TUGAS
DI SUSUN OLEH :
Rani 22014014
DOSEN PENGAMPUH
Asrul, S.pd.,M.pd
2020/2021
KATA PENGANTAR
saya Dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
Senantiasa terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW ,kepada keluarganya Dan
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan ,baik aspek
Kuantitas maupun aspek kualitas. Semua ini di dasarkan dari keterlatasan yang kami
Miliki sehingga membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
Penulisan makalah kedepannya lebih baik lagi. Sehingga pada akhirnya makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................6
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................................6
1.4. MANFAA TPENULISAN.............................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
2.1. FILSAFAT PENDIDIKAN..............................................................................................7
2.1.1. KEDUDUKAN FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI PONDASI DAN TEORI PENDIDIKAN9
2.1.2. LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA...............................................13
2.1.3 REFLEKSIFILSAFATPENDIDIKANDALAMPEMBELAJARAN.................................25
BAB III.....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................31
3.2 SARAN..........................................................................................................................32
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu filsafat menjadi bidang ilmu yang keberadan ya pada saat sekarang Kurang
sebabkan sulitnya mempelajari filsafat atau juga kurangnya relevansi ilmu tersebut
dengan realitas kehidupan di era sekarang ini yang nota bene lebih. Cenderung pada
pragmatism. Kesadaran mempelajari filsafat harus nya muncul dari para akademis
yang Berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Ilmu filsafat ini secara sadar atau tidak
Sadar ikut serta dalam praktek- praktek pendidikan yang selama ini dilakukan.
Misalnya dalam teori-teori pendidikan, ilmu filsafat menjadi dasar munculnya Teori-
teori pendidikan tersebut. Selain masuk dalam ranah teori-teori pendidikan Filsafat
juga masuk dalam praktek pendidikan misalnya dalam menentukan arah Kegiatan
Membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” Tetapi
rangkaian kegiatan menuju pendewa saanguna menuju kehidupan Yang lebih berarti.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tua nya dan Manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik Anak-anak nya, begitu juga di sekolah
dan perguruan tinggi, para siswa dan Mahasiswa di ajar oleh guru dan dosen.
:landasan hukum, landasan filsafat, landasans ejarah, landasan sosial Budaya, landasan
psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan di bahas mengenai
landasan filsafat. Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
tentang sesuatu Sampai ke akar-akar nya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula
berarti tidak Terbatas. Filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang
sering Di katakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu,
Pendidikan?
Pendidikan
2. Untuk menjelaskan landasan filsafat pendidikan di Indonesia
Pendidikan
PEMBAHASAN
Filsafat Pendidikan pada dasar nya merupakan penerapan suatu analisis filosofis
bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal teori-teori Pendidikan yang di
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia, maka Di
bahas lahan antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep ini
Selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan metodologi Pendidikan.
Sebaliknya pengalaman pendidikan dalam realita menjadi masukan dan Pertimbangan bagi
Memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifat nya dan Sollen (yang Seharusnya).
b. Praktis pendidikan:
terhadap pemikiran ideal pendidikan danmanusia. Jadi, ada hubungan timbal balik di antara
1) Menjadikan mahasiswa lebih kritis dan lebih dapat berpikir reflektif dalam Memandang
persoalan pendidikan
2) Memperluas cakrawala berpikir mahasiswa agar lebih arif dalam memahami Problem
pendidikan
1) Merumuskansecarategassifathakikipendidikan
Kebudayaan
Tujuan pendidikan.
PENDIDIKAN
b. Ilmu pendidikan dibangun atas dasar atau fondasi utama: Filsafat, Psikologi dan
Dalam filsafat pendidikan topik-topik yang di bahas biasanya Berkisar pada Hakikat
mendidik,hakikat moral dan agama atau hakikat masyarakat Dalam kacamata pendidikan,
sedangkan dalam pondas ifilsafat, pembicaraan Tertuju kepada sifat atau karakter filsafat.
Namunkeduanya memilik ititik Singgung atau beberapa kesamaan dalam menopang atau
1). Berfungsi sebagai infrastruktur bagi perilaku guru saat melaksanakan Tugas
pendidikan. Guru yang memahami filsafat akan memperlakukan unsur unsur yang terlibat
kegiatan pendidikan (khususnya murid, waktu, bahan ajar Dan proses pendidikan
(khususnya murid, waktu, bahanajar dan proses Pendidikan) dengan perilaku yang lebih
manusiawi/secara universal, bertujuan Dan jelas argumennya, karena di dukung oleh
suasana batin (sebagai Infrastruktur perilaku) yang memiliki ,seperti analitik, Sistematik,
memiliki kesadaran berperilaku yang konsisten dengan nilai antara Lain dihasilkan oleh
kemampuan berfikir radikal dan sistematis mengenai Hakikat mengajar dan mendidik.
Filsafat pendidikan akan menuntun guru Mendisiplinkan nya berdasarkan kesadaran makna
hakikat pendidikan,hakikat ilmu, dan hakikat anak didik, guru akan Selalu berpihak kepada
kepentingan anak didik dan karena itu segala hal yang Mengakibatkan kerugian bagian akan
didik ,akan dikritisi secara proporsional Sesuai dengan tingkat pemahaman yang di milikinya.
Pada umumnya guru yang memahami utuh filsafat, selain kritis juga arif Dalam bertindak.
Kritis tanpa kearifan biasanya terjad ipada guru Yang masih Dalam proses internalisasi nilai-
nilai filsafat. Sedangkan kearifan tanpa Dibarengi pemikiran kritis pada dasarnya tidak akan
4). Selektif atas alternatif yang tersedia. Guru menjiwai filsafat akan Terdorong
untuk selalu membaca dan membaca berbagai informasi yang Berkaitan dengan konsep,
teori, dan praksis pendidikan dari berbagai sudut Pandang, baik ideologi, politik, ekonomi,
dan sebagainya. Hal itu Banyak dan Terus bertambah setiap hari. Namun dengan jiwa
filsafatnya, ia tidak akan Menelan begitu saja berbagai temuan dinegeri orang. Ia akan
merujuk pada Pemikiran filsafatnya, tidak akan terburu buru menerima tawaran keuntungan
Yang di sodorkan pengalaman pendidikan dinegeri orang. Berbagai konsep Dan cara
mendidik di Jepang, Amerika, dan Eropa umpamanya akan dibaca Dan kemudian disaring
5). Kritis terhadap istilah istilah Sebagai implikasi praktis dari butir Keempat,maka
guru yang memahami filsafat pendidikan akan sangat kritis Terhadap penggunaan istilah-
istilah pendidikan yang dipakai ilmuwan lain. Hal ini sebagai konsekuensi berpikir radikal
yang menegaskan adanya Implikasi dan inovasi yang perlu dijalankan adalah bagaimana
menyeimbangkan daya kritis tersebut dengan performa yang tetap ramah, arif, Dan toleran
terhadap perbedaan pemikiran dan pendapat pihak lain, sehingga Sosok kritis tersebut tidak
menjelma jadi manusia yang sok tahu dan merasa Paling benar sendiri, atau menjadi polisi
kebenaran dalam dunia pendapat Yang bersilang dan beragam. Dalam upaya mencari
kebenaran, performa Demikian pada gilirannya justru akan merugikan diri sendiri. Mudah-
sebagai salah satu pondasi pendidikan, akan Berdampak positif terhadap kualitas
Filsafat dan Pendidikan layaknya dua sisi dalam satu keping uang logam Yang tidak
dapat dipisahkan, dalam definisi tertentu filsafat diartikan sebagai Teori pendidikan dalam
segala tingkat. Manusia berhubungan dengan filsafat dalam proses pendidikan karena
Manusia harus mampu berfilsafat dalam dunia pendidikan. Mampu Menjalankan proses
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, dapat diuraikan
sebagai berikut: Pengertian filsafat dalam arti analisa adalah salah satu cara Pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika Pendidikan dan
lainnya. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
Berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangandan Aliran filsafat
tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya Mengarahkan agar teori-
teori dengan pandangan filsafat pendidikan Yang telah Dikembangkan tersebut bisa
diterapkan dalam praktik kependidikan sesuai Dengan kenyataand an kebutuhan hidup yang
Memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan Menjadi ilmu
filsafat dan teori Juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana
dikemukakan Oleh Ali Sae fullah dalam bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai
sifat hakikat manusia, serta konsep sihakikat dan segi-segi pendidikan Serta ini moral
pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik
dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan Peran pendidikan dalam pembangunan
masyarakat dan negara. Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu:
filsafat Pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya Adalah
bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya Diperlakukan oleh setiap guru
sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai Pengajar bidang studi tertentu.
bependidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang Seharusnya menjadi
tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah Landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Philien
berarti cinta dan Sophia Berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang
berkobar Kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan yaitu: Artinya kebenaran sejati
atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat Artinya hasrat atau keinginan yang
mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan Martabat manusia beserta
masyarakatnya ikut menentukan tujuan Dan cara cara penyelenggaraaan pendidikan, dan
dari sisi lain pendidikan merupakan Proses memanusi akan manusia. Filsafat pendidikan
merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai Pertanyaan pokok sekitar
pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan Bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan
itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan
tindakan yang di lakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan
itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspek nya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran
ilmuhanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya Sebagian kecil saja. Di ibaratkan
mengamati gununges, kitahanya mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja.
Sementara itu filsafat mencoba Menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba
segala sesuatu yang Ada melalui pikiran dan renungan yang kritis. dalam garis besarnya ada
empat Cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika, dan etika, dengan Kandungan
materi masing-masing sebagai berikut: Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang
hakekat segala sesuatu Yang terdapat dialam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua
Pandangan yaitu:
(1) Manusia pada hakekatnya adalahs piritual. Yang ada adalah jiwa Atau roh, yang lain
(2) Manusia adalah organisme materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,
> Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan Kebenaran, Ada
(a) Koheren yaitu, sesuatu akan benar bila konsisten dengan kebenaran Umum
(b) Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang Di jelaskan
kehidupan
(d) Skeptivisme, kebenaran di cari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran Yang lengkap.
Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir Dengan benar.
norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran Dalam filsafat ini.
(MadePidarta,1997:77-78).
Kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat diatas, akan besar Pengaruhnya
pada umumnya diterapkan dalam bidang Pendidikan. Peranan filsafat dalam pendidikan
(1) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makluk di dunia ini, seperti Yang
(2) Masyarakatdankebudayaanya
(3) Keterbatasan manusia sebagai makluk hidup yang banyak menghadapi Tantangan
pendidikan.
Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah Pancasila sebagai
falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam
berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa
selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No.2 Tahun 1989, yang
menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk Di bidang pendidikan adalah
pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan Nasional mengusahakan antara lain:
“Pembentukan manusia Pancasila Sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitas nya
Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu Adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, Pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud
bangsa Manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai Yang
menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam Pendidikan dengan
dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila itu haruslah
dalamarti Keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam pancasila itu, sebagai yang Di
rumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Di pimpin oleh hikmad
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Belum ada upaya mengopersionalkan Pancasila agar mudah diterapkan
Walaupun ada bidang studi menyangkut moral Pancasila, sebagian Besar diterapkan seperti
melaksanakan bidang-bidang studi lain. Pendidik mengajarkannya kemudian peserta didik
Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teori teori
sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia Tentang pengertian
dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagian besar Konsep atau teori pendidikan di
impor dari luar negeri sehingga belum tentu Valid untuk diterapkan di Indonesia. Teori-teori
biasa di dapat dengan cara Belajar diluar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding.
Danyang Paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli Buku
dari Negara lain. Inilah sumber konsep pendidikan di Indonesia. Walaupun ada usaha
menyusun sendiri konsep pendidikan sebagian besar juga Bersumber dari buku-buku ini.
pendidikan juga bersumber dari Buku-buku. Dengan demikian dapat diibaratkan membuat
manusia Indonesia Yang di cita-cita kan seperti menerpapatung dengan cetakan luar Negeri.
Hasilnya tentu tidak samapersis seperti manusia yang di cita-citakan, Karena cetakan itu
Apa bila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan Guru maka
filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru Hanya menguasai apa yang harus dikerjakan
dan bagaimana Mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin pada kompetensi
Seorang tukang. Di samping penguasaan terhadap apa dan bagaimana Tentang tugasnya,
seorang guru juga harus menguasai mengapa ia Melakukan setiap bagian serta tahap tugas
nya itu dengan cara tertentu dan Bukan dengan cara yang lain.
seorang guru di dalam menunaikan tugasnya, yang pada Gilirannya harus dapat dipulangkan
kepada tujuan-tujuan pendidikan yang Mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih
operasional maupun tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua keputusan
seorang guru dan Tenaga kependidikan harus selalu dapat dipertanggung jawabkan secara
Pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang dengan Sendirinya melihatnya
dalam perspektif yang lebih luas dari pada sekedar Pencapaian tujuan-tujuan instruksional
khusus. Perlu digaris bawahi di Sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat.
Segala ketentuan prasarana dan saran asek olah padahakekatnya adalah Bentuk
yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu
maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” Prasarana dan sarana sedangkan
transaksi personal antara subjek didik dan Pendidik, antara subjek didik yang satu dengan
subjek didik yang lain dan Antara warga sekolah dengan masyarakat diluar nya masih belum
Dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti Telah di isyaratkan
dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada Kedaulatan subjek akan melahirkan
Tidaklah berlebihan kirany apila dikatakan bahwa diIndonesia kita belum Punya teori
tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini Tidak mengherankan karena kita
masih belum saja menyempatkan diri Untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya
Kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam Berbagi kegiatan
pembaharuan pendidikan selama ini maka yang Diperbaharui adalah pearalatan luarnya
anggapan bahwa Belum ada diantara kita yang memikirkan masalah pendidikan guru itu.
kecuali dapat dinyatakan sebagai bersifat fragmentaris, tidak Menyeluruh. Misalnya, ada
yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program
pendidikan guru yang lebih Pendek terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun
terakhir ini); ada yang menyarankan perlunya di tingkatkan mekanisme seleksi calon Guru
dan tenaga kependidikan; adaya ngmenyorti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan
guru; dan ada pula yang memusatkan perhatian Kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru
secara partial, akan tetapi Apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum
tentu dapat Dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang efektif.
Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif Adalah yang
program pendidikan guru dan tenaga Kependidikan yang lulusannya mampu melaksanakan
civic).
Rambu - rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan Bahan yang
diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang Di sangga oleh hasil
penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan Nilai yang dianu tmasyarakat. Rambu-
rambu yang dimaksud yang Mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritisitu,
seperti Telah diutarakan di dalam bagian uraian dimuka, di rumuskan kedalam Perangkat
asumsifilosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu Rambu bagi perancang serta
dimaksud merupakan Batu ujian didalam menilai perancang dan implementasi program,
perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul di sana-sini belum Terkoordinasi menjadi
suatu perhatian besar untuk segera mewujudka nya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari
kesimpangsiuran pandangan para Pendidik terhadap pendidikan itu sendiri, seperti telah
diungkapkan diatas. Ada suatu hasil penelitian berkaitan dengan hal di atas yang di lakukan
oleh Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan respon den para mahasisw aPGSD, SI, S2,
dan S3 IKI Pjakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian
Sementara itu hampi rsepertiga para ahl imenyatakan ilmu pendidikan Adalah ilmu
terapan.
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat di tarik sejumlah masalah bertalian Dengan ilmu
pendidikan, yaitu:
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar Saja.
Pendidikan sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian, apakah Sebagai ilmu dasar
atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan Penerapannya pada para calon guru dan
guru-guru masih belum jelas. Kondisi Ilmu pendidikan seperti initer jadi karena memang
dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat Yang khusus membahas
pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia. Dengan kata lain, untuk menemukan
teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat
Indonesia ini, yang kini baru dalam tahap perhatian yang bersifat Sporadic? Tampaknya kita
itu perlu disesuaikan dengan alam kebiasaan Bangsa Indonesia saat ini. Sesuatu akan terjadi
secara relative lebih mudah Bila gagasan itu bersumber dari dan disepakati atau disetujui
oleh pemerintah. Filsafat pendidikan akan lebih mudah mendapat jalan dalam
Menyetujuinya.
Upaya mendorong pemerintah untuk memberi syarat akan pentingnya merumuskan
filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah di lakukan
menjelang sidang umum MPR (kompas ,27 Nopember 1992), sebagai satu sumbangaan
untuk bahan sidang umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk sidang itu, tidak
mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.Hal ini menunjukkan
kemauan Politik pemerintah kearah itu belum ada. Mudah-mudahan di waktu-waktu Yang
Di samping kunci utama untuk memulai kegiatan pengembangan filsafat Pendidikan itu
belum ada, ada lagi kunci kedua yang membuat sulit nya mengembangkan filsafat dan teori
pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan
penjabanran itu belum Tentu sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan yang
membuat hasil Kerja mereka lebih mudah diterapkan dilapangan. Sampai sekarnag tidak
Tetapi bila para ahli pendidikan yang berwenang merumuskan filsafat Pendidikan tidak
diperkenankan menjabarkan atau menafsirkan sendiri sila sila Pancasila itu akan membatasi
kebebasan mereka berfikir dan mewujudkan Filsafat itu. Bila hal itu tidak bisa di tawar-
tawar, mungkin dapat di ambil jalan Kompromi yaitu dengan di bentuk tim yang anggotanya
beberapa ahli Pendidikan dan beberapa anggota BP 7 pusat. Dengan cara ini kemacetan
salah Satu faktor penghambat pengembangan filsafat pendidikan di Indonesia dapat Diatasi
ISPI (1989) mengingatkan bahwa tugas utama para ahli ilmu Pendidikan Adalah:
2) Dalam mengungkapkan sumber-sumber dari luar termasuk Teori pendidikan dan perlu
diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan Filsafat 32 agar kita (Made Pidarta, 1997
: 104).
2.1.3 REFLEKSIFILSAFATPENDIDIKANDALAMPEMBELAJARAN
a. FilsafatPendidikanKiHajarDewantara
kalangan istana Pakualaman Yogyakarta. Oleh karena pemikiran dan jasa Besarnya,
khususnya dalam pendidikan nasional dan sepakter janganya dalam Upaya kemerdekaan
Artinya, menuntun segala kekuatan kodrat yang Ada pad aanak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota Masyarakat dapat mencapai keseluruhan dan
kekuatan itu, agar dapat “memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) Hidup dan tumbuhnya”. Ki
Hadjar Dewantara memiliki pandangan yang Responsif gender. Pandangan ini tentunya
sangat humanis, yaitu bahwa Pendidikan berdiri di atas dasar kodrat dan kenyataan. Konsep
dan Asas Pendidikan Taman Siswa yang Humanis-Religius dapat di tunjukkan dengan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut: Metode Among. Sistem among berarti
mendidik anak agar menjadi manusia Yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, merdeka
tenaganya; Sistemtri Sentra atau tripusat merupakan tiga tempat-pergaulan yang menjadi
Kontinyuitas, artinya garis hidup di zaman sekarang harus merupakan “kelanjutan, terusan”
dari hidup di zaman yang silam, jangan “ulangan Ataupun tiruan bangsa lain. Konvergensi,
artinya keharusan untuk menghindari “hidupmenyendiri” (isolasi) dan untuk menuju kearah
pertemuan dengan hidupnya bangsa- Bangsa lain. Konsentrisitas, artinya sesudah bersatu
dengan bangsa-bangsa Lain sedunia, jangan kehilangan “kepribadian” sendiri, sungguh pun
sudah Bertitik pusat satu, namun di dalam lingkaran-lingkaran yang “konsentris” itu, Kita
tetap masih mempunyai sirkel/lingkaran sendiri; Tringa yang meliputi Ngerti, ngarsa,
nglakoni, mengingatkan agar terhadap segala ajaran hidup atau Cita-cita diperlukan
Manusia umumnya);
Tuladha. Tut Wuri Handayani jangan dimaknai Lepas dari konsep Ing Ngarso Sung Tulodo (di
depan harus menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberi motivasi).
Demikian pula tut wuri handayani justru merupakan sebuah konsep yang
berlawanan dengan konsep komando. Artinya, manusia tidak lagi dapat di kemudikan dari
luar atau dari atas, tetapi dari dalam. Kemerdekaan budaya Menjadi tujuan kebudayaan
nasional. Pendidikan adalah proses pembudayaan. Hal ini mengandung makna kemampuan
bangsa Indonesia atau pendidikan Yang dapat memfilter masuknya budaya-budaya asing
yang masuk, sehingga Tidak merusak nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan
kepribadian Bangsa.
Komunikasi Habermas melalui diskursus teoretis. Diskursus ini dapat Dari beberapa kritik
yang diberikan oleh beberapa pakar pendidikan terhadap Konsep pendidikan, kemudian
diusahakan untuk di ketemukan Konsensus nya. Konsensus ini merupakan esensi yang
politik kemerdekaan, yaitu konsep kunci pendidikan adalah Pemerdekaan. Kritik terhadap
pandangan ini adalah Ki Hadjar Dewantara Sebagai tokoh nasional yang gagal dalam dunia
politik saati tu. Oleh Karena kiprahnya dalam kancah pergerakan beliau tidak dapat
Seperjuangannya ,misalnya: Bung Karno (PNI), Kyai Haji Ahmad Dahlan (Syariat Dagang
Jawa, sehingga konsep-konsep ini hanya dapat di pahami oleh Orang-orang Jawa.
istilah Jawa. Selain itu ,guru-guru taman siswa Sebagian besar berasal dari suku Jawa,
Dengan sebutan “Ki”, dan penyebutan guru perempuan adalah “Nyi”. Pandangannya ini
akan mengakibatkan adanya eksklusifme (Ketaman siswaan). Pandangan ini menjadi tidak
3). Sistem among ( sekolah berasrama ) yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara
Tampaknya tidak dapat direalisasikan di sekolah Taman Siswa. Hal ini Di karenakan sistem
among merupakan sistem pendidikan yang Memerlukan dan acukup besar, dan sekolah
taman siswa pun sebagai Pemilik gagasan ini juga tidak dapat menyelenggarakan sistem
among. Kondisi ini menimbulkan kritik yang lebih keras terhadap Taman Siswa Sebagai
lembaga pendidikan swasta yang kurang maju, tidak dapat Melaksanakan sekolah
MIN/MAN, Sekolah Islam Terpadu Berasrama (Boarding School) yanga kira khirini banyak
Pendidikan Taman Siswa. Hal ini terbukti sekolah-sekolah Taman Wiswa Tidak termasuk
sekolah yang favorit di kota Yogyakarta. Animo siswa Yang masuk disekolah Taman Siswa
tidak sebanyak sekolah negeri atau Swasta keagamaan favorit yang dapat memilih bahkan
menolak siswa Dalam penerimaan siswa baru. Selain itu, prestasiak ademik yang Di hasilkan
Siswa kurang terawat dengan baik dan kurang memakai alat-alat Pembelajaran yang
pelestarian budaya Jawa (karawitan, joget (tarian), tembang tembang Jawa), sehingga
Taman Siswa, menjadi rujukan Dalam pengembangan lagu dan dolanan tradisional sebagai
6). Tut Wurihandayani sering dimaknai negatif sebagai guru tidak melakukan Apa-
apa terhadap siswanya. Demikian pula dengan konsep pendidikan Adalah tuntunan orang
dewasa kepada anak muda sering dimaknai negatif Sebagai sistem pendidikan yang
doktriner, yang arah nya top down, Sehingga guru/orang tua menjadi dominan,
7). Konsep pendidikan Ki hadjar Dewantara sering di kritik sebagai pendidikan Yang
sekuler karena tidak dengan tegas mengaitkan dengan pandangan Agama yang diyakininya
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
2. Ilmu pendidikan dibangun atas dasar atau fondasi utama: Filsafat, Psikologi dan
Sosiologi.
Jadi, Ilmu pendidikan hampir pasti mempunyai dasar filosofisnya, disamping dasar
psikologis dan sosiologis. Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah
Pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, Menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan
bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian
selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam Penjelasan UU-RI No.2 Tahun 1989, yang
pengamalan pancasila, dan untuk Itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:
Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh RakyatI
ndonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari Segala gagasan mengenai wujud
bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap Baik, sumber dari segala sumber nilai yang
menjadi pangkal serta mauara dari Setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan
kata lain: Pancasila Sebagai sumber system nilai dalam pendidikan. Merefleksikan padangan
skursusteoretis. Diskursus ini dapat Dari beberapa kritik yang di berikan oleh beberapa
Konsensusnya. Konsensus ini merupakan esensi yang memiliki kebenaran Hermeneutik yang
3.2 SARAN
Sebagai Mahasiswa dan calon guru yang pada saat ini dan nantinya punakan Selalu
berhubungan dengan dunia pendidikan ada baiknya untuk mempelajari Seperti apa
File:///C:/Users/USER__AK/Documents/Relasi-Ilmu-Filsafat-danPendidikan.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23048/1/HANDOUT%20FILSAFAT.pdf
https://www.kompasiana.com/cephyhakim/552e57bd6ea8349d4d8b45a0/pondasi-
filsafat-dalam-pendidikan
https://lenterakecil.com/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/
https://www.kompasiana.com/ariesrohmadi/55009046a33311597351125f/landasanfilsafat-
dalam-pendidikan?page=all/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/bpk-mengenal-
filsafatPendidikan.pdf