Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Telkom Group adalah perusahaan BUMN di bidang telekomunikasi serta
penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom
Group melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap
layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak
dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan
interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. Telkom Group juga
menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment,
termasuk cloud-based and server-based managed services, layanan e-Payment
dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.

Sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom Group sedang mengupayakan


inovasi di sektor-sektor selain telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara
seluruh produk, layanan dan solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business.
Dalam rangka meningkatkan business value, pada tahun 2012 Telkom Group
mengubah portofolio bisnisnya menjadi TIMES (Telecommunication,
Information, Media Edutainment & Service). Telkom Group memiliki empat anak
perusahaan, yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Selular (Telkomsel), PT.
Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT. Daya
Mitra Telekomunikasi (Mitratel).

Bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-68, Sabtu 17


Agustus 2013, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. mendeklarasikan logo
barunya yang mencerminkan komitmen Telkom untuk memberikan yang terbaik
bagi bangsa Indonesia. Penampilan logo baru tersebut mencakup perubahan logo
secara menyeluruh dan terintegrasi dengan empat aspek dasar perusahaan, yaitu
transformasi bisnis, infrastruktur, sistem dan model operasi serta sumber daya
manusia.

1
Sumber :www.telkom.co.id
Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

1.1.1 Visi dan Misi Perusahaan


Berikut adalah visi dan misi perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Visi

“To become a leading Telecommunication, Information, Media, Edutainment and


Services (“TIMES”) player in the region”

Misi

To provide “more for less” TIMES services.

To be the role model as the best managed corporation in Indonesia.

1.1.2 Deskripsi Portofolio Bisnis Telkom


a. Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah bisnis legacy Telkom. Sebagai ikon bisnis perusahaan,


Telkom melayani Plain Ordinary Telephone Service ("POTS") wireline
connections, fixed wireless, data communication services, broadband, satellite,
network dan interconnection rental, as well as cell phone services through its
subsidiary, Telkomsel. Jasa telekomunikasi Telkom mencapai semua segmen
pasar mulai dari pelanggan individu untuk usaha kecil dan menengah (UKM)
serta korporasi.

b. Informasi

Layanan informasi adalah model bisnis yang dikembangkan oleh Telkom di New
Economy Business (NEB). Layanan ini memiliki karakteristik layanan terpadu

2
untuk memfasilitasi proses bisnis dan transaksi yang mencakup Value Added
Services (VAS) dan Dikelola Aplikasi/IT Outsourcing (ITO), e-Payment dan IT
Enabler Services (ITES).

c. Media

Media merupakan salah satu model bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai
bagian dari NEB. Layanan Media menawarkan Free To Air (FTA) dan Pay TV
untuk gaya hidup digital modern.

d. Edutainment

Edutainment adalah salah satu layanan andalan Telkom dalam model bisnis NEB
dan ini menyasar segmen pasar anak muda. Telkom menawarkan berbagai
layanan termasuk Ring Back Tone (RBT), SMS Contents, portal dan banyak lagi.

e. Layanan

Layanan model bisnis yang berorientasi pelanggan Telkom. Hal ini sejalan
dengan Portofolio Pelanggan Telkom untuk Pribadi, Konsumen/Home, UKM,
Enterprise, Grosir dan Internasional.

1.1.3 Struktur Organisasi WITEL Purwokerto


Berikut adalah gambaran struktur umum organisasi perusahaan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang terbaru dari tahun 2013.

3
Sumber : Data internal perushaan

Gambar 1.2 Struktur Oraganisasi WITEL Purwokerto

1.2 Latar Belakang Penelitian


Budaya organisasi mengacu kepada sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dan organisasi lain (Robbins,
2003:721). Menurut Schein dalam Shahzad et al (2013), budaya organisasi adalah
nilai-nilai dan perilaku orang-orang yang dianggap sebagai alat mengarah ke
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi umum. Budaya organisasi adalah pola
pikir orang-orang yang membedakan mereka dari satu sama lain, dalam organisasi
atau di luar organisasi. Ini termasuk nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku karyawan
yang berbeda dari organisasi lain (Hofstede dalam Shahzad et al, 2013). Budaya
organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
organisasi yang membedakan organisasi tersebut dangan organisasi lain. (Robbins
dan Judge dalam Sunyoto, 225:2012). Setiap organisasi harus menyelesaikan
permasalahan integrasi internal dan adaptasi eksternal. Permasalahan internal dan
eksternal saling berkaitan, sehingga harus dihadapi secara simultan. Oleh sebab
itu, fungsi utama budaya organisasi adalah membantu memahami lingkungan dan

4
menentukan bagaimana meresponnya, sehingga dapat mengurangi kecemasan,
ketidakpastian, dan kebingungan (Yulk 2007 dalam Sunyoto, 227:2012). Budaya
organisasi memiliki dua fungsi utama yaitu 1) sebagai proses integrasi internal,
dimana para anggota organisasi dapat bersatu sehingga mereka akan mengerti
bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain. 2) sebagai proses adaptasi
eksternal, dimana budaya organisasi akan menentukan bagaimana organisasi
memenuhi berbagai tujuannya dan berhubungan dengan pihak luar.
Karena budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai dan sikap bersama,
hal tersebut memberikan pengaruh pada individu, kelompok dan proses
organisasi. Sebagai contoh, anggota diarahkan untuk menjadi warga negara yang
baik dan saling akur. Oleh karena itu, jika merujuk pada suatu rangkaian prosedur
yang spesifik dalam berhadapan dengan konsumen merupakan norma yang
diterima, maka perilaku ini akan diharapkan, diakui, dan diberi penghargaan.
Budaya yang kuat sering kali dicirikan oleh adanya karyawan yang memiliki nilai
inti bersama. Semakin banyak karyawan yang berbagi dan menerima nilai inti,
semakin kuat budaya dan semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku
(Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 46:2007).
The Telkom Way merupakan pilar ketiga penopang budaya perusahaan
mengandung tiga unsur inti 3P, yaitu philosophy, principle, dan practice.
a. Philosophy Always the Best adalah keyakinan dasar (basic belief) yang
berisi filosofi-filosofi dasar bagi Telkomers untuk menjadi insan terbaik.
Keyakinan dasar ini merupakan esensi budaya perusahaan yang melandasi
nilai-nilai dan perilaku Telkomers dalam mencapai hasil yang maksimal.
Always the Best merupakan sebuah sikap mental dasar untuk selalu
menjadi yang terbaik dalam setiap apapun yang dilakukan. Dengan selalu
menjadi yang terbaik, maka itu menjadi sebuah dedikasi dan persembahan
yang terbaik pula yang dapat diberikan kepada perusahaan, bangsa dan
Negara, bahkan lebih universal lagi, kepada seluruh umat manusia dan
menjadi rahmat bagi alam semesta.
b. Principles to be the Star, yaitu nilai-nilai inti (core values) yang berisi
prinsip dasar untuk menjadi insan bintang. Principle to be the Star
mengandung tiga nilai inti yang disebut 3S: Solid, Speed, Smart.

5
Solid adalah terwujudnya satu hati (hati yang bersih), satu pikiran dan
satu tindakan. Adanya soliditas akan melahirkan sahabat sejati, dan itu
berarti saling menyayangi, saling melindungi, saling membela, Untuk
mengembangkan soliditas, terdapat 3 hal yang diperlukan sehingga
terbangun kohesivitas dan rasa saling percaya antar Telkomers, yakni
shared vision (semua memiliki tujuan yang sama), the shared values
(selalu mengacu pada nilai sebagai panduan dalam pengambilan
keputusan), dan the culture of trust (mempercepat proses pengambilan
keputusan dan kemudahan untuk segera beradaptasi terhadap perubahan.
Solid merupakan terjemahan dari Always the Best yang pertama, yaitu
integrity.
Speed adalah bertindak secara cepat dalam setiap pekerjaan yang
Telkomers lakukan. Kecepatan bertindak merupakan faktor kunci untuk
memenangkan persaingan, baik kecepatan dalam merespon peluang bisnis,
kecepatan menghasilkan layanan, dan kecepatan menghasilkan inovasi-
inovasi. Speed merupakan penerjemahan dari unsur Always the Best yang
kedua, yaitu enthusiasm.
Smart adalah bersikap, berpikir dan bertindak secara cerdas dalam
pekerjaan yang kita Telkomers lakukan melalui intuisi yang tajam, olah
rasio melalui kreativitas dan inovasi yang menghasilkan terobosan, dan
olah raga melalui aksi-aksi yang impresif. Smart merupakan penerjemahan
dari unsure Always the Best yang ketiga, yaitu totality.
c. Practices to be the Winner yaitu standar perilaku (standard behaviors)
yang berisi praktik-praktik luhur untuk menjadi insan pemenang, Standar
perilaku ini membentuk pola sikap dan pola tindak karyawan dalam
rangka menempa diri menjadi pemenang. Practices to be the Winner
mengandung tiga standar perilaku, yang disebut IFA: Imagine, Focus,
Action. Imagine adalah praktik berperilaku yang selalu “berawal dari
akhir” dalam merencanakan dan menjalankan pekerjaan. Sebuah kerja
besar harus dimulai dari mimpi dan cita-cita besar yang hendak dicapai.
Praktik ini identik dengan visi atau mimpi seorang pemimpin. Imagine
menggambarkan desirability (keinginan) bukan feasibility (kebiasaan).

6
Focus adalah praktik yang selalu mengutamakan yang utama dan mampu
mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara baik. Action adalah
berperilaku yang selalu menekankan tindakan konkret dalam mencapai
sebuah hasil. Imagine dan focus hanya bisa bermuara pada hasil yang
nyata jika dikerjakan (action) atau diimplementasikan sekaligus dikontrol.

Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala Divisi HR WITEL


Purwokerto Bapak Yogo, beliau mengatakan bahwa budaya organisasi sangat
penting bagi suatu organisasi agar dapat terus berkembang. Apabila suatu
organisasi tidak memiliki budaya, maka organisasi tersebut akan kehilangan visi.
Dalam wawancara tersebut, beliau mengatakan bahwa belum mengetahui secara
pasti budaya yang seharusnya diterapkan saat ini telah terapkan dengan baik atau
belum di WITEL Purwokerto. Karena belum pernah dilakukan penelitian
mengenai budaya di WITEL Purwokerto. Menurut Kepala HR WITEL
Purwokerto, beliau menuturkan bahwa seharusnya semua karyawan menerapkan
budaya organisasi tersebut agar dapat meningkatkan kualitas perusahaan dengan
hasil kinerja yang terus meningkat. Hal tersebut sesuai dengan kekuatan budaya
yang berhubungan dengan kinerja antara lain, penyelenggaraan tujuan didalam
perusahaan dengan strong culure, kebanyakan pekerja mengikuti apa yang
dilakukan pemimpinnya.
Speed adalah bertindak secara cepat dalam setiap pekerjaan yang
Telkomers lakukan. Kecepatan bertindak merupakan faktor kunci untuk
memenangkan persaingan, baik kecepatan dalam merespon peluang bisnis,
kecepatan menghasilkan layanan, dan kecepatan menghasilkan inovasi-inovasi.
Budaya organisasi Speed masuk dalam karakteristik budaya organisasi menurut
Robbins & Judge (2011:554) yaitu inovasi dan keberanian mengambil resiko yang
berarti sejauh mana para karyawan didorong agar inovatif dan mengambil resiko.
Speed merupakan penerjemahan dari unsur Always the Best yang kedua, yaitu
enthusiasm. Bila dikaitkan dengan karakteristik budaya organisasi menurut
Robbins & Judge (2011:554) yaitu Keagresifan yang berarti sejauh mana orang-
orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai.

7
ODS (One Day Service) merupakan layanan perbaikan yang dilakukan
dalam satu hari, jadi jika pelanggan mengalami gangguan dan menghubungi
contact center maka pihak Telkom hari itu juga akan memperbaiki gangguan
tersebut. Untuk mengetahui kinerja karyawan dalam menagani gangguan tersebut,
dapat dilihat pada gambar berikut:

100.0
90.0
P 80.0
e 70.0
60.0
r
50.0
s 40.0
Speedy
e 30.0
n 20.0 Telepon
10.0 UseeTV
0.0

Bulan

Sumber : Data Internal Perusahaan


Gambar 1.3 Persentase ODS Gangguan 2014

Berdasarkan grafik diatas, ODS gangguan Speedy meningkat pada awal tahun,
dan termasuk stabil. Namun pada akhir tahun mengalami penurunan. ODS
gangguan telepon termasuk yang paling stabil diantara yang lainnya, namun
pada akhir tahun mengalami penurunan juga. Kemudian ODS gangguan
UseeTV, berdasarkan grafik diatas, mengalami naik turun yang cukup drastis
dan sepanjang tidak stabil.

8
100
90
P 80
e 70
60
r
50
s 40
Speedy
e 30
n 20 Telepon
10 Usee TV
0

Bulan

Sumber : Data Internal Perusahaan


Gambar 1.4 Persentase ODS Pasang Baru 2014

Berdasarkan grafik di atas, pelayanan ODS pasang baru Speedy dan ODS
pasang baru telepon naik secara signifikan pada awal tahun dan termasuk
stabil. Berbeda dengan ODS pasang baru UseeTV yang naik secara signifikan
pada awal tahun, namun pada pertengahan tahun mengalami naik turun secara
signifikan dan berujung penurunan di akhir tahun.
Berdasarkan data diatas, kinerja pegawai WITEL Purwokerto belum stabil.
Suatu organisasi biasanya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kinerja segenap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
(Wibowo, 363:2013). Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu
organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit
oriented yang dilaksanakan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas
Amstron dan Baron dalam Irham Fahmi mengatakan kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Suatu organisasi
jika ingin mempertahankan budaya kuat maka organisasi tersebut harus
konsisten dan berusaha semaksimal mungkin menerapkannya secara terus-
menerus kepada para karyawannya. Karena jika organisasi tidak konsisten
menerapkan suatu budaya kuat kepada para karyawannya maka budaya itu
lambat laun akan hilang dan akhirnya perushaan itu akan lemah. Lemahnya

9
perusahaan akan memberi pengaruh pada penurunan kualitas manajemen
kinerja perusahaan. (Fahmi, 50:2010).
Menurut Kandula dalam Ahmad (2012) kunci kinerja yang baik adalah
budaya yang kuat. Dia lebih lanjut menyatakan bahwa karena perbedaan
budaya organisasi, strategi yang sama tidak menghasilkan hasil yang sama
untuk dua organisasi diindustri yang sama dan di lokasi yang sama. Budaya
yang positif dan budaya yang kuat dapat membuat seorang individu rata-rata
melakukan dan mencapai prestasi dengan gemilang, sedangkan budaya negatif
dan lemah mungkin mendemotivasi karyawan yang luar biasa untuk
underperform dan berakhir tanpa prestasi. Oleh karena itu budaya organisasi
memiliki peran aktif dan langsung dalam kinerja manajemen. Murphy dan
Cleveland dalam Ahmad (2012) percaya bahwa penelitian tentang budaya
akan memberikan kontribusi untuk pemahaman manajemen kinerja. Magee
dalam Ahmad (2012) berpendapat bahwa tanpa mempertimbangkan dampak
dari budaya organisasi, praktik organisasi seperti kinerja manajemen bisa
menjadi kontraproduktif karena keduanya saling tergantung dan berubah dan
akan mempengaruhi yang lain.
Berdasarkan uraian diatas dan dibutuhkannya penelitian ini oleh
perusahaan, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada kantor PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk WITEL Purwokerto).

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dengan judul Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada kantor PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
WITEL Purwokerto). Maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana budaya organisasi pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
WITEL Purwokerto?
2. Bagaimana kinerja pegawai PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk WITEL
Purwokerto?

10
3. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk WITEL Purwokerto?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi pada PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk WITEL Purwokerto.
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pegawai PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk WITEL Purwokerto.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja pegawai PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk WITEL Purwokerto.

1.5 Kegunaan Penelitian


a. Aspek Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya dan dapat berguna untuk semua pihak. Bagi penulis, penelitian
ini dapat meningkatakn pengetahuan tentang budaya organisasi dan kinerja
pegawai.
b. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, saran dan evaluasi
teradap perusahaan untuk melihat kembali pengaruh budaya organisasi
terhadap kinjera pegawai di WITEL Purwokerto.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Untuk menulis sebuah penelitian, diperlukan adanya sistematika penulisan
agar memudahkan pembaca. Adapun sistematika yang digunakan adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi rincian mengenai gambaran umum perusahaan, latar belakang
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
sistematika penulisan.

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai tinjauan pustaka penetilian yang membahas
teori yang berkaitan dengan topic penelitian, penelitian terdahulu yang dapat
menajdi referensi penelitian, kerangka penelitian yaitu rangkaian pemikiran
yang akan menajdi sebuah kesimpulan penelitian, hipotesis penelitian, dan
ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini menguraikan secara rinci metode penelitian yang digunakan, variabel
operasional, tahapan penelitian, populasi dan sample, pengumpulan data, uji
validitas dan realiabitas, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan secara rinci tentang karakteristik responden, hasil
penelitian, dan pembahasan hasil penelitian

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, saran pemecahan masalah untuk
perushaan dan juga saran untuk para pembaca atau penulis selanjutnya.

12

Anda mungkin juga menyukai