Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

ACARA 2

IMITASI INTERAKSI GEN

Nama: RINI ADLINA

Nim: 1800008017

Asisten:Nurul Azizah

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
A. Tujuan
Pada praktikum Imitasi Interaksi Gen bertujuan untuk
1. Mengetahui hasil perhitungan dihibrid 2 warna
2. Mengetahui perbandingan nilai kemungkinan yang paling sesuai dari
dihibrid 2 warna dan dihibrid 3 warna
3. Mengetahui ratio fenotip dihibrid 2 warna
4. Mengetahui epistasi yang digunakan pada dihibrid 3 warna
5. Mengetahui perbandingan ratio fenotip pada dihibrid 3 warna

B. Tinjauan Pustaka

1. Penyimpagan Semu Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel terjadinya suatu kerjasama


berbagai sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti
hukum-hukum perbandingan genotip dari Mendel (Susanto, 2011).

Penyimpangan semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik


sebagai berikut (Susanto, 2011):

a. Interaksi alel adalah berbagai bentuk interaksi alel yang merupakan


interaksidominan tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih
gen sealel (alelganda), dan alel letal.

b. Dominansi tidak sempurna ( Incomplete Dominance) adalah alel


dominan tidakdapat menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga
keturunan yang heterozigotmemiliki sifat setengah dominan dan
setengah resesif.

c. Kodominan adalah dua alel suatu gen yang menghasilkan produk


berbedadengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain.
Contohnya sapi berwarna merah kodominan terhadap sapi putih
menghasilkan anak sapi roan.
d. Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari
suatu gen.Umumnya gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda
dapat terjadiakibat mutasi dan mutasi menyebabkan banyak variasi alel.
Gejala adanya duaatau lebih fenotipe yang muncul dalam suatu
populasi dinamakan  polimorfisme.

e. Alel letal adalah alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu
yang memilikinya. Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan
homozigot resesif dapat menyebabkan kematian. Contoh alel letal
resesif adalah albino pada tumbuhan dan sapi bulldog. Alel letal
dominan adalah alel yang dalam keadaan dominan dapat menyebabkan
kematian. Contohnya ayam jambul.

f. Interaksi gen menyebabkan terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri,


epistasisdan hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan
rasio tidaksesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya
variasi.

g. Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari


beberapagen. Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam.
Ada empat bentuk jengger ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_),
pea (rrP_), dan single(rrpp). Perbandingan fenotipenya adalah walnut :
rose : pea : single = 9 : 3 : 3 :1.

h. Polimeri adalah bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling


menambah. Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih
sehinggadisebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri terdapat pada
percobaan persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang mengh
asilkan perbandingan fenotipe 15 : 1.

i. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen


tersebut berdiri sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi
dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen dominan yang
tersembunyi sebelumnya akan muncul.Contoh kriptomeri adalah
persilangan pada bunga  Linaria maroccana  yang menghasilkan
perbandingan fenotipe bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

 j. Epistasis dan Hipostasis adalah persilangan dimana gen epistasis


memiliki sifatmempengaruhi gen hipostasis. Epistasis dibedakan
menjadi epistasis dominandimana gen dengan alel dominan menutupi
kerja gen lain, epistasis resesifyaitu gen dengan alel homozigot resesif
mempengaruhi gen lain, epistasis gendominan rangkap adalah peristiwa
dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu
fenotipe tunggal, dan komplementer adalah interaksi

2. Tipe Interaksi Gen

Menurut (Maulid hadan Arifin, 2019) tipe – tipe interaksi gen adalah
sebagai berikut:
1.Intratokus atau Intragenik
Interaksi intra alellik adalah interaksi pada alel pada lokus yang sama.
Alel dominan menutupi pengaruh dari alel resesif, sebagian atau penuh.
Berikut ini adalah peristiwa intra alelik:
1) Dominan Sempurna (complete dominance)
Peristiwa dominansi dimana sifat dominan menutupi secara
sempurna sifat resesifnya meskipun dalam kondisi heterozigot.
2) Dominasi tidak sempurna, terjadi apabila suatu gen dominan tidak
menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga
pada individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermedier).
3) Kodominan, tidak memunculkan sifat antara pada individu
heterozigot, tetapi menghasilkan sifat yang merupakan hasil
ekspresi masing-masing alel.
4) Alel Letal merupakan alel yang dapat mengakibatkan kematian
pada individu homozigot (embrio).
5) Alel ganda merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel dari
suatu gen. Alel ganda hanya dapat dipelajari pada populasi.
2.Intertokus atau Intergenik
Interaksi inter alellik adalah interaksi antara alel pada lokus yang
berbeda, gen pada satu lokus mempengaruhi ekspresi dari lokus lain
atau gen pada satu lokus berinteraksi dengan gen pada lokus
lain.Interaksi diantara lokus-lokus tersebut akan mengubah pola
distribusi dalam populasi F2 Suatu gen atau lokus yang menekan
atau menyembunyikan kerja suatu gen pada lokus lain disebut
epistasis. Gen atau lokus yang ditekan disebut hipostasis. Epistasis
yang terjadi pada dua lokus gen, jumlah fenotip yang muncul pada
keturunan dari induk – induk dihibrida akan kurang dari empat.
Terdapat enam tipe rasio epistasis yang dikenal yaitu sebagai berikut
:
1) Kodominan (9:3:3:1)
2) Epistasis Dominan (12:3:1

3. Epistasi dan Hipostasis

Epistasis dan Hipostasis adalah persilangan dimana gen epistasis


memiliki sifatmempengaruhi gen hipostasis. Epistasis dibedakan menjadi
epistasis dominandimana gen dengan alel dominan menutupi kerja gen
lain, epistasis resesifyaitu gen dengan alel homozigot resesif
mempengaruhi gen lain, epistasis gendominan rangkap adalah peristiwa
dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe
tunggal, dan komplementer adalah interaksi (Susanto, 2011).

4. Macam – macam Peristiwa Epistasi dan Hipostasis

a) Epistasis dominan terjadi apabila penutupan gen oleh suatu gen


dominan yang bukan alelnya, fenotip pada generasi F2 dengan
adanya epistasi dominan adalah 12 :3:1 (Rahmad,2012). Apabila
digunakan huruf-huruf permulaan dari alfabet maka kuncinya A
epistatis terhadap B dan b (Suryo,2013)
b) Epistasis resesif yaitu terjadi apabila gen resesif menutupi adanya
ekspresi gen yang bukan alelnya akibat peristiwa ini maka generasi
F2 akan diperoleh positif 9:3:4 (Rahmad,2012) . Maka digunakan
dengan kunci aa epistasis terhadap b dab b (Suryo,2013)
c) Epistasi dominan dan resesif terhadap apabila gen dominan dari
pasangan gen 1 terhadap pasangan gen 2 yang bukan alelnya
sementara gen resesif dari pasangan gen 2 ini juga epistasis
terhadap pasangan zat satu ini menghasilkan nisbah fenotip 13:3
padagenerasi F2 (Rahmad,2012) Makakuncinya
A epistasis terhadap B dan b
BB epistasis terhadap A dan a ( Suryo,2013)

d) Adanya gen dominan rangkap apabila gen dominan bukan alelnya


sementara gen dominan dan resesif pasangan gen 2 ini juga
epistasis terhadap pasangan gen 1 maka pesta sex yang terjadi
dinamakan epistasis dominan ganda atau rangkap epistasis
dominan ini menghasilkan nisbah fenotip 15 : 1 pada generasi F2
(Rahmat,2012) Kunci pada epistasi ini adalah
A epistasis terhadap B dan b
B epistasis terhadap gen A dan a (Suryo,2013)
e) Adanya gen resesif rangkap apabila gen resesif dan satu pasangan
gen katakanlah gen epistasis terhadap pasangan gen 1 maka
presentase resesif ganda atau rangkap aplikasi ini menghasilkan
listrik berfenotip 9:7 pada generasi F2 (Rahmad,2013)
Kunci pada epistasi ini adalah
aa epistasis terhadap B dan b
BB epistasis terhadap gen A dan a (Suryo,2013)
f) Adanya game-game rangkap yang mempunyai pengaruh komulatif
menghasilkan nisbah fenotip 9:6:1 pada generasi F2 (Rahmat ,
2012)
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi Interaksi Gen

Menurut (Arif, 2009) faktor-faktor yang diperkirakan dapat


mempengaruhi diantaranya:
a. Pengaruh Faktor Luar
1) Suhu yaitu mengatur kecepatan reaksi tertentu.
2) Sinar yaitu menyediakan energi kinetik untuk
pembentukan klorofil.
3) Gizi yaitu organisme hidup membutuhkan bahan
dalam bentuk makanan.
4) Hubungan dengan induk.
b. Pengaruh Faktor Dalam
1) Umur yaitu proses penuaan dimulai dari saat
pembuahan dan berlangsung selama perkembangan
organisme.
2) Jenis kelamin yaitu berhubungan dengan fungsi
reproduksi dan adanya sifat khusus dari jenis
kelamin.
3) Hormon berpengaruh dalam perangsangan suatu
aktifitas sel maupun aktifitas-aktifitas metabolik.
6. Chi – Square Test

Chi-Square test  merupakan salah satu cara untuk menguji


percobaan yang dilakukan menyimpang atau tidak dari teori. Didalam
percobaan biologis tidak mungkin didapatkan data yang segera dapat
dipertanggung jawabkan seperti halnya dengan matematika. Berhubung
dengan adanya penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat
dengan hasil yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi (Suryo,
2008).
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat
kebebasan (Inggris = degree of freedom), yang nilainya sama dengan
jumlah jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi andaikan
perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandinganfenotip 3:1 (ada dominansi penuh), berarti ada dua kelas
fenotip, sehingga derajat kebebasan = 2-1 = 1. Jika terdapat sifat
intermedier, keturunannya memperlihatkan perbandingan 1:2:1. Berarti di
sini ada 3 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasannya = 3-1 = 2. Pada
perkawinan dihibrid didapatkan keturunan  dengan perbandingan 9:3:3:1.
Berarti ada 4 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasannya = 4-1 = 3
(Suryo, 2008).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui atau menguji
perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya
yaitu kelompok yang dibandingkan independen dan variabel yang
dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu ada
tidaknya asosiasi antara 2 variabel atau Independent test, apakah suatu
kelompok homogen atau tidak, dan uji kenormalan data dengan melihat
distribusi data atau Goodness of fit test. Nilai Chi-square dapat dihitung
dengan rumus (Yatim, 1986):

X 2 = ∑ (O.E)2/E

Dengan:

X2 = Chi Quadrat

O = Nilai pengamatan

E = Nilai harapan

∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)

C. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
1. Alat
a) Pulpen digunakan untuk menulis hasil percobaan
b) Kalkulator yang berfungsi untuk menghitung hasil percobaan
c) Penggaris berfungsi untuk membuat tabel hasil percobaan
2. Bahan

a) Tongkol jagung zea mays berfungsi untuk sebagai imitasi yang


memperlihatkan modifikasi rasio tertentu
D. Cara kerja
Cara kerja dalam imitasi interaksi gen sebagai berikut :
1. Diamati tongkol jagung zea mays dan menghitung banyaknya biji
berdasarkan warnanya ( kuning hitam dan putih ) mulai dari yang
hanya dua warna fenotipnya sampai yang tiga warna fenotipnya.
2. Laporan pengamatan dibuat dan ditulis dalam tabel
3. Dilakukan dengan pengujian x² diskor yang digunakan untuk
mengetahui apakah hasil pengamatan dapat dianggap sesuai dengan
rasio fenotip yang diharapkan
4. Interaksi gen yang diperoleh dari sampel ditentukan macam-macam
yang sesuai dengan peristiwa apa yang diperoleh.
E. Hasil dan pembahasan
Hasil
 

Pembahasan
F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dilakukan dalam percobaan ini yaitu sebagai
berikut :
1) Berdasarkan hasil perhitungan dihibrid 2 warna yaitu pada warna kuning
diperoleh hasil 13,23 sedangkan warna putih diperoleh hasil 2,77.
2) Perbandingan nilai kemungkinan dari dihibrid 2 warna dan dihibrid 3
warna yang paling mendekati nilai signifikan atau paling sesuai yaitu
dihibrid 2 warna yang mencapai nilai kemungkinan antara 0,30 dan 0,50
sedangkan pada dihibrid 3 warna nilai kemungkinan antara 0,30 dan 0,10.
3) Pada tabel 1. Dihibrid 2 warna memiliki ratio fenotip 13:3.
4) Pada tabel 2. Dihibrid 3 warna menggunakan epistasi dominan.
5) Pada tabel 3. Dihibrid 3 warna memiliki ratio fenotip 12 : 3 : 1.
G. Daftar Pustaka
Agus, R., dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika.
Universitas Hasanuddin.Makassar.

Arif, A. 2009. LaporanPraktikunGenetikaTumbuhan. Jakarta: EGC

Maulidha, AR,. Dan Arifin N,. 2019. “Pengaruh Kombinasi Persilangan


Jagung (Zea mays L.) terhadap Karakter Kualitatif pada
Hibdrida nya (F1)”.Jurnal ProduksiTanaman (7)5 : 755–765.

Rahmad.2012.Epistasis dan hypostasis.Jakarta.pustakaindah

Suryo. 2008. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.
Suryo. (2012). Genetikauntuk strata I . Yogyakarta: UGM Press.
Susanto, H. A. 2011. Genetika. Graham Ilmu, Yogyakarta.

Yatim, W., 1986, Genetika, Transito, Bandung.


H. Jawaban Pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai