Anda di halaman 1dari 25

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM KISAH NABI MUSA

DAN NABI KHIDIR UNTUK MEMBENTUK GENERASI


BERKARAKTER DI MI WALISONGO
KELURAHAN CABEYAN

PROPOSAL TESIS
Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir
Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH :
HARIS ISTAFANA
NO. POKOK : 19.PAI.S2.044
NIRM : 019.10.10.2258

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURAKARTA
2021
2

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan


peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga
peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. yang terdiri dari religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab. Karakter hakikatnya
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
“Sumber Nilai-Nilai (Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas) :
Agama, Pancasila, Budaya, Tujuan Pendidikan Nasional yang
diimplementasi-kan dalam 18 nilai karakter, yaitu : religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab.”1

Islam sangat mengedepankan karakter sehingga menjadi substansi


ajaran agama-nya. Karakter dijadikan dasar sistem pendidikan dalam
Islam. Pendidikan karakter merupakan usaha mempengaruhi jiwa anak
didik untuk menanamkan akhlak sehingga terbentuklah manusia yang
berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan
karakter menjadi penting bagi kehidupan. Karakter yang dibentuk minimal
mencakup: religius, jujur,toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
Semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai Prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini merupakan bentuk
kesalehan sosial yang harus diaktualisasikan dalam sistem pendidikan

1
Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,
(Jakarta:Grasindo, 2010), hal. 85
3

sehingga mampu menepis dan membendung krisis multidimensi menuju


terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia. Karakter harus
diaktualisasikan dalam sistem pendidikan sehingga terbentuk manusia
yang berbudi luhur.
“Diakui bahwa dalam perjalanan bangsa ini di sana sini masih
dijumpai adanya persoalan-persoalan mendasar yang bisa menjadi batu
sandungan bagi perjalanan bangsa Indonesia menuju bangsa yang maju,
unggul, bermartabat, dan disegani dalam pergaulan internasional. Konflik
sosial, perkelahian pelajar, pergaulan generasi muda yang tak terkendali,
merosotnya nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme serta pengagungan
terhadap nilai budaya asing misalnya, menyebabkan nilai-nilai lokal dan
nasional menjadi terabaikan.”2

Hubungan di dalam kelas antara guru dan siswa salah satunya


terlihat dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan hubungan
antara guru dan siswa di dalam kelas, ada beberapa permasalahan yang
muncul dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di
sekolah yaitu belum maksimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Adanya program remidial yang di-selenggarakan di sekolah dapat menjadi
tolak ukur utama masih kurangnya hasil belajar tersebut. Namun, kita
tidak dapat sepenuhnya menyalahkan siswa karena hasil belajarnya yang
kurang baik. Ada banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya hasil
belajar yang diperoleh siswa. Faktor penyebab ter-sebut dapat berasal dari
dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal)
dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Faktor yang berasal dari
dalam diri siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor psikologis dan fisio-logis,
sedangkan faktor dari luar diri siswa meliputi lingkungan sekitar, guru, faktor
sosial, strategi pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran


dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri peserta didik maupun
lingkungan sekitar peserta didik. Empat faktor yang diduga turut
2
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal.
116
4

mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah strategi pembelajaran,


gaya belajar peserta didik, sarana praktik, dan media pembelajaran untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal. Fungsi pendidikan salah satunya
adalahmembentuk sikapdanorientasi peserta didikterhadap belajar,
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk menanamkan
pengetahuan serta untuk mengembang-kan keterampilan belajar secara
efektif. Pengalaman guru dalam proses pembelajaran mempengaruhi
strategi pembelajaran yang dipakai. Sedangkan pengalaman peserta didik
akan membentuk gaya belajar individual,seperti yang diajarkan bagaimana
belajar.
“Banyak kisah-kisah tentang pendidikan yang terdapat di dalam Al-
Qur’an. Suatu kisah dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan konsep
pendidikan apabila dalam proses pendidikan tersebut mengandung
beberapa unsur dasar yaitu ; (1) bahan (materi) yang mejadi isi proses (2)
tujuan yang jelas akan dicapai, (3) pelajar (anak didik) yang aktif
mengalami(4) guru (pendidik) yang melaksanakan, (5) metode tertentu
untukmencapai tujuan (6) proses interaksi tersebut berlangsung
dalamikatan situasional (7) alat pendidikan. Kisah adalah salah satu
metode Al-Qur‟an untuk menyampaikan berbagai ide, berbagai aktivitas
manusia dalam masyarakat dan konsekuensi-konsekuensi perbuatan baik
dan buruk kepada manusia agar mereka dapat bertindak dengan berpikir
terlebih dahulu.”3

Kisah merupakan suatu metode pembelajaran yang ternyata


memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menyentuh perasaan dan
kejiwaan serta daya pikir seseorang. Kisah memiliki fungsi edukatif yang
sangat berharga dalam suatu proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam.
Islam menyadari sifat alamiah manusia yang menyenangi seni dan
keindahan.Sifat alamiah tersebut mampu memberikan pengalaman
emosional yang mendalam dan dapat menghilangkan kebosanan serta
kejenuhan dan menimbulkan kesan yang sangat mendalam.Oleh karena
itu, Islam menjadikan kisah sebagai salah satu metode dalam sebuah
pembelajaran.
“Kisah-kisah dalam al qur‟an setidaknya bisa digolongkan menjadi
tiga. Pertama, kisah yang mengandung informasi dakwah para nabi kepada
3
Shalah al Khalidy, Kisah-Kisah Al Qur an, (Jakarta:Gema Insani, 2000), hal. 158
5

kaumnya, sikap orang-orang yang memusuhinya. Misal kisah nabi Nuh,


Ibrahim, Musa. Dua, kisah menyangkut pribadi dan golongan dengan
segala kajadiannya yang oleh Allah dijadikan pelajaran. Seperti kisah,
Maryam, Lukman, As-habul Kahfi. Tiga, kisah-kisah yang menyangkut
peristiwa-peristiwa pada masa Rasulullah saw, seperti perang badar, dan
perang uhud.”4
Berangkat dari masalah ini, maka penulis ingin mengungkap salah
satu kisah dalam al-qur‟an yang berkenaan dengan umat terdahulu. Kisah
ini berkenaan dengan nabi Musa dan Khidir yang termaktub dalam al-
Qur‟an surat al kahfi ayat 60 sampai dengan 82.Dalam kisah ini seakan-
akan Allah SWT memberi pesan untuk diperhatikan secara saksama serta
menguakkan rahasia-rahasia-Nya yang terdapat dalam kenyataan-
kenyataan alam semesta yang bersinggungan langsung dengan beberapa
persoalan dalam dunia pendidikan. Penulis membuat judul : STRATEGI
PEMBELAJARAN DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
UNTUK MEMBENTUK GENERASI BERKARAKTER DI MI
WALISONGO KELURAHAN CABEYAN.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dalam
persepektif strategi pembelajaran?
2. Apa sajakah strategi pembelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi
Khidir AS dalam upaya pembentukan generasi berkarakter?
3. Bagaimanakah implmentasi strategi-strategi tersebut dalam
membentuk generasi berkarakter di Mi Walisongo Kelurahan
Cabeyan?

4
Kadar Yusuf, Pesan-Pesan Al Qur an tentang Pendidika, (Jakarta:Amzah, 2013), hal. 139
6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah


di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dalam
persepektif strategi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apa saja strategi pembelajaran yang dapat dipetik
dari kisah tersebut dalam upaya pembentukan generasi berkarakter.
3. Untuk mengetahui bagaimana bekerjanya implmentasi strategi-strategi
tersebut dalam membentuk generasi berkarakter di Mi Walisongo
Kelurahan Cabeyan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang strategi pembelajaran yang aktif dan dinamis sehingga proses
pembelajaran tidak monoton dan tidak menjemukan peserta didik.
Menambah cakrawala referensi dan bahan kajian khasanah ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan.
2. Secara praktis
Penelitian ini memberi pilihan strategi pembelajaran yang baik yang
bersumber dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir AS. sehingga dapat
diaktualisasikan oleh para praktisi pendidikan dalam mengelola proses
pembelajaran generasi berkarakter.

E. Studi Pustaka
7

Kajian pustaka yang penulis maksud dalam bab ini adalah penulis
ingin mendudukan posisi tulisan dan penelitian ini berbeda dengan
literatur yang bekaitan dengan pembahasan sebelumnya, yaitu:

Said Agil Husin al-Munawar dalam “Aktualisasi Nilai-Nilai


Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam”. Karya ini lahir tidak lain
merupakan sebuah kepekaan dan kecintaan terhadap dunia pendidikan
Islam terutama di Indonesia. Jawaban terhadap tantangan itu adalah
dengan aktualisasi nilai-nilai qur’ani terhadap peserta didikdalam system
pendidikan Islam. Kembali kepada Al-Qur‟an, tampaknya itu yang
ditransmormasikan dalam menumbuhkan kualitas pendidikan keagamaan
pada dunia pendidikan anak, terutama merumuskan dasar filosifis
pendidikan sampai pada pengembangan ke depan.5

Syeikh Hamid Ahmad al-ahir al-Basyuni dalam bukunya yang


berjudul “Shahih Qashashil Qur’an” yang diterjemahkan oleh Muhyidin
Mas Rida, ketika memaparkan kisah-kisah orang terdahulu, Al-Qur‟an
memaparkan kehidupan yang baik bagi orang-orang yang baik, yang
hatinya dipenuhi keimanan dan keikhlasan, sehingga dengan demikian,
mereka wajib berhubungan dengan masa lalu, bahkan juga mengikuti dan
meneladani mereka.6 Karya ini lebih menitik beratkan penelitiannya dalam
pengungkapan hikmah dibalik meneladani kisah-kisah dalam al-Qur’an
secara umum.

Ahmad Syaripudin, Abas Asyafah dan Udin Supriadi dalam


Konsep Pendidikan Pada Kisah Nabi Khidir As Dengan Nabi Musa As
Dalam Alquran Dan Implikasinya Terhadap Konsep Pendidikan Islam,
menyatakan bahwa Pendidikan merupakan proses pembinaan dan
pengembangan potensi manusia secara optimal, baik menyangkut jiwa,
akal dan hatinya. Alquran memberikan bimbingan secara komprehensif
dan integratif terhadap manusia dalam kaitannya terhadap pendidikan, di
mana tidak ada dikotomi, melainkan kesatuan dan keseluruhan dalam
pendidikan.7 Penelitian ini lebih menitik beratkan pada implikasi dari
sebuah kisah dalam Al-Qur’an.

Dalam Tesis berjudul Strategi Mendidik Anak Melalui Kisah


Dalam Al-Quran Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Mts
Negeri Poso Kota, M. Jabir menyatakan " Strategi mendidik merupakan
alat interaksi di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, strategi

5
Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam (Cet.
II; Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 135.
6
Syaikh Hamid Ahmad Al-Thahir Al-Basyuni, Shahih Qashashil Qur’an., terj. Muhyidin Mas Rida,
Lc. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: PT. Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 3.
7
Ahmad Syaripudin, Abas Asyafah dan Udin Supriadi, TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic
Education – Vol. 5, No. 2, Cet. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2018), h. 137
8

pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang


baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.8

Oleh karena itu berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya,


penulis lebih menitik beratkan pada implementasi dari strategi
pembelajaran dalam kisah nabi musa dan nabi khidir untuk membentuk
generasi berkarakter di Mi Walisongo Kelurahan Cabeyan.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Strategi Pembelajaran


“Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap1proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan1pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).”9
“Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi1pembelajaran. mengemukakan empat1unsur
strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran1(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat1yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif1untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak1titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard)1untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.”10
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil1perilaku dan pribadi peserta didik.

8
M. Jabir,2011, Strategi Mendidik Anak Melalui Kisah Dalam Al-Quran Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Mts Negeri Poso Kota, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2011, hal.109
9
Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana, 2011), hal. 125
10
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Quantum Teaching, 2005), hal. 97
9

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran


yang dipandang paling1efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik1pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan1ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa


strategi pembelajaran1adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan1pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.1R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung1makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya
masih bersifat konseptual tentang1keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari1strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
expositiondiscovery1learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan1antara
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
“Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan1berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of1operation
achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something”1(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan1untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan1praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang1dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;1(2) demonstrasi; (3)
diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;
(7)1brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.”11
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan
gaya pembelajaran. Dengan1demikian, teknik pembelajaran dapat
11
Trianto, Model_Model Pendidikan Inovatif, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hal. 87
10

diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam


mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah1pada kelas dengan jumlah siswa yang
relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang1tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang1jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan
metode diskusi, perlu digunakan1teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya1tergolong pasif.
Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau1teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama1menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena1memang dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki1sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang1sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan
tampak keunikan atau kekhasan1dari masing-masing guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru1yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekalkigus juga seni (kiat)

2. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam sekaligus prinsip-


prinsip dasar yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
membawa manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.Tidak
mengherankan jika al-Qur‟an menempati posisi sentral, bukan hanya
dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keIslaman, tapi
11

juga menjadi inspirator, pemandu gerakan dan dinamika umat Islam


sepanjang 14 abad.
Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril sejatinya berisi
segenap petunjuk, berupa ibadah, akhlak dan muamalah. Singkatnya,
kitab suci ummat Islam ini menjadi penyempurna atas kitab-kitab yang
telah ada sebelumnya, atau setidaknya sudah lengkap untuk
dipedomani dan dirujuk oleh kaum muslimin.3Oleh karena itu
kesempurnaan petunjuk Al-Qur‟an ini menjadi acuan untuk dijadikan
sebagai solusi dalam setiap dinamika permasalahan manusia termasuk
dalam hal revolusi mental. 12

Indonesia kini sedang dilanda krisis multi dimensi mulai dari


ekonomi,moral, sampai krisis kepercayaan diri, dan krisis kepercayaan
dunia, atau bahkan kalau dilihat sebagai suatu Negara berada dalam
ketidakberdayaan dalam menangkal dampak global dengan pasar bebas
dengan efek sampingnya, Indonesia melakukan filter yang dapat
membentengi bangsanya bahkan menjadi ladang empuk bagi penebar
virus moral, termasuk narkoba, pornografi, dan media yang bebas
nilai.4 Melihat kondisi bangsa yang demikian, istilah revolusi mental
dicetuskan oleh Joko Widodo ketika mencalonkan diri sebagai
presiden pada tahun 2014. Revolusi mental sangat dibutuhkan oleh
bangsa Indonesia saat ini, revolusi dari karakter yang buruk menjadi
karakter yang baik. Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah al-Qur‟an
mempunya solusi mengenai gagasan revolusi mental ?
“Kisah Nabi Musa merupakan kisah yang paling banyak dimuat
dalam al-Qur‟an. Kisah ini termaktub dalam lebih dari tiga puluh
surat. Kisah-kisah al-Qur‟an menyuguhkan nilai-nilai teologis dan
sekaligus nilai-nilai moralitas sosial. Nilai-nilai ini menjadi pesan yang
hendak disampaikan dalam kisah Musa dalam al-Qur‟an.”13
Salah satu kisah Nabi Musa yang terdapat di dalam al-Qur‟an
adalah kisah perjalanan Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Dari
perjalanan Nabi Musa dengan Nabi Khidir ini nanti kita akan melihat
bagaimana nilai-nilai revolusi mental yang dilakukan oleh Nabi Khidir
12
Suismanto, Pendidikan Akhlak dalam Al qur an, (Yogyakarta:UINSUKA,2003), hal. 24
13
Muhammad Faisol, Interpretasi Kisah Nabi Musa Naratologi al qur an, (Jakarta:Gema
Insani,2011), hal. 135
12

dan Nabi Musa. Sehingga dari beberapa pemaparan yang sudah


disampaikan dapat dirumuskan beberapa permasalahan: bagaimana
pandangan al-Qur‟an terhadap gerakan revolusi mental ?apa nilai-nilai
revolusi mental yang terdapat pada kisah perjalanan Nabi Musa dengan
Nabi Khidir ? apakah al-Qur‟an memiliki kerangka dalam gagasan dan
implementasi revolusi mental dari kisah perjalanan Nabi Khidir
dengan Nabi Musa ?
Sebab turunnya ayat ini, ketika Allah swt menceritakan perihal
orang-orang musyrik yang selalu membanggakan hartanya terhadap
orang-orang mukmin yang fakir dan enggan menghadiri majelis ilmu
dengan Nabi Muhammad saw. agar mereka tidak duduk bersebelahan
dengan orang fakir miskin di satu tempat sehingga mereka tidak
terganggu dengan bau tidak sedap dari orang fakir tersebut. Oleh
karenanya Allah swt. mengkisahkan cerita Nabi Musa as. dengan
orang saleh yang disebut dengan nabi Khidir tersebut agar mereka
menyadari bahwa sesungguhnya meskipun Nabi Musa as adalah
seorang nabi yang diutus untuk bani Israil namun beliau juga masih
diperintahkan untuk berguru kepada orang saleh tersebut (Khidir)
untuk belajar tentang hal-hal yang belum pernah dia ketahui
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tawadhu‟ itu lebih baik
dari pada takabbur.
“Kisah Nabi Musa dan Khidir diceritakan dalam hadits. Karena
narasi tersebut sangat penting untuk memahami narasi al-qur‟an dalam
surat al-kahfi, mari kita mulai dengan menghadirkannya secara
keseluruhan8 : “Uba‟i bin Ka‟ab mengatakan kepada kami bahwa
Nabi bersabda: Suatu saat Musa berdiri dan menceramahi Bani Israel.
Dia ditanya “Siapa manusia yang paling cerdas?” Dia menjawab: “Aku
(yang paling cerdas)”. Allah menegurnya karena dia tidak menyifatkan
sumber ilmu pengetahuan yang absolut kepada-Nya (Allah). Maka
Allah berfirman kepadanya: “Di pertemuan dua lautan ada seorang
hamba-Ku yang lebih cerdas daripada kamu.” Musa bertanya: “Ya
Tuhan! Bagaimana aku dapat menemuinya?” Allah berfirman: “Ambil
13

seekor ikan dan letakkan dalam ember dan kamu akan menemui dia di
tempat kamu akan kehilangan ikan tersebut.”14
“Musa mengambil seekor ikan dan meletakkannya di ember
dan melakukan perjalanan bersama seorang pemuda (pelayannya),
Joshua (Yusya bin Nun), hingga mereka sampai di sebuah batu di
mana mereka menyandarkan kepala mereka (yakni berbaring). Musa
tertidur, dan sementara dia tertidur, ikannya keluar dari ember, pergi
ke lautan. Ikan itu mengambil jalannya ke lautan (lurus) seperti
saluran pipa. Allahmenghentikan aliran air di atas ikan dan jalur ikan
itu menjadi seperti sebuah lengkungan (Nabi menunjukkan
lengkungan ini dengan tangannya).

3. Pengertian Generasi Berkarakter


“Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran
kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi
religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal
sehat yang ada dalam sejarah.” Sementara itu, Masnur Muslich
menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.”15

Selanjutnya, Muchlas Samani berpendapat bahwa karakter


dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari.Pendapat senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo, bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas

14
Imran Hosein, Surat Al Kahfi dan Zaman Modern, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013),
hal. 156
15
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2014),
hal. 92
14

tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda
atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong
bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon
sesuatu.Selanjutnya, menurut Maksudin yang dimaksud karakter
adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya
qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara
berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup
seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa
maupun negara.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri
khas kepribadian individu yang berbeda dengan orang lain berupa
sikap, pikiran, dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.

4. Mi Walisongo Kelurahan Cabeyan


…………………………
15

G. Metode Penelitian

A. Jenis dan lokasi penelitian

1. Jenis penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena sifat data


yang diperlukan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Metode penelitian
merupakan suatu cara atau langkah yang digunakan atau mengumpulkan,
menyusun dan menganalisis serta menginteprestasikan data untuk menarik
kesimpulan. Penelitian bila dilihat dari tempatnya dibagi menjadi dua, yaitu:
penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.16
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode
eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. 17 Atau suatu jenis
penelitian yang didalamnya terdapat suatu perlakuan (treatmen) terhadap subjek
penelitian.18 Perlakuan yang dimaksud adalah sekelompok peserta didik yang
dijadikan sampel penelitian melibatkan dua kelompok, yaitu; kelompok
eksperimen yang dibelajarkan dengan melalui kisah dalam Al-Qur’an, serta
kelompok kontrol yang tanpa melalui pembelajaran kisah dalam Al-Qur’an.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Walisongo, Dk. Ringin Anom, Ds.


Cabeyan, Kec. Bendosari, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah dengan pertimbangan
bahwa peneliti bekerja sebagai kepala sekolah di madrasah ini disamping itu
menurut peneliti madrasah ini mempunyai data yang representatif dan mempunyai
fasilitas memadai untuk diadakan penelitian.

16
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis (Cet. VII; Jakarta; Rineka
Cipta, 1992), h. 10.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, R & D) (Cet. III;
Bandung: Alfabeta, 2007), h. 107.
18
Lihat Freenkel and wallen, How to the science and evaluated reciten education (Cet. II; New
York: Publishing Company, 1990), h. 238.
16

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah sebagai kumpulan dari sejumlah elemen, yaitu tempat


diperolehnya informasi, elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga satu
rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, orang dan lain sebagainya. 19
Populasi juga dapat diartikan seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu
lingkup dalam waktu yang ditentukan.20 Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh guru termasuk kepala sekolah dan pegawai sejumlah 47 orang, dan
peserta didik sebanyak 337 orang, yang telah dirinci dalam tabel berikut:
Tabel 1
Populasi guru dan pegawai di MI Walisongo Cabeyan
No Jenis Guru dan pegawai Jumlah Jumlah
1 Guru PNS (termasuk kepala madrasah) 25 Orang
2 Guru Honorer 14 Orang
3 Pegawai PNS 3 Orang
4 Pengawai Honorer 5 Orang
Jumlah 47 Orang
Sumber :
Statistik keadaan guru/pegawai T.A 2020/2021 di MI Walisongo Cabeyan

Tabel 2
Populasi peserta didik di MI Walisongo Cabeyan
No Kelas Jumlah Murid
1 Kelas IV 20 Orang
2 Kelas V 20 Orang
3 Kelas VI 20 Orang
Jumlah Populasi 60 Orang

Sumber: Statistik keadaan peserta didik T.A 2020/2021 di MI Walisongo Cabeyan

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut


Suharsimi Arikunto apabila subyeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil
keseluruhan sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika
jumlah subjeknya terlalu besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25 % atau
19
Nana Sujana, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 84
20
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. I Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1979),h. 118
17

lebih.21 Pengambilan sampel menurut Mardalis, yaitu dengan cara meneliti


sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.22
Dalam menentukan sampel ada beberapa macam teknik yang dapat
ditempuh, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan “random
sampling”, yaitu teknik penentuan atau menentukan sampel dimana secara elemen
populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk termasuk dalam sampel.8
Penulis menggunakan teknik ini, sebab teknik ini sangat sederhana dan
penyimpangan dapat dihindari.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka teknik pengambilan sampel
digunakan dua cara yaitu random sampling dan proportional sampling. Pertama,
sampel guru ditentukan dengan cara random sampling, yakni menetapkan secara
acak dan sesuai kebutuhan. Sampel guru ditentukan yaitu guru PNS sebanyak 25
orang dari total populasi yang ada. Kedua, sampel peserta didik ditentukan dengan
cara proportional sampling, yaitu 10% dari total populasi yang ada. Sehingga,
besarnya sampel penelitian ini adalah sebagaimana yang terlihat dalam tabel
berikut:

Tabel 3
Sampel guru dan peserta didik
No. Guru / Peserta Didik Jumlah Ket. Ket.
1 Guru 25 Orang Guru PNS
2 Peserta didik
Kelas V 20 10%
Kelas V 20 10%
Kelas VI 20 10%

Jumlah Sampel 60 10%

C. Pendekatan Penelitian

21
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 275.
22
Suharsimi Arikunto, op.cit, h. 111.
18

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:


1. Pendekatan pedagogis
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji dan mendalami berbagai
pendapat pakar pendidikan tentang mendidik anak melalui kisah dalam Al-
Qur’an.

2. Pendekatan psikologis
Pendekatan digunakan untuk mempelajari berbagai gejala psikoligis yang
muncul dari pendidik maupun anak didik, baik yang muncul pada saat proses
pembelajaran di kelas berlangsung maupun pada saat selesainya pembelajaran.

3. Pendekatan filosofis
Pendekatan filosofis digunakan untuk mengarahkan cara berpikir dalam
mensistemasi pembelajaran/pembahasan dengan menggunakan kerangka berpikir
ilmiah. Dengan menggunakan pendekatan ini, penulis menyajikan secara
sistematis dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan karya tulis ilmiah yang
baik dan benar.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian dilakukan bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang


seputar bagaimana mendidik anak melalui kisah dalam Al-Qur’an pada siswa MI
Walisongo Cabeyan. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa instrumen penelitian
adalah alat ketika peneliti menggunakan metode.23
Adapun instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan adalah
pedoman interview atau wawancara. Dalam penelitian ini penulis menginterviu
kepala madrasah dan guru sebanyak 10 orang. Untuk data informan ini yakni
kepala sekolah dan guru penulis menggunakan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam seputar gambaran strategi mendidik anak melalui kisah
dalam Al-Qur’an.

23
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 259.
19

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1)
Data Primer, yakni data yang penting/utama yang dikumpulkan atau bersumber
dari penilaian responden atau narasumber/informan, meliputi strategi mendidik
anak, metode atau sistem pengajaran dan minat peserta didik tentang kisah dalam
Al-Qur’an.
2) Data sekunder, yakni data pendukung yang diperoleh dari MI Walisongo
Cabeyan, dan instansi terkait yang meliputi; data peserta didik dan guru, serta
beberapa data lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian,


maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini meliputi : (1) observasi,
(2) wawancara, dan (3) dokumentasi.
1) Observasi
Observasi yang dilakukan pada awal penelitian ini yaitu pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang akan diteliti
terutama yang berkaitan dengan strategi mendidik anak melalui kisah dalam Al-
Qur’an pada pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Sukardi, observasi
yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan salah satu panca indera yaitu
indera penglihatan sebagai alat bantu utamanya untuk melakukan pengamatan
langsung, selain panca indera biasanya peneliti menggunakan alat bantu lain
sesuai dengan kondisi lapangan antara lain buku catatan, kamera, film proyektor,
check list yang berisi objek yang diteliti dan lain sebagainya.10 Adapun yang
diamati dalam penelitian ini mencakup: proses pembelajaran di dalam kelas,
proses interaksi antara guru dan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas,
keadaan sarana dan prasarana sekolah, aktifitas guru dan peserta didik
20

menggunakan sejumlah fasilitas yang ada, metode pembelajaran yang diterapkan


oleh guru kepada peserta didiknya.

2) Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
secara garis besarnya dibagi dua yaitu: wawancara tak berstruktur dan wawancara
berstruktur. Wawancara tak berstruktur biasa juga disebut wawancara mendalam,
wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open-ended
interview), wawancara etnografis. Sedangkan24
wawancara berstruktur sering juga disebut wawancara baku (standardized
interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan
pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.25

3) Dokumentasi
Dokumentasi penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber-sumber non insane (bukan manusia). Dalam hal ini dokumen berfungsi
pula sebagai sumber data, karena dengan dokumen tersebut dapat dimanfaatkan
untuk membuktikan, menafsirkan dan meramalkan tentang suatu peristiwa.
Adapun dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
yang diambil dari madrasah obyek penelitian sebagai pelengkap, seperti jumlah
peserta didik, guru, pegawai, sarana dan fasilitas pembelajaran dan sebagainya.

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

24
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), h. 78.
25
Mulayana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180.
21

Setelah data diolah, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis


induktif, deduktif dan komparatif berikut uraiannya:
a. Teknik Analisis Induktif, yaitu menganalisis data dengan bertitik tolak dari hal-
hal yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
b. Teknik Analisis Deduktif, yaitu menganalisis data dengan bertitik tolak dari hal-
hal yang bersifat umum kemudian diterik kesimpulan yang bersifat khusus.
c. Teknik Analisis Komparatif, yaitu menganalisis data dengan mengaitkan
berbagai pendapat para ahli tentang masalah yang dibahas, lalu ditarik
kesimpulan.
d. Triangulasi
Triangulasi ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data. Jenis triangulasi yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber yakni membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumbernya dengan
jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, dan (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.26

H. Sistematika Penelitian

26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Cet. XVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 178.
22

Tesis ini diharapkan dapat mengarah pada tujuan yang telah


ditetapkan, maka disusun sistematika sedemikian rupa secara sistematis
yang terdiri dari lima bab yang masing-masing menampakkan karakteristik
yang berbeda namun dalam kesatuan yang saling melengkapi dan
berhubungan :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi Latar Belakang masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka
Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang Pengertian Strategi
Pembelajaran, Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir,
pengertian generasi berkarakter
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metode yang dipakai
penulis dalam meneliti Strategi Pembelajaran dalam kisah
Nabi Musa dan Nabi Khidir, dan cara membentuk generasi
berkarakter, serta ciri-ciri generasi berkarakter.

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMBELAJARAN KISAH NABI


MUSA DAN NABI KHIDIR DALAM MEMBENTUK
GENERASI BRKARAKTER

Pada bab ini menguraikan tentang analisis kisah Nabi Musa


dan Nabi Khidir, Analisis Strategi pembelajaran pada kisah
Nabi Musa dan Nabi Khidir, Analisis cara membentuk
generasi berkarakter.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini memuat Kesimpulan, Saran-Saran Penutup.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
23

I. Kerangka Isi Tesis


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Teori
F. Sistematika Penulisan

BAB II PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN, KISAH


NABI KHIDIR DAN NABI MUSA, PENGERTIAN
GENERASI BERKARAKTER

A.Pengertian Strategi Pembelajaran


B.Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS
C.Pengertian Generasi Berkarakter
BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN KISAH NABI MUSA
DAN NABI KHIDIR DALAM MEMBENTUK
GENERASI BERKARAKTER DI DESA
PONDOKSERANG KELURAHAN MULUR
A. Strategi Pembelajaran Kisah Nabi Musa dan Nabi
Khidir
B. Cara Membentuk Generasi Berkarakter
C. Ciri-ciri Generasi Berkarakter
BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMBELAJARAN KISAH NABI
MUSA DAN NABI KHIDIR, ANALISIS CARA MEMBENTUK
GENERASI BERKARAKTER, ANALISIS CIRI-CIRI GNERASI
BERKARAKTER
A. Analisis Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
B. Analisis Strategi Pembelajaran pada Kisah Nabi Musa dan Nabi
Khidir
24

C. Analisis Cara Membentuk Generasi Berkarakter di MI Walisongo


Cabeyan

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN-SARAN
C. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


25

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Quantum Teaching, 2005 Doni Kusuma,
Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta:Grasindo, 20101

Imran Hosein, Surat Al Kahfi dan Zaman Modern, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013

J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Rosdakarya,2013

Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta:Mitra Wacana Media, 2012

Kadar Yusuf, Pesan-Pesan Al Qur an tentang Pendidika, Jakarta:Amzah, 2013

Muhamad Nazir, Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif, Jakarta:Alfabeta, 2010

Muhammad Faisol, Interpretasi Kisah Nabi Musa Naratologi al qur an, Jakarta:Gema
Insani,2011

Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2011

Shalah al Khalidy, Kisah-Kisah Al Qur an, Jakarta:Gema Insani, 2000 Suismanto,


Pendidikan Akhlak dalam Al qur an,Yogyakarta:UINSUKA,2003 Sutarjo Adisusilo,
Pembelajaran Nilai Karakter, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter,Bandung:Remaja Rosdakarya,2014

Trianto, Model_Model Pendidikan Inovatif, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007

Anda mungkin juga menyukai