Tugas 3. Makalah Pendidikan Usia Sekolah
Tugas 3. Makalah Pendidikan Usia Sekolah
TUGAS
DI SUSUN OLEH :
Rani 22014014
2020/2021
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Pendidikan nonformal .................................................................................................................... 6
B. Pendidikan Anak Usia Dini .......................................................................................................... 12
C. Masalah-masalah pokok dalam Pendidikan Anak Usia Dini ....................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................................. 16
SOLUSI ................................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
20 Tahun 2003, Pasal satu menyatakan bahwa Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dari ke tiga jalur pendidikan tersebut Pendidikan
nonformal didefinissikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dalam pasal 26 undang-undang tersebut pada
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Artinya
bahwa warga masyarakat memiliki peranan penting dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
untuk generasi muda. Bahwa masyarakat bekerja sama dengan pemerintah dalam
nonformal yakni mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
profesional. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal lebih menekankan fungsi
motorik pada peserta didik untuk tampil dalam dunia usaha, fungsi pendidikan non formal
tercantum dalam pasal 26 ayat 2 pada undang-undang tersebut diatas. Ada beberapa bentuk
Pendidikan nonformal antara lain: pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain
1
Bebrapa karakteristik dari pendidikan non formal diantaranya adalah sebagai berikut:
Tempat pembelajaran pendidikan non formal bisa diadakan di luar gedung; Pendidikan
nonformal Kadang tidak ada persyaratan khusus; Pada Umumnya pendidikan non formal
tidak memiliki jenjang yang jelas; Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani
oleh pendidikan non formal; pendidikan nonformal bersifat praktis dan khusus;
dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Dari karakteristik Pendidikan nonformal sangat jelas
bahwa Pendidikan non formal memiliki peran penting dalam pembangunan. Pendidikan
nonformal mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
sebelumnya. Mengenai masalah pedidikan non formal, perhatian pemerintah kita masih terasa
sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan non formal yang
makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan
yang mahal. Minimnya Pastisipasi orang tua dan masih banyak hal yang lain. Dampak dari
pendidikan nonformal yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan non formal baik di
tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten, apa lagi ke tingkat kecamatan dan
Salah satu bentuk Pendidikan non formal adalah Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan nonformal tersebut adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pada jenjang pendidikan ini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan tersebut dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
2
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia
dini juga merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
Jenjang pendidikan ini disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
Adapun tujuan pendidikan anak usia dini yaitu untuk membentuk anak yang
berkualitas. Bahwa anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
dasar serta mengarungi 3 kehidupan di masa dewasa. Tujuan lain adalah Tujuan Penyerta
yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di sekolah. Dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional, pada pasal 28 ayat 1 dikatakan bahwa anak usia
dini adalah berkisar antara nol sampai enam tahun. Sementara itu di beberapa Negara, anak
usia dini berkisar antara nol sampai delapan tahun menurut kajian rumpun keilmuan
pendidikan anak usia dini. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakkar,
Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk
semua (The Dakkar Frame work for Action Education for All). Salah satu butir dari
perawatan dan pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak yang sangat
rawan dan kurang beruntung”. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan anak pada usia dini
Menurut hasil penelitian di bidang neurologi seperti yang dilakukan oleh Dr.
Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat,
mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai
50% (Cropley, 1999: 94). Artinya pendidikan anak seharusnya dimulai pada jenjang usia nol
3
sampai empat tahun. Bila pendidikan pada jenjang ini tidak dilakukan maka otak anak
tersebut juga tidak mendapatkan ransangan yang maksimal. Jika jenjang tersebut tidak
direalisasikan maka perkembangan otak pada anak tersebut juga tidak berkembang secara
normal dan optimal. Hal yang berlawanan adalah Anggapan bahwa pendidikan baru bisa
dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidaklah benar. Bahkan
pendidikan yang dimulai pada usia Taman Kanak-kanak (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah
terlambat. Akan tetapi hal itu pun belum disadari oleh banyak kalangan, lebih-lebih di daerah
Selain itu ada juga pengaruh dari lingkungan terhadap perkembangan otak pada anak
usia dini. Menurut hasil penelitian di Baylor College of Medicine menyatakan bahwa
lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan
pengembangan kemampuan anak secara optimal. Hal ini berarti bahwa Anak yang tidak
otaknya akan lebih kecil 20 - 30% dari ukuran normal seusianya. Secara keseluruhan hingga
usia delapan tahun, 80% kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas
kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia empat tahun hingga mencapai usia
delapan tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100% setelah
berusia sekitar 18 tahun (Abdulhak, 2002). Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0-8
tahun disebut masa emas (golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan
kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak
melalui perhatian kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
bertambah 30% setelah usia empat tahun hingga mencapai usia delapan tahun. Selanjutnya
kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100% setelah berusia sekitar 18 tahun
(Abdulhak, 2002). Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas
(golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga
4
sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui perhatian kesehatan
Namun pelayanan anak usia dini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Meskipun sudah ada undang-undang tentang pendidikan non formal dan juga pendidikan
anak usia dini, tetapi toh pelayanan anak usia dini tetap masih memperhatinkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal dengan berbagai atribut dan nama atau istilah lainnya, baik disebut
dengan, mass education, adult education, lifelong education, learning society, out-of-school
education, social education dll, merupakan kegiatan yang terorganisir dan sistematis yang
1955:10). Meskipun kesemua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan dengan
pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan pengertian yang
konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang yang berbeda. Berikut ini
diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh para ahli:
1) Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu
kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna
meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha
penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan
Nonformal education is defined for our purpose as the method of assessing the needs
6
communicating with them, motivating them to patterns, and related activities which
4) Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini adalah Semua
kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang
diselenggarakan di luar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk
perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana,
sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan
Pada definisi lain Coombs menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran yang dianggap
sistem pembelajaran individual dan sistem pembelajaran kelompok. Pada definisi tersebut
karena dengan kelompok proses pembelajaran atau transfer pengetahuan, keterampilan akan
lebih efektif. Pada konteks lain pendidikan nonformal sering disebut dengan istilah
pendidikan luar sekolah (outof-school education). Istilah ini mengacu pada penyelenggaraan
pendidikan di luar sistem sekolah atau di luar kurikulum yang diprogram secara nasional
untuk sekolah.
7
Istilah pendidikan luar sekolah sebenarnya lebih popular di Indonesia ketimbang di
Negara-negara lain (baik negara maju maupun negara dunia ke tiga). Pengungkapan istilah
pendidikan nonformal memberikan informasi bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak hanya
diselenggarakan di pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal. Hal ini
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap
2. ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi;
3. ayat (12) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
4. ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
8
7. melakukan penilaian.
pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan aspek kehidupan. Hal ini ditujukan
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar yang timbul dalam kehidupan
masyarakat. Kebutuhan belajar terasa dan prioritas program nasional. Yang dimaksud
kebutuhan belajar terasa adalah kebutuhan belajar yang dirasakan oleh setiap anggota
dan keterampilan yang perlu dimiliki setiap anggota masyarakat berdasarkan pertimbangan
kepentingan nasional.
Oleh karena itu keberadaan pendidikan nonformal saat ini semakin dibutuhkan oleh
1. Kemajuan teknologi;
2. Kebutuhan pendidikan keterampilan yang tidak bisa dijawab oleh pendidikan formal;
lingkungan; ii) keinginan untuk maju; iii) perkembangan alat komunikasi dan; iv)
Berdasar kepada kriteria tersebut, kebutuhan pendidikan nonformal semakin nyata dalam
menyangkut persoalan pendidikan maupun persoalan sosial lainnya. Pada sisi yang lebih
ideal pendidikan nonformal semakin nyata dibutuhkan terutama dalam usaha pengembangan
9
dan implementasi belajar sepanjang hayat (lifelong learning) atau di Jepang disebut dengan
sekolah; kedua sebagai penambah (supplement) bahan belajar yang dipelajari di sekolah; dan
ketiga, sebagai lembaga pilihan lain yang berdiri sendiri (substitut). Di Jepang pengembangan
konsep “shogai gakushu” mulai diperkenalkan sekitar tahun 1960-an di seluruh Jepang,
Pemerintah Jepang saat itu dan masyarakatnya menganggap bahwa konsep belajar sepanjang
hayat sangat relevan dengan kehidupan masyarakat terutama dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pendidikan melalui berbagai kegiatan pendidikan nonformal. Ogawa (1991)
menjelaskan
The main principle of social education is twofold: (1) to ensure every citizen’s right to
learn, in particular those who lack a proper school education, and (2) to promote participatory
kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat para ahli di bidang
pendidikan nonformal. Lebih jauh Coombs mengungkapkan bahwa program belajar bagi
1. Pendidikan umum atau dasar, meliputi program literasi, pengertian dasar mengenai
ilmupengetahuan dan lingkungan, dan sebagainya;
3. pendidikan kemasyarakatan;
4. pendidikan kejuruan.
10
1. program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat yang telah
bekerja;
2. program penyiapan angkatan kerja, terutama bagi masyarakat yang belum bekerja;
dan
terutama dalam implementasi belajar sepanjang hayat. Maka pendidikan nonformal memiliki
tugas khusus bukan hanya sekedar tuntutan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun akan
tetapi yang paling penting mencerdaskan masyarakat pada level literasi (pembebasan buta
huruf) berarti membuka wawasan dan cakrawala masyarakat ke arah kemajuan dan
perubahan hidup dan kehidupan yang baru. Program pendidikan dasar melalui pendidikan
nonformal jangan hanya dikategorikan sekedar menyelesaikan masalah tingginya angka drop
out pendidikan dasar dan menjadi sorotan dunia internasional yang berpengaruh terhadap
HDI (human development index), akan tetapi tugas ini harus dianggap sebagai suatu
11
B. Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas tahun
2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut”. Batasan lain mengenai usia dini pada anak berdasarkan psikologi
Di samping istilah pendidikan anak usia dini terdapat pula terminologi pengembangan
anak usia dini yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk
membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek
tumbuh kembang. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian
dari perkembangan. Namun sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang
berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh,
misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala,
bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya yang biasa
disebut pertumbuhan fisik. Pertumbuhan dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan
berat badan atau pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan
dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih
sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses perubahan mental ini
juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak
12
sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk
atau berdiri.
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang
lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan),
dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali tuhan dengan struktur otak yang lengkap,
namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah di luar kandungan. Bayi yang baru
dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Melalui
persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan
bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyaknya zat
myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yang tumbuh, sehingga akan
semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk
unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari
banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak manusia bersifat hologram yang dapat
Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan,
tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada
tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat mempengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal
tersebut sulit diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa
anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak
13
bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak
mandiri, atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan terlalu agresif.
arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan.
Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan
serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak
seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat
pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat,
kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga
berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi
pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, bahkan
kesehatan dalam proses tumbuh kembang anak atau dengan kata lain anak mendapatkan
layanan dasar secara holistik. Dalam perkembangan anak, pada saat-saat tertentu dapat terjadi
masa ini berlalu ada tugas perkembangan yang bisa dikejar dan ada pula yang tidak bisa
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada anak usia dini; (2) masih terbatas
dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di pedesaan.
(3) rendahnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Ketua Umum Himpunan Pendidik PAUD Seluruh Indonesia (Himpaudi) Netti Herawati
14
mengatakan, ada delapan masalah dalam dunia pendidikan anak, khususnya anak usia dini
(PAUD). Menurutnya, delapan masalah tersebut yakni: pertama adalah bahwa tingkat
pendidikan guru di mana hanya 23,06 persen berpendidikan S1. Sementara menurut Standar
Nasional Pendidikan seharusnya Guru PAUD baik Formal maupun Non Formal minimal S1
PAUD dan masih sepertiga anak usia 3-6 tahun yang belum mendapat layanan PAUD saat
ini.
Permasalahan yang Ketiga adalah keterlibatan keluarga yang belum seiring sejalan
dan bersama lembaga PAUD. Padahal, PAUD adalah kerja membangun Fondasi bangsa dan
tumbuh kembangkan anak. Permasalahan yang keempat adalah pembelajaran di PAUD yang
seharusnya 80 persen membangun sikap, namun saat ini justru fokus pada pembelajaran
calistung yang bernuansa akademik. Permasalahan yang kelima adalah investasi pendidikan.
Permasalahn yang keenam adalah masalah gizi. Permasalahan yang ketujuh adalah status
guru PAUD non formal yang belum dianggap sebagai guru. Permasalahan yang kedelapan
adalah tantangan eksternal Undang-undang Guru dan Dosen yang masih dikotomi sampai
15
BAB III
SOLUSI
A. Solusi yang pertama adalah tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan kualitas
Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal
Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007). Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan
antara lain yaitu: Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan
akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari
seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender. Langkah ketiga, meningkatkan mutu
pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-
rata kelulusan dalam ujian nasional. Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah
jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan
tenaga siap pakai yang dibutuhkan. Langkah kelima, pemerintah berencana membangun
Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini
aplikasi pendidikan. Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa
Solusi untuk permasalahan pertama bahwa tingkat pendidikan guru di mana hanya
23,06 persen berpendidikan S1. Sementara menurut Standar Nasional Pendidikan seharusnya
Solusi Permasalahan tersebut perlu melakukan pengecekkan pada proses perekrutan guru
16
untuk menjadi guru pendidik anak usia dini. Pengecekkan tersebut dilakukan pada seleksi
dokumen, tes tertulis, wawancara, pengalaman kerja hingga sampai pada surat keputusan
kepala dinas Pendidikan. Bila proses seleksi memenuhi seluruh kriteria yang ada maka
seharusnya tidak ada guru yang berpendidikan di bawah level S1 berdasarkan standar
nasional Pendidikan.
Solusi untuk persoalan kualitas Program dan lembaga PAUD. Untuk persoalan
kualitas program dan lembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan luar sekolah didasari
oleh empat asas yaitu asas kebutuhan, asas pendidikan sepanjang hayat, asas relevansi dengan
pembangunan masyarakat, dan asas wawasan ke masa depan. Dalam hal ini perhatian lebih
ditujukan pada asas pendidikan sepanjang hayat yang relevan dengan topik yang sedang
pendidikan sepanjang hayat, antara lain: Pendidikan sepanjang hayat tidak hanya terbatas
pada pendidikan orang dewasa tapi juga meliputi serta menyatukan semua tingkat pendidikan
prasekolah, SD, SLTP dan seterusnya. Ini merupakan pandangan pendidikan secara
sebagai bagian dari pendidikan sepanjang hayat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Worth, W.H. (Cropley, 1999: 43) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh
menolak anak di bawah umur enam tahun dan menganjurkan pendidikan anak-anak awal
yang disebutnya “Early Ed. Tiga tujuan pokok “Early Ed”, yang meliputi perlengkapan
tepat. Aspek terpenting anjuran Worth ialah pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama
17
belajar, membantu perasaan harga diri, dan akhirnya, meningkatkan kemampuan untuk hidup
dengan orang lain. Worth melihat pendidikan anak usia dini meliputi variable yang kompleks
dalam bidang kognitif, motivasi dan sosio affektif yang jika berkembang dengan tepat akan
menjadi basis pemenuhan diri dalam kehidupan. Dengan demikian Worth mengakui
pentingnya pendidikan anak-anak usia prasekolah sebagai salah satu fase pendidikan seumur
hidup. Sedangkan masih ada sepertiga anak usia 3-6 tahun yang belum mendapat layanan
PAUD saat ini, Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dari
jumlah 26,09 juta anak usia 0-6 tahun, sebagian besar (sekitar 17, 99 juta anak atau 68,9%)
belum terlayani dalam pendidikan prasekolah. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal
hanya mampu melayani sekitar 2 (dua) juta anak dari 12,6 juta anak usia 4-6 tahun yang ada.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka sewajarnya bila peran Pendidikan Luar
Sekolah yang mencakup pendidikan nonformal dan informal – dalam memberikan pelayanan
pendidikan dini pada anak-anak yang tak memperoleh pendidikan di jalur pendidikan formal
sangatlah penting dan mendesak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diselenggarakan
pendidikan luar sekolah berupa kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia tiga –
enam tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri
siap memasuki pendidikan dasar.Taman Penitipan Anak adalah wahana pendidikan dan
pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka
waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam
18
Satuan PAUD sejenis merupakan bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang tidak
diselenggarakan dalam bentuk taman penitipan anak ataupun kelompok bermain. Satuan
PAUD sejenis dapat berbentuk: PAUD dalam keluarga dan berbagai layanan pendidikan
lainnya, baik yang bersifat khusus maupun umum yang diselenggarakan bagi anak usia dini.
PAUD Terintegrasi Posyandu atau Pospadu adalah pengembangan dari satuan PAUD sejenis,
yang merupakan upaya pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan dengan
dasar secara holistik/menyeluruh yang mencakup layanan gizi, kesehatan, dan pendidikan.
Permasalahan yang Ketiga adalah keterlibatan keluarga yang belum seiring sejalan dan
bersama lembaga PAUD. Padahal, PAUD adalah kerja membangun Fondasi bangsa dan
tumbuh kembangkan anak. Rumah memegang peranan pertama, tajam dan penting dalam
memulai proses belajar sepanjang hayat yang terus berlanjut sepanjang kehidupan individu
melalui proses belajar keluarga. Dalam keluargalah anak pertama kali mendapatkan
pengalaman belajarnya dimana diketahui bersama bahwa keluarga merupakan tempat belajar
di luar sekolah. Di dalam kehidupan keluarga ini terjadi interaksi, didalamnya berupa
transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan
tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang
dapat diberikan yaitu: Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem
sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang
ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya
19
yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru,
dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.
Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem
ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti
dengan sistem ekonomi indonesia yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan
menanggung segala pembiayaan pendidikan negara. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang
menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya
untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-
sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
B. Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting dan mendasar sebab merupakan
hulu dalam pengembangan sumber daya manusia. Periode emas (Golden Period) dalam
tumbuh kembang anak hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia yang dimulai sejak
lahir hingga usia delapan tahun. Penelitian di bidang neurologi mengungkapkan bahwa
perkembangan kecerdasan anak 50% terjadi pada empat tahun pertama kemudian mencapai
80% hingga usia delapan tahun dan akhirnya 100% pada usia 18 tahun. Anak-anak yang
berada pada rentang usia dini yang memperoleh asupan pendidikan masih sangat minim.
Anak usia 0–6 tahun berjumlah 26,09 juta akan tetapi yang terlayani dalam PAUD di jalur
pendidikan formal (TK/RA) baru sekitar dua juta anak sehingga peran pendidikan luar
sekolah dalam membantu mengatasi masalah tersebut sangat penting dan mendesak.
Kurangnya anak usia dini yang mendapatkan layanan pendidikan disebabkan beberapa faktor
diantaranya: (1) kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada anak usia
20
dini; (2) masih terbatas dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat
terutama di pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih
pendidikan anak usia dini. Terdapat 41.317 buah TK di seluruh Indonesia, hanya 225 buah
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat
diberikan yaitu: Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial
yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang
21
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Tenaga Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0–6
Direktorat PADU. (2001). Informasi Tentang Pendidikan Anak Dini Usia Pendidikan
Prasekolah Pada Jalur Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Direktorat PADU -Ditjen PLSP–
Depdiknas.
Direktorat PADU. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Dini
Falasafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit Falah Production. Supriadi, Dedi.
22