Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS
KEMATIAN REMAJA

Dosen Pengampu :
Eka Santi, S.K.M., M.Si

Oleh :
Kelompok 5
1. Dwi Oktaviyani
2. Febriani
3. Merlita
4. Mikavetal Sana Sinaga
5. Nunung Jayanti
6. Sri Handayani

TINGKAT III SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
PRODI D-III KEBIDANAN
2016
MATERI 5:
--KEMATIAN REMAJA--

MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS, STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN


KOMUNITAS, KONSEP KELUARGA

Masalah Kebidanan Komunitas


Banyak masalah kebidanan yang terjadi di komunitas. Masalah tersebut antara lain
adalah Kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, tingkat kesuburan,
pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan dan perilaku dan sosial budaya yang
berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah terjadi
penurunan dari 307/100 ribu kelahiran hidup (SDKI/2002/2003) menjadi 263/100.000
kelahiran hidup dibandingkan dengan angka kematian ibu dinegara tetangga dekat.
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan
secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik tehadap ibu maupun bayinya.
Unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita adalah wanita
karier, umur, obesitas, gaya hidup dan pengaruh lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan tenaga non
kesehatan atau dukun adalah Faktor ekonomi, keterbatasan bidan di desa dan alasan jarak ke
tempat pelayanan. PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual,seperti Gonorrhea,
Shypillis, AIDS dan Herpes genitalis.
Berikut merupakan masalah-masalah kebidanan yang ada di masyarakat
1. Kematian Ibu Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan
kematian ibu di ASEAN. Berdasarkan data SDKI (2007) 228/100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan angka kematian bayi adalah 35/1000 kelahiran hidup. Kematian ibu
dan bayi.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain adalah:
Terlambat mengenal tanda bahaya, Terlambat mencapai fasilitas, Terlambat mendapat
pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan, Seorang ibu terlalu muda punya anak
yaitu di bawah 20 tahun dan terlalu tua, usia di atas 35 tahun juga berbahaya bagi ibu
Faktor risiko tinggi ialah faktor yang merupakan penyebab langsung dari
kematian ibu hamil dan bersalin serta bayi.
Kriteria faktor risiko tinggi diantaranya sebagai berikut: Pendarahan selama
kehamilan, Panas tinggi atau infeksi, Eklampsi atau rencana dan Kelainan letak bayi
dalam kandungan
Kematian ibu paling banyak terjadi karena masalah perdarahan. Karena itu,
pemerintah juga mencoba membantu menekan AKI dan AKB dengan menerapkan
pengetahuan ke berbagai bidan dan ibu-ibu yang hamil mengenai penggunaan tablet
misoprostol dalam mencegah perdarahan.
Beberapa faktor yang meletarbelakangi risiko kematian di atas adalah
kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan: Tingkat pendidikan ibu rendah,
Kemampuan ekonomi keluarga rendah, Kedudukan sosial budaya yang tidak
mendukung dan Beberapa prilaku tidak mendukung juga bisa membawa risiko
Sebanyak 16,6% perempuan menolak kehamilannya. Pasangan yang tidak
ingin anak lagi (4,6%) atau menunda punya anak (4%). Upaya aborsi selalu
menempatkan perempuan dalam situasi hidup dan mati. Selain jumlah anemia ibu
hamil sangat tinggi (40%), rendahnya partisipasi dalam program keluarga berencana
(KB) pasca persalinan (19,1%) mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.
FAKTA
Apa penyebab utama kematian bayi baru lahir? Silahkan perhatikan diagram
berikut. Prematuritas dan BBLR (29%) Asfiksia bbl (27%) Tetanus neonatorum
(10%) Masalah pemberian ASI (10%)
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kehamilan dan
kehidupan keluarga yang kurang baik diantaranya: Kondisi fisiologis dan psikososial
intrinsik remaja. Faktor-faktor sosiodemografi seperti kemiskinan pendidikan yang
rendah, belum menikah, dan asuhan pranatal yang tidak adekuat. Kematian pada masa
remaja.
Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja memberi resiko
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, pre- eklamsia,
eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan
operatif obstetric lebih sering dibandingkan kehamilan pada golongan usia 20 tahun
keatas.
Penelitian di bagian obstetri dan Ginekologi RSCM.FKUI. 1948 mendapatkan
kejadian patologi kehamilan usia remaja 22,31 permil dibandingkan dengan di usia
20-30 tahun sebesar 8,36 permil ; angka kematian perinatal 109,68 permil
dibandingkan 51,54 permil dan resiko kehamilan dan persalinannya 2,4 kali lebih
tinggi pada kehamilan remaja dibandingkan kehamilan di usia 20-30 tahun. FAKTA
Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bahwa perempuan tersebut
baru memperoleh pendidikan 9 tahun, tamat SLTP atau putus sekolah SLTA hal ini
akan mempengaruhi banyak hal seperti perawatan anak, pendidikan anak,
pengembangan fisik serta mental anak dan juga kehidupan social keluarga secara
keseluruhan. FAKTA

2. Ketakutan yang tidak wajar. Misalnya gadis remaja yang ketakutan selaput daranya
robek akibat olah raga, remaja pria yang merasa berdosa dan depresif karena
melakukan masturbasi/onani
3. Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan, disertai kurangnya pengendalian diri dan
kurangnya bimbingan
4. Tingkat kebugaran yang rendah. Lambatnya perkembangan prestasi olahraga
merupakan salah satu indikasi dari derajat kesegaran jasmani kelompok remaja
Dari gejala yang tampak, masalah remaja dapat dikelompokkan dalam 3
katagori:
1) Masalah Remaja Reproduksi Psikososial Kebugaran
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya
istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya
perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU perkawinan no 1 1974 dengan usia kawin
perempuan 16 tahun menyebabkan perkawinan sah meningkat. Temuan Biro Pusat
Statistik 1980 bahwa 6,40 % perempuan menikah pertama kali pada usia 16 tahun,
23,89 % usia 17- 18 tahun dan 39,70% menikah pada usia 19 tahun.
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas pada remaja adalah terjadi
kehamilan yang tidak diharapkan ( KTD ).
Dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD yaitu :
Mempertahankan kehamilan dengan risiko:
a) Resiko fisik.
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian. Resiko
psikis atau psikologis. Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu
tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
b) Resiko sosial.
Salah satu resiko social adalah berhenti atau putus sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan merasa malu atau cuti melahirkan.
c) Resiko ekonomi.
Merawat kehamilan, melahirkan melahirkan bayinya atau anaknya
yang membutuhkan biaya yang besar.

Mengakhiri kehamilan (aborsi) dengan risiko:


a. Resiko fisik.
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa
mnyebabkan kamandulan. Aborsi yang dilakukan secara yang tidak aman bisa
berakibat fatal yaitu kematian.
b. Resiko psikis.
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, tertekan
atau stress trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
c. Resiko social.
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
d. Resiko ekonomi.
Biaya aborsi cukup tinggi, bila terjadi komplikasi maka biaya
semangkin tinggi.
Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun,
sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Program kesehatan
reproduksi yang dikembangkan pemerintah hanya untuk mereka yang sudah
menikah dan tidak merujuk pada kebuthan yang terkait dengan informasi
seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai