Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

BLOK 21 – PENELITIAN

PEMICU 5
“Sehatkan Lansia…”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6

NARASUMBER :
Dr.Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si
Darmayanti Siregar, drg., M.KM
Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
TIM PENYUSUN

Ketua : Nur Rahmi (180600089)


Sekretaris : Ivana Andrayani (180600103)

Anggota :

1. Maria Veronica Aprillia G (180600087)

2. Chairat Umar (180600088)

3. Febya Rizki (180600090)

4. Khofyah Adinda (180600091)

5. Devyn Roberta (180600092)

6. Janesia (180600093)

7. Angelica Indah Sari Veronika (180600094)

8. Winny (180600095)

9. Christ Angelina (180600096)

10. Farrel Mohammad Al Ghazali (180600098)

11. Triska Fitriana (180600099)

12. Sonia Ayunita Saragih (180600100)

13. Muhammad Kahfi (180600101)

14. Stanley Jordan (180600102)

15. Evi Winda Valentina (180600104)

16. Syifa Nabila (180600105)

17. Mahira Atika (180600107)

18. Aulia Nadhira Rayendra (180600108)

19. Iqlima Salsabila (180600248)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil
diskusi kelompok yang berjudul “Sehatkan Lansia…”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dr.Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si; Darmayanti Siregar,
drg., M.KM; Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku penyusun dalam pemicu 5 blok 21.
Dalam penulisan laporan hasil diskusi kelompok ini kami mendapat banyak ilmu yang
berguna, bagi diri sendiri dan pembaca untuk kedepannya.
Laporan hasil diskusi kelompok ini disusun untuk menyelesaikan tugas pemicu 5
sebagai bagian dari produk. Laporan hasil diskusi kelompok ini juga bertujuan agar pembaca
dapat memperluas ilmu pengetahuan, selain itu juga dengan adanya laporan ini diharapkan
bagi pembaca agar dapat mengembangkannya lagi. Laporan hasil diskusi kelompok yang
kami buat ini, kami ambil dari berbagai sumber, jurnal, internet dan beberapa buku pegangan.
Semoga laporan hasil diskusi kelompok yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua. Kami menyadari
laporan hasil diskusi kelompok yang kami buat ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami
mohon maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan atau penulisan laporan praktikum ini, dan
kami mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan laporan hasil diskusi kelompok
atau tugas yang akan datang.

Medan, 27 April 2021

Tim Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tipe watak pasien berpengaruh penting dalam perawatan pasien dalam kedokteran gigi.
Tipe watak pasien terdiri dari beberapa jenis, yaitu philosophical, exacting, indifferent, dan
hysterical. Masing-masing tipe watak pasien memiliki cara menghadapi pasien dan bentuk
komunikasi yang berbeda. Bentuk komunikasi yang sesuai untuk tipe pasien exacting adalah
interpretive dimana dokter dan pasien berdiskusi alternative penanganan.1,2
Pembuatan gigi tiruan harus dilakukan apabila terdapat gigi yang hilang. Gigi tiruan
sebagian lepasan tediri dari gigi tiruan kerangka logam (GTKL) dan gigi tiruan sebagian
akrilik. GTKL dan akrilik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan GTKL berupa
lebih kuat dari akrilik, responsi jaringana lunak lebih baik, tidak mudah distorsi, adaptasi
akurat, dan interferensi dengan lidah kurang. Kekurangan dari GTKL, yaitu sulit di trimming,
estetik jelek, dan sulit diperbaiki. Sedangkan gigi tiruan akrilik memiliki kelebihan berupa
biisa diperbaiki jika patah, mengembalikan kontur ridge edentulous dan kontur normal pipi
dan bibir. Kekurangan gigi tiruan akrilik, yaitu kadang dapat distorsi, kemungkinan patah
saat penggunaan, dan dapat mengakumulasi air ludah yang menyebabkan pembentukan
kalkulus dan iritasi jaringan lunak. Dalam pembuatan gigi tiruan perlu menentukan gigi
penyangga, perencanaan desain cangkolan, arah pasang dan arah lepas, serta bahan yang
sesuai. Oleh karena itu, tujuan penulisan makalah ini untuk mengumpulkan pendapat
mengenai masalah yang berkaitan dengan tipe watak, cara menghadapi pasien sesuai dengan
tipe watak masing-masing, diagnosa dan rencana perawatan poket periodontal, klasifikasi
kennedy, komponen GTSL dan GTKL, survei model, dan penentuan desain GTSL dan
GTKL pada pasien.

1.2 TUJUAN
a. Mengumpulkan gagasan, ide, pikiran, pendapat mengenai masalah yang berkaitan
dengan tipe watak, cara menghadapi pasien sesuai dengan tipe watak masing-masing,
diagnose dan rencana perawatan poket periodontal, klasifikasi kennedy, komponen
GTSL dan GTKL, survei model, dan penentuan desain GTSL dan GTKL pada pasien
tersebut.

3
b. Mengasah kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan sebuah permasalahan
secara bersama.
c. Memperoleh pendapat dan jawaban yang dapat dipergunakan dalam pengambilan
kesimpulan.

1.3 DESKRIPSI PEMICU


Nama Pemicu : Sehatkan Lansia…
Penyusun : Dr.Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si; Darmayanti Siregar, drg., M.KM; Nevi
Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG(K)
Hari/Tanggal : Rabu, 21 April 2021
Jam : 07.30-09.30WIB

Skenario:
Kualitas Lansia akan meningkat menjadi sehat sehingga tercapai “penuaan yang sukses”,
maka pemerintah mendirikan Posyandu Lansia di Medan, yaitu di Puskesmas Darussalam,
yang merupakan salah satu puskesmas Lansia yang terbaik dalam pelayanan Lansia dan
mempunyai rekam medik yang baik, tercatat dikunjungi oleh 130 orang lansia berusia 46
tahun keatas terdiri dari 85 orang wanita dan 45 orang laki-laki. Kiki hanya mengambil
kelompok usia 60 tahun ke atas dan dengan penyakit sistemik terkontrol.
Salah satu manifestasi oral yang sering terjadi pada Lansia adalah xerostomia yang menurut
WHO dapat menurunkan kualitas hidup, karena berdampak terjadi ketidaknyamanan,
memudahkan terjadi karies, penyakit periodontal dan penyakit mulut, yang terparah adalah
terjadinya burning mouth syndrome.
Akhir-akhir ini sering dinyatakan bahwa teh hijau bermanfaat untuk merangsang saliva
karena kandungan Tanin yang menimbulkan rasa pahit dan sepat dapat merangsang CNS
untuk meningkatkan laju aliran saliva.
Kiki mahasiswa FKG dalam tugas skripsi ingin membuktikan apakah teh hijau dapat
merangsang saliva. Ingin menggunakan Lansia wanita yang mengalami xerostomia sebagai
subyek penelitiannya. Rencana Kiki akan mengukur saliva sebelum dan sesudah berkumur
teh hijau. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan jumlah saliva Kiki akan
membandingkannya dengan berkumur akuades.

Pertanyaan:

4
1. Tuliskan perkiraan judul skripsi yang akan diteliti oleh Kiki, jelaskan alasannya
2. Gambarkan kerangka konsep penelitian ini
3. Jelaskan manfaat apakah yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini?
4. Apakah desain penelitian ini?
5. A. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelayakan lokasi dalam metode penelitian?
B. Apakah Puskesmas Darusalam layak dijadikan lokasi penelitian, jelaskan
6. A. Apakah penelitian ini menggunakan criteria inklusi dan eksklusi jelaskan
B. Jelaskan criteria inklusi dan eksklusi penelitian ini
7. Bagaimana cara sampling penelitianini, jelaskan alasannya.
8. Berapakah kira-kira besar sampel penelitian ini?
9. Jenis data apasaja yang harus diperoleh nantinya?
10. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perhitungan statistic apakah yang digunakan?
11. Jelaskan perbedaan desain penelitian ini dibandingkan dengan penelitian survey analitik?

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 PEMBAHASAN PRODUK
1. Tuliskan perkiraan judul skripsi yang akan diteliti oleh Kiki, jelaskan alasannya
Judul dalam sebuah penelitian akan memberikan gambaran terhadap isi dari sebuah
penelitian. Judul penelitian mencerminkan tujuan dan masalah dari penelitian. Judul
penelitian hendaknya spesifik, mengacu pada variable atau objek yang akan diteliti,
singkat dan padat (tidak lebih dari 20 kata) namun tetap komunikatif, mengacu pada
hakekat penelitian, dan menarik (penelitian tersebut layak dan perlu). Unsur-unsur utama
didalam sebuah judul penelitian adalah:
a. What (apa yang akan diteliti): pengaruh berkumur teh hijau terhadap laju aliran saliva.
b. Who (siapa yang akan diteliti): Lansia wanita yang mengalami xerostomia.
c. Where (dimana akan diteliti): Posyandu Lansia di Medan, (Puskesmas Darussalam)
d. When (kapan akan diteliti): pada tahun 2021.
e. How (bagaimana ditelitinya): desain eksperimental.
“Pengaruh Berkumur Seduhan Teh Hijau Terhadap Laju Aliran Saliva pada Wanita
Lansia dengan Xerostomia di Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2021”
Sumber: Irmawartini, Nurhaedah. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Metodologi
Penelitian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, 2017: 29-31, 74-7.

2. Gambarkan kerangka konsep penelitian ini


Kerangka konsep (conceptual framework) adalah himpunan konsep dan gagasan
yang akan digunakan sebagai kerangka pikir yang mendasari pelaksanaan kerja yang
dilakukan oleh peneliti. Kerangka konsep ini dapat dianggap sebagai operasionalisasi dari
teori yang ada dalam kerangka teori. Dalam kenyataannya karena keterbatasan penelitian,
peneliti tidak akan mampu mengkaji seluruh variabel independen yang ada pada kerangka
teori. Setelah mengeliminasi variabel-variabel independen yang tidak akan akan dikaji
disertai penjelasan tentang alasan pengeliminasiannya, diperoleh kerangka konsep yang
hanya memuat gambaran hubungan antara variabel dependen dengan himpunan variabel
independen yang akan dikaji peneliti.

6
3. Jelaskan manfaat apakah yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini?
Manfaat penelitian merupakan dampak atau hasil yang diharapkan dari tercapainya tujuan
penelitian. Manfaat penelitian akan tercapai apabila tujuan dan rumusan masalah dapat
dipecahkan secara tepat. Manfaat penelitian merupakan pengembangan ilmu pengetahuan
secara teoritis dan memiliki manfaat praktis berupa untuk membantu mengatasi,
memecahkan dan mencegah masalah yang ada. Secara garis besar, manfaat penelitian
dibagi menjadi 2 yakni teoritis dan praktis, sehingga manfaat penelitian pada penelitian
ini ialah:
a. Manfaat teoritis:
 Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi
mengenai pengaruh berkumur teh hijau terhadap laju alir saliva.
 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan / kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya dibidang kesehatan
khususnya bagi lansia.
 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk
melanjutkan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praktis:
 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk
memperhatikan tingkat kesehatan gigi dan mulut pasien lansia.
 Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang pengaruh berkumur
the hijau terhadap laju alir saliva sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan
klinis dalam perawatan alternative xerostomia.
 Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain untuk
mengembangkan bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju alir saliva.
Sumber: Jamal S. Merumuskan Tujuan dan Manfaat Penelitian. Jurnal Ilmiah Dakwah
dan Komunikasi. 2012; 3 (5): 153-6.
7
4. Apakah desain penelitian ini?
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yaitu suatu penelitian
dengan melakukan kegiatan percobaan, yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau
pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen
tersebut. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variable. Dari
perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variable yang
lain. Tujuan utama penelitian eskperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan
saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi atau mengenakan satu
atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok kontrol).
Rancangan penelitian eksperimental yang dilakukan adalah rancangan eksperimen
sungguhan (true experimental designs) yaitu rancangan pretest posttest dengan kelompok
kontrol (pretest-posttest with control group) dalam rancangan ini dilakukan randomisasi,
artinya pengelompokkan anggota-anggota kelompok kontrol (berkumur akuades) dan
kelompok eksperimen (berkumur seduhan teh hijau) dilakukan berdasarkan acak atau
random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti
intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan posttest
(02) pada kedua kelompok tersebut. Bentuk rancangan sebagai berikut.

Dengan randomisasi, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum
dilakukan intervensi perlakuan. Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka
perbedaan hasil pos tes pada kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh
dari intervensi atau perlakuan. Rancangan ini adalah salah satu rancangan yang terkuat
dalam mengontrol ancaman ancaman terhadap validitas.
[Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Citra: Jakarta, 2018:
50,56.]
5. A. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelayakan lokasi dalam metode penelitian?

8
Kelayakan lokasi adalah dapat atau tidaknya suatu tempat atau lokasi yang dijadikan
sebagai lokasi penelitian berdasarkan standar lokasi yang ada dengan alasan yang sesuai
dan logis mengapa tempat tersebut layak dijadikan sebagai lokasi penelitian. Sekaligus
membatasi ruang lingkup penelitian.
Dalam menentukan lokasi penelitian, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan,
antara lain:
a. Karakteristik dari lokasi yang merupakan dasar kelayakan lokasi dijadikan lokasi
penelitian tersebut apakah sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
b. Data yang dapat diperoleh dari lokasi penelitian apakah sesuai dengan kriteria daya
yang peneliti inginkan.
c. Unsur keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dilihat dari segi tenaga,
dana, maupun dari segi efisiensi jarak dan waktu.
d. Pelaksanaan studi di lokasi yang dipilih seharusnya tidak menimbulkan masalah
dalam kaitannya dengan kemampuan tenaga peneliti.

B. Apakah Puskesmas Darusalam layak dijadikan lokasi penelitian, jelaskan


Puskesmas Darusaalam layak dijadikan lokasi penelitian karena:
a. Puskesmas tersebut merupakan puskemas yang yang secara khusus merawat pasien-
pasien lansia, hal ini sesuai dengan sampel yang ingin di teliti oleh peneliti di
skenario. Dengan menggunakan lokasi ini, maka peneliti dapat mempermudah
mencari sampel yang dibutuhkan karena pasien-pasien yang ada di puskesmas
tersebut semuanya pasien lansia, dan tidak bergabung dengan pasien-pasien umum
yang bukan lansia.
b. Puskesmas tersebut mempunyai reputasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari skenario
dikatakan bahwa puskesmas tersebut adalah puskesmas lansia dengan pelayanan
terbaik, hal ini berarti peneliti bisa berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh
petugas-petugas medis di puskesmas tersebut dinilai memenuhi standar, profesional,
hal ini dapat memudahkan peneliti dalam meminta kerjasama yang baik dari petugas-
petugas medis di puskesmas tersebut dalam melakukan penelitiannya.
c. Puskesmas tersebut menyediakan data yang tercatat dengan baik. Diskenario
dikatakan bahwa puskesmas tersebut mempunyai data rekam medik yang baik, hal ini
tentu akan sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan sampel yang akan di teliti.
Karena pada skenario di katakan bahwa peneliti tersebut akan meneliti kualitas hidup

9
lansia, dimana para lansia sering mengalami xerostomia yang berefek pada kualitias
hidup karena bisa dibarengi dengan kondisi terjadinyanya karies, penyakit
periodontal, BMS, dan lain-lain. Dari data rekam medik tersebut peneliti dapat
melihat dan menganalisis berbagai macam kondisi tersebut untuk mendapatkan
sampel yang sesuai dengan penelitian yang dilakukannya.

6. A. Apakah penelitian ini menggunakan criteria inklusi dan eksklusi jelaskan


Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Selain itu, juga disebut
karakteristik subjek penelitian yang menjangkau apa yang diteliti. Sedangkan kriteria
eksklusi bertujuan menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi
kriteria inklusi karena berbagai sebab, seperti:
a. Terdapat satu kondisi (misal: penyakit) yang akan mengganggu pengukuran dan
interpretasi hasil.
b. Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti tidak punya
tempat tinggal.
c. Hambatan etis.
d. Subyek menolak partisipasi.
Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Jika dikaitkan ke dalam skenario
diketahui bahwa Kiki selaku peneliti membatasi subjek yang akan dijadikan sampel
dalam penelitiannya. Hal ini penting agar tujuan dari penelitian yang dilakukan tetap
dapat tercapai. Sehingga penelitian pada skenario menggunakan kategori inklusi dan
eksklusi.
Sumber: - Hidayat R, Hayati H. Pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksana terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien di Rawat Inap RSUD Bangkianang. Jurnal Ners. 2019; 3 (2):
90. - Heryana, A. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
ebook tidak dipublikasikan. 2019: 102.

B. Jelaskan criteria inklusi dan eksklusi penelitian ini


Kriteria inklusi penelitian:
a. Wanita lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang mengunjungi Puskesmas
Darussalam Medan.
b. Penyakit sistemik terkontrol.

10
c. Wanita lansia yang mengalami xerostomia / laju aliran saliva tidak distimulasi kurang
dari 0,1 ml/menit.
Kriteria eksklusi penelitian:
a. Memiliki kelainan kognitif.
b. Memiliki kelainan kelenjar saliva.
c. Sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.
d. Alergi terhadap teh hijau.
e. Adanya infeksi kronis.
f. Sedang menderita kanker.
g. Lansia yang pernah atau sedang menjalani kemoterapi.

Sumber: - Patino CM, Ferreira JC. Inclusion and exclusion criteria in research studies:
definitions and why they matter. J Bras Pneumol 2018; 44(2): 84. - Ko JH. The Effects of
Green Tea on Salivary Production and Viscosity, and on Quality of Life in Patients with
Sjögren’s Syndrome: A Pilot Study. Thesis. Toronto: University of Toronto, 2012: 23.

7. Bagaimana cara sampling penelitian ini, jelaskan alasannya.


Cara sampling penelitian ini adalah diambil secara non probability sampling jenis
purposive sampling. Alasan dilakukan teknik pengambilan sampel non random karena
diperlukan sampel lansia wanita (kelompok usia 60 tahun ke atas) dengan xerostomia dan
dengan penyakit sistemik terkontrol, sehingga probabilitas semua elemen di populasi
untuk terpilih sebagai sampel adalah tidak sama, dan tidak merepresentasikan populasi
dan hasilnya tidak dapat digeneralisasi ke populasi.
Teknik non random adalah pengambilan sampel tidak didasarkan pada probabilitas.
Reliabilitas hasil penelitian tidak dapat dilakukan evaluasi matematis. Keuntungan
metode ini mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan waktu lama, dan tidak
membutuhkan biaya besar. Kerugian menggunakan metode ini adalah probalilitas setiap
unit sampel tidak diketahui sehingga tidak objektif dan sampel yang terpilih tidak dapat
mewakili populasi keseluruhan.
Jenis purposive sampling dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar
dan jauh. Sampling dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu:

11
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Lansia wanita (kelompok usia >60 tahun) dengan xerostomia dan penyakit sistemik
terkontrol.
c. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
d. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
(Irmawartini, Nurhaedah. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Metodologi Penelitian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, 2017: 124.)

8. Berapakah kira-kira besar sampel penelitian ini?


Berdasarkan rancangan acak eksperimental sederhana, jumlah sampel dihitung dengan
menggunakan rumus rancangan eksperimental murni yaitu Rumus Federer (bila tujuan
penelitian untuk menganalisis keterkaitan antar variabel melalui penelitian eksperimental
di laboratorium):
(𝒕 − 𝟏)(𝒓 − 𝟏) ≥ 𝟏𝟓
Keterangan:
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi

(𝑡 − 1)(𝑟 − 1) ≥ 15
(2 − 1)(𝑟 − 1) ≥ 15
𝑟 − 1 ≥ 15
𝑟 ≥ 16
Ada 2 kelompok perlakuan pada penelitian ini, yaitu kelompok berkumur dengan seduhan
teh hijau untuk pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur, dan
perbandingan laju alir saliva dari sampel yang berkumur dengan seduhan teh hijau dengan
akuades. Jumlah replikasi atau sampel minimal dalam setiap kelompok perlakuan adalah
lebih besar sama dengan 16 sampel, dapat dibulatkan ke 20 sampel untuk masing-masing
kelompok kontrol dan perlakuan.

12
(Irmawartini, Nurhaedah. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Metodologi Penelitian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, 2017: 113.

9. Jenis data apasaja yang harus diperoleh nantinya?


Data yang harus diperoleh adalah:
a. Data kuantitatif/numerik: menurut sifatnya Data yang akan diperoleh dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif yang merupakan data dalam bentuk bilangan (numeric) atau
berupa angka. Data numerik juga merupakan data yang dapat dihitung dan menjawab
pertanyaan ‘berapa banyak’. Data ini didapatkan dari pengukuran saliva sebelum dan
sesudah berkumur teh hijau dan akuades.
b. Data kontinu: menurut sifatnya Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
data kontinu karena data ini merupakan hasil pengukuran. Selain itu, data kontinu
merupakan rangkaian data yang nilainya dapat berbentuk desimal. Pengukuran dalam
hal ini diketahui dari skenario dimana Kiki akan mengukur saliva dari sampel
penelitian.
c. Data primer: menurut sumber pengambilan Data yang akan diperoleh dalam
penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan
langsung oleh peneliti itu sendiri dari sumbernya, yaitu sampel penelitian. Pada
penelitian ini, Kiki langsung mengukur saliva sebelum dan sesudah berkumur teh
hijau dan berkumur akuades.
d. Data rasio: menurut skala pengukuran Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini
adalah data numerik, yaitu data rasio. Jenis data ini dilengkapi dengan titik nol absolut
yang artinya nilai 0 berarti nilainya memang 0 atau kosong. Data rasio dalam hal ini
adalah data jumlah saliva.
Sumber: - Ranganathan P, Gogtay NJ. An Introduction to Statistics – Data Types,
Distributions and Summarizing Data. Indian Journal of Critical Care Medicine 2019;
23(2): 169. - Mason J, ed. Concepts in Dental Public Health. Baltimore: Lippincott
Williams & Wilkins, 2010: 82, 219.

10. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perhitungan statistic apakah yang
digunakan?

13
Pertama dilakukan uji normalitas dulu dengan uji Kolmogorov-smearnov. Apabila data
terdistribusi normal, data diolah dengan menggunakan uji t berpasangan (paired) untuk
membandingkan antara laju alir sebelum dan sesudah berkumur teh hijau dan berkumur
aquades. Dalam hal ini untuk mengetahui perbedaan rerata laju aliran saliva sebelum dan
sesudah berkumur teh hijau pada wanita dengan xerostomia. Untuk membandingkan laju
alir saliva antara berkumur teh hijau dengan berkumur aquades dipakai uji T tidak
berpasangan (independen). Perhitungan statistic yang digunakan berupa uji T
berpasangan (dependen). Uji T adalah uji statistic yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Dengan tujuan untuk menguji perbedaan mean
antara dua kelompok data yang dependen. Syarat uji T berpasangan adalah distribusi data
normal, kedua kelompok data dependen/paired, jenis variable berupa numerik dan
kategorik (dua kelompok). Pada penelitian ini uji T berpasangan digunakan untuk
mengetahui perbedaan rerata laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur teh hijau.
Sedangkan apabila data tidak terdistribusi normal, data diolah dengan menggunakan uji
Wilcoxon untuk membandingkan antara perbedaan rerata laju aliran saliva sebelum dan
sesudah berkumur teh hijau. Dan memakai uji Mann-Whitney untuk membandingkan
antara laju alir saliva antara berkumur teh hijau dengan berkumur aquades.
Nuryadi, Tutu DA, Endang SU, Budiantara M. Dasar Dasar Statitik Penelitian.
Yogyakarta: Sibuku Media, 2017: 3-10.

11. Jelaskan perbedaan desain penelitian ini dibandingkan dengan penelitian survey
analitik?
Metode penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko/faktor penyebab/determinan dan
faktor efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Yang di maksud dengan faktor
resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh).
Sedangkan faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko. Dalam penelitian
analitik, dari analisis korelasi (hubungan/keterkaitan) dapat diketahui seberapa jauh
kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek).
Dalam penelitian eksperimen, hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu
faktor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran / output / penyakit, adalah diuji
kebenarannya dengan percobaan atau eksperimen. Eksperimen juga dapat dilakukan di

14
laboratorium, tetapi disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat,
sehingga eksperimen sewajarnya dilakukan di masyarakat. Bentuk eksperimen lain yang
sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan terhadap
perubahan pengetahuan tentang suatu masalah kesehatan.
Nuryadi, Tutu DA, Endang SU, Budiantara M. Dasar Dasar Statitik Penelitian.
Yogyakarta: Sibuku Media, 2017: 3-10.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam pembuatan gigi tiruan perlu menentukan desain. Tahap penentuan desain
meliputi penentuan kelas, penentuan dukungan, penentuan retainer, dan penentuan konektor.
Kemudian dilanjutkan dengan survei model. Selain itu, dokter gigi juga harus menentukan
tipe watak pasien untuk mengetahui bentuk komunikasi yang tepat untuk digunakan kepada
pasien. Tahap penentuan desain dan bentuk komunikasi yang tepat memberikan hasil
perawatan yang lebih baik.

3.2 SARAN
Operator harus berhati-hati dalam melakukan perawatan pada kasus pembuatan gigi
tiruan tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pembuatan gigi tiruan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Jubhar EH, Rachellea K. Patient mental attitude: a systematic review. J Dentomaxillofac


Sci 2020; 5(2): 70-2.
2. Gaikwad AV, Singh KP, Hazari P, Deshpande S, et al. Different classification systems of
complete denture patients based on mental attitude: a review. IJOCR 2015; 3(2): 28-9.
3. Agarwal AK, Murinson BB. New dimensions in patient–physician interaction: values,
autonomy, and medical information in the patient centered clinical encounter. Rambam
Maimonides Med J 2012; 3(3): 1-7.
4. Putra S. Aplikasi pola paternalistik dan pola konsumeristik dalam informed consent.
Jurnal Hukum 2000; 7(15): 141.
5. Tonetti MS, Greenwell H, Kornman KS. Staging and grading of periodontitis: Framework
and proposal of a new classification and case definition. J Periodontol 2018; 89: S165-6.
6. Anggraini CW, Aris WM, Pujiastuti P. Gambaran status kebersihan rongga mulut dan
status gingiva pasien RSGM Universitas Jember Oktober- November Tahun 2015 (The
description of oral hygiene status and gingival status of patients in dental hospital of
Jember University on October- November 2015). e-Jurnal Pustaka Kesehatan 2016; 4(3):
526-7.
7. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Ed 2. Medan: USU Press,
2018: 45-6.
8. Albandar JM, Brunelle JA, Kingman A. Destructive periodontal disease in adults 30 years
of age and older in the United States, 1988-1994. J Periodontol 1999; 70(1): 13-29.
9. Dharmautama M, Machmud E, Rasyid AF. Pengaruh pemilihan gigi penyangga terhadap
desain cengkeram rangka logam. Dentofasial 2012; 11(2): 85.
10. Tamin HZ, Wahyuni S, Ritonga PWU. Buku ajar ilmu gigi tiruan sebagian lepasan.
Cetakan 5. Medan: USU Press, 2021: 27-36.

16
11. Carr AB, Brown DT. McCracken’s removable partial prosthodontics. 13 th Ed. Missouri:
Elsevier, 2016: 133-9.
12. Thressia M. Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dari bahan kombinasi logam
dan akrilik. E-journal: 3-5.

17

Anda mungkin juga menyukai