 8085 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -80.08 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca dua titik puncak antara frekuensi 161 Hz, 807 Hz, dan juga pada frekuensi
7960 Hz dengan rata-rata intensitas suara -35,78 dB. Dapat terlihat bahwa
acoustic emission sensor terfokus pada pembacaan frekuensi di atas 7500 Hz –
8100 Hz sedangkan pada sensor digital voice recorder terbaca beberapa titik yaitu
pada frekuensi di bawah 900 Hz dan juga frekuensi antara 7900 Hz sampai 8000
Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 20 Hz variasi 2 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 2 acoustic emission sensor

-72
0 5 10 15 20 25 30
-74

-76

-78
-78.65
-80
-81.15
-82

-83.51
-84

-86
Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 2 Digital Voice Recorder

-
-
-
-
-43.83
-
-44
-44.07
-
-
- -44.3
-
-44.44
-

Gambar 4.125 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 20 Hz


Variasi 2 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 20 Hz variasi 2 seperti pada gambar
4.125. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 7580 Hz sampai 8051 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -81,39 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca titik puncak antara frekuensi 8028 Hz sampai 8046 Hz dengan rata-rata
intensitas suara -44,16 dB. Dapat terlihat bahwa acoustic emission sensor terfokus
pada pembacaan frekuensi di atas 7500 Hz – 8100 Hz sedangkan pada sensor
digital voice recorder juga terbaca beberapa titik yaitu pada frekuensi di 8000 Hz.
Terjadi persamaan antara pembacaan peak amplitude kedua sensor.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 20 Hz variasi 3 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 3 acoustic emission sensor
-78
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-79

-80
-80.3

-81
-81.16

-82
-82.15

-83
-83.42

-84

Grafik Data Bearing Normal 20Hz Variasi 2 Digital Voice Recorder


-41.5
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-42

-42.5
-42.74
-43
-43.12
-43.3
-43.5 -43.48

-44

-44.5 -44.42

-44.87
-45

-45.5

Gambar 4.126 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 20 Hz


Variasi 3 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 20 Hz variasi 3 seperti pada gambar
4.126. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 7869 Hz sampai 8029 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -81,75 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca titik puncak antara frekuensi 49,65 Hz dan juga frekuensi 7776 Hz sampai
8037 Hz dengan rata-rata intensitas suara -43,65 dB. Dapat terlihat bahwa
acoustic emission sensor terfokus pada pembacaan frekuensi di atas 7500 Hz –
8100 Hz sedangkan pada sensor digital voice recorder juga terbaca beberapa titik
yaitu pada frekuensi di 7700 Hz sampai 8100 Hz. Terjadi persamaan antara
pembacaan peak amplitude kedua sensor.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 30 Hz variasi 1 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 1 acoustic emission sensor

-
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
-80
-
-81
-81.2 -81.3
-
-82 -82.11
-
-82.87 -82.78
-83 -83.03 -83.05
-
-84 -83.9

-
Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 1 Digital Voice Recorder
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
-5

-10

-15

-20

-25

-30 -30.82
-35 -34.95
-37.74 -38.43
-40

-45

Gambar 4.127 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 30 Hz


Variasi 1 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 30 Hz variasi 1 seperti pada gambar
4.127. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 121 Hz sampai 211 Hz, frekuensi 2191 Hz sampai
2412 Hz, dan juga frekuensi 3713 Hz sampai 3912 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -82,57 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca titik puncak antara frekuensi 101 Hz sampai 808 Hz dengan rata-rata
intensitas suara -36,02 dB. Dapat terlihat bahwa acoustic emission sensor terjadi
penyeberan pembacaan peak apmlitude pada frekuensi di atas 100 Hz – 200 Hz,
frekuensi 2100 Hz sampai 2450 Hz, dan juga frekuensi 3700 Hz sampai 4000 Hz.
sedangkan pada sensor digital voice recorder juga terbaca beberapa titik yaitu
pada frekuensi di 101 Hz sampai 808 Hz.
Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang
data bearing normal setting inverter 30 Hz variasi 2 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 2 acoustic emission sensor


0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-10

-20

-30

-40

-50

-60

-70 -69.35

-80 -77.92 -78.82


-81.01 -81.46
-90

Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 2 digital voice recorder

0
50 60 70 80 90 100 110 120 130
-5

-10

-15

-20

-25

-30

-35

-40 -38.93

-45

Gambar 4.128 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 30 Hz


Variasi 2 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder
Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 30 Hz variasi 2 seperti pada gambar
4.128. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 25 Hz sampai 60 Hz, frekuensi 2900 Hz sampai 4500
Hz, dan juga frekuensi 7700 Hz sampai 7900 Hz dengan intensitas suara rata-rata
-78,36 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca titik
puncak pada frekuensi 60,4 Hz dengan rata-rata intensitas suara -38,93 dB. Dapat
terlihat bahwa acoustic emission sensor terjadi penumpukan pembacaan peak
amplitude pada rentang frekuensi antara 2900 Hz sampai 4500 Hz. Sedangkan
pada digital voice recorder hanya terbaca satu titik puncak.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 30 Hz variasi 3 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 3 acoustic emission sensor


-83.36
0 1 2 3 4 5 6 7 8

-83.38

-83.4 -83.4

-83.42

-83.44

-83.46
-83.47
-83.48
Grafik Data Bearing Normal 30Hz Variasi 3 Digital Voice Recorder
0
400 500 600 700 800 900 1000 1100
-5

-10

-15

-20

-25

-30

-35

-40
-41.32
-45

Gambar 4.129 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 30 Hz


Variasi 3 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 30 Hz variasi 3 seperti pada gambar
4.129. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor hanya terbaca titik
puncak yaitu pada frekuensi 7919 Hz sampai 7940 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -83,43 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca titik puncak pada frekuensi 513 Hz dengan rata-rata intensitas suara
-41,32 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi perbedaan pembacaan peak amplitude
antara acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 40 Hz variasi 1 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.
Grafik Data Bearing Normal 40Hz Variasi 1 Acoustice Emission Sensor
-66
0 20 40 60 80 100 120
-68

-70

-72 -72.38
-74

-76

-78 -78.05

-80
-81.76 -81.49
-81.73
-82

-84

-86

Grafik Data Bearing Normal 40Hz Variasi 1 Digital Voice Recorder


0
0 200 400 600 800 1000 1200
-5

-10

-15

-20

-25

-30 -30.47

-35

-40 -39.03
-41.37
-45

Gambar 4.130 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 40 Hz


Variasi 1 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan
Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 40 Hz variasi 1 seperti pada gambar
4.130. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor dominan
pembacaan titik puncak yaitu pada frekuensi 1500 Hz sampai 4008 Hz dengan
intensitas suara rata-rata -80,79 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital
voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 1000 Hz ke bawah dengan rata-
rata intensitas suara -37,22 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi perbedaan pembacaan
peak amplitude antara acoustic emission sensor dengan sensor digital voice
recorder.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 40 Hz variasi 2 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 40Hz Variasi 2


0
0 20 40 60 80 100 120
-10

-20

-30

-40

-50

-60

-70 -67.87
-75.47
-80 -78.49
-82.53 -83.93-82.58
-90

Bearing Normal 40Hz Var.2


-32
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-33

-34

-35
-35.56
-36

-37

-38 -37.86

-39

-40

-41 -41.01

-42
Gambar 4.131 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 40 Hz
Variasi 2 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 40 Hz variasi 2 seperti pada gambar
4.131. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor dominan
pembacaan titik puncak yaitu pada frekuensi 82,58 Hz kemudian frekuensi 3109
Hz sampai 4368 Hz, 7552 Hz sampai 8000 Hz dengan intensitas suara rata-rata
-79,01 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca titik
puncak pada frekuensi 80,7 Hz, 942,7 Hz dengan rata-rata intensitas suara -38,14
dB. Dapat terlihat bahwa terjadi perbedaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi penumpukan rentang frekuensi 3100 Hz sampai 4500 Hz
dan juga pada rentang frekuensi 7500 Hz sampai dengan 8100 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 40 Hz variasi 3 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.

Grafik Data Bearing Normal 40Hz Variasi 3


-79
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-79.5

-80

-80.5 -80.53
-81

-81.5

-82 -82.04
-82.5

-83

-83.5 -83.56
-84
Bearing Normal 40Hz Var.3
-32
0 200 400 600 800 1000 1200

-34

-36 -35.76

-38 -38.09 -38.38


-39.44 -39.4
-40

-41.21
-41.62 -41.56
-42

-44

Gambar 4.132 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 40 Hz


Variasi 3 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 40 Hz variasi 3 seperti pada gambar
4.132. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor dominan
pembacaan titik puncak yaitu pada frekuensi 645.2 Hz kemudian frekuensi 648
Hz dengan intensitas suara rata-rata -82,04 dB. Sedangkan pada data grafik sensor
digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 60.12 Hz, 420 Hz
sampai 460 Hz, kemudian 681 Hz sampai 1003 Hz dengan rata-rata intensitas
suara -39,43 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak
amplitude antara acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder.
Pada acoustic emission sensor terjadi penumpukan rentang frekuensi 600 Hz
sampai 650 Hz sedangkan pada digital voice recorder pada frekuensi di bawah
1000 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 50 Hz variasi 1 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.
Grafik Data Bearing Normal 50Hz Variasi 1

-66
0 20 40 60 80 100 120 140
-68
-70
-72
-74 -73.77

-76
-76.57
-78
-80
-82 -82.28
-82.61
-84 -84.21
-86

Bearing Normal 50Hz Var.1


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-5

-10

-15

-20

-25
-28
-30

-35 -35.68
-37.25
-40
-41.26
-45

Gambar 4.133 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 50 Hz


Variasi 1 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 50 Hz variasi 1 seperti pada gambar
4.133. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 645.2 Hz sampai 794 Hz kemudian frekuensi 2000
Hz sampai 4500 Hz dengan intensitas suara rata-rata -80.61 dB. Sedangkan pada
data grafik sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 75.14
Hz sampai 600 Hz, kemudian 800 Hz sampai 1255 Hz dengan rata-rata intensitas
suara –37.83 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak
amplitude antara acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder.
Pada acoustic emission sensor terjadi penumpukan rentang frekuensi 600 Hz
sampai 800 Hz. Namun data emission acoustic sensor lebih dominan pada
pembacaan peak amplitude di atas 2000 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 50 Hz variasi 2 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Normal 50Hz Variasi 2


0
0 10 20 30 40 50 60 70
-10

-20

-30

-40

-50

-60
-63.74
-70

-80
-83.93 -83.98
-90
Bearing Normal 50Hz Var.2
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-5

-10

-15

-20

-25
-28.29
-30

-35

-40 -40.35
-41.66
-45

Gambar 4.134 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 50 Hz


Variasi 2 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 50 Hz variasi 2 seperti pada gambar
4.134. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 955 Hz kemudian terjadi penumpukan peak
amplitude pada frekuensi 2000 Hz sampai 4000 Hz dengan intensitas suara rata-
rata -83.98 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca
penumpukkan titik puncak pada frekuensi di bawah 173 Hz, kemudian 800 Hz
sampai 1200 Hz dengan rata-rata intensitas suara –39.13 dB. Dapat terlihat bahwa
terjadi perbedaan pembacaan peak amplitude antara acoustic emission sensor
dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic emission sensor terjadi
penumpukan rentang frekuensi 2000 Hz sampai 4000 Hz. Namun data digital
voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di bawah 200 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing normal setting inverter 50 Hz variasi 3 antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Normal 50Hz Variasi 3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-10

-20

-30

-40

-50

-60

-70

-80 -81.25

-90

Bearing Normal 50Hz Var.3


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-5

-10

-15

-20
-23.18
-25

-30 -30.69
-35
-38.05
-40 -39.98 -40.3
-41.1
-45

Gambar 4.135 perbandingan Grafik Data Bearing Normal 50 Hz


Variasi 3 Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing normal inverter 50 Hz variasi 3 seperti pada gambar
4.135. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 619.4 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.25 dB.
Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada
frekuensi di bawah 50.1 Hz sampai 502 Hz, fekuensi 676 Hz sampai 1178 Hz
dengan rata-rata intensitas suara –40.3 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi perbedaan
pembacaan peak amplitude antara acoustic emission sensor dengan sensor digital
voice recorder. Pada acoustic emission sensor terjadi pembacaan rentang
frekuensi 600 Hz. Namun data emission acoustic sensor lebih dominan pada
pembacaan peak amplitude di bawah 200 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer setting inverter 10 Hz antara acoustic emission sensor
dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Broken Outer 10Hz


-72
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-74

-76 -76.32

-78

-80 -80.24
-81.56
-82

-84
-84.82
-86
Broken Outer 10Hz
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-5

-10

-15

-20

-25 -24.77

-30
-33.89
-35

-40 -39.27
-40.8
-45

Gambar 4.136 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer 10 Hz


Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital Voice
Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 10 Hz seperti pada gambar
4.136. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 1478.2 Hz sampai 2077 Hz dengan intensitas suara
rata-rata -82.05 dB. Sedangkan pada data grafik sensor digital voice recorder
terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz sampai 805.9 Hz, fekuensi 2417 Hz
dengan rata-rata intensitas suara –35.8 dB. Dapat terlihat bahwa terjadi perbedaan
pembacaan peak amplitude antara acoustic emission sensor dengan sensor digital
voice recorder. Pada acoustic emission sensor terjadi pembacaan rentang
frekuensi 1500 Hz sampai dengan 2100 Hz. Namun data digital voice recorder
lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di bawah 900 Hz.

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer setting inverter 20 Hz antara acoustic emission sensor
dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Broken Outer 20Hz
-68
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-70

-72

-74 -74.25

-76

-78
-78.52
-79.35
-80
-81.17
-82
-82.53
-84

-86

Broken Outer 20Hz


0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-5

-10

-15

-20

-25
-27.59
-30

-35
-38.89
-40 -40.21
-40.28

-45

Gambar 4.137 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer 20 Hz


Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer setting inverter 30 Hz antara acoustic emission sensor
dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Broken Outer 30Hz


-65
0 20 40 60 80 100 120 140 160

-70
-71.85

-75
-76.81

-80
-81.79

-85

-90
Broken Outer 30Hz
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-5

-10

-15

-20

-25

-30
-31.66
-35

-40 -40.44

-45

Gambar 4.138 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer 30 Hz


Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer setting inverter 40 Hz antara acoustic emission sensor
dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Broken Outer 40Hz
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
-10

-20

-30

-40

-50

-60

-70 -68.93
-73.26
-80
-83.23
-90

Broken Outer 40Hz


0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
-5

-10

-15

-20

-25

-30 -30.81
-35

-40
-41.31
-45

Gambar 4.139 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer 40 Hz


Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer setting inverter 50 Hz antara acoustic emission sensor
dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Broken Outer 50Hz


0
0 50 100 150 200 250 300
-10

-20

-30

-40

-50

-60
-63.99
-66.72
-70

-80 -78.25

-90
Broken Outer 50Hz
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-5

-10

-15

-20

-25

-30
-31.44
-35

-40 -40.58 -40.49

-45

Gambar 4.140 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer 50 Hz


Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer dan inner setting inverter 10 Hz antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Broken Outer & Inner 10Hz
-72
0 10 20 30 40 50 60
-74

-76
-77.34
-78

-80

-82
-82.61

-84
-84.57

-86

Broken Outer & Inner 10Hz


0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
-5

-10

-15

-20

-25

-30 -30.69
-35

-40 -40.95
-45

Gambar 4.141 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer dan


Inner 10 Hz Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer dan inner setting inverter 20 Hz antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Broken Outer & Inner 20Hz

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
-10

-20

-30

-40

-50

-60 -61.54
-70

-80
-84.03
-90
Broken Outer & Inner 20Hz
0
200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-5

-10

-15

-20

-25

-30

-35 -35.35

-40 -40.21

-45

Gambar 4.142 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer dan


Inner 20 Hz Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer dan inner setting inverter 30 Hz antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder
Grafik Data Bearing Broken Outer & Inner 30Hz
0
0 100 200 300 400 500 600
-10

-20

-30

-40
-46.11
-50

-60

-70

-80
-82.98
-90

Broken Outer & Inner 30Hz


0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-5

-10

-15

-20

-25

-30
-33.42
-35

-40 -40.2

-45

Gambar 4.143 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer dan


Inner 30 Hz Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer dan inner setting inverter 40 Hz antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder

Grafik Data Bearing Broken Outer & Inner 40Hz


0
0 100 200 300 400 500 600 700
-10

-20

-30

-40
-42.5
-50

-60

-70

-80
-83.24
-90
Broken Outer & Inner 40Hz
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-5

-10

-15

-20

-25

-30
-32.8
-35

-40 -39.34
-41.23
-45

Gambar 4.144 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer dan


Inner 40 Hz Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz

Di bawah ini merupakan analisa perbandingan grafik puncak gelombang


data bearing rusak outer dan inner setting inverter 50 Hz antara acoustic emission
sensor dengan digital voice recorder.
Grafik Data Bearing Broken Outer & Inner 50Hz
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-10

-20

-30
-36.83
-40

-50

-60

-70

-80
-83.52
-90

Broken Outer & Inner 50Hz


0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
-5

-10

-15

-20

-25

-30 -30.87
-35

-40
-41.84
-45

Gambar 4.145 perbandingan Grafik Data Bearing Rusak Outer dan


Inner 50 Hz Puncak Gelombang antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder

Dari lima kali percobaan yang dilakukan didapat hasil pembacaan peak
amplitude untuk data bearing rusak outer inverter 20 Hz seperti pada gambar
4.137. Pada data grafik menggunakan acoustic emission sensor pembacaan titik
puncak yaitu pada frekuensi 227 Hz sampai 924 Hz, frekuensi 1329 Hz sampai
2333 Hz dengan intensitas suara rata-rata -81.42 dB. Sedangkan pada data grafik
sensor digital voice recorder terbaca titik puncak pada frekuensi 161.21 Hz
sampai 805.9 Hz, fekuensi 7989 Hz dengan rata-rata intensitas suara –36.7 dB.
Dapat terlihat bahwa terjadi persamaan pembacaan peak amplitude antara
acoustic emission sensor dengan sensor digital voice recorder. Pada acoustic
emission sensor terjadi pembacaan rentang frekuensi di bawah 900 Hz Namun
data digital voice recorder lebih dominan pada pembacaan peak amplitude di
bawah 800 Hz.

4.4 Hasil Analisa Perbandingan antara Acoustic Emission Sensor dengan


Digital Voice Recorder Berdasarkan Nilai Intensitas Suara (dB) dan
Frekuensi (Hz)

di bawah ini merupakan hasil analisa perbandingan antara acoustic


emission sensor dengan digital voice recorder berdasarkan rataan frekuensi (Hz)
dan intensitas suara (dB) pada data bearing normal, bearing rusak outer, dan juga
bearing rusak outer dan inner yang sudah dijabarkan di atas. Berikut adalah
tampilan hasil grafik perbandingan nya.

4.4.1 Analisa Perbandingan Berdasarkan Intensitas Suara (dB)

Tabel 4.1 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Normal 1-3
Variasi Acoustic Emission Sensor
Tabel 4.2 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Rusak Outer
Acoustic Emission Sensor

Tabel 4.3 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Rusak Outer
dan Inner Acoustic Emission Sensor

-74
1 2 3 4 5 Bearing
-75 Normal
Polynomial
(Bearing
-76 Normal)
Bearing
-77 f(x) = 0.01 x² + 1.32 x − 83.59
Rusak
Outer
f(x) = − 0.47 x² + 3.89 x − 85.35 Polynomial
-78 (Bearing
Rusak
-79 Outer)
Bearing
Rusak
-80 Outer &
Inner
-81 f(x) = − 0.1 x² + 1.03 x − 83.18 Polynomial
(Bearing
Rusak
-82 Outer &
Inner)
-83

Gambar 4.146 Grafik PerbandinganRataan Intensitas Suara (dB)


antara Bearing Normal, Bearing Rusak Outer, dan Bearing Rusak
Outer & Inner pada Acoustic Emission Sensor
Tabel 4.4 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Normal 1-3
Variasi Digital Voice Recorder

Tabel 4.5 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Rusak Outer
Digital Voice Recorder

Tabel 4.6 Rataan Nilai Intensitas Suara (dB) pada Bearing Rusak Outer
dan Inner Digital Voice Recorder
-33
1 2 3 4 5
-34 Bearing
Normal
-35 Polynomial
(Bearing
-36 f(x) = 0.3 x² − 2.47 x − 33.59 Normal)
Bearing Rusak
-37 Outer
f(x) = 0.25 x² − 1.01 x − 38.73 Polynomial
-38 (Bearing
Rusak Outer)
-39 f(x) = − 0.2 x² + 1.4 x − 41.04
Bearing Rusak
Outer dan
-40 Inner
Polynomial
-41 (Bearing
Rusak Outer
dan Inner)
-42

Gambar 4.147 Grafik Perbandingan antara Bearing Normal, Bearing


Rusak Outer, dan Bearing Rusak Outer & Inner pada Digital Voice
Recorder

0
1 2 3 4 5
-10

-20
Bearing Normal AE
-30 Sensor
Polynomial (Bearing
-40 f(x) = 0.25 x² − 1.01 x − 38.73 Normal AE Sensor)
Bearing Normal Voice
-50 Recorder
Polynomial (Bearing
Normal Voice
-60 Recorder)

-70

-80
f(x) = − 0.1 x² + 1.03 x − 83.18
-90

Gambar 4.148 Grafik Perbandingan Intensitas Suara (dB) Data


Bearing Normal antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital Voice
Recorder
0
1 2 3 4 5
-10

-20 Bearing Rusak


Outer AE Sensor
-30 Polynomial
(Bearing Rusak
f(x) = 0.3 x² − 2.47 x − 33.59 Outer AE Sensor)
-40
Bearing Rusak
Outer Voice
-50 Recorder
Polynomial
-60 (Bearing Rusak
Outer Voice
Recorder)
-70

-80 f(x) = 0.01 x² + 1.32 x − 83.59

-90

Gambar 4.149 Grafik Perbandingan Intensitas Suara (dB) Data


Bearing Rusak Outer antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital
Voice Recorder

0
1 2 3 4 5
-10
Bearing Rusak
Outer & Inner
-20 AE sensor
Polynomial
-30 (Bearing Rusak
Outer & Inner
AE sensor)
-40 f(x) = − 0.2 x² + 1.4 x − 41.04 Bearing Rusak
Outer dan
-50 Inner Voice
Recorder
Polynomial
-60 (Bearing Rusak
Outer dan
-70 Inner Voice
Recorder)

-80 f(x) = − 0.47 x² + 3.89 x − 85.35

-90

Gambar 4.150 Grafik Perbandingan Intensitas Suara (dB) Data


Bearing Rusak Outer dan Inner antara Acoustic Emission Sensor
dengan Digital Voice Recorder
4.4.1 Analisa Perbandingan Berdasarkan Frekuensi (Hz)

Tabel 4.7 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Normal 1-3
Variasi Acoustic Emission Sensor

Tabel 4.8 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Rusak Outer
Acoustic Emission Sensor

Tabel 4.9 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Rusak Outer dan
Inner Acoustic Emission Sensor
14000

12000 f(x) = 228.62 x² + 1580.3 x − 1206


Bearing
Normal
Polynomial
10000 (Bearing
Normal )
8000 Bearing Rusak
Outer
f(x) = − 131.8 x² − 511.32 x + 7766.34
6000 Polynomial
(Bearing Rusak
Outer)
4000
Bearing Rusak
Outer & Inner
2000 f(x) = 68.5 x² − 297.67 x + 1967.34 Polynomial
(Bearing Rusak
0 Outer & Inner)
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz

Gambar 4.151 Grafik Perbandingan Rataan Frekuensi (Hz) antara


Bearing Normal, Bearing Rusak Outer, dan Bearing Rusak Outer &
Inner pada Acoustic Emission Sensor

Tabel 4.10 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Normal 1-3
Variasi Digital Voice Recorder

Tabel 4.11 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Rusak Outer
Digital Voice Recorder
Tabel 4.12 Rataan Nilai Frekuensi (Hz) pada Bearing Rusak Outer dan
Inner Digital Voice Recorder

7000

6000
Bearing
Normal
5000 Polynomial
(Bearing
f(x) = 65.39 x² − 1585.11 x + 6266.54 Normal)
4000 f(x) = 179.4 x² − 2066.4 x + 6133.73 Bearing Rusak
Outer
Polynomial
3000 (Bearing
Rusak Outer)
2000 Bearing Rusak
Outer & Inner
Polynomial
1000 f(x) = 82.27 x² − 606.35 x + 1780.62 (Bearing
Rusak Outer
& Inner)
0
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz

Gambar 4.152 Grafik Perbandingan Rataan Frekuensi (Hz) antara


Bearing Normal, Bearing Rusak Outer, dan Bearing Rusak Outer &
Inner pada Digital Voice recorder
9000

8000

7000
f(x) = − 131.8 x² − 511.32 x + 7766.34
Bearing
6000 Normal AE
sensor
Polynomial
5000 (Bearing
f(x) = 65.39 x² − 1585.11 x + 6266.54 Normal AE
4000 sensor)
Bearing
3000 Normal Voice
Recorder
Polynomial
2000 (Bearing
Normal Voice
1000 Recorder)

0
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz

Gambar 4.153 Grafik Perbandingan Frekuensi (Hz) Data Bearing


Normal antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital Voice
Recorder

4500

4000 f(x) = 179.4 x² − 2066.4 x + 6133.73

3500 Bearing Rusak


Outer AE Sensor
Polynomial
3000 (Bearing Rusak
Outer AE
2500 Sensor)
Bearing Rusak
Outer Voice
2000 f(x) = 68.5 x² − 297.67 x + 1967.34 Recorder
Polynomial
1500 (Bearing Rusak
Outer Voice
Recorder)
1000

500

0
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz

Gambar 4.154 Grafik Perbandingan Frekuensi (Hz) Data Bearing


Normal antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital Voice
Recorder
4500

4000 f(x) = 179.4 x² − 2066.4 x + 6133.73

3500 Bearing Rusak


Outer & Inner AE
Sensor
3000 Polynomial
(Bearing Rusak
2500 Outer & Inner AE
Sensor)
Bearing Rusak
2000 f(x) = 68.5 x² − 297.67 x + 1967.34 Outer & Inner Voice
Recorder
1500 Polynomial
(Bearing Rusak
Outer & Inner Voice
1000 Recorder)

500

0
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz

Gambar 4.155 Grafik Perbandingan Frekuensi (Hz) Data Bearing


Normal antara Acoustic Emission Sensor dengan Digital Voice
Recorder

Anda mungkin juga menyukai