PENDAHULUAN
sehingga penggunaan oksigen pada sel tidak adekuat. Kondisi syok menjadi
sejak awal. Tipe syok meliputi syok hipovolemik, kardiogenik, obstruktif dan
distributif.1, 2
gejala syok. Pengenalan ini akan mengantarkan pada penatalaksanaan yang tepat
tajam resistensi vaskuler sistemik, baik akibat inflamasi sistemik pada sepsis,
1
hilangnya tonus vaskuler pada trauma neurogenik maupun histamin release pada
1.3 Tujuan
pada syok.
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syok
2.1.1 Definisi dan Etiologi Syok
Syok merupakan keadaan hipoksia seluler dan jaringan yang disebabkan
Pada keadaan awal, syok akan bersifat reversibel, tetapi harus diberikan
penting untuk penanganan yang tepat pada waktunya dan meningkatkan hasil. 6
Pada pasien dewasa, tekanan darah sistolik (TDS) <90mmHg, tekanan rata-rata
>40mmHg dari garis batas tekanan darah pasien menunjukan hipotensi yang
signifikan.7 Bukti hipotensi dan hipoperfusi antara lain yaitu perubahan status
penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Secara umum
3
plasma intravaskuler, masalah pompa jantung, masalah pada pembuluh baik arteri,
vena, arteriole, venule atupun kapiler, serta sumbatan potensi aliran baik pada
intravaskuler apakah akibat perdarahan atau dehidrasi akibat sebab lain maka
darah yang balik ke jantung (venous return) juga berkurang dengan hebat,
sehingga curah jantungpun menurun. Pada akhirnya ambilan oksigen di paru juga
menurun dan asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi) juga tidak dapat
dipenuhi. Begitu juga halnya bila terjadi gangguan primer di jantung, bila otot-
sehingga tidak dapat memompa darah dengan baik dan curah jantungpun
menurun. Pada kondisi ini meskipun volume sirkulasi cukup tetapi tidak ada
tekanan yang optimal untuk memompakan darah yang dapat memenuhi kebutuhan
Hipovolemik 1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)
3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare, muntah, obstruksi
usus dan lain-lain
4
Kardiogenik 1. Aritmia
Bradikardi / takikardi
Anafilaksis 1. Antibiotic
Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol, polimixin, ampoterisin
B
2. Biologis
Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan gamma
globulin
3. Makanan
Telur, susu, dan udang/kepiting
4. Lain-lain
Gigitan binatang, anestesi lokal
5
Derajat syok menurut Tambunan Karmel, dkk, antara lain: 2
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non-vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun seperti hati, usus,
ginjal, dan lainnya. Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria dan asidosis metabolic bisa terjadi
3. Syok Berat
terjadi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi
vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat,
ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung (EKG abnormal dan curah
jantung menurun).
1. Stadium Kompensasi
6
Pada stadium ini fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme
dalam sirkulasi. Gejala klinis pada syok dengan stadium kompensasi ini adalah
2. Stadium Dekompensasi
yang dapat berdampak pada kerusakan sel. Pada stadium dekompensasi ini aliran
darah lambat, rantai kinin serta sistem koagulasi rusak, akan diperburuk dengan
7
preload yang berdampak pada penurunan CO. Gejala pada stadium dekompensasi
ini antara lain takikardi, tekanan darah sangat rendah, perfusi perifer buruk,
3. Stadium Irreversible
penanganan tepat dan berkelanjutan. Pada stadium ini akan terjadi kerusakan dan
kematian sel yang dapat berdampak pada terjadinya MOF. Pada stadium ini,
(ATP) di dalam sel. Gejala klinis stadium ini meliputi nadi tak teraba, tekanan
darah tak terukur, anuria, dan tanda-tanda kegagalan organ (MODS – multiple
organ dysfunctions).
- Elektrolit (± air), seperti pada gastroentritis, ileus, dehidrasi dan diare hebat
Kondisi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh atau dehidrasi berat, dapat
8
Gejala Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% BB 6-8% BB 10% BB
(30 ml/kg BB) (60 ml/kg BB) (100 ml/kg BB)
Turgor Baik Turun Jelek
Lidah Normal Lunak Kecil keriput
Mata Normal Cowong Sangat cowong
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Rasa haus + ++ +++
Tensi Dbn Sistole Tidak terukur
< 90 mmHg
Nadi Dbn > 100 kali, kecil dan > 120 kali, sangat
lemah kecil, tidak teraba
Urin Dbn Oliguri Anuri
oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ
tubuh atau fraktur yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
(tabel 2.3).10
pressure) menurun.11
Gejala klinis syok hipovolemik baru jelas terlihat bila kekurangan volume
sirkulasi lebih dari 15% karena pada tahap awal perdarahan kurang mekanisme
kompensasi sistem kardiovaskuler dan saraf otonom masih dapat menjaga fungsi
9
- Penurunan volume cairan intra vaskuler
- Hipotensi arterial
Tanda dan
Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
Pemeriksaan Klinis
Kehilangan Darah
< 15% 15-30% 30-40% >40%
(%)
Sedikit Sangat Cemas/
Kesadaran Cemas Letargi
cemas Bingung
Frekuensi Jantung >100-120x/ >120-140x/
<100x/menit >140x/menit
atau Nadi menit menit
Frekuensi Nafas 14-20x/menit 20-30x/menit 30-40x/menit >35x/menit
Refiling Kapiler Lambat Lambat Lambat Lambat
Tekanan Darah
Normal Normal Turun Turun
Sistolik
Tekanan nadi Normal Turun Turun Turun
20-
Produksi Urin >30ml/Jam 5-15ml/Jam Sangat sedikit
30ml/Jam
dengan target utama mengembalikan tekanan darah, nadi, dan perfusi organ secara
optimal. Bila kondisi hipovolemia telah teratasi dengan baik, selanjutnya pasien
1. Resusitasi dini, dengan menjaga patensi jalan napas (airway) dan pernapasan
10
kaki lebih tinggi. Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi untuk
4. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam berikutnya
5. Kondisi hipovolemia telah teratasi/ hidrasi, apabila produksi urin: 0,5 – 1 mL/
kgBB/jam.
jantung sistemik pada kedaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat
pompa untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat. Disfungsi ini dapat
terjadi pada saat sistolik atau diastolik atau dapat terjadi akibat obstruksi pada
-
Sekunder terhadap disfungsi jantung
-
Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak < 2,2 L/menit
11
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok
kardiogenik tersebut. Pasien dengan infark miokard akut datang dengan keluhan
tipikal nyeri dada akut, dan mungkin sudah memiliki riwayat penyakit jantung
sebelumnya. Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard
akut, biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai minggu setelah onset infark
tersebut. Umumnya pasien mengeluh nyeri dada dan biasanya terjadi gejala tiba-
tiba yang menunjukan edema paru akut bahkan henti jantung. Pasien dengan
irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien merasakan letargi akibat
menurun sampai kurang 90 mmHg, bahkan bisa turun hingga kurang 80 mmHg
pada pasien yang tidak mendapat pengobatan adekuat. Denyut jantung biasanya
ronki. Pasien dengan infark ventrikel kanan atau pasien dengan keadaan
paru.13
sering kali meningkat distensinya. Letak impuls apikal dapat bergeser pada pasien
kardiomiopati dilatas, dan intensitas bunyi jantung akan jauh menurun pada efusi
perikardial atau tamponade. Irama gallop dapat timbul yang menunjukan adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna. Sedangkan regurgitasi mitral atau septal
12
defek ventrikel, bunyi bising atau murmur yang timbul sangat membantu untuk
beberapa tanda antara lain: pembesaran hati, pulsasi di liver akibat regurgitasi
trikuspid atau terjadinya asites akibat gagal jantung kanan yang sulit diatasi.
Pulsasi di perifer akan menurun intensitasnya dan edema perifer dapat timbul pada
gagal jantung kanan. Sianosis dan ekstremitas yang teraba dingin, menunjukan
menunjukan etiologi dari syok kardiogenik. Misalnya pada infark miokard akut
akan terlihat dari gambaran tersebut. Demikian pula lokasi infark terjadi pada
ventrikel kanan makan akan terlihat proses di sadapan jantung sebelah kanan
(elevasi ST di sadapan V4). Begitu pula bila gangguan irama jantung, maka akan
kongesti paru atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi
komplikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokard
akut, akan tampak gambaran kongesti paru yang disertai kardiomegali, terutama
pada onset infark yang pertama kali. Gambaran kongesti paru menunjukan kecil
hipovolemia.4,6
13
Terapi syok kardiogenik bertujuan untuk memperbaiki fungsi miokardium
1. Resusitasi dini, dengan menjaga patensi jalan napas (airway) dan pernapasan
yang adekuat (breathing). Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi
4. Pada keadaan tekanan darah sangat rendah harus diberi obat yang berefek
hemodinamik yang terjadi pada syok obstruktif adalah CO↓, BP↓, dan SVR↑.11
Keluhan yang dirasakan dapat berupa mual dan mungkin muntah, rasa
haus, badan lemah, kepala terasa pusing. Adapun gambaran klinis dari syok
obstruktif, yaitu pernapasan cepat dan dangkal, nadi cepat dan lemah, akral pucat,
dingin dan lembab, sianosis (bibir, kuku, lidah dan cuping hidung), pandangan
14
1. Resusitasi dini, dengan menjaga patensi jalan napas (airway) dan pernapasan
yang adekuat (breathing). Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi
vaskuler.
aliran darah karena vasodilatasi perifer, sehingga volume darah yang bersirkulasi
menyebabkan hipovolemia.11
Beberapa syok yang termasuk dalam golongan syok distributif ini antara lain:
1. Syok Anafilaktik
sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan
ikan kacang-kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan
15
intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan lain-
lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga
tipe dari reaksi anafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa menit sampai
1 jam setelah terpapar dengan alergen; reaksi moderat terjadi antara 1 sampai 24
jam setelah terpapar dengan alergen; serta reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam
palpitasi, dyspnea, dan syok. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru
anafilaksis juga dibagi dalam derajat ringan, sedang, dan berat. Derajat ringan
sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak di mulut dan
pruritus, bersin-bersin, dan mata berair. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam
bronkospasme dan edema jalan nafas atau laring dengan dispnea, batuk dan
mengi. Wajah kemerahan, hangat, ansietas, dan gatal-gatal juga sering terjadi.
Awitan gejala-gejala sama dengan reaksi ringan. Derajat berat mempunyai awitan
yang sangat mendadak dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama seperti
yang telah disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospame,
edema laring, dispnea berat, dan sianosis. Bisa diiringi gejala disfagia, keram pada
16
abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang. Henti jantung dan koma jarang
terjadi. Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau
Circulation problem
17
- Tanda syok, pucat, berkeringat.
- Peningkatan frekuensi nadi (takikardi)
- Tekanan darah rendah (hipotensi), merasa ingin jatuh (dizziness),
kolaps.
- Penurunan tingkat kesadaran atau kehilangan kesadaran
- Anafilaksi dapat menyebabkan iskemik myokardial dan ECG berubah
walaupun individu dengan normal arteri kononer.
- Cardiac arrest
3. Perubahan Kulit dan/atau Mukosa
Sering muncul gambaran pertama dan muncul lebih dari 80% dari reaksi
anafilaksis.
- Dapat berlangsung halus atau secara dramatis.
- Mungkin hanya perubahan kulit, hanya perubahan mukosa, atau
keduanya
- Mungkin eritema setengahnya atau secara general, rash merah.
- Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna
pucar, merah muda, atau merah dan mungkin menunjukan seperti
sengatan.
- Angioedema mungkin seperti urtikaria tetapi termasuk pada jaringan
lebih dalam sering pada kelopak mata dan bibir, kadang pada mulut
dan tenggorokan.
Penanganan pada syok anafilaktik, tetap memperhatikan penilaian airway,
breathing, dan circulation dari tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan
kebutuhan bantuan hidup dasar, serta baringkan pasien dengan posisi syok (kaki
dan bronkodilatasi.
18
b. Pemberian kortikosteroid: dexamethasone 0,2 mg/ kgBB IV (intravena)
2. Syok Neurogenik
Umumnya terjadi pada kasus cervical atau high thoracic spinal cord
oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa
berubah menjadi baik kembali secara spontan. Trauma kepaa yang terisolasi tidak
akan menyebabkan syok. Adanya syok pada trauma kepala harus dicari penyebab
yang lain. Trauma pada medulla spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
19
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
otot respirasi.6
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
· Dopamin
· Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor
terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal
diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan
20
obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari
tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita
· Epinefrin
· Dobutamin
vasodilatasi perifer.
3. Syok Septik
Syok septik adalah sepsis yang disertai hipotensi (tekanan sistolik <90
secara adekuat. Syok septik merupakan salah satu penyebab kematian utama pada
21
peningkatan permeabilitas endotelial vaskuler yang menyebabkan penurunan
Tahap awal syok septik dicirikan oleh fase hiperdinamik atau hangat
menyebabkan penurunan tekanan darah, tekanan nadi melebar dan hangat, kulit
dan adrenal. ventilasi / perfusi yang tidak seimbang terjadi di paru-paru sebagai
akibat dari vasokonstriksi paru sehingga frekuensi napas akan meningkat untuk
agresif, atau lesu. Suhu tubuh pasien meningkat sebagai reaksi terhadap phyrogen
septik terus berlangsung, kondisi pasien memburuk dan masuk ke dalam fase
hypodynamic, dengan penurunan output jantung dan hipotensi. Hasil dari fase
22
output jantung dan hipotensi. vasokonstriksi perifer menyebabkan peningkatan
mencakup pemberian cairan kristaloid dan koloid 500 ml tiap 30 menit untuk
mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg. Bila tekanan arteri rata-rata
(MAP) kurang dari 65 mmHg, diberikan vasopressor hingga >65 mmHg dan bila
MAP > 90 mmHg berikan vasodilator. Setelah CVP, MAP dan hematokrit
bila MAP < 65 mmHg, atau frekuensi jantung >120x/menit (Gambar 2.1).
Tata laksana syok sepik yang biasa digunakan pada Advanced Cardiac
Life lSupport (ACLS) and Advanced Trauma Life Support (ATLS), meliputi 9
secara agresif, baik dengan kristaloid isotonik, atau dalam kombinasi dengan
kompensasi
23
Airway harus dikontrol dan pasien diberikan oksigen dengan
endotrakeal dan ventilator. Tujuan dari semua upaya resusitasi adalah untuk
menjaga pengiriman oksigen tetap adekuat. Indikasi untuk intubasi dan ventilasi
patologis dan sirkulasi volume karena kebocoran kapiler luas. Upaya pernafasan
awal adalah upaya untuk memperbaiki hipovolemia absolut dan relatif dengan
mengisi pohon vaskular. Ada bukti yang bagus bahwa tujuan awal diarahkan
24
Kaji riwayat, lakukan pemeriksaan fisik pada pasien, dan mengukur
sejauh mana sepsis: suhu, jumlah sel putih, asam-basa status dan budaya.
Pemilihan antimikroba ditentukan oleh sumber infeksi dan perkiraan terbaik dari
mikroba)
pasien diperlakukan
Pada tahap awal detektif, serangkaian kultur dilakukan sebagai bagian dari
penyelidikan sumber infeksi. Pemeriksaan fisik lebih lanjut perlu dilakukan, yang
25
biasanya akan menunjukkan situs infeksi, tes diagnostic lain yang lebih mahal-
luas mungkin perlu dilakukan, seperti tomografi terkomputerisasi. Dengan cara ini
membutuhkan oksigen, dari darah, dan nutrisi, agar lumen usus tetap utuh.
bakteri
organ failure.
26
- Kecukupan resusitasi dievaluasi dengan melihat pada perfusi organ -
membimbing terapi, dan ada hubungan yang kuat antara pemulihan tekanan
darah dan output urin. Tekanan vena sentral berguna untuk memantau
status volume, tapi nilai kecil dalam hal perfusi organ. Analisa gas darah,
pH, defisit dasar dan laktat serum adalah panduan yang berguna dari semua
bertahap mengurangi asidosisnya dan defisit dasar dari laktat dalam serum.
27
- Lihat keefektifan rencana terapi dan menilai kembali therapy yang sudah
dilakukan
stabil dan sumber infeksi telah dikendalikan, adalah tidak mungkin bahwa
teridentifikasi
- Monitor segala sesuatu yang mungkin terjadi, apakah kita sudah menguasai
- Tim perawatan harus selalu waspada terhadap sumber kontrol. Hal-hal yang
harus diwaspadai misalkan pasien tetap tidak stabil atau jika tanda-tanda
infeksi baru muncul , jumlah sel darah putih meningkat . Ingatlah infeksi
baru cenderung datang dari pernapasan, saluran kemih. Saluran cerna tidak
lambung.
28
Step MN = Metabolic and Neuroendocrine control. Tight control of blood
renal failure
neuroendokrin. Hiperglikemia tidak dapat dihindari dan ada bukti yang bagus
29
Gambar 2.2 Stepwise approach to sepsis and septic shock
30
\
BAB III
31
KESIMPULAN
penanganan syok tahap awal adalah untuk mengembalikan perfusi dan oksigenasi
merupakan terapi paling penting pada syok distributif dan syok hipovolemik.
Penanganan syok secara dini dapat berdampak sangat bermakna pada perbaikan
hemodinamik, seperti MAP, CVP, urine output, saturasi vena sentral, dan status
mental.
32