MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Mazahib al-
Tafsir
Oleh:
ABDI AKRAM
NIM: 80600218015
Dosen Pemandu
Dr. H.M Sadik Sabry M.Ag
Dr. H. Aan Parhani Lc. M.Ag
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada zaman Nabi, pemikiran tentang akidah dan syariat belum muncul
kepermukaan, oleh karena itu hampir setiap masalah ditanyakan langsung kepada
setelah Nabi wafat beliau digantikan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib untuk memimpin umat Islam.
Setelah khalifah Usman bin Affan wafat, tepatnya pada masa khalifah Ali
bin Abi Thalib, mucul tiga golongan besar yang saling bertentangan mengenai
masalah siapakah yang secara sah menjadi khalifah pengganti Nabi. Ketiga
golongan tersebut muncul pada perseteruan yang dilakukan oleh golongan Ali bin
Abi Thalib dan Mu‟awiyah bin Abu Sufyan kemudian berakhir dengan
menjadi khalifah. Golongan pertama yaitu Syi‟ah, sebagai pengikut Ali yang
berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib yang berhak menjadi khalifah. Golongan
1
Hamka Haq, Pengaruh Teologi dalam Ushul Fikih (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 2.
2
berpendapat bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan yang berhak menjadi khalifah.
Sedangkan golongan ketiga yaitu Khawarij yang tidak memilih keduanya dan
menolak arbitrase.2
politik umat Islam. Belakangan, kelompok Syi‟ah ini berkembang menjadi sebuah
dunia Islam dan menyebar ke berbagai wilayah sampai sekarang ini. Tentunya
sejauh ini. Ajarannya terdiri dari akidah, syariat dan akhlak yang kemudian Syi‟ah
juga terpecah menjadi beberapa Golongan dengan ajaran yang berbeda pula. Salah
satu golongan dari syiah ini adalah syiah Zaidiyyah. Golongan inilah kemudian
B. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lihat. Toshihiko Izutsu, The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantical
Analysis of Iman and Islam, terj. Agus Fahri Husein, Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam:
AnalisisnSemantik Iman dan Islam (Cet. I; Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), h. 3.
3
Fadli Su‟ud Ja‟fari, Islam Syi’ah: Telaah Pemikiran Imamah Habib Huseinal-Habsyi
(Cet. I; Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 1
3
Syiah Zaidiyah adalah sekte Syiah yang dinisbatkan kepada Zayd bin Ali
Abidin, imam keempat dalam Syiah Imamiyah. Ketika Ali wafat, syiah terbagi
menjadi dua golongan yaitu golongancZaynal Abidin dan Bakir ibn Ali.4 Disebut
Zaidiyah karena sakte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima, putra
imam keempat, Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sakte Syi‟ah lain
yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai
imam kelima. Dari nama zaid bin Ali inilah, nama Zaidiyah diambil.
Imam Zaid berguru kepada antara lain Washil bin Atha’ , tokoh aliran
Zaidiyyah yang sejalan dengan aliran mu’tazilah, seperti al-Manzilah baina al-
lain menolak menggunakan taqiyyah, tidak juga mengatakan bahwa para imam
mengetahui ghaib dan tidak juga menetapkan ‘ismah (keterpeliharaan dari dosa
dan kesalahan) bagi para imam. Mereka tidak mengakui adanya ilmu khusus dari
4
Moojan Momen, An Introduction to Shi’i Islam (New York: Vail-Ballau Press, 1985),
h. 60
5
M. Quraish Shihab, Sunni Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah? (Cet. IV;
Tangerang: Lentera hati, 2014) h. 82
4
Aliran Zaidiyah ini adalah aliran yang paling dekat dengan Jamaah Islam
(Sunni) dan paling moderat Bahkan beberapa ulama dari kalangan ini sering
mengambil pendapat dari para ulama kalangan ahlus sunnah.6 Pun sebaliknya,
para ulama dari kalangan ahlus sunnah mengambil pendapat dari para ulama
golongan mereka jika didapati pendapat mereka tidak menyimpang dari ajaran
Quran dan Sunnah. Yang membedakan mereka dengan ahlus sunnah hanyalah
tersebut perampok.
Alasan lain yang menyebutkan bahwa Aliran ini adalah aliran paling
moderat karena tidak mengangkat para Imam ke derajat kenabian bahkan tidak
sempai pada derajat itu.7 Namun mereka memandang para Imam sebagai manusia
berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang termulia,
bahkan melebihi kemuliaan Abu Bakar, Umar dan Utsman r.an namun mereka
mengakui bahwa sahabat-sahabat Nabi itu sebagai Khalifah yang sah. Karena
itulah dan kerena keenggangan mereka mempersalahkan para sahabat Nabi itu,
mencaci.8
6
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) h. 111.
7
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam ( Bandung: Pustaka Setia, 2015) h. 101.
8
Ada juga yang mengartikan ar-Rafidhoh sebagai siapa yang menolak pandangan Imam
Zaid tentang tidak wajarnya memaki sayyidina Abu Bakar dan Umar r.a sehingga siapapun yang
memakinya maka ia disebut Rafidhy.
5
Imam Zaid berpendapat bahwa Imam itu boleh siapa saja biarpun bukan
orang terbaik. Sifat yang disebutkan itu bukanlah sifat-sifat yang harus dipenuhi
untuk pengangkatan seorang Imam secara sah. Berdasarkan prinsip tersebut Imam
Zaid mengakui kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddq dan Umar serta tidak
dalam dua daerah kekuasaan yang berbeda. Sedangkan mengenai dosa besar
penganut Zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal
ke dalam neraka selama mereka belum bertaubat dengan taubat yang sebenarnya.
Dalam hal ini mereka mengikuti paham Mu‟tazilah karena seorang tokoh
Mu‟tazilah Washil ibn Atha‟ mempunyai hubungan dengan Zaid. Setelah Imam
Zaidiyah terbunuh, aliran Zaidiyah ini perlahan menjadi aliran yang ekstrim
menentang kekhalifahan Abu Bakar dan Umar kemudian dengan begitu hilanglah
cirri khas Zaidiyah generasi pertama. Dapat disimpulkan bahwa Zaidiyah terbagi
dua yaitu generasi pertama dipandang tidak ekstrim dan generasi kedua yang
dipandang ekstrim.10
9
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, h. 111
10
Muhammad Kamil al-Hasyimi, ‘Aqaidus-Syi’ah fil-Mizan, terj. H.M. Rasjidi, Hakikat
Akidan Syi’ah (Cet. I; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989), h. 107.
6
imam pada satu daerah, yang mana masing-masing imam itu menjadi
berhias dengan sifat- sifat yang telah disebutkan, dan selama pemilihan
Ahlul Halli Wal ‘Aqdi itu berjalan bebas. Dari sini dapat dipahami,
dua orang imam pada satu daerah, dan demikian itu suatu yang dilarang
diwasiatkan oleh Nabi Saw, itu telah ditunjuk nama dan orangnya,
telah ditentukan ini menjadikan Imam Ali ra, dialah imam sesudah Nabi
Saw. Karena sifat-sifat ini tidak nyata pada seseorangpun dengan ukuran
nyata seperti dia. Sifat-sifat ini mewajibkan imam itu hendaklah dari
Bani Hasyim, wara, bertakwa, alim, dan dermawan. Dan sesudah Ali,
11
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, h. 113.
12
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, h. 111.
7
Saw. Telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi, tetapi hanya
ditentukan sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan sekte Syiah lain
yang percaya bahwa Nabi Saw. Telah menunjuk Ali sebagai orang yang
pantas menjabat sebagai imam setelah nabi wafat karena Ali memiliki
sifat-sifat yang dimiliki oleh orang lain, seperti keturunan Bani Hasyim,
dipilih menjadi imam meskipun ia mafdul (bukan yang terbaik) dan pada
adalah sah dari sudut pandang Islam. Mereka tidak merampas kekuasaan
dari tangan Ali binAbi Thalib. Dalam pandangan mereka, jika ahl al-hall
13
M. Quraish Shihab, Sunni Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?, h. 81
8
Zaidiyah dan telah dibaiat oleh mereka, keimanannya menjadi sah dan
seorang pun sahabat. Mengenai hal ini, Zaid sebagaimana dikutip Abu
bolehnya imam yang kurang utama. Sifat- sifat imam yang disebutkan
memilih lebih utama dari lain nya. Apabila Ahlul Halli Wal Aqdi
membaiatnya, maka sahlah imam dan baiatnya. Atas dasar prinsip itu,
imam Zaid menetapkan sahnya keimaman Abu Bakar dan Umar dan
mengatakan:15
15
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, h. 112.
9
juga bagi orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk Islam,
serta yang dekat dengan Rasulullah.”
Perinsip inilah, menurut Abu Zahrah, yang menyebabkan banyak
pasukan Hisyam bin Abdul Malik. Hal ini wajar mengingat salah satu
besar kekal dalam neraka, selama dia tidak bertobat dengan tobat
mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib ra. Pada peperangan yang
Perkembangannya, h. 114.
10
pernah belajar kepada Wasil bin Atha. Baik Abu Zahra maupun
membagi kufur menjadi tiga, kufur syirik, kufur inkar dan kufur
maka dia adalah kafir.18 Yang menjadi dasar adalah Q.S al-Nisa>/4:
93
ك ُكْنتُ ْم ِم ْن َقْب ُل ِيَاة ال ُّد ْنيا فَعِْن َد اللَّ ِه مغَامِن َكثِ ريةٌ كَ َذل ِ احْل
َ َ ُ َ َ َ
فَ َم َّن اللَّهُ َعلَْي ُك ْم َفتََبَّينُوا إِ َّن اللَّهَ َكا َن مِب َا َت ْع َملُو َن َخبِ ًريا
Terjemahnya:
tidak mau bertaqiyah, berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar (tidak
merupakan salah satu jenis pernikahan yang dihapuskan pada masa Nabi
Khalfah Umar bin Khatab. Penghapusan ini jelas ditolak oleh sekte-sekte
Syi’ah selain Zaidiyah. oleh karena itu hingga sekarang- kecuali kalangan
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an al-Karim: Terjemah Perkata Transliterasi Latin (Jakarta:
19
Syiah.20
amal, takbir sebanyak lima kali dalam salat jenazah, menolak sahnya
Trejemahnya:
20
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 104.
21
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 103.
13
di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup, disisi tuhannya
mendapat rezeki.22
bahwa orang yang mati syahid hidup secara hakiki, bukan secara
majazi, dan mereka diberi rizki disisi tuhan mereka. Pendapatnya ini
hadis Rasulullah saw. beliau mengatakan bahwa ruh orang yang mati
mereka juga memakai metode tafsir bl ma’tsur. Hal ini dapat dilihat
Selain itu kelompok syiah ini tidak pernah memiliki satupun kitab
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an al-Karim: Terjemah Perkata Transliterasi Latin (Jakarta:
22
segi ajaran mereka lebih dekat dengan Ahlu Sunnah, sehingga dalam
banyak memakai metode tafsir bil Ra’yi, juga banyak dipakai oleh
Ada kelebihan yang dapat diambil dari metode tafsir yang digunakan
Hal ini berbeda dengan metode tasir sunni yang cenderung literal dan
24
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqidah dalam Islam (Cet. I; Jakarta
Selatan: Logos Pubishing House, 1996), h. 46.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Syiah Zaidiyah adalah sekte Syiah yang dinisbatkan kepada Zayd bin Ali
Zaynal Abidin, imam keempat dalam Syiah Imamiyah. Aliran Zaidiyah ini
adalah aliran yang paling dekat dengan Jamaah Islam (Sunni) dan paling
16
bolehnya membaiat dua orang imam pada satu daerah, yang mana masing-
masing imam itu menjadi imam yang dia keluar padanya. Di antaranya lagi
dalam neraka, selama dia tidak bertobat dengan tobat yang sebenar-
benarnya.
3. kaum syiah zaidiyyah cenderung lebih moderat. Dari segi ajaran mereka
lebih dekat dengan Ahlu Sunnah, sehingga dalam penafsiran terhadap al-
Qur’an mereka memakai metode tafsir bil Ma’tsur yang banyak dipakai
kaum sunni. Pandangan mereka juga tidak jauh berbeda dengan aliran
Mu’tazilah. Dan tafsirnya pun banyak memakai metode tafsir bil Ra’yi, juga
banyak dipakai oleh kaum Mu’tazilah, disamping memakai metode tafsir bil
Ma’tsur.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Kariim
Abu Zahrah, Muhamma Imam d Aliran politik dan Aqidah dalam Islam , Cet. I;
Jakarta Selatan: Logos Pubishing House, 1996
al-Hasyimi Kamil Muhammad, ‘Aqaidus-Syi’ah fil-Mizan, terj. H.M. Rasjidi,
Hakikat Akidan Syi’ah , Cet. I; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989
Anwar Rosihon dan Rozak Abdul, Ilmu Kalam ( Bandung: Pustaka Setia, 2015
Fadli Su‟ud Ja‟fari, Islam Syi’ah: Telaah Pemikiran Imamah Habib Huseinal-
Habsyi (Cet. I; Malang: UIN-Maliki Press, 2010
Haq Hamka, Pengaruh Teologi dalam Ushul Fikih Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013
Goldziher Ignaz, Mazahib Tafsir: dari aliran klasik hingga modern, Yogyakarta:
Kalimedia, 2015
18