Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

Prinsip GCG yang disusun OECD terdiri dari lima prinsip yang dianggap ideal yang harus
tercakup dalam setiap penerapan corporate governance. Jika kelima prinsip tersebut
dijabarkan dan dianalisis ke dalam hukum Perseroan Terbatas di Indonesia , dapat diketahui
hal-hal sebagai berikut:
Perlindungan Terhadap hak-hak Pemegang Saham,
Undang-Undang Perseroan Terbata (UUPT) mengenal beberapa prinsip ini, misalnya prinsip
pencatatan saham atau bukti pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang relevan
mengenai perseroan pada waktu yang tepat, demikian juga pada perusahaan publik.
Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham,
Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip ini, seperti yang diatur dalam UUPT
ditegaskan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT.,
tetapi perlindungan terhadap setiap pemegang saham ternyata belum equel. Jika ditelusuri
lebih jauh, prinsip ini salah satu aspek yang perlu diprioritaskan dalam penerapan dan atau
pengaturan corporate governance di Indonesia.
Dalam praktiknya masalah perlindungan pemegang saham minoritas masih sarat kontrovesi,
dan sering sekadar hanya merupakan wacana normatif.Contoh lain, penerapan Pasal 62 ayat
(1) UUPT, yang menentukan bahwa. “Setiap pemegang saham berhak meminta kepada
perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
perubahan anggaran dasar, b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang
mempunyai nilai lebih dari 50%(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau ,
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan”. Ketentuan pasal ini sangat
limitatif dan tidak menentukan secara imperative mewajibkan perseroan membeli saham dari
pemegang saham minoritas, maupun sanksi jika perseroan menolak membeli saham tersebut,
dengan kata lain pemegang saham minoritas tertutup untuk memanfaatkan pasal 62 UUPT.
Peranan Stakeholders dan Corporate Governance,
Prinsip ini merupakan wacana baru dalam praktik bisnis di Indonesia di bawah payung
UUPT, tidak ada ketentuan hukum perusahaan yang secara jelas dan tegas mengatur
hubungan organisasi perseroan dengan stakeholder di luar Perseroan Terbatas, kecuali
atuturan tanggungjawab social perusahaan (pasal 74) UUPT.
Keterbukaan dan Transparansi,
Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia tampaknya baru mengakomodir
prinsip disclosure and transparancy bahwa kewajiban Direksi dan Komisaris dalam
menjalankan tugas-tugasnya harus dilandasi iktikad baik, tidak ada ketentuan yang jelas
mengatur kewajiban, atau sanksi apabila perseroan tidak menerapkan keterbukaan dan atau
transparansi.
Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors),
Kerangka Corporate Governace harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan,
pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh dewan komisaris, serta
akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham maupun perseroan.
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham
1. Perlindungan dari Perundang-Undangan
Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan aktivitas di pasar modal,
sudah disiapkan seperangkat peraturan yang maksudnya sebagai rangkaian tindakan
preventif, agar emiten adalah benar-benar emiten yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan itikad baik akan membagi power dan intensisnya kepada masyarakat. Peraturan
yang mengatur tentang syarat materil maupun formal, prosedur dan pelaksanaan emisi
saham tersebut merupakan upaya awal kepada pemegang saham publik, perlindungan
tahap berikutnya ada dan antisipasi oleh peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
bappepam sebagai institusi yang berwenang untuk mengawasi pasar modal di Indonesia.
Bapepam adalah otoritas dari pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya
aktivitas di pasar modal.Karena seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang
saham harus dilindungi untuk menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat lebih
menarik investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan kata lain bahwa
sebagian dari sistem perlindungan hukum bagi pemegang saham publik berada di tangan
Bapepam.Perlindungan terhadap pemegang saham dimuat dalam ketentuan perundang-
undangan dalam pasar modal, seperti UU pasar modal dan pperlindungan terhadap
pemegang saham yang dilakukan Bapepam dapat dilihat dari UU pasar modal pasal 82
ayat (2) peraturan no IX.E.1
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan
terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat
melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor
sertapihak-pihak yang terkait dengan perusahaan.Ide dasar dari GCG adalah memisahkan
fungsi dan kepentingan  diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti perusahaan
yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana sehari-hari
usaha perusahaan dan masyarakat luas. Dan GCG juga dijadikan sebagai suatu aturan
atau standar yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,Direksi, Manajer, dengan
merinci tugas dan wewenang serta bentuk pertanggung jawaban kepada pemegang
saham.
Persoalannya adalah bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang
beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini beberapa pasal yang dapat
berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik mayoritas dan minoritas:
A. Tindakan Derivatif
Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk mewakili
urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap Direksi dan atau
Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan.
1. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil
perseoran dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan
yang merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota
Direksi dan atau pun oleh komisaris (lihat ps.85 (3) jo. ps.98 (2) UUPT).
2. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan
perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan RUPS (baik RUPS
tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun komisaris tidak
menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan RUPS (lihat ps.67
UUPT)
B. Hak Pemegang Minoritas
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham mayoritas. 
1. Hak Menggugat
Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, bila
tindakan perseroan merugikan kepentingannya (Pasal 54 UUPT)
2. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan
Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap perseroan, permintaan data
atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan bahwa perseroan dan atau anggota
direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga (Pasal 110 UUPT).
3. Hak Atas Jalannya Perseroan
Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk
membubarkan perseroan (Pasal 117 UUPT).
4. Hak Perlakuan Wajar
Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan
yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
i. perubahan anggaran dasar perseroan;
ii. penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan; atau
iii. penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.
(Pasal 55 UUPT) 

Anda mungkin juga menyukai