Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

Untuk menciptakan atau membangun sebuah konstruksi atau bangunan

umumnya memakai beton yang digunakan sebagai struktur teknik sipil. Beton

digunakan untuk pondasi kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Oleh karena itu

pengtahuan tentang beton ini sangat diperlukan dan pelajari.

Beton merupakan bahan kontruksi yang terdiri dari campuran bahan pengikat

hidrolis(semen Portland), agregat sebagai bahan pengisi dan penguat, air sebagai

material pereaksi dan bahan tambahan (aditif) bisa digunakan bila ada maksud

tertentu, misalnya untuk mempercepat pengerasan atau manambah kekuatan, bahan

aditif ini bisa terdiri dari : ply ash, gips, bubuk bata merah, dan lain-lain.

Metode yang digunakan dalam perencanaan campuran beton didasarkan pada

ketentuan Amerika Insitute (ACI) standar 211-1-91 yang dikombinasikan dengan

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 N-2.

Berdasarkan bahan campuran yang disesuaikan dengan pelaksanaan, beton

struktural dibagi menjadi 2 jenis :

1. Beton tidak berudara di dalam (non air entrained concrete).

2. Beton berudara di dalam (air entrained concrete).

Kedua jenis beton ini kekuatan tekanannya sangat tergantung pada kepadatannya,

daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan kekerasan agregat yang

digunakan. Mutu dari suatu beton adalah tekanan yang dapat di terima oleh beton

tersebut dalam satuan kg/cm2. Dimana mutu atau kualitas dari suatu beton sangat

tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya : mutu bahan dasar,
2

komposisi campuran, faktor air semen, pelaksanaan campuran, kondisi temperatur

tempat beton mengeras, perawatan dan umur dari benda uji beton itu sendiri. Faktor-

faktor ini sangat penting untuk diperhatikan agar mendapatkan gradasi yang sesuai.

Untuk mengetahui tingkat kekuatan atau keamanan suatu konstruksi yang

akan dibangun, maka sangat perlu dihitung kekuatan beton tersebut. Sehingga untuk

menghitung atau mengetahui tingkat kekuatan beton maka kita perlu melakukan

pengujian atau pengetesan benda uji dari beton tersebut.

Campuran beton yang telah selesai akan diisi ke dalam suatu tempat berbentuk

silinder yang disebut sebagai benda uji. Sebelum dimasukkan mortar, silinder terlebih

dahulu diolesi dengan oli agar beton tidak lengket ketika dikeluarkan dari cetakan.

Pencampuran dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin

pengaduk Mollen yang berkapasitas 120 liter dengan FAS 0,344 dan dengan nilai

Slump yang ditetapkan 7,5 – 10 cm. Benda uji dicetak dalam cetakan baja berbentuk

silinder yang berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm sebanyak 8 buah silinder benda

uji. Tes pembebanan dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari dan 28 hari dengan

menggunakan mesin pembebanan Ton Industri Manhein, Jerman

Tujuan praktikum bahan bangunan ini agar kami dapat mengetahui kekuatan

suatu beton, apakah beton tersebut memenuhhi standar dan layak digunakan, atau

tidak, dan agar kami dapat mengetahui bagaimana caranya menghitung beton

struktural dan beton non struktural.


3

BAB II

MATERIAL , BENDA UJI , DAN METODE PENELITIAN

2.1 Material

Material utama yang digunakan adalah agregat, yang meliputi Coarse

Aggregate yaitu kerikil dengan butiran nya > 5mm dan Fine Aggregate yang meliputi

pasir kasar (Coarse Sand), dan pasir halus (Fine Sand).

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan

kohesif (kohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agregat menjadi

suatu masa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air

(hydration). Oleh karenanya semen ini dinamakan hidraulis (hydraulic cement).

Semen hidraulis bisa juga dinamakan semen Portland (Portland cement). Semen yang

digunakan ialah Andalas tipe 1.

Air (water) yang dapat digunakan dalam campuran beton dan perawatannya

harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-

bahan yang dapat merusak beton. Dalam hal ini, sebaiknya digunakan air yang bersih

dengan ketentuan pH ± 7 yang tersedia di laboratorium ilmu konsruksi dan bahan

bangunan fakultas teknik Universitas Syiah Kuala. Tetapi karena kesulitan

memperolehnya dan harga yang mahal, maka boleh dipergunakan yang terdapaat di

alam, seperti air sumur, air sungai, air waduk dan lain-lain dengan ketentuan

memenuhi kriteria air minum. Air yang digunakan adalah bersih dengan ketentuan PH

$ 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di Lab.Konstruksi dan Ilmu Bahan

Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.


4

Yang mempunyai sifat-sifat : jernih, bersih, tawar, dan dapat diminum, dan juga harus

bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, dan bahan-bahan

yang dapat merusak beton.

2.1.1 Aggregat

Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati

bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 mm – 150 mm. Agregat yang digunakan

adalah agregat alam yang berupa coarse agregat ( kerikil), coarse sand (pasir kasar),

dan fine sand (pasir halus).

Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi ,dan

menempati sekitar 75% dari volume total beton.

Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton :

 Menghemat penggunaan semen Portland

 Menghasilkan kekuatan besar pada beton

 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton

 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang

padat

A. Agregat Halus

Agregat halus berukuran 0,075 mm – 5 mm, dan meliputi pasir kasar (Coarse

Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat

sbb:

 Modulus halus butir 2.3 sampai 3.1


5

 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu

banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-

HARDER dengan larutan NaOH 3%.

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras,

dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan

temperatur.

 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%

(ditentukan terhadap berat kering). Bila lebih 5% harus dicuci.

 Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan diatas dapat

juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari

tidak kurang dari 95% dari kekkuatan adukan agregat yang sama tetapi

dicuci dalam lar. NaOH 3% yang kemudian dicuci bersih dengan air pada

umur yang sama.

 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam

besarnya.

B. Agregat Kasar

Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari

batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan

butirannya berukuran antara 5mm-150mm. Ketentuan agregat kasar antara lain :

 Modulus butir 6.0 sampai 7.1.

 Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji

Rudeloff dengan beban uji 20 ton.


6

 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak

berpori.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.

Bila melampaui harus dicuci.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yg dapat merusak

beton, seperti zat yang relatif alkali.

Persentase air sangat mempengaruhi di sini. Bila kadar air sedikit saja lebih,

maka akan sangat berpengaruh pada mutu beton yang diinginkan. Kelebihan air akan

mengakibatkan adanya rongga-rongga pada beton, sehingga beton menjadi kurang

kokoh. Karena ketika beton sudah kering air yang datinya presentasinya lebih, akan

menyisakan rongga-rongga udara.

2.1.2 Portland cement (PC)

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) kohesif

(cohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agrregatvmenjadi suatu

massa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air atau

hidration. Oleh karenanya semen ini dinamakan semen hidraulis (hydraulic

cement).semen hidraulis biasa juga disebut semen Portland (Portland Cement).

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland terbagi dalam 5 jenis

yaitu :

 Tipe I, yaitu untuk konstruksi secara umum.

 Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak

tahan terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.


7

 Tipe III, yaitu untuk beton yang mengeras dengan cepat, dikenal dengan istilah

beton dengan kekuatan awal tinggi.

 Tipe IV, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang

rendah.

 Tipe V, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap

Sulfat.

Dalam percobaan ini, semen yang digunakan adalah semen Tipe I.

Komponen-komponen utama dari semen Portland adalah batu kapur yang

mengandung komposisi CaO (kapur, lime) dan lempung yang mengandung SiO2

(silika),, Al2O3 (oksida aluminium) dan Fe2O3 (oksida besi).

2.1.3 Air

Air yang dapat dipergunakan dalam campuran beton dan perawatannya harus

bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan

yang dapat merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih, tetapi

karena kesulitan memperolehnya / mahal maka boleh digunakan air yang terdapat di

dalam alam seperti air sumur, air sungai, dan lain-lain dengan ketentuan memenuhi

kriteria air minum.

Pada percobaan ini, digunakan air dengan Ph dianggap 7 yang telah tersedia di

Lab. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.

2.2 Benda Uji


8

Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda

uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus ukurannya 15x15x15 cm³, kubus

ukuran 20x20x20 cm³ dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan

PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15x15x15 cm³ sedangkan menurut ACI

211.1-77 adalah silinder ukuran 15 cm dengan tinggi 30 cm.

Pada percobaan digunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan

tinggi 30 cm sebanyak 8 buah.

2.3 Metode Pelaksanaan

2.3.1 Sifat-sifat fisis agregat

Untuk menentukan sifat-sifat fisis agregat, digunakan metode British Standard

(BS) dan American Society for Testing for Material (ASTM).

Berat jenis (Specific Gravity) agregat adalah perbandingan berat sejumlah

volume agregat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang

sama. Specific Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh

permukaan(saturated surface dry)dan kering absolut(oven dry) berdasarkan metode

BS 812. Pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan

dalam air untuk kerikil; dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlow’s.

Analisa saringan (sieve analysis) bertujuan menguraikan susunan butiran

agregat yang diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan

beberapa fraksi saringan. Pada pelaksanaannya perlu ditentukan batas max/min

butiran sehubungan pengaruh terhadap sifat pekerjaan, penyusutan, kepadatan,

kekuatan, dan juga faktor ekonomi dari beton. Peraturan beton bertulang indonesi
9

1971 mengusyratakan batas maximum butiran 31,5 mm dan batas minimum 0,25

mm.Dalam hal ini saringan standar yang digunakan berdasarkan metode ASTM.

2.3.2 Kandungan organis dalam pasir

Jika agregat campuran beton mengandunakan bahan organik akan

mengakibatkan proses hidrasi terganggu, sehingga dapat mengurangi kekuatan beton.

Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan menggunakan metode

Abram’s Harder ASTM C-40-73.

2.3.3 Komposisi Campuran Beton (Concrete Mix Design)

Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton diteliti sifatnya,

kemudian perencanaan komposisi campuran berdasarkan American Concrete Institude

(ACI) 211.1-91.
10

BAB III

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAl, PERHITUNGAN

KOMPOSISI CAMPURAN BETON, DAN PEMBUATAN BENDA UJI

3.1 Pelaksanaan Pemeriksaan Material

3.1.1 Berat volume (bulk density)

Tujuan : Pemeriksaan ini untuk menentukan berat volume pada

aggregate

Peralatan :

1. Pengering (oven).

2. Talam/baki. Untuk mengeringkan benda uji agregat.

3. Tongkat pemadatan standar dari besi diameter 16 mm, panjng 60cm dan salah

satu ujungnya dibulatkan.

4. Mistar perata.

5. Skop atau sendok pengisi agregat.

6. Literan (container). Baja yang kaku berbentuk silinder dari plat baja dengan

tutup.
11

Bahan :

1. Kerikil (course agregat).

2. Pasir (fine agregat).

Langkah Kerja :

7. Timbang berat literan beserta tutup plat kaca.

8. Literan didsi air penuh pada temperatur kamar, sehingga waktu ditutup pada

plat kaca tidak terlihat gelembung-gelembung udara, lalu ditimbang beratnya.

9. Berat air dalam literan.

10. Timbang berat plat kaca.

11. Masukkan benda uji ke dalam baskom sebanyak yang diteliti ( sekurang-

kurangnya untuk 3 buah benda uji ).

12. Benda uji dikeringkan dengan oven pada temperatur antara 1000C – 1100C

hingga terdapat berat tetap.

13. Dengan menggunakan sendik/ sekop benda uji diisi kedalam literan secara

hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran ( sebaiknya dijatuhkan dari

ketinggian kurang dari 5 cm diatas permukaan literan ) hingga penuh.

14. Ratakan permukaan benda uji dengan menggelinding tongkat stansar/

menggeser mistar pada tepi atas literan.

15. Tentukan berat literan beserta benda uji.

16. Berat volume gembur dapat ditentukan dengan rumus :

Perhitungan

I. Berat literan : Wl = Wlk - Wk


12

II. Berat air dalam literan : Wa = Wlka - Wlk

III. Volume literan : V1 = Wa / 1 = Wa

IV. Berat benda uji : Wbu = Wlbu - Wl

V. Volume benda uji : Volume literan

VI. Berat volume benda uji : Wbv = Wbu / Vl

3.1.2 Analisa saringan (sieve analysis)

Tujuan : Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan

perencanaan campuran agregat untuk beton

Peralatan :

1. Pengeringan ( oven ).

2. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji.

3. Satu set saringan standar ASTM 79 yang disesuaikan dengan ketentuan-

ketentuan PBI 1971 yaitu sebagai berikut : 31,5;

19,1;9,52;4,76;2,38;1,19;0,59;0,29 dan 0,149 mm.

4. Baki/ talam penampung

5. Sikat besi, sendok dan kuas.

Bahan :

1. Kerikil. Tiap benda uji diambil 2,5 kg.

2. Pasir kasar.

3. Pasir halus.
13

3.1.3 Berat jenis (specific grafity)

Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis aggregate

Peralatan :

1. Timbangan.

2. oven.

3. Kain lap.

4. Baskom.

5. Sendok.

6. Ember plastik.\

Bahan :

1. Kerikil.

Langkah Kerja : Pengukuran berat jenis dan absorbsi diawali dengan

perendaman agregat selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam, agregat yang

jenuh air tersebut dihamparkan di atas lantai sambil dibalik-balikkan dan

diangin-anginkan untuk mengeringkan permukaannya secara merata.

Untuk agregat halus atau pasir, keadaan kering air permukaan didapat

dengan memasukkan pasir ke dalam kronis sebanyak 3 lapis yang tiap lapis

dipadatkan dengan menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Setelah


14

diratakan, kronis diratakan dan diangkat vertikal ke atas. Keadaan kering air

permukaan ditunjukkan dengan runtuhnya sebagian agregat halus atau pasir.

Pasir dalam keadaan kering air permukaan dimasukkan ke dalam gelas

dan ditimbang beratnya. Kandungan udara dalam pasir tersebut dihilangkan

dengan mengisi air ke dalam gelas hingga penuh. Kemudian ditutup dengan

plat kaca, lalu gelas dibolak-balik beberapa kali hingga udara pada agregat

tersebut dapat keluar. Ini dilakukan hingga tidak terdapat lagi gelembung

udara di dalam gelas. Kemudian gelas yang berisi pasir dan air tadi ditimbang

beratnya. Selanjutnya airnya dibuang dan pasir diisi ke dalam kontainer yang

telah diketahui beratnya dan kemudian dioven selama 24 jam dengan

temperatur 105° C, lalu ditimbang beratnya. Dengan data yang telah diperoleh,

dapat ditentukan berat jenis pasir kering permukaan dan kering oven dengan

menggunakan persamaan:

Ws
Sg(S )S= D
Ws + Wc ' w+ Wcs " w

Ws
S g (O ) = D
Ws + Wc 'w+ Wcs " w
Keterangan :
15

Sg(SSD) = berat jenis pasir jenuh air kering permukaan

Sg(OD) = berat jenis pasir kering oven

Ws = berat pasir jenuh air kering permukaan

Wd = berat pasir kering oven

Wcsw’ = berat gelas berisi pasir jenuh air kering permukaan dan air

Wcw” = berat gelas dan air

Pengukuran berat jenis agregat kasar atau kerikil dilakukan dengan

memasukkan kerikil tersebut ke dalam keranjang yang telah diketahui

beratnya. Kerikil dan keranjang ditimbang di udara dan di atas air. Selanjutnya

kerikil dioven selama 24 jam dengan temperatur 105° C. Agregat kasar atau

kerikil dalam keadaan kering oven ditimbang beratnya. Selanjutnya dapat

ditentukan berat jenis kerikil kering permukaan dan kering oven dengan

menggunakan persamaan;

Ws
S g ( SSD ) =
Ws −Ww

Wd
S g ( OD ) =
Ws − Ww

Keterangan :

Sg(SSD) = berat jenis kerikil jenuh air kering permukaan

Sg(OD) = berat jenis kerikil kering oven

Ws = berat kerikil jenuh air kering permukaan

Wd = berat kerikil kering oven

Ww = berat kerikil jenuh air kering permukaan dalam air

3.1.4 Penyerapan (absorption}


16

Tujuan : Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorbsi

merupakan persentase perbandinagn agregat dalam keadaan

SSD dengan OD.

Langkah Kerja :

Selanjutnya setiap agregat dihitung absorbsi agregat tersebut dengan

menggunakan persamaan:

(Ws − Wd )
W = × 100 %
Wd

Keterangan :

W = Water absorption

Ws = berat agregat jenuh air kering permukaan

Wd = berat agregat kering oven

Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil nilai rata-ratanya.

3.2 Perhitungan Rencana Campuran Beton Struktural (Mix Design)

Kokoh beton yang diinginkan adalah 200 kg/cm2 (silinder) dengan tinggi

slump 7,5 - 10 cm. Coarse agregate mempunyai diameter maksimum 31,5 mm dengan

dry rodded weight 1,599 kg/m3. Bahan-bahan yang digunakan adalah Potland Cemen

Type I PT. SAI dengan specific gravity 3,15. Coarse agregat dengan specific gravity

OD 2,574 dengan absorption 3,12 % serta fineness modulus 7,139. fine sand dengan

spesific gravity OD 2,493 dengan absorption 4,319 % serta Fineness modulus 2,505.

Air yang digunakan adalah air yang memenuhi criteria air minum.
17

Berat 1 m3 mortal diperhitungkan berdasarkan tabel ACI Standard 211.191,

secara interpolasi diperoleh 1862,988 kg.

Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah:

air (netto) : 186,760

kg

semen : 345,852

kg

coarse aggregate : 1104,589

kg

jumlah : 1637,201

kg

berat fine agregat menjadi : 1862,988 – 1104,589 =

758,399 kg

berat fine sand = 0,798 x 758,399 =

605,202 kg

berat coarse sand = 0,202 x 758,399 =

153,197 kg

Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM

(JISC/DOBOKUGAKKAI) :

FMfs (x) + FMcs (1-x) = FMfa .1

2,505 (x) + 3,962 (1-x) = 2,8

2,505x + 3,962 - 3,962x = 2,8

- 1,457x = - 1,162

x = 0,758 (fine sand)

1-x = 0,202 (coarse sand)


18

Berat FA menjadi = 1862,988 – 1104,589 = 758,399 kg

berat FS = 0,798 x 758,399 = 605,202 kg

berat CS = 0,202 x 758,399 = 153,197 kg

Untuk mencampur 8 benda uji standar, maka komposisi campuran yang

dibutuhkan dapat dihitung :

V 1 b.uji = ¼ π d2 h

V 8 b.uji = 8 (¼) (3,14) (15 cm)2 (30 cm)

= 42390 cm3

= 0,042390 m3

≈ 0,05 m3

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga jenis aggregate yaitu coarse aggregate,

coarse sand dan fine sand, meliputi beberapa bagian sebagai berikut :

4.1 Sifat-sifat Fisis Material

Tabel 4.1.1 Hasil sieve analysis Hasil penelitian sifat fisis agregat
19

Sifat-Sifat Agregat
Fisis CA CS FS
Specific Gravity SSD 2,655 2,645 2.601
Specific Gravity OD 2,974 3,608 2,493
Bulk Density (Kg/L) 1,559 1,643 1,450
Water Absoption 3,121 3,608 4,319
Fineness Modulus(FM) 7,139 3,2418 2,505

Tabel 4.1.2. Hasil Penelitian Sieve Analysis

UKURAN Persen rata-rata tinggal dalam

SARINGAN saringan
CA CS FS
(mm)
31,5 0.000 0.000 0.000
19,0 32.367 0.000 0.000
9,50 60.233 0.000 0.000
4,75 3.833 19.221 0.000
2,36 0.750 18.087 4.333
1,18 0.650 25.999 5.667
0,600 0.683 20.243 42.333
0,300 0.684 10.421 33.400
0,150 0.550 4.888 12.333
20

Sisa 0.250 1.141 1.934


TOTAL 100.000 100.000 100.000

Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi:

a. Kuat tekan beton rata-rata

σbm =
∑σbi
n

1.803 ,744
σbm =
8

σbm = 225 ,468

Ket :

Silinder yang digunakan sebagai benda uji adalah silinder dengan

diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus:

P
σ bi =
A
Faktor umur untuk waktu :
Keterangan :
3 hari = 0,4
σbi = Kuat tekan beton 7 hari = 0,65

P = Beban hancur (ton) 14 hari = 0,88


21 hari = 0,95
A = Luas penampang
28 hari = 1
A = ¼π d 2

= ¼ (3,14)(15)2

= 176,625 cm2

Dari data yang didapat diatas kita dapat mengetahui standart deviasi dari beton

tersebut : 182,266
21

Deviasi standar merupakan tolok ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan

pembetonan. Berdasarkan PBI 1971 Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus ;

∑(σ ' bi −σ ' bm )


2

s=
n −1

4,798 .934
s=
8 −1

s = 26 .183 2
kg/cm

Kuat tekan karakteristik

f’c = f’cr – k.S

= 225,468 - (1,65) (26,183)

= 182,266 Kg/cm2

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase

kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

MutuBetonC ampuran
% kekuatan beton = x100
MutuBeton Re ncana

182 ,266
= x100
200

= 91 %.
22

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara

menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil

suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik sangat dipengaruhi oleh

kualitas bahan pembentuknya . Disamping itu terdapat pula faktor-faktor tambahan

lainnya, antara lain : Faktor Air Semen ( FAS ), proses pencampuran, proses

pemadatan, proses perawatan dan umur benda uji.

Dalam melakukan uji kekuatan beton kita harus memperhatikan toleransi umur

pembebanan yang dibolehkan setelah benda uji dikeluarkan dari bak perendaman. Ini

memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam praktikum. Kesalahan-kesalahan lain

yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

5.1 Kandungan organik pada aggregat.


23

Bahan organik yang dikandung aggregate dapat mempengaruhi kekuatan

beton. Bila pada pencucian aggregate tidak sempurna, akan menyebabkan kandungan

kotoran organik dalam aggregate cukup tinggi, sehingga dapat merusak beton melalui

proses-proses kimia yang berlangsung.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum dan menganalisa data-data yang diperoleh maka

dapat disimpulkan :

Dari hasil penelitian diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar (σbm ) 232,21

kg/cm 2

Kuat tekan beton rata-rata (σ ’bm) dengan perawatan yang diperoleh dari 8 benda uji

sebesar 383,87 Kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) sebesar 81,54 Kg/cm2 .Tinggi

slump yang diperoleh 6 cm, yaitu tidak memenuhi syarat tinggi slump yang

direncanakan yaitu 7,5cm – 10 cm.

Kesalahan-kesalahan pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan

antara lain :
24

Kekeliruan dalam perhitungan perbandingan bahan-bahan pencampur yang

digunakan. Kurangnya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton

sehingga mempengaruhi komposisi campuran beton.

6.2 Saran

Masih banyak kekuranagan dalam pelaksanaan praktikum ini untuk

memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat. Oleh karena itu, masih banyak hal yang

harus diperbaiki dan ditingkatkan agar berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa

mendatang.

Bila ada yang ingin melakukan atau melanjutkan praktikum ini disarankan

untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum. Praktikan juga

diharapkan dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan praktikum. Ketelitian

dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan, serta dituntut

pula kekompakan antara sesama praktikan agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.

Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih

ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat

dikurangi.
25

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hanafiah M.A. 1995. Panduan Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran

Beton Stuktura,. Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT

Unsyiah.

Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. N.I.-2, Bandung :

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum dan

Tenaga Listrik.

Zaman Kamaruz dan Subhan Ahmad, Rencana Campuran Beton dengan FAS 0,50,

Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT Unsyiah.

Anda mungkin juga menyukai