Anda di halaman 1dari 12

Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

P-ISSN: 1978-8800, E-ISSN: 2614-3127


http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Stilistika/index
Vol. 14 No. 1, Januari 2021, hal 32 - 43

PROFIL SISWA RETARDASI DALAM MEMBACA PUISI


(STUDI KASUS)

THE PROFIL OF RETARDATED STUDENTS IN READING POETRY


(CASE STUDY)

Eni Nurhayati1*, Budhi Rahayu sri Wulan2, Satria Wahyu Ramadhan3


PGSD STKIP PGRI Sidoarjo, Indonesia1,2,3
eninurhayati188@gmail.com1, brswulan@gmail.com2,
wahyusatriasatria183@gmail.com3
*penulis korespondensi

Info Artikel ABSTRAK


Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan memaparkan profil siswa retardasi dalam membaca
Diterima: puisi. Siswa retardasi memiliki kesulitan tersendiri dalam membaca. Dalam
7 November 2020 hal ini khusus pada keterampilan membaca puisi. Siswa retardasi memiliki
Direvisi: kesulitan membaca namun tidak sampai tahap disleksia. Fokus pada
23 Desember 2020 penelitian ini ialah tentang aktivitas pemerolehan vokal, diftong, konsonan,
Disetujui: dan pemerolehan kata. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif jenis
15 Januari 2021 studi kasus. Subyek penelitian ini adalah (VK) seorang siswa kelas 5 SD.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
Kata kunci: dokumentasi. Tiga kriteria yang diamati yaitu, Vokal, Diftong, dan
Retardasi, vokal, Konsonan yang terdapat pada fona. Vokal, Diftong, dan Konsonan, anak
konsonan, diftong, hanya dapat membaca dengan vokal rendah sampai sedang saja. Yang
kata kedua, anak dapat membaca diftong /ai/dan /au/ dengan benar, namun hanya
pada dua suku kata saja, berbeda dengan yang mempunyai beberapa suku
kata, anak tidak dapat membacanya dengan benar. Dan memenuhi beberapa
kriteria dalam kata. anak dapat membaca vokal /au/, /ai/, dan huruf /ng/
dengan benar, namun hanya pada dua suku kata saja, berbeda dengan kata
yang mempunyai 4 suku kata atau lebih, anak masih salah dalam membaca
huruf- huruf tersebut. Pada saat anak membaca huruf /ny/ juga anak belum
mampu dalam membacanya dengan benar, walau hanya dua suku kata. Dan
pada membaca yang mempunyai pola seperti (KVK), (VKK), dan (KVKK),
anak juga belum mampu membacanya dengan benar.

Article Info ABSTRACT


Article history: This study aims to describe the profiles of retarded students in reading
Received: poetry. Retarded students have their own difficulties in reading. In this case
7 November 2020 specifically on poetry reading skills. Retarded students have reading
Revised: difficulties but are not at the dyslexic stage. The focus of this research is on
23 December 2020 the activity of acquiring vowels, diphthongs, consonants, and word
Accepted: acquisition. This research is qualitative case study type research. The subject
15 January 2021 of this study was (VK) a 5th grade elementary student. Collecting data using
observation, interview, and documentation techniques. Three criteria are
Keywords: observed, namely, Vowels, Diphthongs, and Consonants which contained in
Retardation, phone. Vowels, Diphthongs, and Consonants, children can only read low to
vowels, moderate vowels. Second, children can read diphthongs /ai/ and /au/
consonants, correctly, but only in two syllables, unlike those with several syllables,
diphthongs, words children cannot read them correctly. Moreover, it meets several criteria in
the word. Children can read vowels /au/, /ai/, and letters /ng/ correctly, but
only in two syllables, in contrast to words that have 4 or more syllables, the
child is still mistaken in reading the letters. When the child reads the letter

32
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

/ny/, the child is not able to read it correctly, even though only two syllables.
And in reading that has patterns such as (KVK), (VKK), and (KVKK),
children are also not able to read them correctly.

Copyright © 2021, Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra


DOI: http://dx.doi.org/10.30651/st.v14i1.6425

PENDAHULUAN mereka akan membolak-balikkan kata


Keberadaan anak kesulitan belajar satu dengan kata yang lainnya menjadi
sekarang ini banyak dijumpai dalam kalimat yang tidak jelas. Anak yang
setiap kelas di sekolah dasar. Kesulitan mengidap retardasi mental ringan
belajar yang dihadapi anak dengan anak memiliki gejala tidak mampu
yang lain bermacam-macam yaitu mengidentifikasi serta membedakan
kesulitan membaca, menulis, dan bunyi-bunyi dari apa yang dibicarakan
berhitung. Anak yang memiliki oleh anak tersebut (Derek Wood,
kesulitan dalam satu atau lebih dari 2007:68).
kesulitan belajar, biasanya memiliki Retardasi mental adalah istilah
nilai prestasi yang rendah terhadap yang digunakan untuk menyebut anak
mata pelajaran. Menurut Bryan dan yang mempunyai kemampuan
Bryan dalam Abdurrahman (2009:204), intelektual dibawah rata-rata. Definisi
menyatakan bahwa kesulitan belajar anak retardasi mental menurut AAMR
membaca merupakan suatu kesulitan (American Assosiation on Mental
dalam belajar segala sesuatu yang Retardation) adalah sebagai berikut:
berkenaan dengan waktu, tujuan, dan “Retardasi mental adalah
masa selanjutnya, mempelajari ketidakmampuan intelektual yang
komponen-komponen kata dan kalimat, mengacu pada keterbatasan
dan mengintegrasikan komponen kata- keberfungsian intelektual yang
kata dan kalimat. dicirikan dengan keberfungsian
Membaca merupakan bagian dari intelektual dibawah rata-rata, yang
empat keterampilan berbahasa yang terjadi secara simultan dengan disertai
harus dimiliki peserta didik. selain tiga keterbatasan di dua atau lebih area
keterampilan berbahasa lainnya yaitu penyesuaian, pengaturan diri,
berbicara, menyimak, dan menulis. kesehatan dan keamanan, fungsi
Keterampilan membaca dinilai sangat akademik, rekreasi, dan pekerjaan.
penting dikuasai oleh siswa, karena Retardasi mental ringan
dapat memberikan pengetahuan dan dikategorikan sebagai retardasi mental
ilmu baru untuk siswa. dapat dididik (educable). Anak
Tanda-tanda retardasi mental memiliki kesulitan berbahasa namun
ringan mudah untuk diidentifikasi, jika masih bisa memahaminya dalam
orang tua serta guru mampu kehidupan sehari-hari saat tanya jawab
memerhatikan perkembangan anak klinis. Secara tidak langsung anak atau
dengan baik. Anak yang menderita siswa retardasi juga mampu mengurus
retardasi mental ringan jika diberikan diri sendiri yaitu terdiri saat anak
bahan bacaan yang tidak pernah makan, anak mencuci, dan memakai
dijumpai atai dibaca, anak akan baju secara mandiri. Meskipun secara
membaca dengan tertatih-tatih, dengan langsung dapat terlihat perkembangan
pengucapan (fona) yang tidak jelas dan tersebut sangat lamban dalam

33
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

prosesnya jika dibandingkan dengan tinggal yang baik), bersih,


pola perkembangan anak normal. pergantian udara, pakaian, pola pikir
Hambatan yang paling menonjol saat sehat, liburan atau traveling.
anak mengikuti proses belajar mengajar 2. Kebutuhan kasih sayang saat
di sekolah, dana memiliki pertama kali menjalin interaksi yang
perkembangan keterampilan membaca erat, dan saling mengisi antara ibu
dan keterampilan menulis. Dalam dan anak sebagai tujuan proses
konteks sosio kultural keterampilan tumbuh kembang anak baik secara
pengetahuan dan keilmuan seharusnya emosioanal, psikis, dan sosial.
tidak terlalu ditunjukkan, yang 3. Kebutuhan kebutuhan stimulus
membuat anak tidak terbebani dalam dalam hal ini adalah asah merupakan
berinteraksi. Namun berbeda ketika unsur awal proses memhami sistem
muncul permasalahan emosional dan pendidikan dan perlatihan untuk
interpersonal sosial maka anak akan anak retardasi mental ringan. Pada
menunjukkan perbedaan saat anak perkembangan stimulus mental anak
tidak mampu menguasai masalah dapat belajar mandiri, sopan santun,
interpersonal saat menjalin hubungan dan lain sebagainnya.
dengan orang lain atau penyesuaian pengembangan keterampilan sosial
dengan budaya sekitar. seperti Perkembangan ini pada usia
Menurut Lumbantobing balita disebut sebagai perkembangan
(1997:85), pertumbuhan seorang anak psikomotor.
dipengaruhi oleh retardasi mental Kelainan/penyimpangan tumbuh
ringan yang mampu diidentifikasi kembang pada anak terjadi karena
orang terdekat dengan perhatian. kendala pertumbuhan sosial anak
Meskipun pada perkembangannya anak dengan lingkungan sekitar anak,
dipengaruhi oleh faktor genetik dari sehingga kebutuhan yang mendasar
orang tua sebagai pembawa gen awal dari perkembangan anak tidak mampu
atau gen bawaan serta lingkungan dicapai sebagai mana mestinya.
sekitar yang tidak dapat dipisahkan dari Keadaan ini dapat menyebabkan
karakter anak. Yang dimaksud dengan morbiditas anak, bahkan dapat berakhir
lingkungan pada anak dalam konteks dengan kematian. Kalaupun kematian
tumbuh kembang adalah suasana dapat diatasi, sebagian besar anak yang
(milieu) dimana anak tersebut berada. telah berhasil tetap hidup ini
Dalam hal ini lingkungan berfungsi mengalami akibat menetap dari
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak penyimpangan tersebut yang
untuk tumbuh kembang. Asas dikategorikan sebagai kecacatan,
kebutuhan anak dalam termasuk retardasi mental. Jelaslah
perkembangannya dapat digolongkan bahwa dalam aspek pencegahan
menjadi tiga golongan, yaitu: terjadinya retardasi mental praktek
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) : pengasuhan anak dan peran orangtua
Pangan (gizi, merupakan kebutuhan sangat penting (Payne, 1981:
paling penting), Perawatan 466).
kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, Melihat struktur masyarakat
penimbangan bayi secara teratur, Indonesia, golongan sosio ekonomi
pengobatan sederhana, dan lain rendah masih merupakan bagian yang
lain), tempat (lingkungan tempat besar dari penduduk, dapat

34
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

diperkirakan bahwa retardasi mental di Turner. Berdasarkan


Indonesia yang terbanyak adalah tipe pengamatan ternyata kromatin
sosio-kultural. seks, yang merupakan
Etiologi retardasi mental tipe klinis kelebihan kromosom -X pada
atau biologika dapat dibagi menjadi 3 laki-laki lebih banyak
yaitu: ditemukan di antara penderita
1. Penyebab pranatal retardasi mental dibandingkan
a. Kelainan kromosom laki-laki normal. Diperkirakan
Kelainan kromosom kelebihan kromosom-X pada
yang retardasi adalah gejala laki-laki memberi pengaruh
Down. Seorang anak yang baru tidak baik pada kesehatan jiwa,
lahir fisik dan penampilan termasuk timbulnya psikosis,
berbeda menunjukkan kelainan gangguan tingkah laku dan
mental dengan anak normal kriminalitas.
lainnya seperti autis. Penyebab b. Kelainan metabolik
ini tidak secara keseluruhan Kelainan metabolik
salah dan benar, karena berisiko muncul pada retardasi
beberapa penderita termasuk mental ringan ialah
mengalami retardasi mental Phenylketonuria (PKU).
sedang. Sindrom Down Merupakan kendala metabolik
merupakan 10-32% dari saat fisik tubuh tidak bisa
penderita retardasi mental. mengubah asam amino
Diperkirakan insidens dari fenilalanin menjadi tirosin
sindrom Down antara 1-1,7 per dikarenakan defisiensi enzim
1000 kelahiran hidup per tahun. hidroksilase. Penderita laki-laki
Penyebab timbulnya sindrom tenyata lebih besar
Down berhubungan dengan dibandingkan perempuan
umur ibu saat mengandung dan dengan perbandingan 2:1.
melahirkan. Ibu yang berumur Kelainan ini diturunkan secara
20-25 tahun saat melahirkan autosom resesif. Diperkirakan
berisiko 1:2000, sedangkan ibu insidens PKUadalah 1:12 000-
yang berumur 45 tahun berisiko 15 000 kelahiran hidup.
1:30 untuk timbulnya sindrom Penderita retardasi mental pada
Down. Analisis kromosom pada PKU66,7% tergolong retardasi
sindrom Down 95% mental berat dan 33,3%
menunjukkan trisomi –21, retardasi mental sedang
sedangkan 5% sisanya (Prasadio, 1976: 188).
merupakan mosaik dan c. Infeksi
translokasi (Prasadio, 1976: Menurut Prasadio
162). (1976:225), Infeksi rubela pada
Kelainan kromosom lain ibu hamil triwulan pertama
yang bermanifestasi sebagai dapat menimbulkan anomali
retardasi mental adalah trisomi- pada janin yang dikandungnya.
18 atau sindrom Edward, dan Risiko timbulnya kelainan pada
trisomi-13 atau sindrom Patau, janin berkurang bila infeksi
sindrom Cri-du-chat, sindrom timbul pada triwulan kedua dan
Klinefelter, dan sindrom ketiga. Manifestasi klinis rubela

35
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

kongenital adalah berat lahir 1000 g atau kurang menunjukkan


rendah, katarak, penyakit IQ yang bervariasi antara 59-142,
jantung bawaan, mikrosefali, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan
dan retardasi mental. fisis anak-anak tersebut baik,
Infeksi cytomegalovirus kecuali beberapa yang mempunyai
tidak menimbulkan gejala pada kelainan neurologis, dan gangguan
ibu hamil tetapi dapat memberi mata. Penulis-penulis lain
dampak serius pada janin yang berpendapat bahwa semakin rendah
dikandungnya. Manifestasi berat lahirnya, semakin banyak
klinis antara lain hidrosefalus, kelainan yang dialami baik fisis
kalsifikasi serebral, gangguan maupun mental.
motorik, dan retardasi mental. 3. Penyebab Postnatal
d. Intoksikasi Faktor-faktor postnatal seperti infeksi,
Fetal alcohol syndrome trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang
(FAS) merupakan suatu dapat menyebabkan kerusakan otak
sindrom yang diakibatkan yang pada akhirnya menimbulkan
intoksikasi alkohol pada janin retardasi mental.
karena ibu hamil yang minum Pendidikan inklusi adalah suatu
minuman yang mengandung kebijakan pemerintah yang
alkohol, terutama pada triwulan mengusahakan sistem pendidikan yang
pertama. Di negara Amerika dapat didapat oleh setiap putra bangsa
Serikat FAS merupakan agar memeroleh pendidikan yang layak
penyebab tersering dari tanpa memandang anak dengan
retardasi mental setelah sindrom kebutuhan khusus maupun umumnya
Down. Insidens FAS berkisar supaya dapat pendidikan layak dengan
antara 1-3 kasus per 1000 jaminan lebih baik di masa depan
kelahiran hidup. Pada populasi kehidupannya.
wanita peminum minuman Pendidikan inkusi pada setiap
keras insidens FAS sangat negara memiliki metode dan strategi
meningkat yaitu 21-83 kasus yang berbeda-beda bergantung dengan
per 1000 kelahiran hidup, kebutuhan lingkungan sekitar anak
padahal di Eropa dan Amerika berkebutuhan khusus tersebut (Stubbs,
8% wanita merupakan peminum 2002:200). Macam-macam penerapan
minuman keras. metode dan strategi disebabkan budaya
2. Penyebab Perinatal dan kebiasaan negara-negara tersebut,
Koch menulis bahwa 15- selain itu perbedaan juga terjadi pada
20% dari anak retardasi mental tingkat provinsi, maupun kota.
disebabkan karena prematuritas. Upaya memperkenalkan dan
Penelitian dengan 455 bayi dengan mengimplementasikan pendidikan
berat lahir 1250 g atau kurang inklusi di Indonesia telah dimulai
menun-jukkan bahwa 85% dapat sejak tahun 1980-an. Faktor-faktor
mempelihatkan perkembang-an yang memengaruhi keberhasilan dalam
fisis rata-rata, dan 90% pendidikan inklusi ialah budaya,
memperlihatkan perkembangan politik, sumber daya manusia yang di
mental rata-rata. Penelitian pada 73 miliki (Kwon, 2005:57). index for
bayi prematur dengan berat lahir inclusion ialah indek yang digunakan

36
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

dalam mengukur pendidikan inklusi spesialisasi terhadap anak


untuk evaluasi pendidikan di suatu berkebutuhan khusus sesuai dengan
daerah (Ainscow, 2000:286). Tiga hambatanya seperti: SLB-A untuk
dimensi yang memengaruhi adanya sekolah anak tuna netra, SLB-B untuk
indeks inklusi, yaitu (1) dimensi sekolah anak tunarungu, SLB-C untuk
Budaya (creating inclusive cultures), sekolah anak tunagrahita, SLB-D untuk
(2) dimensi Kebijakan (producing sekolah anak tunadaksa. Selanjutnya
inclusive policies), dan (3) dimensi menuju pada pendidikan integratif, atau
Praktik (evolving inclusive practices). dikenal dengan pendekatan terpadu
Pasal 11 ayat 1 dan 2 tentang hak dan yang mengintegrasikan anak luar biasa
kewajiban pemerintah dan pemerintah masuk ke sekolah reguler, namun
daerah sebagai berikut: “Pemerintah masih terbatas pada anak-anak yang
dan pemerintah daerah wajib mampu mengikuti kurikulum di
memberikan layanan dan kemudahan, sekolah tersebut dan kemudian inklusi
serta menjamin terselenggaranya yaitu konsep pendidikan yang tidak
pendidikan yang bermutu bagi setiap membedakan keragaman karakteristik
warga negara tanpa diskriminasi”. individu.
“Pemerintah pusat dan pemerintah Selama ini anak berkebutuhan
daerah wajib menjamin tersedianya khusus harus difasilitasi dengan
dana guna terselenggaranya pendidikan pendidikan inklusi sebagaimana
bagi setiap warga negara yang berusia 7 mestinya serta sesuai dengan
-15 tahun”. kebutuhannya yang disebut dengan
Undang-Undang tersebut Sekolah Luar Biasa. Secara tidak
mampu menunjukkan untuk semua langsung pendidikan yang seperti itu
anak usia sekolah harus memperoleh menciptakan tembok pembeda antara
pendidikan yang layak dan bermutu, anak normal dan anak inklusi
serta pendidikan untuk semua berkebutuhan khusus dengan anak-
(education for all). Kemajuan suatu anak pada umumnya. Hasil dari hal
bangsa dapat dilihat dari bagaimana tersebut ialah hubungan sosial anak di
proses pendidikan yang ada di masyarakat anak berkebutuhan khusus
dalamnya kemudian tertuang dalam menjadi komunitas yang yang berbeda
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dari pertumbuhan sosial di masyarakat.
diambil dalam penyelenggaraan Masyarakat menjadi tidak terbiasa
pendidikan. Salah satunya adalah anak karena adanya kelainan dengan anak
berkebutuhan khusus yang harus berkebutuhan khusus. Sementara
mendapat perlakuan sama dalam kelompok berkebutuhan khusus
memperoleh pendidikan yang layak berpikir bahwa anak berkebutuhan
dan bermutu. khusus bukan bagian dari pertumbuhan
Dalam perkembangannya sosial yang terhubung dari perbedaan di
pendidikan anak berkebutuhan khusus masyarakat dengan anak berkebutuhan
telah banyak mengalami perubahan khusus di sekitarnya.
yaitu pada awalnya pendidikan anak Dinamika pertumbuhan
berkebutuhan khusus bersifat segregasi penduduk yang dituntut dengan
atau terpisah dari masyarakat pada berbagai hal anak berkebutuhan khusus
umumnya. Dalam pelaksanaan menyampaikan segala hak dan
pendidikannya seperti sekolah SLB kewajibannya, sehingga dicetuskan
yang di dalamnya terdapat spesialisasi- pendidikan inklusi pada sistem

37
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

pendidikan. Pada pasal 24 dalam sistem pendidikan inklusi, terbatasnya


Konvensi belajar mandiri, sopan pengetahuan dan keterampilan yang
santun, dan mental disebutkan bahwa dimiliki oleh para guru sekolah inklusi
setiap negara berkewajiban untuk menunjukkan bahwa sistem pendidikan
menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi belum dipersiapkan dengan
inklusi di setiap tingkatan pendidikan. baik.
Adapun salah satu tujuannya adalah Penyelenggaraan sekolah
untuk mendorong terwujudnya inklusi untuk ABK atau anak
partisipasi penuh kelompok berkebutuhan khusus khusunya
berkebutuhan khusus dalam kehidupan retardasi harus memunculkan kondisi
masyarakat. Namun dalam prakteknya yang mampu mendukung pembelajaran
sistem pendidikan inklusi di Indonesia untuk anak dengan kebutuhan khusus,
masih menyisakan persoalan tarik ulur dan suasana belajar yang diciptakan
antara pihak pemerintah dan praktisi harus mampu mewadahi segala
pendidikan. kemungkinanan kebutuhan dan tujuan
Meski sampai saat ini sekolah pembelajaran dari anak. Dibentuknya
inklusi masih terus melakukan pendidikan inklusi memang tidak
perbaikan dalam berbagai aspek, semudah menyelenggarakan sekolah
namun dilihat dari sisi idealnya sekolah formal pada umumnya. Segala hal yang
inklusi merupakan sekolah yang ideal terjadi dilapangan dan berkaitan
baik bagi anak dengan dan tanpa dengan pendidikan inklusi belum
berkebutuhan khusus. Lingkungan sesuai atau selaras dengan kebijakan
yang tercipta sangat mendukung pendidikan di Indonesia, tingkat
terhadap anak dengan berkebutuhan pemahaman dan kecerdasan siswa
khusus, mereka dapat belajar dari ABK tidak bisa disamakan dengan
interaksi spontan teman-teman anaka normal lainnya. Karena anak
sebayanya terutama dari aspek sosial ABK memiliki kriteria pemahaman
dan emosional. Sedangkan bagi anak sendiri dalam konteks yang sama
yang tidak berkebutuhan khusus namun kecepatan pemahaman yang
memberi peluang kepada mereka untuk berbeda. Dalam hal penerimaan jumlah
belajar berempati, bersikap membantu siswa juga memiliki batas atau kuota
dan memiliki kepedulian. Disamping dalam penerimaan siswa. Hal tersebut
itu bukti lain yang ada mereka yang berpengaruh pada pembelajaran
tanpa berkebutuhan khusus memiliki langsung ketika di kelas. Jumlah siswa
prestasi yang baik tanpa merasa yang dibatasi juga harus didukung
terganggu sedikitpun. dengan sarana dan prasarana yang
Penyelenggaraan sistem mendukung dalam pembelajaran di
sekolah inklusi merupakan salah satu kelas. Peran orang tua dalam
syarat yang harus terpenuhi untuk pembelajaran anak dengan kebutuhan
membangun masyarakat inklusi. khusus juga harus mendukung dalam
Sebuah tatanan masyarakat yang saling setiap perkembangan anak dengan
menghormati dan menjunjung tinggi kebutuhan khusus yang berbeda-beda
nilai-nilai keberagaman sebagai realitas dengan kriteria yang berbeda pula.
kehidupan. Banyak kasus yang muncul Selain dukungan moral dukungan
terkait pelaksanaan pendidikan inklusi, material dari orang tua juga harus
seperti minimnya sarana penunjang diberikan secara konsisten dan terus

38
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

menerus, selain itu dukungan peran Subjek penelitian ini adalah satu siswa
aktif orangtua dalam keterlibatan (VK) dari kelas 5 SDI Yaspai.
kegiatan belajar mengajar juga
dibutuhkan secara langsung ketika HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan belajar berlangsung. Selain Aktivitas siswa VK dalam
dukungan orangtua anak secara penuh, memeroleh Konsonan, Vokal,
perlu adanya dukungan pemerintah Diftong, dan Kata
pusat dan daerah dalam upaya Aktivitas siswa VK saat
pendidikan inklusi. Meskipun diketahui mempelajari Pada observasi fona ada
kebijakan pemerintah belum mampu tiga kriteria yang diamati yaitu, vokal,
mencakup secara menyeluruh jika diftong, dan konsonan. Pada vokal
didasarkan pada kebutuhan anak perilaku yang diamati menunjukkan
inklusi. Dukungan tersebut bisa berupa bahwa anak tidak dapat membaca
teknis pelaksanaan penyelenggaraan dengan vokal tinggi, anak hanya dapat
mulai dari keterlibatan dalam membaca dengan vokal rendah sampai
pelaksanaan, monitoring, bimbingan sedang saja.
dengan evaluasi pelaksanaan
pendidikan inklusi. Dan bantuan non
teknis yang berupa dana dan sarana dan Analisis Kemampuan Membaca
Puisi pada Anak Disleksia
prasarana.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif jenis studi kasus. Studi kasus FONA KATA
dalam penelitian ini adalah satu kasus, 1. Anak dapat
studi kasus tersebut harus 1. Ketepatan
membaca dengan membaca
menampakkan kasus-kasus ekstrem vokal sedang vokal "au"
atau tidak biasa. Psikologi klinis yang 2. Anak dapat
2. Ketepatan
menggambarkan suatu permasalahan membaca dengan
membaca
seperti kecacatan yang spesifik dan vokal rendah
vokal "ai"
3. Anak dapat
tidak biasa bahkan bisa disebut langka, membedakan 3. Ketepatan
bahkan selalu menjadi menarik untuk bunyi P dan q membaca
dibahas dan dipelajari dalam 4. Anak dapat huruf "ng"
keilmiahan. membedakan
Menurut Yin (1995:47-49). bunyi V dan W
penelitian studi kasus merupakan suatu
desain yang cocok untuk beberapa Diagram 1. Analisis Kemampuan
keadaan. Pertama, satu studi kasus yang Membaca Puisi
banyak memiliki kondisi yang muncul
bersamaan bisa dijadikan studi kasus Sedangkan pada diftong yang
tunggal atau kasus analog dengan satu diamati menunjukkan bahwa anak
eksperimen saja. Karenanya, sebuah mampu dalam membaca diftong /ai/,
rasional untuk satu kasus ialah ditunjukkan pada bait ke empat puisi
manakala teori yang diuji dan disusun pada kata bagai. Dan anak juga mampu
dengan baik harus mampu menyatakan membaca diftong /au/ yang di
kasus tersebut layak untuk dipelajari. buktikan pada kata surau, engkau, tau.
Pada bait ke satu, dua, dan tiga.

39
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

Dan pada konsonan yang Pelita. Ketepatan membaca vokal /ai/,


diamati, menunjukkan bahwa anak anak mampu membacanya, di buktikan
tidak dapat membedakan bunyi /b/ dan pada bait puisi ke empat pada kata
/d/, di buktikan pada kata bagai. Ketepatan membaca huruf /ng/,
pengabdianmu. Anak membacanya anak mampu membacanya, dibuktikan
dengan kata peabbiammu. Anak tidak pada bait ke dua yaitu pada kata sering.
dapat membedakan bunyi /l/dan /r/, di Ketepatan membaca huruf /ny/, anak
buktikan pada kata rela. Anak belum bisa membacanya, dibuktikan
membacanya dengan kata lela. Anak pada kata hanya di bait ke dua, anak
juga tidak dapat membedakan bunyi membaca kata hanya dengan kata hana.
/m/ dan /n/, di buktikan pada kata Ketepatan anak membaca dengan
pengabdianmu. Anak membacanya pola KVK (Konsonan-Vokal-
dengan kata peabbiammu. Namun Konsonan), anak tidak bisa, atau anak
Anak dapat membedakan bunyi /p/ dan belum mampu membacanya,
/q/, di buktikan pada kata pelita. Anak dibuktikan pada kata Tanpamu pada
membacanya dengan baik dan benar. bait puisi pertama, anak membaca
Dan juga Anak dapat membedakan mengeja dengan salah, yang seharusnya
bunyi /v/ dan /w/, di buktikan pada kata kata Tanpamu menjadi kata Tapamu.
waktu. Anak membacanya dengan baik Ketepatan membaca dengan pola VKK
dan benar. (Vokal-Konsonan-Konsonan), anak
Dapat disimpulkan bahwa pada tidak bisa, atau anak belum mampu
observasi fona yang di lakukan, membacanya, dibuktikan pada kata
menunjukkan bahwa yang pertama, Engkau, bait puisi ke dua, anak
anak hanya dapat membaca dengan membaca kata Engkau, menjadi kata
vokal rendah sampai sedang saja. Yang Ekau. Ketepatan membaca dengan pola
kedua, anak dapat membaca diftong /ai/ KVKK (Konsonan-Vokal-Konsonan-
dan /au/ dengan benar, namun hanya Konsonan) anak tidak bisa, atau anak
pada dua suku saja, berbeda dengan belum mampu membacanya,
yang mempunyai beberapa suku kata, dibuktikan pada kata Menyinari di bait
anak tidak dapat membacanya dengan ke empat puisi, anak membaca kata
benar. Yang ketiga, pada observasi Menyinari dengan bacaan Meninari.
konsonan yang dilakukan peneliti Ketepatan membaca 4 suku kata
terhadap anak retardasi mental ringan /au/. Pada ketepatan membaca 4 suku
menunjukkan bahwa anak retardasi kata /au/ dan /ng/ anak tidak bisa, atau
mental ringan yang peneliti observasi, anak belum mampu membacanya,
tidak dapat membedakan bunyi huruf dibuktikan pada kata terbengkalau,
/b/ dengan /d/, /l/ dengan /r/, dan /m/ pada bait puisi pertama, anak membaca
dengan /n/. Namun anak retardasi kata Terbengkalau menjadi kata
mental ringan dapat membedakan terbekala. Ketepatan membaca 4 suku
bunyi huruf /p/ dengan /q/, dan /v/ kata /ny/, anak tidak bisa atau belum
dengan /w/. mampu membaca kata menyayangi,
Sedangkan pada observasi kata pada bait puisi ke tiga, anak membaca
perilaku yang diamati dalam ketepatan kata menyayangi menjadi kata
membaca vokal /au/, anak mampu meyayagi.
membacanya, di buktikan pada kata
surau pada bait pertama puisi Sang

40
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

PENUTUP ringan harus memiliki dukungan secara


Simpulan terus-menerus demi perkembangan
Anak retardasi mental ringan anak retardasi mental ringan.
(VK) hanya dapat memenuhi beberapa
kriteria dalam fona. Hal ini dapat DAFTAR PUSTAKA
dilihat dari hasil observasi fona yang Abdurrahman, Mulyono. (2009).
menunjukkan bahwa dalam tiga kriteria Pendidikan Bagi Anak
yang diamati yaitu, Vokal, Diftong, dan Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Konsonan, anak hanya dapat membaca PT Rineka Cipta.
dengan vokal rendah sampai sedang
saja. Yang kedua, anak (VK) dapat Akhmad Sudrajat. (2008). Pengertian
membaca diftong /ai/ dan /au/ dengan Pendekatan, Strategi, Metode,
benar, namun hanya pada dua suku kata Teknik dan Model
saja, berbeda dengan yang mempunyai Pembelajaran. Bandung:
beberapa suku kata, anak tidak dapat Sinar Baru Algensindo.
membacanya dengan benar. Yang
Alwasilah, A. Chaedar. (1985).
ketiga, anak tidak dapat membedakan
Sosiologi Bahasa. Bandung:
bunyi huruf /b/ dengan /d/, /l/ dengan
Angkasa.
/r/, dan /m/ dengan /n/. Namun anak
retardasi mental ringan dapat Alwi, Hasan. (1988). Tata Bahasa Baku
membedakan bunyi huruf /p/ dengan Bahasa Indonesia. Jakarta:
/q/, dan /v/ dengan /w/. Balai Pustaka.
Anak retardasi mental ringan
(VK) hanya dapat memenuhi beberapa Aminuddin. (2003). Semantik
kriteria dalam kata. Hal ini dapat dilihat Pengantar Studi Tentang
dari hasil observasi kata yang Makna. Bandung: Sinar Baru
menunjukkan bahwa anak dapat Algensindo.
membaca vokal /au/, ai/, dan huruf /ng/
dengan benar, namun hanya pada dua Chaer, Abdul. (2008). Linguistik
suku kata saja, berbeda dengan kata Umum. Jakarta: PT. Rineka
yang mempunyai 4 suku kata atau Cipta.
lebih, anak masih salah dalam Creswell, J. W. (2016). Research
membaca huruf- huruf tersebut. Pada design: pendekatan kualitatif,
saat anak membaca huruf /ny/ juga anak kuantitatif, dan mixed.
belum mampu dalam membacanya Yogjakarta: PT Pustaka
dengan benar, walau hanya dua suku Pelajar.
kata. Dan pada membaca yang
mempunyai pola seperti (KVK), Dardjowidjojo, Soedjono. (2003).
(VKK), dan (KVKK), anak juga belum Psikolinguistik: Pemahaman
mampu membacanya dengan benar. Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Saran
Saran dalam penelitian ini Das, J.P. (2009). Reading Difficulties
adalah kemampuan membaca puisi And Dyslexia. New Delhi:
pada anak retardasi mental ringan, Chaman Enterprises.
bahwa orang tua, guru, maupun
Departemen Pendidikan Nasional.
keluarga untuk anak dengan retardasi
(2015). Kamus Besar Bahasa

41
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

Indonesia. Edisi Keempat. Mustofa, I. (2004). Identifikasi Letak


Jakarta: Gramedia Pustaka Kesalahan Dalam
Utama. Menyelesaikan Soal Cerita
Operasi Hitung Bilangan
Derek Wood, dkk. (2007). Kiat Pecahan Siswa Kelas V SD
Mengatasi Gangguan Belajar. Negeri II Sumberagung.
Jogjakarta: Kata Hati. Surabaya: Unesa.
Djajasusarma T. Fatimah. (1993). Mulyadi. (2015). Diagnosis Kesulitan
Semantik1 Pengantar Ke Arah Belajar & Bimbingan
Ilmu Makna. Bandung: terhadap Kesulitan Belajar.
Pteresco. Yogyakarta: Nuha Litera.
Hornby, A.S. Sixth edition. (2003). Moleong, Lexy J. (2009). Metode
Oxford Advanced Learner’s Penelitian Kualitatif. Edisi
Dictionary of Current English. Revisi. Bandung: PT.
Oxford: Oxford University Remaja Rosdakarya.
Press.
Nurhadi. (2005). Bagaimana
Jamaris, Martini. (2014). Kesulitan Meningkatkan Kemampuan
Belajar: Perspektif, Asesmen, Membaca?. Bandung: Sinar
dan Penanggulangannya. Baru Alennsindo.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurhayati, Eni (2020). Analisis
Keraf, Gorys. (1980). Tata Bahasa Kemampuan Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Nusantara Mahasiswa Disleksia Sebagai
Calon Guru Sekolah Dasar
Kridalaksana Harimuri. (1992).
Studi Kasus (Na).
Pembentuk Kata dalam
Kudus:Universitas Muria
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kudus
Gramedia Pustaka Utama.
Payne JS. (1981). Mental retardation.
Kridalaksana, Harimurti. (2015).
Columbus: Bell & Howell
Introduction to Word
Company.
Formation and Word Classes
in Indonesian. Jakarta: Prasadio T. (1976). Gangguan
Yayasan Pustaka Obor. psikiatrik pada anak-anak
dengan retardasi mental.
Lumbantobing SM. (1997). Anak
Disertasi. Surabaya:
dengan mental terbelakang.
Universitas Airlangga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rahmad Jalaluddin. (2008). Metode
Michail, Konstantina. (2010). The
Penelitian Komunikasi.
Experiences of University
Bandung: Remaja Rosda
Students with Dyslexia.
Disertasi tidak diterbitkan. Razak, Abdul. (2000). Membaca
Brimingham: University of Pemahaman Teori dan
Brimingham. Aplikasi Pengajaran.
Pekanbaru: Autografika.

42
Nurhayati, Wulan, dan Ramadhan/Profil Siswa Retardasi…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.14, No. 1, Januari 2021 Hal 32 – 43

Ritawati. (2005). Modul Belajar Sugiyono (2015). Metodem Penelitian


Mandiri Program D II PGSD. Kombinasi (Mix Methods).
Jakarta: Pustekom Depdiknas. Bandung: Alfabeta.
Ridwan Idris. (2009). Mengatasi Tarigan, Henry Guntur. (1986).
Kesulitan Belajar Dengan Pengajaran Semantik.
Pendekatan Psikologi Bandung: Angkasa.
Kognitif. Bandung: Lentera
Pendidikan. Verhaar, J.W.M. (1984). Pengantar
Linguistik.Yogyakarta:
Sahriah, S. (2010). Analisis Kesalahan Universitas Gadjah Mada.
Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Operasi Yin, R.K. (1995). Studi Kasus Desain
Pecahan Bentuk Aljabar Kelas dan Metode. Jakarta: PT Raja
VII SMP Negeri 2 Malang. Grafindo Persada.

Samsuri. (1994). Analisis Bahasa. Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih.


Jakarta: Erlangga. (1996). Penddiikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas
Santoso Puji, dkk. (2007). Materi dan Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

43

Anda mungkin juga menyukai