Anda di halaman 1dari 81

Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMAHAMAN


KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN
DI DUSUN CEMBING TRIMULYO JETIS BANTUL
TAHUN 2014

Disusun Oleh :

Nurul Arifah
(110125)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

2014

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KaryaTulis Ilmiah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMAHAMAN


KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN
DI DUSUN CEMBING TRIMULYO JETIS BANTUL
TAHUN 2014

Telah memenuhi syarat dan telah diseminarkan


KaryaTulis Ilmiah di Akademi Kebidanan Yogyakarta
Tanggal 17 Juni 2014

DisusunOleh :

Nurul Arifah

110125

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

RR. Issac Tri Octaviati R, S. Ant, M. Sc Cahyaning Setyo Hutomo, SST. M.Kes
LEMBAR PERSEMBAHAN

KaryaTulis Ilmiah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMAHAMAN


KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN
DI DUSUN CEMBING TRIMULYO JETIS BANTUL
TAHUN 2014

Telah diseminarkan dan dipertahankan di depan dewan penguji


Untuk mendapat gelar Ahli Madya Kebidanan
Pada tanggal 17 juni 2014

DisusunOleh :
Nurul Arifah
110125

Mengetahui,

Pembimbing I : RR. Issac Tri Octaviati R, S. Ant, M. Sc ………………

Pembimbing II : Cahyaning Setyo Hutomo, SST. M.Kes .…………....

Penguji : Murtini, SKM., M.Kes ………………

Direktur
AkademiKebidanan Yogyakarta

Drs. H. Henri Soekirdi, M.Kes


Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya

kebidanan disuatu perguruan tinggi negeri dan sepenajang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orng

lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila kemudian hari ternyata ditemukan adanya kesamaan dengan

penelitian lain, maka saya bersedia menanggung resiko dan konsekuensi dari

akademik.

Yogyakarta 17 juni 2014

Nurul Arifah
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga tugas usulan penelitian Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“HubunganPeran Orang Tua dengan Pemahaman Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja Usia 12-15 tahun di Dusun Cembing” dapat terselesaikan.
Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi DIII
Kebidanan Akademi Kebidanan Yogyakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan usulan Karya Tulis Ilmiah
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankanlah disampaikan hormat dan terimakasih kepada :
1. Drs. Henri Soekirdi, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan
Yogyakarta
2. Fitriani Mediastuti, S.Si., M.Kes, selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah
3. RR. Issac Tri Octaviati R, S. Ant, M.SC, selaku dosen pembimbing I
4. Cahyaning Setyo Hutomo, SST. M.Kes, selaku dosen pembimbing II
5. Murtini SKM., M.kes, selaku dosen penguji
6. Kepala Dusun Cembing yang telah membantu dalam pengumpulan data
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Sekali lagi diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, disadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan
Karya Tulis Ilmiah. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diterima dan dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Yogyakarta, Februari 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
INTISARI ........................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah............................................................................ 1
B. RumusanMasalah.................................................................................... 5
C. TujuanPenelitian..................................................................................... 5
D. ManfaatPenelitian................................................................................... 5
E. KeaslianPenelitian................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. TinjauanTeori.......................................................................................... 10
1. Peran Orangtua.................................................................................... 10
2. Pemahaman Kesehatan Repsroduksi................................................... 15
3. Remaja................................................................................................. 25
B. KerangkaTeori......................................................................................... 32
C. KerangkaKonsep..................................................................................... 33
D. Hipotesis.................................................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. JenisdanRancanganPenelitian................................................................. 34
B. LokasidanWaktuPenelitian..................................................................... 34
C. SubjekPenelitian...................................................................................... 34
D. VariabelPenelitian................................................................................... 35
E. DefinisiOperasionalVariabel................................................................... 36
F. InstrumenPenelitian................................................................................. 37
G. TeknikPengumpulan Data....................................................................... 41
H. Analisis Data........................................................................................... 41
I. RencanaJalannyaPenelitian..................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hassil Penelitian...................................................................................... 47
B. Pembahasan ............................................................................................ 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 55
B. Saran ....................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional .......................................................................... 37


Tabel 2. Kisi – kisi Kuesioner ......................................................................... 40
Tabel 4.1 Distribusi Krakteristik Responden di Dusun Cembing Trimulyo Jetis
Bantul................................................................................................................. 48
Tabel 4.2 Distribusi Pemahaman Remaja dengan Kesehatan Reproduksi....... 49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Orang Tua...... 50
Tabel 4.4 Hubungan Peran Orabg Tua dengan Pemahaman Kesehata Remaja Pada
Remaja Usia 12- 15 Tahun .............................................................................. 51
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMAHAMAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN
DI DUSUN CEMBING TRIMULYO JETIS
BANTUL YOGYAKARTA 2014

Nurul Arifah1, RR. Issac Tri Oktaviati 2, Cahyaning Setyo Hutomo3

INTISARI

Latar belakang : Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan lima warga di Dusun Cembing,
diketahui bahwa masih banyak remaja-remaja yang belum paham tentang masalah kesehatan
reproduksi karena orang tua tidak berperan secara baik sebab para orang tua disibukkan dengan
pekerjaan masing-masing yang kebanyakan pekerjaannya sebagai buruh.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan pemahaman kesehatan reproduksi
pada remaja usia 12-15 tahun di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini ada orang tua berjumlah 38 dan remaja usia 12-15 tahun berjumlah
38 reponden. Pemilihan sampel dengan cara total sampling. Analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square.
Hasil Penelitian : Sebagian besar responden remaja dengan presentase 60.5% mempunyai
pemahaman baik, 31,6% mempunyai pemahaman cukup dan 7,9%mempunyai pemahaman yang
kurang tentang kesehatan reproduksi.Sebagian besar responden orang tua dengan presentase
47,4% mempunyai peran tinggi, 42,1% mempunyai peran yang sedang, dan 10,5% mempunyai
peran yang rendah tentang kesehatan reproduksi.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan pemahaman kesehatan
reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun.

Kata Kunci : Peran Orang Tua, Pemahaman Kesehatan Reproduksi

1
Mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta
2
Universitas Gajah Mada
3
Akademi Kebidanan Yogyakarta
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009, Menjalani kehidupan

reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman serta bebas dari paksaan

dan kekerasan dengan pasangan yang sah. Kesehatan reproduksi adalah suatu

keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan

sistem reproduksi, serta fungsi prosesnya. Menurut WHO, kesehatan

reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan

dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya (Nurfajriyah. 2009).

Pemahaman Kesehatan reproduksi remaja mempunyai peran besar

bagi remaja. Para remaja dituntut untuk memahami dan menyadari ilmu

tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja

bertanggung jawab terhadap masalah kehidupan reproduksi, untuk

mewujudkan peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja

dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan

berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki

permasalahan khusus (Kumalasari dkk , 2012).

1
2

Pada kenyataannya pemahaman kesehatan reproduksi masih kurang

hal ini di tunjukkan oleh United Nations Fund for Population Activities

(UNFPA) dalam Rachmawati (2008), hampir dari 1 dari 6 penduduk dunia

adalah remaja, dan 85% hidup di negara berkembang. Banyak sekali remaja

yang sudah aktif seksual, bahkan separuhnya sudah menikah. Setiap tahun

lebih kurang 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, dan 4 juta remaja

melakukan aborsi (Racmawati, 2008).

Pada tahun 2008 jumlah remaja di Indonesia yang berusia 10-19 tahun

adalah sekitar 30% dari jumlah penduduk seluruhnya atau kurang lebih 65

juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia yang berusia remaja

banyak menimbulkan permasalahan yang menghawatirkan apabila tidak

diadakan pembinaan yang tepat dalam proses kehidupannya terutama dalam

kesehatan reproduksi (Racmawati, 2008).

Berdasarkan sensus penduduk dari BPS pada tahun 2010, menyatakan

jumlah remaja usia 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah

penduduk 273,6 juta jiwa. Besarnya jumlah remaja ini memerlukan perhatian

dan penaganan serius dari seluruh pihak karena masalah yang menonjol di

kalangan remaja, yaitu seputar seksualitas, HIV, DAN AIDS serta Napza,

rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi dan rata-rata

usia kawin pertama perempuan relative rendah, yaitu 19,8% (SDKI, 2007).

Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 secara nasional dan di DIY.

Meunrut SKRRI tingkat pemahaman remaja perempuan maupun laki-laki di

DIY lebih tinggi dibanding rata-rata nasional juga mencakup masalah


3

hubungan seksual yang dapat menyebabkan kehamilan. Remaja perempuan di

DIY yang mengetahui hal ini angkanya mencapai 79,3% di banding

prosentase nasional sebesar 55,2%. Sedang untuk remaja laki-laki angkanya

menunjukkan 73,7% atau 21,7% di atas prosentase nasional yang mencapai

52% (Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, 2010).

Pemahaman dasar anak pertama kali berasal dari keluarga terutama

orang tua. Tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa mereka telah

sukses mendidik anaknya. Sebagian dari mereka menyatakan telah gagal

mendidik anaknya. Semua tidak terlepas dari kesibukan masing-masing orang

tua. Semua orang tua pasti berharap anaknya menjadi seseorang yang baik,

dari sisi kepribadian juga pendidikan formal (Lestari, 2012).

Secara alamiah anak mencari orang tua untuk menjawab berbagai

permasalahan, dan memilih lebih ingin mempercayakan dirinya kepada orang

tua melebihi siapapun. Jika kebutuhan akan pemenuhan informasi ini didapat

di peroleh dari orang tua, maka anak akan merasa benar-benar nyaman.

Sebaliknya, jika ia tidak dapat mencari informasi-informasi penting dari

orang tuanya akan muncul keluhan-keluhan. Menurut Craig dalam

Soetjiningsih (2004), kadang-kadang remaja menemui pertentangan dari

orang tua yang dapat menimbulkan konflik, namun orang tua dalam proses

tersebut berusaha meminimalkan konflik dan membantu anak remajanya

untuk mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk mengatur

diri sendiri.
4

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan

data bahwa jumlah penduduk Dusun Cembing 895 jiwa dan orang tua yang

mempunya remaja usia 12-15 tahun sebesar 38 orang tua. Dari hasil

wawancara yang di lakukan dengan lima warga di Dusun Cembing, diketahui

bahwa masih banyak remaja-remaja yang belum paham tentang masalah

kesehatan reproduksi karena orang tua tidak berperan secara baik sebab para

orang tua disibukkan dengan pekerjaan masing-masing yang kebanyakan

pekerjaannya sebagai buruh. Kesadaran untuk memberikan pemahaman

tentang kesehatan reproduksi masih rendah, pemahaman orang tua sendiri

tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Rendahnya pemahaman orang

tua juga dipengaruhi oleh pendidikan orang tua yang hanya berpendidikan

rata-rata sekolah dasar (SD). Dari beberapa faktor di atas merupakan salah

satu penyebab adanya kasus kehamilan tidak diinginkan di dusun Cembing.

Faktor lain yang memepengaruhi minimnya pemahaman kesehatan

reproduksi, yaitu karena kurang adanya sosialisai mengenai kesehatan

reproduksi dari tenaga kesehatan di wilayah tersebut. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Peran Orang

Tua dengan Pemahaman Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Usia 12-15

Tahun di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, “Adakah hubungan peran orang

tua dengan pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun di

Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan pemahaman

kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun di Dusun Cembing

Trimulyo Jetis Bantul.

2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja

usia 12-15 tahun di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul.

b. Untuk mengetahui peran orang tua pada peningkatan pemahaman

kesehatan reproduksi remaja usia 12-15 tahun di Dusun Cembing

Trimulyo Jetis Bantul.


6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Secara Teoritis

Untuk menambah wawasan keilmuan khususnya dalam bidang

kebidanan yang berkaitan dengan pemahaman kesehatan reproduksi pada

remaja usia 12-15 tahun.

2. Secara Praktis

a. Bagi Orang Tua dan Remaja

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi para orang tua

agar lebih memperhatikan anak-anaknya memahami pentingnya

pemberian informasi kesehatan reproduksi secara benar kepada anak-

anaknya sehingga remaja dapat terhindar dari perilaku beresiko

terhadap kesehatan reproduksinya.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga

kesehatan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan pelayanan

kesehatan reproduksi pada remaja yang berada di dalam wilayah kerja

tenaga kesehatan.
7

E. Keaslian Penelitian

Alasan penelitian mengenai “Hubungan peran orang tua dengan

pemahaman kespro pada remaja usia 12-15 tahun di Dusun Cembing

Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta, disebabkan karena masih kurangnya peran

orang tua dalam meningkatkan pemahaman kespro pada remaja. Namun ada

penelitian sebelumnya yang hampir serupa pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti lain, diantaranya adalah:

1. Ahmad Teguh dkk (2013) dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap

terhadap kesehatan reproduksi dengan praktik seksual pranikah pada

mahasiswi Kebidanan di Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan

Semarang” didapatkan hasil bahwa:

a. Responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang kesehatan

reproduksi dan seksualitas sebesar 97,3 %, responden yang mempunyai

sikap permisif terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas sebesar

74,4 %, responden yang mempunyai sikap teman tidak permesif

terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas sebesar 72,1 %,

responden yang mempunyai sikap orang tua yang baik trhadap

kesehtan reproduksi dan seksualitas sebesar 97,6 %, dan responden

yang melakukan praktik seksual pranikah (intercourse) sebesar 11,6 %.

b. Tidak ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan

seksualitas dengan perilaku seksual pranikah mahasiswa Akademi

Kebidanan Depkes Semarang. (p= 0,432). Ada hubungan antara sikap

teman terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas mahasiswa


8

Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes Semarang. (p=

0,006). Ada hubungan antara sikap orang tua terhdap kesehtan

reproduksi dan seksualitas dengan perilaku seksual pranikah

mahasiswa Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes

Semarang. (p= 0, 0005).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diusulkan terletak

pada judul penelitian, tempat penelitian dan teknik sampling. Sedangkan

persamaan penelitian ini adalah menggunakan metode pengambilan data

cross sectional, metode pengumpulan data dan jenis penelitian yang

dilakukan.

2. Nasria Putriani (2010) dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1

Mojogedang”, didapatkan hasil bahwa:

a. Dari hasil penelitian di SMA 1 Negeri Mojogedang ditemukan hasil

bahwa informasi kesehatan reproduksi yang pernah mendengar (98,3%)

dan yang tidak (3,7%) berdasrkan sumber informasi kesehtan

reproduksi melalui internet (31,51%), majalah (21,92%), teman

(30,14%), pacar (16,44%), berdasarkan pengaruh orang terdekat pacar

(32,3%), orang tua (35,8%), berdasarkan faktor diskusi ya (64,2%),

tidak (35,8%).

b. Hasil pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri

1 paling berpengaruh adalah informasi, yang kedua adalah berdiskusi


9

yang ketiga orang tua, keempat orang terdekat, kelima media masa dan

yang keenam adalah teman.

Perbedaan dengan penelitian yang diusulkan terletak pada judul

penelitian, tempat penelitian, jenis penelitian yang dilakukan dan teknik

sampling. Sedangkan persamaan penelitian ini adalah menggunakan

metode pengambilan data cross sectional, metode pengumpulan data.

3. Agnes Candar dkk (2012) dengan judul “ Hubungan antara pengetahuan

ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan

masa pubertas pada anak” didapatkan hasil bahwa:

a. Mayoritas responden di SDN Mojopurno 2 Ngariboyo mempunyai

pengetahuan sedang tentang Kesehatan Reproduksi Remaja sebanyak

14 responden (40%) dan dalam mempersiapkan masa pubertas

anaknya mayoritas baik sebanyak 14 responden(40%).

b. Ada hubungan yang signifikan anatara penegetahuan ibu tentang

kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa

pubertas anak.

Perbedaan dengan penelitian yang diusulkan terletak pada judul

penelitian, tempat penelitian. Sedangkan persamaan penelitian ini adalah

menggunakan metode pengambilan data cross sectional, metode

pengumpulan data dan jenis penelitian yang dilakukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Peran orang Tua

a. Pengertian

Orang tua adalah seorang yang dewasa yang mempunyai

tanggung jawab atas putra – putrinya dan ia sebagai panutan serta

tauladan dalam bertingkah laku (Amin, 2005). Orang tua

berkewajiban memberikan perhatian bagi anaknya dintaranya

memberi bimbingan yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang

teguh pada akhlak mulia. Disamping itu memberikan tanggung

jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa

bebas memilih tindak-tanduknya. Orang tua harus memanfaatkan

waktu dengan menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi

mereka dengan sadar dan bijaksana, diantaranya menjaga mereka

dari teman-temannya yang menyeleweng dari tempat yang rusak

(Langgulung, 2004). Orang tua mempunyai peranan yang sangat

penting dalam mengantarkan anak-anaknya kedewasaan. Ayah dan

ibu menjadi sumber utama, informasi mengenai pengetahuan tentang

pubertas kepada remaja secara benar dan terpercaya (Harlock, 2005).

10
11

Menurut Poespitarini dalam Litkesos (2008) hal-hal yang

menyebabkan terjadinya kesulitan komunikasi antara orang tua

dengan remaja dalam keluarga adalah:

1) Perbedaan antara norma yang dianut orangtua dan remaja

dimana orangtua tetap menggunakan norma-norma lama yang

berlaku bagi diri mereka semasa remaja yang tentu berbeda

dengan norma remaja sekarang.

2) Kemerosotan wibawa orangtua karena orangtua tidak konsisten

dengan peraturan-peraturan yang dibuatnya sendiri.

3) Ketidaksepahaman antara ayah dan ibu

4) Cara mendidik yang salah dari orang tua, misalnya terlalu

otoriter atau terlalu permisif

5) Perbedaan cita-cita orangtua dan remaja menurut

Beberapa contoh disfungsi orang tua atau keluarga dengan gangguan

kepribadian dan penyimpangan perilaku anak menurut Rutter (1980)

dalam Hawari (2006) antara lain:

1) Ketidaktahuan keluarga misalnya salah seorang dari orang tua

meninggal dunia atau kedua orang tua bercerai.

2) Kesibukan orang tua misal kedua orang tua terlalu sibuk dengan

pekerjaan atau aktivitas lain sehingga jarang berada di rumah.

3) Hubungan interpersonal yang tidak baik yaitu hubungan ayah

dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak serta anak

dengan sesama saudara kandungnya yang ditandai dengan sering


12

cekcok, masing-masing tidak acuh menyebabkan suasana rumah

menjadi tegang dan kurang hangat.

b. Peran ibu

Menurut Gunarsa dan Singgih, (2008) peran ibu antara lain:

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis

Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga.

Jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi

kehidupan sesorang. Apabila jantung berhenti berdenyut maka

orang ini bisa disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai

tokoh sentral, sangat penting untuk melaksanakan kehidupan.

Pentingnya seorang ibu terutama terlihat sejak kelahiran anaknya,

dia harus memberikan susu agar anak itu bisa melangsungkan

hidupnya. Ibu juga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya

seperti kebutuhan sosial dan kebutuhan psikis.

2) Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan

mengendalikan anak.

Ibu juga berperan dalam mendidik anak dan

mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan juga menuntut

ketegasan dan kepastian dalam melaksanakannya.

3) Ibu sebagai contoh dan teladan

Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk sikap-

sikap anak, seorang ibu perlu memberikan contoh dan teladan

yang dapat diterima.


13

4) Ibu sebagai manajer yang bijaksana

Seorang ibu menjadi manajer di rumah. Ibu mengatur

kelancaran rumah tangga dan menanamkan rasa tanggung jawab

pada anak.

5) Ibu memberi rangsangan dan pelajaran

Seorang ibu memberi rangsangan sosial bagi perkembangan

anak. Sejak masa bayi pendekatan ibu dan percakapan dengan ibu

memberi rangsangan bagi pengetahuan lainnya.

c. Peran Ayah (Gunarsa dan Singgih, 2008) antara lain:

Biasanya pembagian tugas dalam keluarga bagi ayah dibatasi

berkaitan dengan lingkungan luar keluarga. Sang ayah hanya dianggap

sebagai sumber materi dan yang hampir menjadi seorang asing, karena

seoalah-olah hanya berurusan dengan dunia di luar. Dari berbagai

contoh terlihat bahwa ayah yang kurang menyadari fungsinya di

rumah akhirnya kehilangan tempat dalam perkembangan anak. Anak

membutuhkan ayah bukan hanya sebagai pengarah perkembangannya,

terutama perannya di kemudian hari.

1) Ayah sebagai pencari nafkah

Sebagai tokoh utama yang mencari nafkah untuk keluarga.

Mencari nafkah merupakan suatu tugas yang berat. Pekerjaan

mungkin dianggap hanya sebagai suatu cara untuk memenuhi

kebutuhan utama dan kelangsungan hidup. Padahal melihat

pekerjaan seorang ayah, ibu mempunyai jangkauan lebih jauh.


14

Anak yang melihat ibu dan ayah bekerja atau ayah saja bekerja

akan melihat bahwa tanggung jawab dan kewajiban harus

dilaksanakan secara rutin. Dengan demikian anak tahu bahwa

kewajiban dan tanggung jawab harus dilaksanakan tanpa paksaan.

2) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak

Dalam hal pendidikan, peranan ayah sangat penting terutama

bagi anak laki-laki, ayah menjadi model, teladan untuk perannya

kelak sebagai seorang laki-laki. Bagi anak perempuan, fungsi ayah

juga sangat penting yaitu sebagai pelindung. Ayah yang memberi

perlindungan kepada putrinya memberi peluang bagi anaknya kelak

memilih seorang pria sebagai pendamping, pelindung.

Pada masa ini, memberikan pemahaman yang benar

mengenai fungsi dan kesehatan reproduksi menjadi sangat penting,

Sebab hal ini sangat terkait dengan pola kesehatatan mereka dan

perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yang harus disadari

sejak dini, baik pada perubahan yang terlihat ataupun tidak terlihat

(Ghalib dkk, 2010).

Orang tua perlu memberikan penjelasan kepada anak-anak

bahwa akibat tidak memelihara kesehatan reproduksinya bisa

berakibat fatal terhadap seksualitasnya pada masa dewasa. Setelah

remaja laki-laki mengalami mimpi basah dan menstruasi pada

remaja perempuan, berarti organ reproduksi mereka sudah

berfungsi. Yakni apabila remaja laki-laki (yang sudah baliq)


15

berhubungan seks dengan remaja perempuan (yang sudah pernah

haid) dalam masa subur dapat menyebabkan kehamilan.

Tekanankan kepada mereka, jangan pernah mencoba-coba

melakukan hubungan seks sebelum menikah karena akibatnya akan

menggangu pertumbuhan kesehatan reproduksi mereka. Sampaikan

juga kepada anak-anak mengenai pemahaman berbagai penyakit

kelamin dan bahaya yang akan mereka hadapi jika mereka tidak

memperhatikan cara-cara yang benar terkait dengan kesehatan

reproduksi (Ghalib dkk, 2010).

Orang tua sebaiknya memberikan alternatif-alternatif

kegiatan yang positif pada remaja yang sedang tumbuh kembang

untuk mengurangi gejolak nafsu seks mereka. Di sisi lain para

orangtua hendaknya tidak segan membekali diri dengan membaca

berbagai isu-isu kesehatan reproduksi anak atau remaja secara utuh,

agar tidak menimbulkan persepsi yang salah tentang pentingnya

pemahaman kesehatan reproduksi untuk anak-anak mereka. Laki-

laki dan perempuan harus mengetahui tentang hak dan tanggung

jawab reproduksinya (Ghalib dkk, 2010).

2. Pemahaman Kesehatan Reproduksi

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya:

pengetahuan yang banyak, pendapat, pikiran aliran; pandangan,

mengerti benar (akan); tahu benar (akan); pandai dan mengerti

benar
16

Sedangkan menurut kamus Psikologi, kata pemahaman berasal

dari kata “insight” yang mempunyai arti wawasan, pengertian

pengetahuan yang mendalam. Pemahaman mencakup tujuan, tingkah

laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan

tertulis yang termuat dalam satu komunikasi (Bloom dalam

Djiwandono 2004).

Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana

dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

objek yang di pelajari (Bloom dalam Djiwandono 2004).

a. Faktor faktor yang mempengaruhi Pemahaman

1) Faktor Internal

a) Usia

Makin tua usia seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini

tidak secepa tseperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu

(Ahmadi, dalam Usman 2010) juga mengemukakan bahwa

memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi

oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada


17

pertambahan pemahaman yang diperolehnya, akan tetapi pada

umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan berkurang.

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pemahaman, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pemahaman. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pemahaman. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu (Usman, 2010).

c) Intelegensia

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara

mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk

berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah

sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Usman,2010).

d) Jenis kelamin

Menurut Michael dalam bukunya yang berjudul “What

Could He Be Thingking”  menjelaskan bahwa ada perbedaan

antara otak laki- laki dan perempuan. Secara garis besar


18

perbedaan yang dikatakan dalam buku tersebut adalah pusat

memori pada otak perempuan lebih besar dari otak laki-laki,

akibatnya kaum perempuan memiliki daya ingat yang kuat dari

laki-laki dalam menerima atau mendapat informasi dari orang

lain, sehingga mempunyai pemahaman cepat dibandingkan

laki-laki (Usman, 2010).

2) Faktor Eksternal, antara lain :

a) Pendidikan

Menurut Notoadmojo Pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary

(dalam Usman 2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pemahaman yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik

pula pemahamanya (Usman 2010).

b) Pekerjaan              

Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil

dalam mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang, hal ini

dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor

interaksi sosial dan kebudayaan.


19

c) Sosial budaya dan ekonomi

Menurut Lukman sosial budaya mempunyai pengaruh

pada pemahaman seseorang. Seseorang memperoleh suatu

kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan

memperoleh suatu pemahaman. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

akan mempengaruhi pemahaman seseorang (Usman, 2010).

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi

bekal remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab,

namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup

dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan

pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke

arah perilaku berisiko. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam

bidang ini memandang perlu akan adanya pengertian,

bimbingan, dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya agar

dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak

remaja menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani,

rohani, dan sosial (Kumalasari dkk, 2012).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera

fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas


20

dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dan

upaya untuk memiliki kehidupan reproduksi yang sehat dan

bertanggung jawab (Fitramaya, 2009).

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu

keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas

dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta prosesnya.

Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menimati

kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan

proses reproduksinya secara sehat dan aman (Fatimah, 2006).

b. Faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Menurut Harahap (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

reproduksi adalah:

1) Faktor Sosial Ekonomi

Kemiskinan, tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah,

ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dan lokasi atau

lingkungan tempat tinggal yang terpencil.

2) Faktor Psikologis

Remaja dengan kondisi broken home (kerekatan pada orang tua,

depresi karena ketidakseimbangan hormon dan lain-lain).


21

3) Faktor Biologis

Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit

seksual, dan lain-lain.

c. Hal-hal yang harus di perhatikan pada kesehatan reproduksi remaja

(Kumalasari dkk, 2012).

1) Tanda-tanda Seks Primer

a) Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi

bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya

terjadi pada remaja laki-laki usia 10-15 tahun. Mimpi basah

sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.

Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus-menerus diproduksi

perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi

semua remaja laki-laki.

b) Remaja Perempuan

Pada remaja wanita sebagai sebagai tanda kematangan

organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya mentruasi

(menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam

atau endometrium yang banyak yang banyak mengandung

pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung

terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seorang

berumur sekitar 40-50 tahun (Kumalasari dkk , 2012).


22

2) Tanda – tanda seks sekunder (Kumalasari dkk , 2012).

a) Remaja laki-laki

(1) Lengan dan tungkai bertambah panjang, tangan dan kaki

bertambah besar.

(2) Bahu melebar, pundak serta dada bertamabah besar dan

membidang, pinggul menyempit.

(3) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada,

tanagan, dan kaki.

(4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak

seperti anak kecil lagi.

(5) Tumbuh jakun, suara menjadi besar.

(6) Penis dan buah zakar membesar.

(7) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak

(8) Rambut menjadi lebih berminyak, produksi keringat

menjadi lebih banyak.

b) Remaja Perempuan

(1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki

bertambah besar

(2) Pinggul lebar, bulat, dan membesar

(3) Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagiana

(4) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar

(5) Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjol,

serta kelenjar susu berkembang


23

(6) Payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat

(7) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-

pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat

menjadi lebih aktif

(8) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungakai

(9) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu

d. Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi

Menurut Fitramaya (2009), Kesehatan reproduksi remaja sulit

dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan, karena

gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada

sistem reproduksi. Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh

buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi

remaja.

1) Masalah gizi buruk

a) Anemia dan kurang energi kronis (KEK)

b) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga

mengakibatkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR) di kemudian hari.


24

2) Masalah pendidikan

a) Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses

informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil

keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya

b) Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu

memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini

akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan diri dan keluarga.

3) Masalah lingkungan dan pekerjaan

a) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan

kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan menganggu

kesehatan remaja.

b) Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat,

bahkan merusak kesehatan fisik, mental, dan emosional

remaja.

4) Masalah seks dan seksualitas

a) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang

masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.

b) Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang

berkaitan dengan kesehatan seksualitas.

c) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah

kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan

hubungan seks bebas yang dewasa ini semakin

menghawatirkan.
25

d) Penyalah gunaan seksual.

e) Kehamilan remaja.

f) Kehamilan pranikah atau di luar ikatan pernikahan

5) Masalah perkawinan dan kehamilan dini

a) Ketidakmatangan secara fisik dan mental

b) Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar

c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri

d) Risiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman

3. Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang

berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan

sosial (Pieter, dkk 2011). Menurut Kusmiran (2012) pendapat

tentang remaja usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,

organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode

transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia 20-24

tahun.

Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi

dewasa yang melibatakan perubahan berbagai aspek seperti biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO dalam Sarwono

(2011), mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat

timbulnya tanda-tanda seks sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis

dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan


26

terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri.

Sedangkan menurut Gurasa (1978) mengungkapkan bahwa

masa remaja merupakan masa peralihan masa kanak-kanak menuju

dewasa yang meliputi semua perkembangan yang diamati sebagai

persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang

penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini

penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang

bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab

(Kusmiran, 2012).

Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari

masa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Definisi remaja

menurut organisasi kesehatan dunia WHO adalah periode usia 10-20

tahun, WHO membagi kurun usia tersebut menjadi 2 bagian yaitu

remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan

perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun

sebagai usia kaum muda (youth) (Sarwono, 2011).

a. Karateristik Masa Remaja

Pieter dkk (2011), karateristik normal yang terjadi pada remaja

dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas

diri antara lain menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk

mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian, pada fase ini

seorang remaja akan:


27

1) Menilai rasa identitas pribadi

2) Menigkatkan minat pada lawan jenis

3) Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

4) Dinamika Masa Remaja

Menurut Pieter dkk (2011) ciri-ciri dinamika perkembangan psikologi

pada remaja terlihat dari:

1) Mulai menerima kondisi dirirnya

2) Berkembangnya cara berfikir

3) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi

4) Bersikap over estimate, seperti meremehkan segala masalah,

meremehkan kemampuan orang lain, dan terkesan sombong

5) Akibat sombong menjadikan gegabah dan kurang waspada

6) Proporsi tubuh semakin proporsional

7) Tindakan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi

8) Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris

9) Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental

10) Selalu merasa kebingungan dalam status

11) Periode yang sulit dan kritis

12) Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa

13) Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna

14) Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status

15) Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat

16) Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain


28

17) Pergaulan sudah mengarah ke heteroseksual

18) Belajar bertanggung jawab

19) Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya

20) Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak-kanak

b. Ciri-ciri Umum Masa Remaja menurut Pieter dkk (2011) sebagai

berikut:

1) Sebagai periode peralihan

Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang

pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses

perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang

tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa akan

datang. Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja

ialah kelanjutan dan perkembangan masa pubertas.

2) Periode Mencari Identitas Diri

Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan

teman-temannya. remaja selalu mencari identitas diri guna

menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya,apakah siap menjadi

suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang

berbeda.

Tugas penting yang dihadapi oleh para remaja ialah

mengembangkan sense of individual identity, yaitu menemukan

jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan

mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan standar tindakan.


29

Semua dievaluasi secara pribadi atau orang lain. Persepsi identitas

diri remaja berkembang secara perlahan melalui pengulangan

identifikasi saat masa kanak-kanak. Nilai dan standar moral orang

tua akan dikombinasikan dengan nialai dan standar morla menjadi

nilai dan standar baru.

Mencari identitas diri dan mengangkat harga diri akan

mengarahkan remaja untuk memakai simbol status harga diri,

seperti mobil, pakaian, atau bentuk harta benda lainnya. Kondisi

ini tentu akan membuat remaja menjadi pusat perhatian dan

sekaligus mempertahankan hubungan sosial. Manakala

pandangan orang tua berbeda dengan pandangan teman-teman

sebaya atau figur tokoh ideal, memungkinkan timbulnya konflik.

Konflik bisa membuat bingung peran (role confusin). Namun

biasanya remaja akan mencoba mereduksi konflik peran secara

bergantian, terutama jika mereka menghadapi kesulitan. Remaja

akan mensintesiskan ke dalam berbagai peran dan membentuk

satu identitas diri yang bisa diterimanya secara personal oleh

kelompoknya. Konsep dasar seperti ini membuat remaja selalu

bereksperimen dalam menjalankan peran sesuai waktu dan situasi.

3) Pertumbuhan Fisik

Pertumbuahan fisik mengalami perubahan dengan cepat,

lebih cepat dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan masa

dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja


30

membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Perkembangan

fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki

dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak

keliahatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan

anak-anak.

4) Perkembangan Seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang

menimbulkan kasalahan dan menjadi penyebab timbulnya

perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda

perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat

reproduksi spermanya sudah mulai bereproduksi, ia mengalami

masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan

sperma. Sedangkan ciri-ciri lainnya adalah tumbuh bulu-bulu

(rambut) di ketiak dan sekitar kemaluannya, tumbuh kumis,

lehernya menonjol buah jakun.

Sedangkan pada anak perempuan rahimnya sudah bisa

dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan

yang pertama). Sedangkan ciri-ciri lainnya adalah tumbuh rambut

pubis atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar

buah dada, bertambah besar pinggul.

5) Perubahan Psikologis Masa Remaja

Perubahan kemampuan intelektual remaja akan terjadi

pada usia 11 hingga 15 tahun. Biasanya mereka terdorong


31

memahami dunia luar, mengembangkan ataupun meng-

organisasikan ide-idenya. Kini perkembangan intelektual dari

remaja telah memasuki tahap formal operasioanal, yaitu tahap

berpikir abstrak, independen, fleksibel, berpikir logis, dan mampu

meprediksi masalah.

6) Perubahan Emosi

Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi

anak-anak. Perbedaannya hanya terletak pada rangsang yang bisa

membangkitkan emosi. Dampak perubahan emosi yang labil

mengakibatkan minimnya kemampuan remaja untuk menguasai

dan mengontrol emosi. Remaja dikatakan matang secara emosi,

jika mampu mengusai dan mengontrol emosi, menunggu dalam

mengungkapkan emosi, mengungkap emosi dengan cara-cara

yang lebih dapat diterima, kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi

secara emosi, bereaksi dengan berfikir, emosi lebih stabil dan

tidak berubah-ubah.

7) Cara Berfikir Kausalitas

Yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya

remaja duduk di depan pintu, kemudian orang tua melarangnya

sambil berkata “pantang” (suatu alasan yang biasa diberikan

orangtua). Andaikan itu yang dilarang anak kecil, pasti akan

menutut perintah orangtuanya tetapi remaja yang dilarang itu

akan mempertayakan mengapa ia tidak boleh duduk di depan


32

pintu. Bila orang tua tidak mampu menjawab pertanyaan anak itu

dan menggangap anak itu melawan, lalu ia marah kepada

anaknya, maka anak yang menginjak remaja itu pasti akan

melawannya.

Sebab anak merasa dirinya sudah berstatus remaja,

sedangkan orang tua suka memperlakukannya sebagai anak-anak

yang bisa dibodoh-bodohi.

8) Perubahan Perilaku Sosial

Salah satu tugas pokok perkembangan dari remaja yang

tersulit ialah penyesuaian diri secara sosial dan heteroseksual,

seperti meningkatkan pengaruh teman sebaya, perubahan

perilaku, dan kelompok sosial baru. Dampak dari keterlibatan

kegiatan sosial remaja ialah meningkatkan wawasan sosial,

menigkatkan kompetensi sosial, meningkatkan kompetensi sosial,

dan bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi.

9) Perubahan Minat

Meskipun banyaknya minat selama periode remaja,

namun tidak semua minat harus dimiliki oleh remaja, karena hal

ini sangat tergantung dengan karakteristik dan kebutuhan remaja

itu sendiri.
33

B. Kerangka Teori

Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan maka digambarkan

kerangka teori sebagai berikut :

Peran Orang Tua a. Memberikan


Peran orang tua yaitu mengantarkan pemahaman yang benar
anak-anaknya kepada kedewasaan dan tentang kesehatan
menjadi sumber informasi. Selain itu juga reproduski
mempunyai tanggung jawab: b. Menjaga fungsi
1) Memenuhi kebutuhan reproduksi
fisiologis dan psiskis
Pemahaman Kesehatan Reproduksi
2) Sebagai pendidik pada Remaja
3) Sebagai contoh dan teladan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
4) Sebagai manajer yang
pemahaman:
bijaksana
a) Faktor Internal
5) Mencari nafkah
1) Usia
6) Berpartisipasi dalam 2) Pengalaman
pendidikan 3) Intelegensi
4) Jenis kelamin
b) Faktor Eksternal
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Sosial Budaya dan
Ekonomi

Faktor- faktor lain yang


mempengaruhi kesehatan
reproduksi:

a) Faktor Sosial Ekonomi


b) Faktor Psikologis
c) Faktor Biologis

Gambar 1. Kerangka Teori


Modifikasi dari Harlock (2005),
Kumalasari dkk (2012), Ghalib dkk (2010)
34

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka di atas maka kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pemahaman
Peran Orang Tua Kesehatan Reproduksi
pada Remaja

Variabel Penganggu
Pendidikan
Lingkungan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidakditeliti

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan peran orang tua dengan pemahaman kesehatan

reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun di dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul Yogyakarta.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripitif analitik yaitu suatu

metode penelitian yang dilakuakan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif dan

bagaimana atau mengapa fenomena itu terjadi (Notoatmojo, 2010).

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu model

pendekatan yang menggunakan satu kali mengumpulkan data pada “suatu

saat” dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan

perkembangan individu agar dapat diperoleh data yang lengkap dalam waktu

relatif singkat (Arikunto, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul

khususnya di dusun Cembing Lor dan Cembing Kidul.

2. Waktu penelitian

Pengambilan data primer penelitian ini dilakukan pada tanggal

3 februari – 23 februari 2014

35
36

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua

sebanyak 38 orang dan remaja yang berusia 12-15 tahun sejumlah 38

orang.

2. Sampel

Sampel diambil secara total populasi yaitu teknik penentuan

sampel dengan mengambil anggota populasi yang digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel penelitian ini adalah 76 yang

terdiri dari 38 orang tua remaja dan 38 remaja berusia 12-15 tahun.

D. Variabel Penelitian

Variabel menurut Arikunto (2010), adalah sebuah konsep yang dapat

dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah peran orang tua.


37

2. Variabel terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun.

E. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Parameter


Operasional

1 Peran Orang Tua Perilaku atau Skala : ordinal


tindakan yang Hasil Ukur:
dilakukan orang tua - Selalu: 4
mempersiapakan - Sering : 3
remaja dalam - Kadang-kadang : 2
memahami - Jarang : 1
kesehatan - Tidak Pernah : 0
reproduksi. Meliputi (Sugiono, 2010)
sumber utama Kategorisasi
informasi mengenai a. X<42 =
tantang pubertas Rendah
kepada remaja b. 42≤X< 66 =
secara benar dan Sedang
terpercaya. c. 66≤X = Tinggi
Keterangan X = Jumlah
skor jawaban responden
(Sugiyono, 2010)
2 Pemahaman Memahami adalah Skala : Nominal
Kesehatan suatu kemampuan Hasil Ukur:
Reproduksi pada untuk mengerti dan - Benar : 1
Remaja usia 12-15 dapat menjelaskan - Salah : 0
tahun secara benar tentang Kategorisasi
obyek yang Baik, jika 76-100%
diketahui serta jawaban benar
dapat Cukup, jika 51-75%
menginterpretasikan jawaban benar
secara benar. Kurang, jika 0 - 50%
jawaban benar
(Nursalam, 2003)
38

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang bersifat tertutup, artinya setiap pertanyaan sudah disediakan

alternatif jawaban yang paling tepat.

Kuesioner dalam penelitian ini ada 2 macam. Kuesioner yang

pertama mengenai peran orang tua yang terdiri dari 29 item soal yang

dibuat sendiri oleh peneliti dan akan dilakukan uji validitas sebelum di

gunakan. Penilaian menggunakan skala likert 0-4. Penilaian untuk

pertanyaan yang positif (favourable), selalu diberi skor 4, sering diberi

skor 3, kadang-kadang di beri skor 2, jarang diberi skor 1 dan tidak

pernah diberi skor 0. Untuk pernyataan negatif (unfavourable), selalu

diberi skor 0, sering diberi skor 1, kadang-kadang di beri skor 2, jarang

diberi skor 3, dan tidak pernah diberi skor 4. Skor tertinggi 72 dan

terendah 0.

Kuesioner yang kedua mengenai pemahaman kesehatan reproduksi

terdiri dari 15 item soal yang di adopsi dari penelitian Lani (2010) yang

dimana telah diuji validitas dan reabilitas dengan menghasilkan

reliabilitas tes retest rata-rata adalah 0, 807. Kuesioner pemahaman

terhadap kesehatan reproduksi tertulis tipe benar atau salah yang

berjumlah 15 item, dengan penilaian untuk pernyataan yang positif

(favourable), yang “BENAR” mendapat skor 1 dan yang “SALAH” diberi


39

skor 0. Untuk pernyataan negatif (unfavourable), yang “BENAR”

mendapat skor 0 dan yang “SALAH” mendapat skor 1. Skor tertinggi 15

dan skor terendah 0.

2. Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 3.2 kisi-kisi instrumen untuk mengukur peran orang tua dalam

pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja.

No Variabel Indikator No Item Pernyataan Jumlah


Favourable Unfavourable
1. Peran orang Disfungsi orang 1,2 3 3

tua tua
Memenuhi 5, 6, 7, 18, 4 7

kebutuhan psikis 19, 20

dan fisiologis
Berpartisipasi 8, 9, 11 10 4

dalam

pendidikan
Kesibukan 12,13 14 3

orang tua
Menggembangk 15,16 17 3

an kepbribadian

Orang tua 21, 22 23 3

sebagai pencari

nafkah
Pemahaman 24, 25 26 3

kesehatan

reproduksi
Memberikan 27,28 29 3
40

tanggung jawab

pada anak
Pemahaman a. Tanda seks 1,5, 2, 8 4

kesehatan primer
b. Tanda seks 3, 4, 6, 7 4
reproduksi
sekunder
pada remaja c. Pemahaman 9, 10 11 3

kesehatan

reproduksi
d. Masalah 12 1

perkawinan
e. Masalah seks 13 14, 15 3

3. Validitas dan Reabilitas

Ada dua syarat yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu

keharusan kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan

valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang akan diteliti.

Sedangkan dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran tetap konsisten

dari waktu ke waktu. Menurut Notoatmodjo (2010. Dalam penelitian ini

uji validitas diperiksakan kepada DR. Budi Wahyuni, MM., MA seorang

pakar kesehatan reproduksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah

Mada (UGM) yaitu dengan jumlah kuesioner 29 pertanyaan dan

dilakukan uji validitas dengan hasil 29 kuesioner dinyatakan layak untuk

digunakan sebagai instrumen penelitian dan seluruhnya sudah valid.


41

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah jenis data primer yaitu

pengambilan data langsung dari subyek penelitian dengan cara

pembagian kuesioner.

2. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menyebarkan kuesoner yang berisi 2 kuesioner yang

diberikan kepada responden yaitu orang tua dan remaja yang berusia 12-

15 tahun. Responden tinggal memberikan tanda tertentu pada pertanyaan

yang disediakan. Selama pengisian kuisoner, peneliti berada tidak jauh

dari responden agar dapat memberikan petunjuk pengisian bila ada hal

yang tidak tahu atau kurang dimengerti.

H. Analisis Data

1. Penyuntingan (Editing)

Editing dilakukan untuk mengoreksi data yang meliputi

kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas. Editing dilakukan

dengan pengumpulan data sehingga jika terjadi kekurangan atau

kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan.

2. Pengkodean (Coding)
42

Memberikan tanda atau simbol untuk memudahkan pengolahan data

a. Mengkodekan hasil peran orang tua dengan

1) Selalu

2) Sering

3) Kadang-kadang

4) Jarang

5) Tidak pernah

b. Mengkodekan hasil pemahaman kesehatan reproduksi dengan

1) Baik

2) Cukup

3) Kurang

3. Tabulating (Tabulating)

Data disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisis yaitu

proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif

yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian, dengan menghitung

distribusi, frekuensi dan proporsinya. Untuk mengetahui distribusi

frekuensi variabel independen digunakan rumus sebagai berikut :

f
p= x 100 %
n
43

Keterangan :

P : prosentase

f : frekuensi teramati

n : jumlah responden

b. Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel

terikat. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk

mengetahui hubungan peran orang tua sebagai variabel bebas dengan

pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun

sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini jenis hipotesisnya adalah

korelasi, data pada variabel bebas yaitu peran orang tua merupakan

skala ordinal dan variabel terikat yaitu pemahaman kesehatan

reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun merupakan data nominal

juga sehingga skala pengukuran penelitian berupa kategorik. Karena

hal itu, uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi – Square

( x 2)

Rumus uji chi – Square ( x 2):

k
(f 0−f h )2

x 2= ∑
i=1 fh❑

Keterangan :

x2 : chi square

f0 :frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan


44

k : Banyaknya katagori

I. Jalannya Penelitian

Tahap pelaksanaan dalam melakukan penelitian ini dimulai dari persiapan

hingga akhir penelitian meliputi :

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan masalah dan judul penelitian

b. Melakukan studi pendahuluan di dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul dengan surat permohonan dari kampus.

c. Telaah pustaka dan menyusun laporan penelitian atas arahan

pembimbing pertama dan pembimbing kedua.

d. Seminar proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penelitian dilakukan di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul

dengan meminta responden menjawab kuesioner yang diberikan

yaitu orang tua dan remaja. Untuk responden remaja yang berjumlah

38 responden kuesioner diberikan secara bersama-sama dan mengisi

bersama serta diberikan arahan untuk mengisi dan untuk kuesioner

orang tua yang berjumlah 38 reponden berikan dengan membuat

janji terlebih dahulu dengan orang tua yaitu ayah dan ibu untuk

mengisi kuesioner bersama dan sebelum mengisi kuesioner

responden diberikan arahan terlebih dahulu.


45

b. Mengolah data menggunakan spss dan menyusun laporan penelitian

dengan arahan pembimbing pertama dan pembimbing kedua.

c. Mempertanggungjawabkan hasil penelitian kepada dewan penguji.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan revisi hasil penelitian yang telah diseminarkan dan

meminta arahan pada saat revisi.

b. Penyerahan hasil penelitian yang sudah di jilid untuk dijadikan

tambahan pustaka di perpustakaan


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul Yogyakarta. Dusun Cembing secara administratif terletak di

Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakrata (DIY).

Batas administratif Dusun Cembing sebagai berikut:

Sebelah utara : Dusun Tengulan

Sebelah selatan : Dusun Bulu

Sebelah timur : Dusun Botorawi

Sebelah barat : Dusun Miri

Secara umum jumlah penduduk Dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul berjumlah 895 jiwa dan jumlah remaja yang berusia 12-15 tahun

di Dusun Lor dan Kidul Cembing Trimulyo Jetis Bantul berjumlah 38

orang dan orang tua berjumlah 38 orang tua.

Penelitian ini di lakukam dalam waktu 3 minggu. Responden

dalam penelitian ini adalah orang tua dan remaja yang berumur 12 - 15

tahun dengan jumlah 38 reponden. Sebelum memberikan kuesioner

peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan kedatangan,

kemudian membagikan kuesioner dan meminta reponden untuk

46
47

menuliskan langsung jawaban pada kuesioner sesuai dengan tata cara

yang sudah di beritahukan.

1. Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah orangtua dan remaja usia 12 – 15

tahun di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul. Distribusi frekuensi

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Dusun Cembing


Trimulyo Jetis Bantul.

Karakteristik Frekuensi (F) Presentase (%)


Jenis Kelamin Remaja

Laki-laki 15 39,5
Perempuan 23 60,5
Umur Remaja
12 Tahun 8 21,1
13 Tahun 12 31,6
14 Tahun 8 21,1
15 Tahun 10 26,3
Umur Orangtua
Ibu
32-40 Tahun 20 57,9
41-51 Tahun 18 42,1
Ayah
36-40 Tahun 11 29
41-50 Tahun 14 36,8
51-60 Tahun 13 34,2
Sumber: Data Primer diolah (2014)

Dari tabel 4.1 dapat dilihat dari distribusi frekuensi

karakteristik remaja menurut jenis kelamin yang paling banyak yaitu

jenis kelamin perempuan dengan jumlah 23 (60,5%) responden.

Sedangkan distribusi frekuensi karakteristik menurut umur remaja

yang paling banyak yaitu umur 13 tahun dengan jumlah 12 (31,6%)


48

responden. Pada tabel tersebut dapat dilihat dari distribusi frekuensi

umur ibu yang paling banyak yaitu berumur 32-40 tahun dengan

jumlah 20 (57,9%), sedangkan untuk distribusi frekuensi umur ayah

yang paling banyak yaitu berumur 41-50 tahun dengan jumlah 14

(36,8%).

2. Analis Univariat

1) Pemahaman Remaja

Tabel 4.2 Distribusi Pemahaman Remaja dengan Kesehatan Reproduksi


Pemahaman
Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 23 60,5
Cukup 12 31.6
Kurang 3 7.9
Total 38 100
Sumber Data Pimer diolah (2014).

Berdasarakan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa distribusi

frekuensi responden menurut pemahaman remaja tentang kesehatan

reproduksi dari 38 responden yang berada di dusun Cembing

Trimulyo Jetis Bantul yaitu memilik pemahaman baik sebanyak 23

(60,5).

2) Peran Orang Tua

Tabel 4.3 Ditribusi frekuensi Responden Berdasarakan Peran Orang Tua


Frekuensi (F) Presentase (%)
Peran
49

Tinggi 18 47,4
Sedang 16 42,1

Rendah 4 10,5

Total 38 100
Sumber: Data Primer diolah (2014)

Berdasarakan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa distribusi

frekuensi responden berdasarkan peran orang tua dari 38

reponden yang ada di dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul

mayoritas mempunyai peran yang tinggi sebanyak 18 (47,4%)

responden .

3. Analisis Bivariat

3) Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pemahaman Kesehatan

Reproduksi Pada Remaja Usia 12-15 Tahun.

Parameter pada variabel peran orang tua diubah menjadi

kategori tinggi dan sedang dan pemahaman remaja diubah

menjadi kategori baik dan cukup karena pada hasil analisis dari

faktor peran orang tua kategori rendah hasilnya 0 atau tidak ada

responden dan faktor pemahaman remaja kategori kurang

hasilnya 0 atau tidak ada responden.

Tabel 4.5 Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pemahaman

Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Usia 12-15 Tahun

Peran Pemahan Remaja Total χ2 P-


Orang Baik Cukup value
Tua

N % N % N
50

Tinggi 12 66,7 6 33,3 18 100 0,540 0,463


Sedang 11 55,0 9 45,0 20 100
Total 23 60,5 15 39,5 38 100
Sumber Data Primer diolah (2014)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa karakteristik

peran orang tua dengan pemahaman kesehatan reproduksi pada

remaja usia 12-15 tahun didapatkan hasil peran orang tua tinggi

dengan pemahaman remaja baik sebanyak 12 (66,7%), dan peran

orang tua tinggi dengan pemahaman remaja cukup sebanyak 6

(33,3%) serta peran orang tua sedang dengan pemahaman baik

sebanyak 11 (55,0%) dan peran orang tua sedang dengan

pemahaman remaja cukup sebanyak 9 (45,0%) .

Dalam penelitian ini untuk menguji hubungan peran orang

tua dengan pemahaman kesehatan reproduksi pada remaja usia

12-15 tahun dilakukan analisis dengan rusmus Chi- Square

dengan hasil diperoleh nila P value adalah 0,463 sehingga P

value> 0,05 jadi Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan

antara peran orang tua dengan pemahaman kesehatan reproduksi

pada remaja usia 12-15 tahun.

B. Pembahasan

Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pemahaman Kesehatan

Reproduksi Pada Reamaja Usia 12-15 Tahun


51

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa nila P value

0,463 > 0,05. Sehingga penelitian ini dapat di simpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan pemahaman

kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun di Dusun Cembing

Trimulyo Jetis Bantul.

Orang tua merupakan sumber pendidikan pertama dan utama bagi

anak adapun peran orang tua dalam perkembangan anak secara umum

(Gunarsa,2005). Meliputi membesarkan, merawat sebagai guru, sebagai

tokoh teladan, orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya,

dan orang tua berperan untuk mengawasi anak-anaknya.

Sedangkan menurut kamus Psikologi, kata pemahaman berasal dari

kata “insight” yang mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan

yang mendalam. Pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau

tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang

termuat dalam satu komunikasi (Bloom dalam Djiwandono 2004).

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja

dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua

remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan

reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat

membawa remaja ke arah perilaku berisiko.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Niken (2012) tentang Peran

Orang Tua dalam Pencegahan Perilaku Seks Bebas pada Remaja. Hasil

penelitian didapatkan 45% sebanyak 27 responden mempunyai peran


52

baik dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja, dan

setengahnya lagi 55% sebanyak 34 responden mempunyai peran buruk

dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja. Sedangkan dari

penelitian Tita dkk (2013) tentang layanan informasi untuk

meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi pada siswa dengan hasil

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pemahaman

kesehatan reproduksi siswa antara sebelum dan sesudah diberikan angket

pemahaman kesehatan reproduksi. Maka dari itu pemahaman remaja

tentang kesehatan reproduksi bukan hanya di pengaruhi oleh peran orang

tua tetapi oleh beberapa faktor yang lain seperti usia, pengalaman, jenis

kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

C. Keterbatasan

1. Pada saat dilakukan penelitian di dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul

Yogyakarta yaitu populasi yang digunakan oleh peneliti hanya satu


53

dusun saja yaitu 38 responden sehingga jumlahnya terbatas selain itu

penelitian yang dilakuakn waktunya terbatas jadi untuk mendapatkan

jawaban dari responden kurang maksimal.

2. Penelitian ini menggambarkan peran orang tua tanpa membedakan

gender sehingga keterbatasannya yaitu tidak dapat menjabarkan

perbedaan peran antara ayah dan ibu.

3. Penelitian ini pada saat pengambilan data pada remaja kuesioner

dibagikan secara bersama dan mengisi bersama sehingga

memungkinkan bahwa responden memnjawab sama dengan responden

yang lain.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menegtahui Hubungan Peran

Orang Tua dengan Pemahaman Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Usia

12-15 Tahun di Dusun Cembing Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden remaja di Dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul Yogyakarta mempunyai tingkat pemahaman yang baik lebih

banyak dibandingkan dengan remaja yang memiliki pemahaman

cukup dan kurang.

2. Sebagian besar resonden remaja di Dusun Cembing Trimulyo Jetis

Bantul Yogyakrta mempunyai peran orang tua tinggi dan pemahaman

baik lebih banyak dibandingkan dengan peran orang tua sedang

dengan pemahaman cukup.

3. Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan pemahaman

kesehatan reproduksi pada remaja usia 12-15 tahun.

46
55

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi

para tenaga kesehatan untuk khususnya bidan untuk dijadikan bahan

masukan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan tentang

kesehahatan reproduksi.

2. Akademi Kebidanan Yoyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan

sebagai sarana memperkaya ilmu penegetahuan pembaca khususnya

tentang kesehatan reproduksi.

3. Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat memotivasi atau menigkatkan kesadaran

orang tua untuk lebih memberikan pemahaman kepada anak

remajanya tentang kesehatan reproduksi.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dalam

menambah ilmu pengetahuan, waasan tentang peran orang tua

khususnya pada pemahaman kesehatan reproduksi remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 1 cetakan XIV. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Departemen Kesehatan dan Macro

Djiwandono, S.E.W.2004.Psikologi Pendidikan Edisi Revisi 2.Malang: grasindo


Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan, Pustaka Setia, Bandung, 2006, hal 121

Fitramaya, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya


Ghalib, dkk. 2010. Parenthing With Love. Jakarta: PT Mizan Pustaka
Gunarsa dan Singgih. 2008. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia
Harahap, J., 2008. KesehatanReproduksi: http://library.usu.ac.id/download/fk/
kedkomunitas- juliandi.pdf; diunduh 14 November 2013

Harlock EB. 2005. Perkembanagn Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.Jakarta :


Sagung Seto
Hawari, D. (2006). Pendekatan Psikiatri Klinis Pada Penyalahgunaan Zat. Tesis
Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana UI.
http: // www.scribd.com/doc/43855023/ Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja
(Diakses 25 oktober 2013)
http://news.bisnis.com/read/20120224/79/65639/seks-pranikah-kebanyakan-
remaja-tak-paham-kesehatan-reproduksi Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (Diakses 26 oktober 2013)
Internasional; Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun
2007,Jakarta.

Kumalasari, dkk. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika


Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmojo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurfajriyah. (2009) Menyiapkan anak puber. Jakarta: Ghalia Indonesia

46
55

Nursalam (2003) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Pieter, dkk. 2011. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta: Prenada Media
Group
Poespitarini, 2008, “Pembinaan Keluarga Sebagai Alternative Upaya Mencegah
Kenakalan Remaja “, dalam Litkesos, volume 32, yogyakarta.
Racmawati, I.N 2008. Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk mencegah
Kematian Perinatal.
Racmawati, I.N.,2008. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media
Sarwono, S.W.2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Soetjiningsih (2004) Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :


Alfabeta.

Usman, firdaus.2010.http://id.scribd.com/doc/105090744/pengertian-pemahaman.
Diakses tanggal 12 feb 2014 pukul 15.00
Wulandari. 2008. Peran Orang Tua Terhadap Persepsi Remaja Putri Tentang
Menarch di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Tesis tidak diterbitkan.
Universitas Gadjah Mada.
56

KUESIONER PERAN ORANG TUA

Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan : Kode :
Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum
menjawab.
2. Berilah tanda (˅) pada kolom yang anda pilih pada pernyataan di bawah ini.

Jawaban
Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
No Indikator
pernah kadang
1 Saya mengijinkan anak saya
belajar tentang kesehatan
reproduksi
2 Saya mendampingi anak
saya dalam mencari
informasi kesehatan
reproduksi
3 Saya memberikan kebebasan
kepada anak saya untuk
mengakses informasi tentang
kesehatan reproduksi dari
manapun
4 Saya merasa jengah atau
tidak nyaman jika harus
menjelaskan tentang
kesehatan reproduksi
No Indikator Jawaban
Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
57

pernah kadang
5 Saya mengingatkan anak
tentang bahaya HIV/ ADIS
6 Saya mengingatkan anak
tentang bahaya IMS (Infeksi
Menular Seksual)
7 Saya menjelaskan kepada
anak bahwa hubungan
seksual dilarang dilakukan
sebelum menikah
8 Saya mengingatkan anak
tentang pentingnya
mempelajari kesehatan
reproduksi
9 Saya menjelaskan mengenai
pubertas kepada anak
10 Saya menganggap
pendidikan kesehatan
reproduksi adalah hal yang
tabu untuk diketahui anak
11 Saya menjelaskan mengenai
kehamilan kepada anak
12 Saya terbuka dalam
menjawab setiap pertanyaan
anak mengenai kesehatan
reproduksi
13 Setiap saya bertemu dengan
anak akan membahas
kesehatan reproduksi
Indikator Jawaban
No Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
pernah kadang
14 Karena sibuk bekerja saya
membiarkan anak mencari
58

informasi kesehatan
reproduksi sendiri
15 Saya menganjurkan anak
saya untuk bergaul secara
luas dan mengenal kesehatan
reproduksinya
16 Saya memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih
pacar dan memantau
hubungan mereka
17 Saya melarang anak saya
bergaul akrab dengan lawan
jenis
18 Saya membantu anak dalam
memecahkan masalah terkait
kesehatan reproduksinya
19 Saya mendiskusikan dengan
anak masalah kesehatan
reproduksinya
20 Saya menenangkan anak
saya saat bingung atau sedih
21 Saya mendukung agar anak
saya tumbuh percaya diri

Indikator Jawaban
Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
No
pernah kadang
22 Saya menyediakan fasilitas
untuk anak saat mencari
informasi tentang kesehatan
reproduksi

23 Saya membatasi fasilitas


untuk anak dalam belajar
59

tentang kesehatan reproduksi


24 Saya mengajak anak saya
untuk memahami kesehatan
reproduksi
25 Saya setuju bahwa anak
harus mengerti atau
memahami kesehatan
reproduksi
26 Saya memarahi jika anak
bertanya tentang kesehatan
reproduksi
27 Saya tahu kapan anak saya
mengalami menstruasi atau
mimpi basah
28 Saya melarang anak untuk
membaca buku atau
menonton video atau film
porno
29 Saya melarang anak untuk
pacaran karena takut hamil
atau menghamili pacarnya
KUISONER PEMAHAMAN REMAJA TENTANG
KESEHATAN REPRODUKSI

Nama : Kode :
Umur :
JenisKelamin :
Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum
menjawab.
2. Berilah tanda (˅) pada kolom Benar jika pernyataan benar dan kolom salah
jika peryataan Salah.
60

No Pernyataan Benar Salah


1 Ciri – ciri remaja puteri mulai akhil baliq adalah
terjadinya menstruasi atau haid
2 Mimpi basah merupakan salah satu tanda bahwa
mulai akhil baliq atau pubertas pada laki-laki dan
perempuan
3 Pada anak laki-laki ketika memasuki masa
pubertas wajahnya akan ditumbuhi kumis dan
jenggot
4 Payudara anak perempuan yang berkembang
menjadi besar merupakan hal yang normal
5 Laki-laki memiliki sifat kelelakian (maskulin)
dan perempuan memilki sifat keibuan (feminim)
6 Rahim bukan salah satu dari alat reproduksi
wanita
7 Rahim adalah alat reproduksi wanita yang berada
di luar
8 Menstruasi adalah suatu penyakit

9 Pendidikian kesehatan reproduksi sangat penting


untuk kelansungan kegiatan reproduksi pada
masa yang akan datang
10 Remaja berhak mendapat pendidikan kesehatan
reproduksi
11 Remaja tidak perlu mendapat pendidikan tentang
kesehatan reproduksi
12 Sebelum menikah tidak perlu melakukan
perawatan alat kelamin
13 Pada saat menstruasi penting minum tablet
penambah darah
14 Nyeri pada saat haid (disminorhoe) adalah gejala
yang sangat berbahaya
15 Pada saat menstruasi tidak perlu mengganti
pembalut lebih dari satu kali sehari
61

Hasil Output
Analisis Univariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

peranortu * pemahamananak 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

peranortu * pemahamananak Crosstabulation

Pemahamananak

baik Cukup Total

peranortu tinggi Count 12 6 18

Expected Count 10.9 7.1 18.0

% within peranortu 66.7% 33.3% 100.0%

rendah Count 11 9 20
62

Expected Count 12.1 7.9 20.0

% within peranortu 55.0% 45.0% 100.0%

Total Count 23 15 38

Expected Count 23.0 15.0 38.0

% within peranortu 60.5% 39.5% 100.0%

Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided) Point Pr

Pearson Chi-Square .540a 1 .463 .522 .345

Continuity Correctionb .162 1 .687

Likelihood Ratio .542 1 .462 .522 .345

Fisher's Exact Test .522 .345

Linear-by-Linear Association .526c 1 .469 .522 .345

N of Valid Cases 38

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is ,725.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
63

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for peranortu


1.636 .438 6.112
(tinggi / rendah)

For cohort pemahamananak


1.212 .725 2.026
= baik

For cohort pemahamananak


.741 .328 1.671
= cukup

N of Valid Cases 38

Hasil Output SPSS


Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 15 39.5 39.5 39.5

perempuan 23 60.5 60.5 100.0

Total 38 100.0 100.0


64

Umur Remaja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 8 21.1 21.1 21.1

13 12 31.6 31.6 52.6

14 8 21.1 21.1 73.7

15 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Pekerjaan Ayah

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent

Valid Buruh 19 50.0 50.0 50.0

IRT 1 2.6 2.6 52.6

Pedanagn 4 10.5 10.5 63.2

Karyawan 4 10.5 10.5 73.7

Pns 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0


65

Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruh 9 23.7 23.7 23.7

IRT 14 36.8 36.8 60.5

Pedagng 10 26.3 26.3 86.8

Karyawan 2 5.3 5.3 92.1

PNS 2 5.3 5.3 97.4

lain-lain 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

Pendidikan Ayah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sd 14 36.8 36.8 36.8

smp 8 21.1 21.1 57.9

sma 9 23.7 23.7 81.6

akademi 2 5.3 5.3 86.8

sarjana 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0


66

Pendidikan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sd 7 18.4 18.4 18.4

smp 12 31.6 31.6 50.0

sma 15 39.5 39.5 89.5

akademi 2 5.3 5.3 94.7

sarjana 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Umurayah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36 3 7.9 7.9 7.9

38 3 7.9 7.9 15.8

39 2 5.3 5.3 21.1

40 3 7.9 7.9 28.9

41 1 2.6 2.6 31.6

42 3 7.9 7.9 39.5

45 2 5.3 5.3 44.7

46 2 5.3 5.3 50.0

47 1 2.6 2.6 52.6

48 1 2.6 2.6 55.3

49 1 2.6 2.6 57.9

50 3 7.9 7.9 65.8

51 1 2.6 2.6 68.4

52 1 2.6 2.6 71.1


67

53 5 13.2 13.2 84.2

54 1 2.6 2.6 86.8

55 2 5.3 5.3 92.1

56 2 5.3 5.3 97.4

58 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

Umuribu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
68

Valid 32 2 5.3 5.3 5.3

34 3 7.9 7.9 13.2

35 3 7.9 7.9 21.1

36 6 15.8 15.8 36.8

38 2 5.3 5.3 42.1

40 4 10.5 10.5 52.6

41 1 2.6 2.6 55.3

42 4 10.5 10.5 65.8

43 1 2.6 2.6 68.4

44 1 2.6 2.6 71.1

45 3 7.9 7.9 78.9

46 2 5.3 5.3 84.2

48 1 2.6 2.6 86.8

49 2 5.3 5.3 92.1

50 2 5.3 5.3 97.4

51 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0


69

Hasil Output SPSS

Analisi Univariat

Pemahaman Remaja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 23 60.5 60.5 60.5

cukup 12 31.6 31.6 92.1

kurang 3 7.9 7.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Peran Orang Tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 18 47.4 47.4 47.4

sedang 16 42.1 42.1 89.5

rendah 4 10.5 10.5 100.0

Total 38 100.0 100.0


70

Anda mungkin juga menyukai