Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi ini kita dihadapkan pada persaingan global yang
semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut. Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di
bumi telah diketahui secara umum dan dapat memberikan dampak kerugian
bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kematian
remaja, unsafe abortion dan BBLR. Bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategisterutama dalam
penurunan masalah kebidanan di komunitas.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep dasar kebidanan komunitas?
2. Apa saja pengertian konsep dasar kebidanan komunitas?
3. Apa saja riwayat kebidanan komunitas diindonesia dan beberapa Negara
lain?
4. Apa sasaran dan tujuan kebidanan komunitas?
5. Apa saja yang bekerja di komunitas?
6. Apa saja jaringan kerja di kebidanan komunitas?
7. Apa saja masalah-masalah kebidanan komunitas ?
8. Apa pengertian, penyebab dan upaya memperbaiki kematian ibu dan
bayi ?
9. Apa pengertian, penyebab dan upaya memperbaiki kematian remaja ?

1
10. Apa pengertian, penyebab dan peran bidan dalam mencegah unsafe
abortion ?
11. Apa pengertian, penyebab dan penatlaksanaan BBLR ?
12. Bagaimana pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat?
13. Bagaimana pelayanan yang beriorentasi pada kebutuhan masyarakat?
14. Bagaimana menggunakan/memafaatkan fasilitas dan potensi yang ada
dimasyarakat?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar kebidanan komunitas
3. Untuk mengetahui riwayat kebidanan komunitas diindonesia dan beberapa
Negara lain
4. Untuk mengetahui sasaran dan tujuan kebidanan komunitas
5. Untuk mengetahui bekerja dikomunitas
6. Untuk mengetahui jaringan kerja kebidanan komunitas
7. Untuk mengetahui masalah masalah kebidanan di komunitas
8. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan upaya memperbaiki
kematian ibu dan bayi
9. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan upaya memperbaiki
kematian remaja
10. Untuk menegtahui pengertian, penyebab dan peran bidan dalam mencegah
unsafe abortion
11. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan penatalaksanaan BBLR
12. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan edukatif dalam peran serta
masyarakat.
13. Untuk mengetahui pelayanan yang beriorentasi pada kebutuhan
masyarakat.

2
14. Untuk mengetahui menggunakan/memafaatkan fasilitas dan potensi yang
ada dimasyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS


1.1 PENGERTIAN
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata “bidan“. Menurut kesepakatan antara ICM; IFGO
dan WHO tahun 1993, mengatakan bahwa bidan (midwife) adalah “seorang
yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh Pemerintah
setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat izin melakukan praktek kebidanan” (Syahlan, 1996 : 11). Bidan di
Indonesia (IBI) adalah “ seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan
formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta
kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri” (50 Tahun IBI). Bidanlahir
sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu melahirkan,
tugas yang diembankan sangat mulia dan juga selalu setia mendampingi dan
menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan
baik. Bidan diakui sebagai profesional yang bertanggungjawab yang bekerja
sebagai mitra prempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan
dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan
pertolonganpersalinan di bawahtanggung jwabnya sendiri dan memberikan
asuhan pada bayi baru lahir dan bayi.
Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 :
12). Komunitasberasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti
kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak.
Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/
daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders
(1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.

4
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai
segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari
gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan
upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu
dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah
pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan
Hamidah, 2009 : 1) Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada
empat konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/
lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep
paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf
kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).

1.2 RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA DAN


BEBERAPA NEGARA LAIN
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidansebagai
ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu
disebut bidan komunitas(community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia
istilah “bidan komunitas” tidak lazim digunakan sebagai panggilan
bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia
seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasukbidan desa dikenal
sebagai bidan komunitas.

5
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan
tenagabidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini
diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C
(PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa
berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1
tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3
tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III
Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun
PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan
sedemikian rupa sehinggabidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan
kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu
Departemen Kesehatan melatih parabidan yang telah dan akan bekerja untuk
memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa
terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat
kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti
pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi
seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat
dari tugasnya berfungsi sebagai bidankomunitas. (Syahlan, 1996 : 13)

Riwayat Kebidanan Komunitas di Negara-negara lainnya


A. Selandia Baru
Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak
tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah
berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya siste
m perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena
danya otonomi bagi pekerja yang bergerak dalam porakteknya dengan lingkup
praktek yang penuh di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi
‘asisten’dokter.

6
Bidan bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam
area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan
ruang nifas, kehamilan danpersalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan
tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan
bahwa persalinan adalah suatu peristiwa yang normal dan dengan peran
mereka sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut. Di
samping itu bidan menjadi berpengalaman memberikan intervensi dan asuhan
maternitas yang penuh dengan pengaruh medis, dimana seharusnya para
dokter dan rumah sakit secara langsung yang lebih tepat untuk
memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan
untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini
berlangsung pada tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang
memberlakukan model tersebut adalah negara-negara barat seperti Selandia
Baru, Australia, Inggris dan Amerika. Tetapi strategi seperti itu tidak
mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model
asuh persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’
yaitu seseorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan
enam minggu setelahpersalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja
dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan
memberikan dukungan bahwapersalinan adalah peristiwa yang normal .
Wanita-wanita Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kembali
kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri emreka di tempat
yang tepat sebagai pusat kontrol di dalam memilih apa yang berkenaan
dengan diri mereka.
Pada era 80-an, bidan bekerjasama dengan para wanita untuk menegaskan
kembali otonomi bidan dan bersama-sama sebagai partner mereka telah
membawa kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang

7
prfesionalisme praktekbidan.
Sebagian besar bidan di Selandia Baru mulai memilih untuk bekerja secara
mandiri dengan tanggungjawab penuh kepada klien dan asuhannya dalam
lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas
telah berubah secara dramatis. Saat ini, 86% wanita mendapatkan pelayanan
dari bidan selamakehamilan sampai nifas, dan asuhan berkelanjutan
pada persalinan dapat dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter,
63% wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam
hal ini terus meningkat.
Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat pelayanan
maternitas. Di rumah sakit pun memberikan pelayanan bagi yang
menginginkan tenaga kesehatan profesional yaitu pusat pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership
antara bidandan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya, dan wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan
keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada
awal kehamilan, anatara bidan dan wanita harus saling mengenal dan
menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model
partnership adalah komunikasi dan negosiasi.
Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan partnership
dengan wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai
kemampuan yang profesional.

B. Belanda
Perkembangan Kebidanan di Belanda.
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap
kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah
tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di
Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat

8
tinggi sedangkan kematian prenatal relatif rendah. Satu dari
tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang
yang lain di rumah sakit, tetapi juga ditolong oleh bidan. Dalam kenyataannya
ketiga kelahiran tersebut.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984
menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu di pantau
dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit
dimana bidanyang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan
penting, kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang nyata antara
kebidanan keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang
baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik
untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita.
Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan
bahwa kbiedanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan
adalah profesi yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana
memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi
padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan
mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job
tersebut padabidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling
bekerjasama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah
profesi yang mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus
menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah
sesuatu yang normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil
dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan atau dianjurkan oleh keluarga

9
Atau teman atau siapa saja.
Pendidikan Kebidanan di Belanda
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana
memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi
padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan
mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job
tersebut padabidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling
bekerjasama. Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan
bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini
diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin
dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di
rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak
terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang
telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan
Ahli kebidanan dan seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang
bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal
40persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan
menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian
Pelayanan Antenatal Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek
mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan
menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal,
intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka
bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita
denganresiko tinggi atau kasus patologi ke Ahli Kebidanan untuk di rawat
dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk

10
meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar
indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di
Belanda. Daftar itu berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan, riwayat
kebidanan yang akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian
Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan morbilitas yang
menjamin kesimpulan :dengan suystem pelayanan kebidanan yang diterapkan
di Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui
seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang
penting mengapa persalinan di rumah disediakandan menjadi alternatif karena
wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudaian di rujuk ke
ahli Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di Klinik bidan.
Sasaran utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada
masalah, wanita diberi pilihan untuk melahirkan dirumah atau di rumah sakit.
Karena pelayanan antenatal yang hati8-hati sehingga kelahiran di rumah sama
amannya dengan kelahiran di rumah sakit.
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan
di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam
43% kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di
Holland diakui bahwa rumah adlaah tempat yang aman untuk melahirkan
selama semuanya normal.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam
setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan
untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat
kedokteran. Biasanyabidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin
diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya.
Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

11
Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan,
hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community
– normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi
kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab
yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya
perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang
tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3
tahun.
C. Kanada
Meskipun bidan telah mempraktikkan di Kanada sejak orang pertama tinggal
di sini, dan kemudian bidan imigran membawa bersama mereka ke negara
baru, hanya baru-baru ini bahwa legislasi kebidanan telah mulai
diperkenalkan. Untuk waktu yang lama Kanada adalah salah satu dari
sembilan negara yang tidak mengenali kebidanan, dan masih ada beberapa
yurisdiksi di Kanada di mana bidantidak diatur. Di Kanada, seperti di
sebagian besar negara, istilah "bidan" digunakan tanpa awalan.. Hal ini sesuai
dengan WHO / Figo / ICM International Definisi dariBidan. (The USA
menyimpang dan diawali kata-kata seperti "perawat").
Bidan Asosiasi
1987, Konfederasi Kanada Bidan (CCM) yang dibentuk untuk memfasilitasi
komunikasi antara berbagai provinsi asosiasi bidan. Sebuah konfederasi dari
asosiasi bidan, bukan individu.
1988, Saskatchewan Ikatan Bidan terbentuk. Asosiasi yang Saskatchewan
Aman Alternatif dalam Melahirkan dibubarkan dan konsumen membentuk

12
Friends of the Bidan kelompok.
1991,Maret - the CCM mengadopsi definisi MKI kebidanan, dan "perawat-
bidan" tidak dapat diterima.
2001, The CCM menjadi Asosiasi Kanada Bidan (CAM). Kemajuan
kebidanan perundang-undangan di negara ini mengakibatkan lebih banyak
pekerjaan, dan kebutuhan untuk Asosiasi nasional.
2001, The Kebidanan Mutual Recognition Agreement di Mobilitas Buruh di
Kanada yang sudah diisi ditandatangani dan diterima berdasarkan Perjanjian
Perdagangan Internal.
Beberapa Old Kanada Sejarah
1691 --Pemerintah dalam apa yang sekarang quebec, didirikan tiga cabang
otonom kedokteran: dokter, dokter bedah, bidan.
1755-- Pemerintah Inggris membayar upah bidan dari Inggris yang menetap di
Nova Scotia.
1843--Bidan yang bekerja di Universitas Lying-in-Rumah Sakit di
Montreal. Bidanyang diberikan izin oleh pemerintah daerah di Montreal,
Quebec City, dan gereja-gereja lokal di daerah pedesaan.
1912 --Dewan Kedokteran Kanada terbentuk dan praktek kebidanan
dihilangkan di sebagian besar lokasi.
1939--Selama tahun-tahun perang Perawat Kesehatan Masyarakat diberikan
perawatan kebidanan di pedesaan Alberta di bawah undang-undang yang
terkandung dalam Profesi Kedokteran Undang-Undang.
1944 --Kebidanan sertifikat dicabut di Quebec.
1946 --Canadian Nurses Association (CNA) yang disetujui praktek perawat
terdaftar sebagai bidan di daerah-daerah terpencil di mana tidak ada dokter.
Terdaftar Asosiasi Perawat tentang Bidan
Juni 1974 - Kanada Komite Nasional Perawat-Bidan yang diorganisir di
Canadian Nurses Association (CNA) konvensi di Winnipeg, tapi segera
dibubarkan sebagai bidan yang terlibat dengan Asosiasi Bidan lain. The CNA

13
mengeluarkan pernyataan pada perawat-bidan merekomendasikan pengakuan
perawat-bidan.

1.3 SASARAN BIDAN KOMUNITAS


Sasaran Utama
Menurut ( Syahlan, 1996 : 16 ) Komuniti adalah sasaran pelayanan
kebidanankomunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang
membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan
kebidanan komunitasadalah ibu dan anak.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. ( Syahlan, 1996 :
16 )
Ibu : pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra
sekolah dan sekolah.
Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,
pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok
usila (gangrep).
Masyarakat (community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan
secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).

1.4 TUJUAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga.
Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di
masyarakat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga
bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera.

14
Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan
ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera
dalam komunitas tertentu.

1.5 BEKERJA DI KOMUNITAS


Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan
bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit.
Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke
rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani
kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan
kebidanan komunitas.
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya
di komunitas, yaitu :
a. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai
pendidik,bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai
dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan
oleh bidan di komunitasdalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain
dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu,
anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara
tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang
tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
b. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan
kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan

15
kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi
kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :

1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.


2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval
dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di
keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
c. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek
mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya.
Peranbidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai
pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga
kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
d. Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,
perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran
ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang
permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera
melaksanakan tindakan.
e. Sebagai Pemberdaya

16
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
f. Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi
dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang
terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
g. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
h. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu
kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan
Hamidah, 2009 : 8)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu
bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu
anggotanya adalah bidan.

1.6 JARINGAN KERJA KEBIDANAN KOMUNITAS


Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas
Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK.
(Syahlan, 1996 : 235)
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali
kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing
– masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi
dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim
dan hasilnya.

17
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/
leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus
pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan
lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang
dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet
FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor
merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya :
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan
sebagainya.

B. MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS


2.1 KEMATIAN IBU DAN BAYI
Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa
diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal
dalam 100.000 persalinan hidup.Sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa
ditentukan dengan seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima
masyarakat. (Manuaba, 1998)
Angka kematian ibu dan kematian perinatal masih tinggi.Sebenarnya
kematian tersebut masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat
pertolongan pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak
sanggup untuk memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap
merupakan “trias klasik”, sedangkan sebab kematian perinatal terutama oleh
“trias asfiksia”, infeksi, dan trauma persalinan. (Manuaba, 1998)
Kematian dan kesakitan ibu dan perinatal juga berkaitan dengan pertolongan
persalinan “dukun” sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor
pelayanan medis. Kematian ibu (maternal) bervariasi antara 5 sampai 800 per
100.000 persalinan, sedangkan kematian perinatal berkisar antara 25 sampai 750
per 100.000 persalinan hidup. (Manuaba, 1998)

18
1. Pengertian Kematian Maternal
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The
International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah kematian wanita
yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh
apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh
kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan.
AKI merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2011).
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun.
Terlepasnya dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan.

a. Penyebab Kematian Maternal


Trias utama kematian maternal adalah perdarahan, infeksi, dan
eklamsi.
 Sebab Obstetrik Langsung
Adalah kematian ibu karena akibat langsung dari penyakit
penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas, misalnya karena
infeksi, eklamsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anestesi,
trauma operasi, dan sebagainya.
1. Perdarahan (42%)

2. Eklampsi/Preeklampsi (13%)

19
3. Abortus (11%)

4. Infeksi (10%)

5. Partus lama/persalinan macet (9%)

6. Penyebab lain (15%)

 Sebab Obstetrik Tidak Langsung


Adalah kematian ibu akibat penyakit yang timbul selama
kehamilan, persalinan dan nifas
1. Penyakit kardio vaskuler
2. Serebro vaskuler
3. Hepatitis infeksiosa
4. Penyakit ginjal
 Sebab Bukan Obstetrik
Adalah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas akibat kejadian-
kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses reproduksi dan
penangannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran, tenggelam,
bunuh diri, den sebagainya.
 Sebab Tidak Jelas
Adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada salah
satu yang tersebut di atas.
b. Kematian yang tidak dapat dicegah
Yaitu unpreventable maternal death, adalah kematian ibu yang tidak
dapat di hindari walaupun telah dilakukan segala daya upaya yang
baik.Misalnya pada nefritis kronis, penyakit jantung berat, dan
sebagainya.

c. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu


(AKI) :

20
1) Peningkatan kualitas dan cakupan layanan, meliputi :

a) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan penyediaan tenaga


kesehatan didesa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di
polindes/pustu/puskesmas, kemitraan bidan dengan dukun bayi,
pelatihan bagi nakes.

b) Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan


sesuai standar à bidan desa di polindes, pustu, puskesmas dengan
fasilitas PONED dan PONEK.

c) Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan


penanganan komplikasi keguguran KIE untuk mencegah 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas.

d) Pemantapan kerjasama lintas program dan lintas sektoral menjalin


kemitraan dengan pemda, organisasi profesi, dan swasta.

2) Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat


meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan
keterlambatan dan penyediaan buku KIA, kesiapan keluarga dan
masyarakat dalam menghadapi persalianan dan kegawatdaruratan,

3) Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program melalui


peningkatan kemampuan pengelola program, agar mampu
melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan sesuai
kondisi daerah.

4) Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan


program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah
sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi.

21
2. Pengertian Kematian Perinatal
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk
meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah
kematian perinatal dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah
bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).
Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian yaitu karena asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas,
kelainan bawaan, dan sebab-sebab lainnya. Berdasarkan SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002-
2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran
hidup.
Penurunan angka kematian perinatal yang lambat disebabkan oleh
kemiskinan, status perempuan yang rendah, gizi buruk, deteksi dan
pengobatan yang kurang cukup, kehamilan dini, akses dan kualitas asuhan
antenatal, persalinan, dan nifas yang buruk.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah angka kematian perinatal,
yaitu kematian bayi mulai usia kehamilan 28 minggu sampai satu bulan
pasca melahirkan yang tetap masih tinggi. Tingginya angka kematian
perinatal ini di dominasi oleh bayi-bayi prematur sebanyak 70%, dan
kejadian persalinan prematur di dunia masih cukup tinggi berkisar antara
10-20%.

Penyebab Utama Kematian Perinatal


Penyebab langsung :

1) Persalinan premature Persalinan preterm

22
adalah persalinan dengan berat bayi kurang dari 2500 gram dengan
organ-organ vital belum sempurna sehingga mudah terjadi gangguan
pernapasan, gangguan pencernaan makanan, mudah terjadi infeksi
dengan akibat AKP tinggi.

2) Persalinan terlantar / dukun


Dengan makin meningkatnya pengetahuan dan ekonomi masyarakat,
makin menurunkan kejadian “persalinan terlantar”. Persalinan terlantar
merupakan persalinan yang disertai komplikasi ibu dan janin dalam
bentuk rupture uteri imminen, infeksi intrauterine, asfiksia sampai
kematian janin intrauterine, kelelahan ibu menghadapi persalinan
(tampak lelah, dehidrasi, ketuban berampur mekoneum (asfiksia janin)

3) Kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan
pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh.Penyebab kelainan
kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetap dapat di duga karena
kelainan kromosom, pengaruh hormanal, lingkungan endometrium
yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik,
dan inveksi virus (Manuaba, 1998). Akibat kelainan kongenital bayi
yang dilahirkan banyak yang tidak dapat bertahan hidup.

A. Penyebab tidak langsung:


1) Anemia dan gizi rendah
2) Factor infeksi
3) Kerja saat hamil tua
4) Grandemultipara/jarak hamil pendek

B. Upaya Memperbaiki AKI dan AKB

23
1) Angka kematian ibu
1. Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi
dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang
diharapkan, maka akan berkuranglah prevalensi abortus provokatus
serta prevelensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas tinggi.
Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka kematian maternal
akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga
berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya dimasyarakat,
khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan. Pemeriksaan
antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko
tinggi dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan
seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan
perdarahan selama kehamilan. Mereka harus mampu memberi
pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan,
misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda
dini infeksi, partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui
bilamana saat yang tepat untuk merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap.

2. Perbaikan pelayanan gawat darurat


Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor
resiko telah dilakukan sebagaiman diuraikan diatas, namun masih ada
kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu. Dalam hal ini
rujukan segera harus dilakukan, karena kematian dapat terjadi dalam
waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di lini terdepan harus

24
dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat
secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan
tindakan cepat dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran
plasenta secara manual, memberikan obat-obat oksitosin, masase
uterus, dan pemberian cairan pengganti cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi
dengan meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada penolong
persalinan senantiasa perlu diingatkan tentang tindakan. Asepsis pada
pertolongan persalinan. Antibiotika perlu diberikan pada persalinan
lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-
tanda awal gestasis seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika
mungkin proteinuria. Jika gestosis memberat maka diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu
pendek, primi atau grandemultigravida, perlu di curigai akan
kemungkinan terjadinya distosia oleh karena disproporsi sefalopelvix.
Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan lama
terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus
seharusnya dapat di cegah, antara lain dengan pelayanan kontrasepsi
efektif sehingga kehamilan yang tidak diingkan dapat dihindari.
Pengobatan pada abortus incomplate adalah kuretase,yang seharusnya
dapat dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya
telah dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotik,
walaupun belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi,
perlu diberikan antibiotik lebih tinggi secara intravena.

3. Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan

25
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian
besar persalinan masih ditolong oleh dukun, khususnya yang
berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus dimanfaatkan dan
diajak bekerjasama antara lain dengan melatih merek dalam teknik
asepsis dan pengenalan dini tanda tanda bahaya serta kemampuan
pertolongan pertama dan mengetahui kemana rujukan yang harus
dilakukan pada waktunya. Pada saat ini pemerintah sedang
mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga
diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000orang bidan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut sampai pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang
merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini terdepan perlu
dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang diperlukan
untuk mencegah kematian maternal. Puskesma seharusnya mampu
mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup,
dan mampu memberikan pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi
dengan fasilitas tranfusi darah, listrik, air bersih, alat alat operasi,
anastesi, antibiotik dan obat serta bahan lain, dan tenaga terlatih.

B. Angka kematian bayi


a. Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli
kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu
dan anak.
c. Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi
secara sempurna.

26
e. Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik,
antara lain memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk
mothers untuk dirawat dan diobati.
f. Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah
sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir
rendah.
i. Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan
dalam teknik perawatan bayi baru lahir terutama bayi premature.
j. Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll

2.3 KEMATIAN REMAJA


a. Pengertian kematian remaja
Kematian adalah kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru-paru
secara menetap. Sedangkan Remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun.
Kematian remaja adalah adalah kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru-
paru secara menetap yang terjadi pada masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun

b. Penyebab kematian remaja


 Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan minuman beralkohol,
disertai perilaku ugal-ugalan, menjadikan kecelakaan di jalan raya sebagai
penyebab nomor satu kematian anak-anak remaja di dunia. Korban tewas

27
akibat kecelakaan di jalan raya itu sebagian besar berusia di bawah 24
tahun, dengan komposisi 14% laki-laki dan 5% perempuan. Penelitian
global pertama terkait penyebab kematian remaja di usia 10-24 tahun itu
menemukan bahwa sebanyak 2,6 juta remaja tewas per tahun, sebagian
besar akibat kecelakaan lalu lintas yang sebenarnya dapat dihindari atau
dicegah.
 Tidak mengejutkan, sebanyak 97% kematian remaja itu terjadi di negara-
negara miskin. Hampir dua pertiga dari 1,67 juta kematian itu terjadi di
wilayah sub-Sahara Afrika dan Asia tenggara. Data yang ditunjukkan
peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Royal Children's
Hospital, Melbourne, dan University College, London, itu juga
memperingatkan bahwa jumlah remaja yang bunuh diri ternyata lebih
banyak daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya. Bunuh diri
menjadi penyebab kedua terbesar kematian remaja dalam kelompok umur
tersebut, mencapai 6,3% dari total kematian remaja.
 Perang dan kekerasan juga menjadi pembunuh tertinggi jutaan remaja.
Kekerasan mengakibatkan kematian 6% dari total remaja yang tewas.
Berdasarkan hasil studi itu terungkap penemuan baru bahwa dua dari tiga
kematian di penjuru dunia terjadi akibat terluka dan kekerasan. Dari total
anak remaja yang tewas, 65% terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia
Tenggara untuk 42% kelompok usia 10-24 tahun. Negara-negara dengan
pendapatan per kapita tinggi hanya mengalami 3% kematian remaja dalam
11% populasi di kelompok umur tersebut.
 Jumlah tersebut disusul kematian remaja akibat infeksi saluran
pernapasan, TB (tuberculosis), HIV/AIDS, meningitis atau radang selaput
otak atau sumsum tulang belakang, serta kematian akibat kebakaran.
Kematian akibat infeksi saluran pernapasan mencapai 11% dari total
remaja yang meninggal. Adapun AIDS menyumbang 5,5% total kematian

28
remaja. Kematian akibat HIV/AIDS dan TB ini meningkat seiring
pertambahan umur, yakni lebih dari satu orang banding lima untuk total
kematian usia remaja dan dewasa. Secara keseluruhan, TB dan HIV/AIDS
berada di peringkat kelima dan keenam pembunuh terbesar.
"Di Afrika dan Asia Tenggara, TB dan infeksi paru-paru menjadi
penyebab terbesar kematian remaja dibandingkan akibat HIV/ AIDS.
Namun fakta ini belum mendapatkan respons yang serius dalam berbagai
kebijakan pemerintah," tulis para periset. Kondisi tersebut membuat Dr
George Patton dari Royal Children's Hospital in Melbourne, Australia,
menegaskan, "Saya pikir ini merupakan masalah yang semakin nyata.
Sebagian dari masalah yang terkait dengan emosi ini jelas menjadi
masalah penting karena tidak hanya mengakibatkan kematian usia remaja,
tapi masalah kesehatan di usia lebih lanjut." Konflik yang meluas di
berbagai negara juga menjadi penyebab tewasnya 46.000 remaja di dunia
setiap tahun. Konflik ini termasuk juga perang dan kekerasan etnis yang
hingga sekarang masih marak terjadi.

 Kematian remaja akibat kehamilan dan melahirkan, sebanyak 15%


perempuan di dunia meninggal akibat pendarahan, melahirkan, dan aborsi.
"Sangat mengejutkan bahwa tingkat kematian terkait kehamilan masih
tetap besar. Padahal seharusnya tidak boleh ada alasan bahwa perempuan
harus meninggal dalam proses melahirkan," papar Krishna Bose dari
Departemen Kesehatan Remaja dan Anak-Anak WHO.

c. Pencegahan, upaya dan program untuk mengurangi angka kematian remaja


WHO memperingatkan bahwa bertambahnya ketersediaan kendaraan
bermotor turut meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. "Kecelakaan di
jalan raya dapat dicegah dengan mengatur kecepatan motor, menciptakan
zona kecepatan rendah di daerah permukiman, menetapkan batas kecepatan

29
bermotor berdasarkan tipe jalan, menerapkan secara tegas undang-undang
yang melarang mengemudi kendaraan sambil mabuk, serta mewajibkan
penggunaan sabuk pengaman," papar WHO.

WHO juga menjelaskan, rendahnya akses untuk mendapatkan bantuan


psikolog turut meningkatkan risiko terjadinya kelainan mental dan bunuh
diri.

Selain itu, WHO juga menekankan bahwa para remaja perlu mendapatkan
pendidikan seks yang tepat sekaligus memahamkan remaja mengenai
penggunaan kontrasepsi, aborsi, akses untuk pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan bidan, serta pemeriksaan dan perawatan untuk HIV/AIDS.

2.4 UNSAFE ABORTION

a. Pengertian
 Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan
prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.
 Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga
kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai,
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
 Aborsi ilegal adalah aborsi yang dilakukan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Aborsi ilegal bisa saja
dilakukan oleh tenaga dokter dan tenaga terlatih lainnya serta dilakukan
di tempat yang memenuhi persyaratan kesehatan.
 Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan

30
prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.

Penyebab Unsafe Abortion


Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis, seperti :
- Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
- Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
- Kehamilan di luar nikah.
- Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
- Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
- Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
- Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
-
Unsafe Abortion dalam Pandangan Undang-Undang
Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang
menggugurkan kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan
kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum adalah
dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan
tujuan untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang
bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang
merupakan peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras
dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam
pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya
mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada
siapa saja yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa
kandungannya dapat digugurkan.

31
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
– Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
– Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan
itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
– Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau
mematikan kandunga seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.(2) Jika
perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
– Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukankejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu
melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga
dandapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
manakejahatan dilakukan”.

Ciri – Ciri Unsafe Abortion


- Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
- Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
- Kurangnya fasilitas dan sarana
- Status illegal

Dampak Unsafe Abortion


- Dampak sosial.

32
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
- Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
- Dampak psikologis.
Trauma.
Peran Bidan Dalam Mencegah Unsafe Abortion
- Sex education
- Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
- Peningkatan sumber daya manusia
- Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
Aborsi Dilakukan Aman Apabila
- Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan
berpengalaman melakukan aborsi
- Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak
- Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau
rahim harus steril atau tidak trcemar kuman dan bakteri.
- Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali
mendapat haid.
2.5 BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
(Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen
Neonatal, 2004)

33
WHO (1961) mengganti istilah premature dengan bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi premature.
BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir
dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan
intrauterin yang kurang dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956:
172).
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa
memperhatikan umur kehamilan (Mansjoer, 2003 : 326).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
atau sama dengan 2500 gr (Surasmi, 2003 : 30).
Berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499 gr). Berkaitan
dengan penangananya dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
menjadi :

1. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500 – 2500 gr


2. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gr
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah ( BBLER ), berat lahir < 1000 gr

A. ETIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur :
1. Faktor ibu
Kesehatan prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung / penyakit kronik lainya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan terlalu dekat, infeksi dan trauma serta diabetes mellitus.
2. Faktor janin
Bakat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini

34
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok, alcohol.
5. Faktor Lingkungan : temat tinggal d dataran tinggi radiasi dan zat – zat
beracun.
6. Tidak diketahui

B. MANIFESTASI KLINIS BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


1. Tanda dan gejala bayi kurang bulan / prematur menurut Surasmi ( 2003 :
32 ) adalah
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah–olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.

35
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

2. Tanda dan gejala bayi dismatur menurut Surasmi ( 2003 : 34 ) adalah :


a. Bayi dismatur praterm : terlihat gejala fisik prematur ditambah dengan gejala
retardasi pertumbuhan dan pelisatan
b. Bayi dismatur aterm dan posterm : terlihat pelisatan
c. Gejala insufisiensi plasenta tergantung pada saat dan lamanya bayi
menderita defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung
lama (kronis).
d. Stadium bayi dismature :
1) Stadium pertama
a) Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang
b) Kulitnya longgar, kering seperti permanen tetapi belum terdapat noda
mekonium
2) Stadium kedua
a) Terdapat tanda stadium pertama
b) Warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus (karena mekonium
tercampur), amnion mengendap di kulit, umbilikus dan plasenta akibat
anoreksia intrauteri
3) Stadium ketiga
a) Terdapat tanda stadium ketiga
b) Kulit, kuku, tali pusat berwarna kuning
c) Ditemukan tanda anoreksia intra uterin yang lama

C. PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


Patofisiologi menurut Surasmi ( 2003 : 36 ) adalah :

36
1. Pengendalian Suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan
oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas.
Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak
adanya jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang
tinggi ), pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk,
dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh
yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan
panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas
dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari
luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat,
demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari
kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan
hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
2. Sistem Pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks
menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara
efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara
relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan,
lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya
sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang
berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi
dan retensi bahan yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang
berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi
terjadinya ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan

37
konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam
empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang
terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya
dapat ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan
masalah, kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat
dengan kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang
mudah diserap.
3. Sistem Pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan
paru – paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin
mature bayi dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada
hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah
dan pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan
lipoprotein paru – paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan
permukaan pada paru – paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara
menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada
saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali
ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1
menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk
tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang
dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung
sangat kecil dan mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi,
hal ini penting diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau
endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi
preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan

38
pernapasan dapat 60 – 80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai
kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.

4. Sistem Sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm
kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di
dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung
fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk
dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari
timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi
preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm.
Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi
aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan
diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi
bervariasi antara 100 – 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan
untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada
debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.

5. Sistem Urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi
glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal
ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan
urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah
terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.

6. Sistem Persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat
maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh

39
dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik
ditemukan pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi
karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada
khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai
tangisan yang lemah

7. Sistem Genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora
hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen kanalis
inguinalis atau skrotum.

8. Sistem Pengindraan (Penglihatan)


Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat
adanya 2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan
transisional (peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34 minggu. Selama
setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam
konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(BBLR)
Pada pemeriksan laboratorium didapat :

a) Pemeriksaan kadar glukosa


Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50 - 60 mg/dl dalam 72 jam
pertama.Pada bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg /dl hal ini
disebabkan karena cadangan makanan glikogen yang
belum mencukupi ( hiploglikemi).bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/ dl

b) Pemeriksan kadar bilirubin

40
Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6
mg/dl pada hari pertamake hidupan, 8 mg/dl 1- 2hari, dan 12 mg/dl pada 3-5
hari.Hiperbilirubun terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.

c) Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000 mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
d) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakaan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau
hemoragikprenatal/ perinatal)
e) Hemoglobin (Hb) : 15 -20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemi atau hemolisis berlebihan)
f) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 -6 jam pertama setelah kelahiran
ratra- rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke tiga.
g) Pemantauan Elektrolit (Na, K. Cl), biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
h) Pemeriksaan Analisa gas darah.

E. KOMPLIKASI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


Komplikasi yang dapat terjadi menurut Surasmi ( 2003: 42 ) adalah :

1. Hipotermia
Tanda klinis hipoternia antara lain :

a. Suhu tubuh di bawah normal


b. Kulit dingin
c. Akral dingin
d. Sianosis
2. Sindrom gawat napas
Tanda klinis sindrom gawat napas :

41
a. Pernapasan cepat
b. Sianosis perioral
c. Merintih waktu ekspirasi
d. Retraksi substernal dan interkosta
3. Hipoglikemia
Tanda klinis hipoglikemia antara lain :

a. Gemetar atau tremor


b. Cianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermiten
f. Tangisan lemah atau melengkung
g. Kelumpuhan atau letargi
h. Terdapat gerakan pusat mata
i. Keringat dingin
j. Hipotermia
k. Gagal jantung dan henti jantung ( Sering berbagai gejala muncul bersama –
sama )

4. Perdarahan intra kranial


Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial :

a. Kegagalan umum untuk bergerak normal


b. Reflek moro menurun atau tidak ada
c. Tonus otot menurun atau tidak ada
d. Pucat dan cianosis
e. Apnea
f. Kegagalan menetek dengan baik

42
g. Muntah yang kuat
h. Tangisan bernada tinggi dan tajam
i. Kejang
j. Kelumpuhan
k. Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
l. Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis
sedikitpun
5. Rentan terhadap infeksi
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler
masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit
dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan.

6. Hiperbilirubinemia
Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain :

a. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna


kuning
b. Letargi
c. Kemampuan menghisap menurun
d. Kejang
7. Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kadang kurang sedikit, struktuir kulit belum matang dan rapuh,
sensibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama
pada daerah yang sering tertekan.
f.Penatalaksanaan
Perawatan bayi didapat :

1. Pengaturan Suhu Badan Bayi BBLR

43
Bayi Prematur dengan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, oleh karena itu harus di rawat dalam incubator sehingga panas
dalamnya mendekat dalam rahim. Bila bayi di rawat dalam inkubator maka
suhu bayi dengan berat badan, 2 kg 35 derajad celcius dan untuk bayi
dengan berat badan 2- 2,5 kg adalah 33- 34 derajad celcius. Bila incubator
tidak ada bayi dapat di bungkus dengan kain dan di sampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan.

2. Makanan bayi BBLR


Alat pencernaan belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang,sedangkan kebutuhan protein 3- 5 gr /kg BB dan kalori 110
kal / kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam seetelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sedikit
demi sedikit, tetapi sering . Dapat diberikan ASI dengan sendok secara
perlahan, atau sonde menuju lambung . Permulaan cairan di berikan sekitar
50 – 60 cc /kg BB /hari dan terus dinaikan mencapai sekitar 200 cc /kg BB/
hari. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150 ml/kg BB/ hari.
Penimbangan berat badan secara rutin. Perubahan berat badan
mencerminkan kondisi bayi dan erat kaitanya dengan kondisi tubuh.

3. Menghindari infeksi
Khususnya bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang lemah, kemampuan leokusit masih kurang, pembentukan
ati body belm sempurna, dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
secara khusus dan terisolasi dengan baik.

44
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur
dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam
100.000 persalinan hidup sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa
ditentukan dengan seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima
masyarakat. (Manuaba, 1998). Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di
bumi telah diketahui secara umum dan dapat memberikan dampak kerugian bagi
kesehatan ibu dan bayi sehingga dapat mengakibatkan kematian. Masalah
kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kematian remaja, unsafe
abortion dan BBLR. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
posisi penting dan strategisterutama dalam penurunan masalah kebidanan di
komunitas.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi para
pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang konsep dasar kebidanan
komunitas dan masalah kebidanan komunitas. Untuk itu penulis mengharapkan
kepada para pembaca untuk lebih jauh memahami makalah ini dan dapat
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kedepannya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa, W. Dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Cetakan 4. Jakarta : YBP-SP

Karwati,2002. Buku asuhan kebidanan komunitas. Jakarta : CV. Trans Info Media

Meilani Niken.2013. Kebidanan Komunitas.Yogyakarta. Fitramaya

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan I. Jakarta : PT. Bina


Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Saifuddin, 2009. Buku kebidanan komunitas. Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai