Anda di halaman 1dari 33

KEDUDUKAN DAN LANDASAN SERTA REFLEKSI FILSAFAT PENDIDIKAN

TUGAS

DI SUSUN OLEH :

Rani 22014014

DOSEN PENGAMPUH

Asrul, S.pd.,M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KENDARI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kamipanjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat-Nya

saya Dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga

Senantiasa terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW ,kepada keluarganya Dan

para sahabatnya hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan ,baik aspek

Kuantitas maupun aspek kualitas. Semua ini di dasarkan dari keterlatasan yang kami

Miliki sehingga membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar

Penulisan makalah kedepannya lebih baik lagi. Sehingga pada akhirnya makalah ini

Dapat bermanfaat bagi kami dan mahasiswa lainnya.

Kendari, 3 juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................6
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................................6
1.4. MANFAA TPENULISAN.............................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
2.1. FILSAFAT PENDIDIKAN..............................................................................................7
2.1.1. KEDUDUKAN FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI PONDASI DAN TEORI PENDIDIKAN9
2.1.2. LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA...............................................13
2.1.3 REFLEKSIFILSAFATPENDIDIKANDALAMPEMBELAJARAN.................................25
BAB III.....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................31
3.2 SARAN..........................................................................................................................32
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ilmu filsafat menjadi bidang ilmu yang keberadan ya pada saat sekarang Kurang

mendapatkan perhatian. Kurangnya minat mempelajari filsafat mungkin Karena di

sebabkan sulitnya mempelajari filsafat atau juga kurangnya relevansi ilmu tersebut

dengan realitas kehidupan di era sekarang ini yang nota bene lebih. Cenderung pada

pragmatism. Kesadaran mempelajari filsafat harus nya muncul dari para akademis

yang Berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Ilmu filsafat ini secara sadar atau tidak

Sadar ikut serta dalam praktek- praktek pendidikan yang selama ini dilakukan.

Misalnya dalam teori-teori pendidikan, ilmu filsafat menjadi dasar munculnya Teori-

teori pendidikan tersebut. Selain masuk dalam ranah teori-teori pendidikan Filsafat

juga masuk dalam praktek pendidikan misalnya dalam menentukan arah Kegiatan

pendidikan dalam bentuk kurikulum. Coba anda perhatikan pastiakan Di temukan

setiap naskah kurikulum yang digunakan selalu mencantukan landasan Filosofis

pendidikan. Ini artinya pandang-pandangan filosofi masih diperlukan Dalam merumus

kanpraktek-praktek pendidikan yang ada pada saat sekarang.

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus .

Membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” Tetapi

lebih di tentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti Merupakan

rangkaian kegiatan menuju pendewa saanguna menuju kehidupan Yang lebih berarti.

Anak-anak menerima pendidikan dari orang tua nya dan Manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik Anak-anak nya, begitu juga di sekolah

dan perguruan tinggi, para siswa dan Mahasiswa di ajar oleh guru dan dosen.

Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang di kembangkan dalam

Berkaitannya dengan dunia pendidikan. Ada puncakupan landasan pendidkan Adalah

:landasan hukum, landasan filsafat, landasans ejarah, landasan sosial Budaya, landasan

psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan di bahas mengenai

landasan filsafat. Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam

tentang sesuatu Sampai ke akar-akar nya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula

berarti tidak Terbatas. Filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang

sering Di katakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu,

Filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Seperti apa kedudukan filsafat pendidikan sebagai pondasi dan teori

Pendidikan?

2. Bagaimanakah landasan filsafat pendidikan di Indonesia?

3.Seperti apa refleksi filsafat pendidikan dalam pembelajaran?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk menjelaskan kedudukan filsafat pendidikan sebagai pondasi dan teori

Pendidikan
2. Untuk menjelaskan landasan filsafat pendidikan di Indonesia

3. Untuk menjelaskan refleksi filsafat pendidikan dalam pembelajaran

4.Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

1.4. MANFAA TPENULISAN

1. Untuk mengetahui kedudukan filsafat pendidikan sebagai pondasi dan teori

Pendidikan

2. Untuk mengetahui landasan filsafat pendidikan di Indonesia

3. Untuk mengetahui refleksi filsafat pendidikan dalam pembelajaran


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan pada dasar nya merupakan penerapan suatu analisis filosofis

Terhadap lapangan pendidikan (ImamBarnadib). Filsafat merupakan teori umum dari

pendidikan, landasan dari semua pemikiran Mengenai pendidikan (JohnDewey). Hubungan

Filsafat dan Pendidikan yaitu:

1). Hubungan keharusan

Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita)yang lebih baik, sedangkan

Pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan manusia. Pendidikan

bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal teori-teori Pendidikan yang di

berikan antara lain oleh pemikiran filsafat“.

2). Dasar Pendidikan

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia, maka Di

bahas lahan antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep ini

Selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan metodologi Pendidikan.

Sebaliknya pengalaman pendidikan dalam realita menjadi masukan dan Pertimbangan bagi

filsafat untuk mengembangkan pemikiran pendidikan.


a. Filsafat:

Memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifat nya dan Sollen (yang Seharusnya).

b. Praktis pendidikan:

Mengimplementasikan dasar-dasar tersebut, tetapi juga Memberi masukan dari realita

terhadap pemikiran ideal pendidikan danmanusia. Jadi, ada hubungan timbal balik di antara

keduanya. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan: •

1) Menjadikan mahasiswa lebih kritis dan lebih dapat berpikir reflektif dalam Memandang

persoalan pendidikan

2) Memperluas cakrawala berpikir mahasiswa agar lebih arif dalam memahami Problem

pendidikan

3) Memecahkan problem-problem dasar kependidikan dengan menggunakan Kebebasan

intelektual dan tanggung jawab sosial.

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

1) Merumuskansecarategassifathakikipendidikan

2) Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan

3) Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan ,agama dan

Kebudayaan

4) Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan

5) Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan

Politik pendidikan (sistempendidikan)


6) Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi

Tujuan pendidikan.

2.1.1. KEDUDUKAN FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI PONDASI DAN TEORI

PENDIDIKAN

Kedudukan filsafat pendidikan sebagai pondasi dan teori pendidikan yaitu:

a. Ilmu pendidikan merupakan ilmu interdisipliner.

b. Ilmu pendidikan dibangun atas dasar atau fondasi utama: Filsafat, Psikologi dan

Sosiologi. Jadi, Ilmu pendidikan hampir pasti mempunyai dasar filosofisnya,

disamping Dasar psikologis dan sosiologis.

a). Kedudukan Filsafat Pendidikan Sebagai Pondasi Pendidikan

Dalam filsafat pendidikan topik-topik yang di bahas biasanya Berkisar pada Hakikat

pendidikan, hakikat ilmu pengetahuan dan kurikulum, hakikat Mengajar dan

mendidik,hakikat moral dan agama atau hakikat masyarakat Dalam kacamata pendidikan,

sedangkan dalam pondas ifilsafat, pembicaraan Tertuju kepada sifat atau karakter filsafat.

Namunkeduanya memilik ititik Singgung atau beberapa kesamaan dalam menopang atau

memberi kontribusi Terhadap kegiatan pendidikan.

Topangan tersebut adalah sebagai berikut:

1). Berfungsi sebagai infrastruktur bagi perilaku guru saat melaksanakan Tugas

pendidikan. Guru yang memahami filsafat akan memperlakukan unsur unsur yang terlibat

kegiatan pendidikan (khususnya murid, waktu, bahan ajar Dan proses pendidikan

(khususnya murid, waktu, bahanajar dan proses Pendidikan) dengan perilaku yang lebih
manusiawi/secara universal, bertujuan Dan jelas argumennya, karena di dukung oleh

suasana batin (sebagai Infrastruktur perilaku) yang memiliki ,seperti analitik, Sistematik,

rasionaal, dan universal.

2). Mendisiplinkan perilaku pendidikan dan terdidik. Disiplin dalam Pengertian

memiliki kesadaran berperilaku yang konsisten dengan nilai antara Lain dihasilkan oleh

kemampuan berfikir radikal dan sistematis mengenai Hakikat mengajar dan mendidik.

Filsafat pendidikan akan menuntun guru Mendisiplinkan nya berdasarkan kesadaran makna

hakik ipendidikan dan Pengajar antera di sebut.

3). Kritis terhadap lingkungan pendidikan. Berdasarkan pemahamannya Terhadap

hakikat pendidikan,hakikat ilmu, dan hakikat anak didik, guru akan Selalu berpihak kepada

kepentingan anak didik dan karena itu segala hal yang Mengakibatkan kerugian bagian akan

didik ,akan dikritisi secara proporsional Sesuai dengan tingkat pemahaman yang di milikinya.

Pada umumnya guru yang memahami utuh filsafat, selain kritis juga arif Dalam bertindak.

Kritis tanpa kearifan biasanya terjad ipada guru Yang masih Dalam proses internalisasi nilai-

nilai filsafat. Sedangkan kearifan tanpa Dibarengi pemikiran kritis pada dasarnya tidak akan

terjadi, sebab kearifan Merupakan derajat kepribadian yang dipersyarati penguasaan

menyeluruh Terhadap suatu bidang ilmu yang menjadi “rumah” berfikirkritis.

4). Selektif atas alternatif yang tersedia. Guru menjiwai filsafat akan Terdorong

untuk selalu membaca dan membaca berbagai informasi yang Berkaitan dengan konsep,

teori, dan praksis pendidikan dari berbagai sudut Pandang, baik ideologi, politik, ekonomi,

dan sebagainya. Hal itu Banyak dan Terus bertambah setiap hari. Namun dengan jiwa
filsafatnya, ia tidak akan Menelan begitu saja berbagai temuan dinegeri orang. Ia akan

merujuk pada Pemikiran filsafatnya, tidak akan terburu buru menerima tawaran keuntungan

Yang di sodorkan pengalaman pendidikan dinegeri orang. Berbagai konsep Dan cara

mendidik di Jepang, Amerika, dan Eropa umpamanya akan dibaca Dan kemudian disaring

oleh saringan filsafat pendidikan Islam yang Dipahaminya.

5). Kritis terhadap istilah istilah Sebagai implikasi praktis dari butir Keempat,maka

guru yang memahami filsafat pendidikan akan sangat kritis Terhadap penggunaan istilah-

istilah pendidikan yang dipakai ilmuwan lain. Hal ini sebagai konsekuensi berpikir radikal

yang menegaskan adanya Implikasi dan inovasi yang perlu dijalankan adalah bagaimana

menyeimbangkan daya kritis tersebut dengan performa yang tetap ramah, arif, Dan toleran

terhadap perbedaan pemikiran dan pendapat pihak lain, sehingga Sosok kritis tersebut tidak

menjelma jadi manusia yang sok tahu dan merasa Paling benar sendiri, atau menjadi polisi

kebenaran dalam dunia pendapat Yang bersilang dan beragam. Dalam upaya mencari

kebenaran, performa Demikian pada gilirannya justru akan merugikan diri sendiri. Mudah-

mudahan dengan semakin meningkatnya pemahaman pendidik Tentang pentingnya filsafat

sebagai salah satu pondasi pendidikan, akan Berdampak positif terhadap kualitas

pendidikan diIndonesia ini.

b.Kedudukan Filsafat Pendidikan Sebagai Teori Pendidikan

Filsafat dan Pendidikan layaknya dua sisi dalam satu keping uang logam Yang tidak

dapat dipisahkan, dalam definisi tertentu filsafat diartikan sebagai Teori pendidikan dalam

segala tingkat. Manusia berhubungan dengan filsafat dalam proses pendidikan karena
Manusia harus mampu berfilsafat dalam dunia pendidikan. Mampu Menjalankan proses

pendidikan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang canggih.

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, dapat diuraikan

sebagai berikut: Pengertian filsafat dalam arti analisa adalah salah satu cara Pendekatan

yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika Pendidikan dan

menyusun teori-teori pendidikannya ,disamping Menggunakan metoda-metoda ilmiah

lainnya. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah

Berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangandan Aliran filsafat

tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya Mengarahkan agar teori-

teori dengan pandangan filsafat pendidikan Yang telah Dikembangkan tersebut bisa

diterapkan dalam praktik kependidikan sesuai Dengan kenyataand an kebutuhan hidup yang

juga berkembang dalam Masyarakat.

Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk

Memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan Menjadi ilmu

pendidikan atau pedagogik. pendidikan, Disamping hubungan fungsional tersebut, antara

filsafat dan teori Juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana

dikemukakan Oleh Ali Sae fullah dalam bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai

Berikut: Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep Tentang

sifat hakikat manusia, serta konsep sihakikat dan segi-segi pendidikan Serta ini moral

pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik

Pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, Metodologi pendidikan

dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan Peran pendidikan dalam pembangunan

masyarakat dan negara. Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu:

filsafat Pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya Adalah

bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya Diperlakukan oleh setiap guru

sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai Pengajar bidang studi tertentu.

2.1.2. LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA

a. Pengertian Tentang Landasan Filsafat

Landasan filosofisme rupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau

Hakikatpendidikan,yangberusahamenelaahmasalah-masalah pokok seperti: Apakah

bependidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang Seharusnya menjadi

tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah Landasan yang berdasarkan atau

bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Philien

berarti cinta dan Sophia Berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang

berkobar Kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan yaitu: Artinya kebenaran sejati

atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat Artinya hasrat atau keinginan yang

sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi,2007:20).

Terdapat kaitanya ngeratantara pendidikan dan filsafat karena filsafat Mencoba

merumuskan citra tentang manusia dan mayarakat, sedangkan Pendidikan berusaha

mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan Martabat manusia beserta
masyarakatnya ikut menentukan tujuan Dan cara cara penyelenggaraaan pendidikan, dan

dari sisi lain pendidikan merupakan Proses memanusi akan manusia. Filsafat pendidikan

merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai Pertanyaan pokok sekitar

pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan Bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan

itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan

tindakan yang di lakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan

itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan

kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspek nya yang mendalam, maka dikatakan

kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran

ilmuhanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya Sebagian kecil saja. Di ibaratkan

mengamati gununges, kitahanya mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja.

Sementara itu filsafat mencoba Menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba

segala sesuatu yang Ada melalui pikiran dan renungan yang kritis. dalam garis besarnya ada

empat Cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika, dan etika, dengan Kandungan

materi masing-masing sebagai berikut: Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang

hakekat segala sesuatu Yang terdapat dialam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua

Pandangan yaitu:

(1) Manusia pada hakekatnya adalahs piritual. Yang ada adalah jiwa Atau roh, yang lain

adalah semu. Pendidikan berkewajiban Membebaskan jiwa dari ikatan semu.


Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum

Idealis, Scholastik, dan bebrapa Realis.

(2) Manusia adalah organisme materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,

Eksperimentalis, Pragmatis, dan bebraparealism. Pendidikan adalah untuk hidup,

Pendidikan berkewajiban membuat Kehidupan manusia menjadi menyenangkan.

> Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan Kebenaran, Ada

lima sumber pengetahuan yaitu: (a).Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi

(b).Commonsense, yang ada pada adat dan tradisi

(c).Intuisi yang berkaitan dengan perasaan

(d).Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman

(e).Pengalaman yang terkontrol untuk mendapat kanpengetahuan secara Ilmiah.

Dalam filsafat terdapat empatteori kebenaran yaitu:

(a) Koheren yaitu, sesuatu akan benar bila konsisten dengan kebenaran Umum

(b) Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang Di jelaskan

(c) Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya bermanfaat bagi

kehidupan

(d) Skeptivisme, kebenaran di cari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran Yang lengkap.

 Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir Dengan benar.

Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa Berpiki rdengan

mengemukakan pendapat nya secara tepat dan benar.


 Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai Nilai dan

norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran Dalam filsafat ini.

Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan Sebab tujuan pendidikan

untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara Lain afeksi pesert adidik.

(MadePidarta,1997:77-78).

Kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat diatas, akan besar Pengaruhnya

terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-Kebenaran hasil kajian tersebut

pada umumnya diterapkan dalam bidang Pendidikan. Peranan filsafat dalam pendidikan

tersebut berkaiatan dengan hasil kajian antara lain tentang:

(1) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makluk di dunia ini, seperti Yang

disimpulkan sebagai zoopoliticon, homosapiens,a nimaleducandum Dan sebagainya

(2) Masyarakatdankebudayaanya

(3) Keterbatasan manusia sebagai makluk hidup yang banyak menghadapi Tantangan

(4) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya Filsafat

pendidikan.

b.Pancasila Sebagai Landasan Filsafat Sistem Pendidikan Nasional

Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah Pancasila sebagai

falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam

berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa

pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian

selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No.2 Tahun 1989, yang
menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk Di bidang pendidikan adalah

pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan Nasional mengusahakan antara lain:

“Pembentukan manusia Pancasila Sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitas nya

dan mampu mandiri”.

Sedangkan ketetapan MPR-RI No. II /MPR /1978 tentang Pedoman Penghayatan

Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu Adalah jiwa seluruh rakyat

Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, Pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar

Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud

bangsa Manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai Yang

menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam Pendidikan dengan

kata lain: Pancasila sebagai sumber system nilai dalam Pendidikan.

Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) Atau Ekaprasetya Pancakarsa

sebagai petunjuk operasional pengamalan pancasila dalam Kehidupan sehari-hari, termasuk

dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila itu haruslah

dalamarti Keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam pancasila itu, sebagai yang Di

rumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan

yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Di pimpin oleh hikmad

kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. Belum ada upaya mengopersionalkan Pancasila agar mudah diterapkan

dalam Kegiatan-kegiatan dimasyarakat, termasuk penerapanya dalam dunia Pendidikan.

Walaupun ada bidang studi menyangkut moral Pancasila, sebagian Besar diterapkan seperti
melaksanakan bidang-bidang studi lain. Pendidik mengajarkannya kemudian peserta didik

berusaha menjawab pertanyaan Pertanyaan pendidik dalam ujian-ujian.

Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teori teori

sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia Tentang pengertian

dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagian besar Konsep atau teori pendidikan di

impor dari luar negeri sehingga belum tentu Valid untuk diterapkan di Indonesia. Teori-teori

biasa di dapat dengan cara Belajar diluar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding.

Danyang Paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli Buku

dari Negara lain. Inilah sumber konsep pendidikan di Indonesia. Walaupun ada usaha

menyusun sendiri konsep pendidikan sebagian besar juga Bersumber dari buku-buku ini.

Begitu pula tentang konsep-konsep pendidikan Yang ditatarkan dalam penataran-penataran

pendidikan juga bersumber dari Buku-buku. Dengan demikian dapat diibaratkan membuat

manusia Indonesia Yang di cita-cita kan seperti menerpapatung dengan cetakan luar Negeri.

Hasilnya tentu tidak samapersis seperti manusia yang di cita-citakan, Karena cetakan itu

sendiri belum ada di Indonesia (Fadli,2010).

c. Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan

 Implikasi bagi guru

Apa bila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan Guru maka

filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja

professional, tidaklah cukup bila seorang guru Hanya menguasai apa yang harus dikerjakan

dan bagaimana Mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin pada kompetensi
Seorang tukang. Di samping penguasaan terhadap apa dan bagaimana Tentang tugasnya,

seorang guru juga harus menguasai mengapa ia Melakukan setiap bagian serta tahap tugas

nya itu dengan cara tertentu dan Bukan dengan cara yang lain.

Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada setiap Tindakan

seorang guru di dalam menunaikan tugasnya, yang pada Gilirannya harus dapat dipulangkan

kepada tujuan-tujuan pendidikan yang Mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih

operasional maupun tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua keputusan

serta perbuatan instruksional serta Non-instruksional dalam rangkape nunaian tugas-tugas

seorang guru dan Tenaga kependidikan harus selalu dapat dipertanggung jawabkan secara

Pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang dengan Sendirinya melihatnya

dalam perspektif yang lebih luas dari pada sekedar Pencapaian tujuan-tujuan instruksional

khusus. Perlu digaris bawahi di Sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat.

Segala ketentuan prasarana dan saran asek olah padahakekatnya adalah Bentuk

yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu

maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” Prasarana dan sarana sedangkan

transaksi personal antara subjek didik dan Pendidik, antara subjek didik yang satu dengan

subjek didik yang lain dan Antara warga sekolah dengan masyarakat diluar nya masih belum

Dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti Telah di isyaratkan

dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada Kedaulatan subjek akan melahirkan

anarki, sedangkan pemberian Bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidikakan


melahirkan Penjajahan dan penjinakan. Keduaorientasi yang ekstrimitu tidakakan

Menghasilkan pembudayaan manusia.

 Implikasi bagi pendidikan guru dan tenaga kependidikan

Tidaklah berlebihan kirany apila dikatakan bahwa diIndonesia kita belum Punya teori

tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini Tidak mengherankan karena kita

masih belum saja menyempatkan diri Untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya

yaitu teori tentang Pendidikan sebagimaana di isyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya,

Kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam Berbagi kegiatan

pembaharuan pendidikan selama ini maka yang Diperbaharui adalah pearalatan luarnya

bukan bangunan dasarnya.Hal tersebut dikemukakan tanpa samasekali didasari oleh

anggapan bahwa Belum ada diantara kita yang memikirkan masalah pendidikan guru itu.

Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada di ketengahkan orang tetapi Praktistapa

kecuali dapat dinyatakan sebagai bersifat fragmentaris, tidak Menyeluruh. Misalnya, ada

yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program

pendidikan guru yang lebih Pendek terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun

terakhir ini); ada yang menyarankan perlunya di tingkatkan mekanisme seleksi calon Guru

dan tenaga kependidikan; adaya ngmenyorti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan

guru; dan ada pula yang memusatkan perhatian Kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru

sehingga bisa bersaing dengan Jabtan-jabatan lain dimasyarakat.

Tentu saja semua saran-saran tersebut Diatas memiliki kesahihan, sekurang-kurangnya

secara partial, akan tetapi Apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum
tentu dapat Dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang efektif.

Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif Adalah yang

memberi rambu-rambu yang memadai di dalam merancang Serta mengimplementasikan

program pendidikan guru dan tenaga Kependidikan yang lulusannya mampu melaksanakan

tugas-tugas Keguruan di dalam konteks pendidikan (Tugas professional, kemanusiaan dan

civic).

Rambu - rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan Bahan yang

diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang Di sangga oleh hasil

penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan Nilai yang dianu tmasyarakat. Rambu-

rambu yang dimaksud yang Mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritisitu,

seperti Telah diutarakan di dalam bagian uraian dimuka, di rumuskan kedalam Perangkat

asumsifilosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu Rambu bagi perancang serta

implementasi program yang dimaksud. Dengan demikian,perangkat rambu-rambu yang

dimaksud merupakan Batu ujian didalam menilai perancang dan implementasi program,

maupun di dalam “mempertahankan” program dari penyimpngan-penyimpangan

pelaksanaan ataupun dari serangan-serangan konsoptual (Fadil, 2010).

d. Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Pendidikan diIndonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian Terhadap

perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul di sana-sini belum Terkoordinasi menjadi

suatu perhatian besar untuk segera mewujudka nya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari

kesimpangsiuran pandangan para Pendidik terhadap pendidikan itu sendiri, seperti telah
diungkapkan diatas. Ada suatu hasil penelitian berkaitan dengan hal di atas yang di lakukan

oleh Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan respon den para mahasisw aPGSD, SI, S2,

dan S3 IKI Pjakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian

itu menemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Lebih dari separoresponden menginginkan penegasan kembali pengertian

Pendidikan dan pengajaran.

b. Hampir separoresponden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu

Pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli Pendidikan

menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan Para calon guru.

c. Para mahasiswa dan dosen berpendapat pendidikan adalah ilmu mandiri,

Sementara itu hampi rsepertiga para ahl imenyatakan ilmu pendidikan Adalah ilmu

terapan.

d. Semua respon dengan menyatakan kurang mengenal struktur ilmu Pendidikan.

Karena keragaman pandangan di atas membuat responden Terpecah menjadi

sebagian mendukung pernyataan guru tidak mendidik Melainkan mengajar dan

sebagian lagi menolak.

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat di tarik sejumlah masalah bertalian Dengan ilmu

pendidikan, yaitu:

1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.

2. Ilmu Pendidikan kurang di kembangkan.

3. Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calong uru.


4. Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu Terapan.

5. Struktur ilmu pendidikan kurang di kenal.

6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar Saja.

Ke enam masalah tersebut diatas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya

Pendidikan sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian, apakah Sebagai ilmu dasar

atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan Penerapannya pada para calon guru dan

guru-guru masih belum jelas. Kondisi Ilmu pendidikan seperti initer jadi karena memang

ilmu itu belum digalidan Di kembangkan.

Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yangbercorak Indonesia secara Valid, terlebih

dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat Yang khusus membahas

pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia. Dengan kata lain, untuk menemukan

teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat

pendidikan yang Bercorak Indonesia pula.

Bagaimana kita untuk meningkatkan kegiatan usaha merumuskan filsafat Pendidikan

Indonesia ini, yang kini baru dalam tahap perhatian yang bersifat Sporadic? Tampaknya kita

itu perlu disesuaikan dengan alam kebiasaan Bangsa Indonesia saat ini. Sesuatu akan terjadi

secara relative lebih mudah Bila gagasan itu bersumber dari dan disepakati atau disetujui

oleh pemerintah. Filsafat pendidikan akan lebih mudah mendapat jalan dalam

perkembanganya Manakala pemrakarsa dapat menggugah hati pemerintah untuk

Menyetujuinya.
Upaya mendorong pemerintah untuk memberi syarat akan pentingnya merumuskan

filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah di lakukan

menjelang sidang umum MPR (kompas ,27 Nopember 1992), sebagai satu sumbangaan

untuk bahan sidang umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk sidang itu, tidak

mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.Hal ini menunjukkan

kemauan Politik pemerintah kearah itu belum ada. Mudah-mudahan di waktu-waktu Yang

akan datang kemauan itu akan muncul.

Di samping kunci utama untuk memulai kegiatan pengembangan filsafat Pendidikan itu

belum ada, ada lagi kunci kedua yang membuat sulit nya mengembangkan filsafat dan teori

pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan

dilapangan. Memangbenarsila-sila Pancasila sudah di jabarkan menjadi 45 butir, tetapi

penjabanran itu belum Tentu sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan yang

membuat hasil Kerja mereka lebih mudah diterapkan dilapangan. Sampai sekarnag tidak

Setiap ahli diperkenankan menjabarkan sila-sila Pancasila. Yang Diperbolehkan menjabarkan

sila-silai tuhanya BP 7 pusat, dengan maksud Sangat mungkin untuk menghindari

kesimpang-siuran makna sila-sila Pancasila itu sendiri.

Tetapi bila para ahli pendidikan yang berwenang merumuskan filsafat Pendidikan tidak

diperkenankan menjabarkan atau menafsirkan sendiri sila sila Pancasila itu akan membatasi

kebebasan mereka berfikir dan mewujudkan Filsafat itu. Bila hal itu tidak bisa di tawar-

tawar, mungkin dapat di ambil jalan Kompromi yaitu dengan di bentuk tim yang anggotanya

beberapa ahli Pendidikan dan beberapa anggota BP 7 pusat. Dengan cara ini kemacetan
salah Satu faktor penghambat pengembangan filsafat pendidikan di Indonesia dapat Diatasi

ISPI (1989) mengingatkan bahwa tugas utama para ahli ilmu Pendidikan Adalah:

1) mengungkapkan pikiran yang sistematik dan mendasar mengenai Implikasi filsafat

Pancasila dalam filsafat pendidikan nasional yan gakan Di bentuk, dan

2) Dalam mengungkapkan sumber-sumber dari luar termasuk Teori pendidikan dan perlu

diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan Filsafat 32 agar kita (Made Pidarta, 1997

: 104).

2.1.3 REFLEKSIFILSAFATPENDIDIKANDALAMPEMBELAJARAN

a. FilsafatPendidikanKiHajarDewantara

Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang berasal dari

kalangan istana Pakualaman Yogyakarta. Oleh karena pemikiran dan jasa Besarnya,

khususnya dalam pendidikan nasional dan sepakter janganya dalam Upaya kemerdekaan

bangsa, Ki Hadjar Dewantara memperoleh banyak Penghargaan. Hakikat pendidikan

menurut Ki Hadjar Dewantara adalah tuntunan di dalam Hidup tumbuhnya anak-anak.

Artinya, menuntun segala kekuatan kodrat yang Ada pad aanak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota Masyarakat dapat mencapai keseluruhan dan

kebahagiaan yang setinggi Tingginya.

Kaum pendidikan hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya Kekuatan

kekuatan itu, agar dapat “memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) Hidup dan tumbuhnya”. Ki

Hadjar Dewantara memiliki pandangan yang Responsif gender. Pandangan ini tentunya

sangat humanis, yaitu bahwa Pendidikan berdiri di atas dasar kodrat dan kenyataan. Konsep
dan Asas Pendidikan Taman Siswa yang Humanis-Religius dapat di tunjukkan dengan

pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut: Metode Among. Sistem among berarti

mendidik anak agar menjadi manusia Yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, merdeka

tenaganya; Sistemtri Sentra atau tripusat merupakan tiga tempat-pergaulan yang menjadi

pusat Pendidikan yang amat penting baginya, yaitu:

Alam-keluarga, alamperguruan, dan alam pergerakan pemuda; Asas Tri-kon, Yaitu

Kontinyuitas, artinya garis hidup di zaman sekarang harus merupakan “kelanjutan, terusan”

dari hidup di zaman yang silam, jangan “ulangan Ataupun tiruan bangsa lain. Konvergensi,

artinya keharusan untuk menghindari “hidupmenyendiri” (isolasi) dan untuk menuju kearah

pertemuan dengan hidupnya bangsa- Bangsa lain. Konsentrisitas, artinya sesudah bersatu

dengan bangsa-bangsa Lain sedunia, jangan kehilangan “kepribadian” sendiri, sungguh pun

sudah Bertitik pusat satu, namun di dalam lingkaran-lingkaran yang “konsentris” itu, Kita

tetap masih mempunyai sirkel/lingkaran sendiri; Tringa yang meliputi Ngerti, ngarsa,

nglakoni, mengingatkan agar terhadap segala ajaran hidup atau Cita-cita diperlukan

pengertian, kesadaran, dan kesanggupan untuk Melaksanakan; Trihayu yang meliputi

mamayuhayuningsalira (membahagiakan diri sendiri), mamayuhayuning bangsa

(membahagiakan Hidup bangsa),dan mamayuhayuning manungsa(membahagiakan hidup

Manusia umumnya);

Tripan tangan yang meliputi penyalahgunaan kekuasaan Yang dimiliki, pelanggaran

kesusilaan, khususnya mengenai kewanitaan, Penyelewengan mengenai keuangan. Guru

dalam menjalankan fungsinya dapat memosisikan diri sebagai pemimpin Dengan


melaksanakan yaitu a) Tutwuri Handayani, b) Ing Madya Mangun Karsa, c) Ing Ngarso Sung

Tuladha. Tut Wuri Handayani jangan dimaknai Lepas dari konsep Ing Ngarso Sung Tulodo (di

depan harus menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberi motivasi).

Ketiga asas Pendidikan ini harus dimaknai secara utuh, holistik.

Demikian pula tut wuri handayani justru merupakan sebuah konsep yang

berlawanan dengan konsep komando. Artinya, manusia tidak lagi dapat di kemudikan dari

luar atau dari atas, tetapi dari dalam. Kemerdekaan budaya Menjadi tujuan kebudayaan

nasional. Pendidikan adalah proses pembudayaan. Hal ini mengandung makna kemampuan

bangsa Indonesia atau pendidikan Yang dapat memfilter masuknya budaya-budaya asing

yang masuk, sehingga Tidak merusak nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan

kepribadian Bangsa.

b. Refleksi Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Merefleksikan padangan Ki Hadjar Dewantara dapat menggunakan Teori

Komunikasi Habermas melalui diskursus teoretis. Diskursus ini dapat Dari beberapa kritik

yang diberikan oleh beberapa pakar pendidikan terhadap Konsep pendidikan, kemudian

diusahakan untuk di ketemukan Konsensus nya. Konsensus ini merupakan esensi yang

memiliki kebenaran Hermeneutik yang bersifat emansipatoris (tidak memihak, dan

membebaskan Dari belenggu-belenggu kepentingan ideologis baik individu, sosial-budaya

Ekonomi (Hardiman, 1993:200).

Beberapa kritik terhadap konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dapat


Di identifikasi sebagai berikut:

1). Pandangan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara berkait erat dengan Perjuangan

politik kemerdekaan, yaitu konsep kunci pendidikan adalah Pemerdekaan. Kritik terhadap

pandangan ini adalah Ki Hadjar Dewantara Sebagai tokoh nasional yang gagal dalam dunia

politik saati tu. Oleh Karena kiprahnya dalam kancah pergerakan beliau tidak dapat

melahirkan Partai politik sebagai alat perjuangan kemerdekaan sebagaimana teman

Seperjuangannya ,misalnya: Bung Karno (PNI), Kyai Haji Ahmad Dahlan (Syariat Dagang

Islam), dan Dr. Wahidin Sudirohoesodo (BudiOetomo).

2). Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara bercorak tradisional berbasis Budaya

Jawa, sehingga konsep-konsep ini hanya dapat di pahami oleh Orang-orang Jawa.

Terminologi yang digunakan Ki Hadjar Dewantara hampir sebagaian Besar menggunakan

istilah Jawa. Selain itu ,guru-guru taman siswa Sebagian besar berasal dari suku Jawa,

sehingga menimbulkan Primordialisme kesukuan, contoh: untuk penyebutkan guru laki-laki

Dengan sebutan “Ki”, dan penyebutan guru perempuan adalah “Nyi”. Pandangannya ini

akan mengakibatkan adanya eksklusifme (Ketaman siswaan). Pandangan ini menjadi tidak

inklusi f(terbuka) Terhadap budaya selain Jawa.

3). Sistem among ( sekolah berasrama ) yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara

Tampaknya tidak dapat direalisasikan di sekolah Taman Siswa. Hal ini Di karenakan sistem

among merupakan sistem pendidikan yang Memerlukan dan acukup besar, dan sekolah

taman siswa pun sebagai Pemilik gagasan ini juga tidak dapat menyelenggarakan sistem

among. Kondisi ini menimbulkan kritik yang lebih keras terhadap Taman Siswa Sebagai
lembaga pendidikan swasta yang kurang maju, tidak dapat Melaksanakan sekolah

berasrama di bandingkan dengan yayasan swasta Berbasis agama (Muhammadiyah)

MIN/MAN, Sekolah Islam Terpadu Berasrama (Boarding School) yanga kira khirini banyak

berdiri di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti: SMAIT Abubakar, Muhammadiyah Boarding

School, SMA Katolik Van Lithdi Muntilan.

4). Konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar tidak membawa kemajuan dalam

Pendidikan Taman Siswa. Hal ini terbukti sekolah-sekolah Taman Wiswa Tidak termasuk

sekolah yang favorit di kota Yogyakarta. Animo siswa Yang masuk disekolah Taman Siswa

tidak sebanyak sekolah negeri atau Swasta keagamaan favorit yang dapat memilih bahkan

menolak siswa Dalam penerimaan siswa baru. Selain itu, prestasiak ademik yang Di hasilkan

oleh sekolah taman siswa tidak tampak.

5). Sarana dan prasarana pendidikan, termasuk gedung-gedung sekolah Taman

Siswa kurang terawat dengan baik dan kurang memakai alat-alat Pembelajaran yang

menggunakan teknologi canggih. Realitanya Taman Siswa lebih memberi penekanan

pelestarian budaya Jawa (karawitan, joget (tarian), tembang tembang Jawa), sehingga

Taman Siswa, menjadi rujukan Dalam pengembangan lagu dan dolanan tradisional sebagai

media Pembelajaran karakter.Hal ini secara sepint askurang menggambarkan Pandangan Ki

Hadjar Dewantara tentang Trikon.

6). Tut Wurihandayani sering dimaknai negatif sebagai guru tidak melakukan Apa-

apa terhadap siswanya. Demikian pula dengan konsep pendidikan Adalah tuntunan orang

dewasa kepada anak muda sering dimaknai negatif Sebagai sistem pendidikan yang
doktriner, yang arah nya top down, Sehingga guru/orang tua menjadi dominan,

pembelajaran bersifat teacher Centered.

7). Konsep pendidikan Ki hadjar Dewantara sering di kritik sebagai pendidikan Yang

sekuler karena tidak dengan tegas mengaitkan dengan pandangan Agama yang diyakininya

dalam sistem pendidikannya, dan menggantikan Dengan pendidikan budipekerti.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kedudukan filsafat pendidikan sebagai pondasi dan teori pendidikan yaitu:

1. Ilmu pendidikan merupakan ilmu interdisipliner.

2. Ilmu pendidikan dibangun atas dasar atau fondasi utama: Filsafat, Psikologi dan

Sosiologi.

Jadi, Ilmu pendidikan hampir pasti mempunyai dasar filosofisnya, disamping dasar

psikologis dan sosiologis. Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah

Pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, Menjadi

semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan

bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian

selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam Penjelasan UU-RI No.2 Tahun 1989, yang

menegaskan bahwa pembangunan Nasioanal termasuk di bidang pendidikan adalah

pengamalan pancasila, dan untuk Itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:

“Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya

dan mampu Mandiri”.

Sedangkan ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan

Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh RakyatI

ndonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar

Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari Segala gagasan mengenai wujud
bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap Baik, sumber dari segala sumber nilai yang

menjadi pangkal serta mauara dari Setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan

kata lain: Pancasila Sebagai sumber system nilai dalam pendidikan. Merefleksikan padangan

Ki Hadjar Dewantara dapat menggunakan Teori Komunikasi Habermas melalui di

skursusteoretis. Diskursus ini dapat Dari beberapa kritik yang di berikan oleh beberapa

pakar pendidikan terhadap Konsep pendidikan, kemudian di usahakan untuk di ketemukan

Konsensusnya. Konsensus ini merupakan esensi yang memiliki kebenaran Hermeneutik yang

bersifat emansipatoris (tidak memihak, dan membebaskan dari Belenggu-belenggu

kepentingan ideologis baik individu, sosial-budaya-ekonomi (Hardiman, 1993:200).

3.2 SARAN

Sebagai Mahasiswa dan calon guru yang pada saat ini dan nantinya punakan Selalu

berhubungan dengan dunia pendidikan ada baiknya untuk mempelajari Seperti apa

kedudukan, landasan, dan refleksi filsafat dalam pendidikan dan Pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

File:///C:/Users/USER__AK/Documents/Relasi-Ilmu-Filsafat-danPendidikan.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/23048/1/HANDOUT%20FILSAFAT.pdf

https://www.kompasiana.com/cephyhakim/552e57bd6ea8349d4d8b45a0/pondasi-

filsafat-dalam-pendidikan

https://lenterakecil.com/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/

https://www.kompasiana.com/ariesrohmadi/55009046a33311597351125f/landasanfilsafat-

dalam-pendidikan?page=all/

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/bpk-mengenal-

filsafatPendidikan.pdf

Anda mungkin juga menyukai