Agus Darmaji
Prodi Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gusdarmaji@yahoo.com
Abstract: As an inspirator of the new left movement, Marcuse’s doctrine on socio-political system is considered
more radical than orthodox communist. His admirers even give to him a nickname ‘a prophet’: prophet who
EHFDPH LQVSLUDWRU IRU VWXGHQW UHYROXWLRQ LQ SURSKHW IRU KLSS\ DQG ÀRZHU JHQHUDWLRQ SURSKHW ZKR
voiced their opinion; prophet who advanced phenomenon which emerged and threatened the world and human
UDFH+LVWRU\KDVQRWHGWKDWPDQLQWKHPRGHUQLQGXVWULDOFRPPXQLW\KDVRSSRUWXQLW\WRIXO¿OOKLVQHHGV,Q
fact, he is really hampered by repressive condition. The measure of rationality in the society is technological
rationality. Man and society are within technological trap, domination and manipulation. Technology can
UHSODFH PDQ¶V SRZHU QRW MXVW LQ LQGXVWULDO ¿HOG EXW LQ ZKROH OLIH FKDLQ 7HFKQRORJ\ ZKLFK ZDV SUHYLRXVO\
made to be emancipatorical tool from the natural wildness, now is used to coerce and repress human being. As
such, the most dominant view in the modern industrial society is ‘repressive toleration,’ i.e. toleration that is
impressed as giving great freedom, in fact it is coercive.
Keywords: )UDQNIXUW6FKRRO&ULWLFDOWKHRU\UHSUHVVLYHWROHUDWLRQ$IÀXHQWVRFLHW\5HL¿FDWLRQ
Abstraksi: Sebagai salah seorang inspirator gerakan ‘kiri baru’ (the new left), doktrin Marcuse tentang
sistem politik dan sistem sosial dinilai lebih radikal dari kaum komunis ortodoks. Para pengagumnya malah
menjulukinya sebagai ‘sang nabi’: nabi yang menjadi inspirator revolusi mahasiswa tahun 1968; nabi bagi
NDXPKLSS\GDQJHQHUDVDLEXQJDÀRZHUJHQHUDWLRQQDEL\DQJPHQ\XDUDNDQSHQGDSDWPHUHNDQDEL\DQJ
mencanangkan gejala yang melanda serta mengancam dunia dan umat manusia. Sejarah telah mencatat bahwa
manusia pada masyarakat industri modern memiliki kemungkinan yang obyektif agar dapat merealisasikan
pemuasan akan kebutuhan-kebutuhannya. Tetapi yang terjadi sesungguhnya manusia tetap saja terhalang
karena adanya suasana represif. Ukuran rasionalitas masyarakat adalah rasionalitas teknologis. Manusia
dan masyarakat masuk ke dalam perangkap, penguasaan, dan manipulasi teknologi. Teknologi mampu
menggantikan tenaga manusia bukan saja dalam bidang industri, namun juga dalam seluruh mata rantai
kehidupan. Teknologi yang pada awalnya diciptakan sebagai alat emansipasi dari kekejaman alam, kini malah
dipakai untuk menindas atau merepresi manusia. Karena itu, hal yang paling menonjol dalam masyarakat
industri modern adalah ‘toleransi represif,’ yaitu suatu toleransi yang memberi kesan seakan menyajikan
kebebasan luas padahal maksudnya tidak lain menindas.
Katakunci: Madzhab Frankfurt, Teori kritis, Toleransi represif, Masyarakat makmur, 5HL¿NDVL
san baru untuk mendudukkan peranan yang paling menonjol adalah mereka yang
dan kejatidirian manusia di dalam sistem WHUJRORQJGDODP,QVWLWXWIXU6R]LDOIRUVFKXQJ
kekuasaan yang tidak manusia. Sedikitnya di Frankfurt, -HUPDQ0HUHNDDGDODKWHRULVL
DGD WLJD FLUL NKDV GDUL DODP SLNLUDQ 1HR teorisi sosial yang piawai dari berbagai
0DU[LVPH Pertama 1HR0DU[LVPH PDX bidang keilmuan. Kelompok yang disebut
membatasi proses dialektis pada bidang 0DG]KDE Frankfurt atau Sekolah Frankfurt
sosial-ekonomi yang memengaruhi pola (Die Frankfurter Schule) ini pernah cukup
kekuasaan di semua aspek kehidupan, juga dekat dengan gerakan anti kemapanan dan
PHQ\RURWL WRSLN µEDQJXQDQ DWDV¶ 0DU[ gelombang protes: ‘generasi bunga,’ ‘kiri
yang berkaitan dengan masalah teori dan EDUX¶GDQJHUDNDQPDKDVLVZDGL(URSD%DUDW
ideologi. Pemikiran Hegel diteliti kembali GDQ $PHULND 6HULNDW DQWDUD WDKXQ DQ
untuk menunjukkan hubungannya dengan GDQ DQ 6DODK VDWX WRNRK \DQJ FXNXS
0DU[ \DLWX NRQVHS GLDOHNWLND +HJHO \DQJ menonjol dalam kelompok ini adalah Herbert
XWRSLV GDQ 0DU[ \DQJ µPHPEXPL¶ Kedua, 0DUFXVH
1HR0DU[LVPH PDX PHPEHUHVNDQ PDQXVLD
GDUL DOLHQDVL \DQJ GLXUDLNDQ 0DU[ GDODP Sekilas tentang Herbert Marcuse
Naskah-Naskah Perancis. Ketiga 1HR Sebagai salah seorang inspirator gerakan
0DU[LVPH EHUNDLWDQ GHQJDQ DQDOLVLV NULWLV ‘kiri baru’ (the new left), doktrin 0DUFXVH
atas masyarakat modern.2 1HR0DU[LVPH tentang sistem politik dan sistem sosial dinilai
PHQGHPRQVWUDVLNDQ KXEXQJDQ 0DU[LVPH lebih radikal dari kaum komunis ortodoks.
dengan psikoanalisis Sigmund Freud dalam Keradikalan ini rupa-rupanya membuat
rangka memahami masyarakat abad ke- namanya menjadi termasyhur di kalangan
20. Sebagaimana kritik ideologi, ketiga ciri VDQJDW OXDV DQWDUD DQ GDQ DQ
tersebut akan dirumuskan melalui suatu Para pengagumnya malah menjulukinya
UHÀHNVLEDUXDQWDUDWHRULGDQSUDNVLV VHEDJDL µVDQJ QDEL¶ 1DEL \DQJ PHQMDGL
Tokoh-tokoh yang cukup menonjol dapat LQVSLUDWRU UHYROXVL PDKDVLVZD WDKXQ
GLVHEXW PLVODQ\D /XNDFV \DQJ nabi bagi kaum hippy dan generasi bunga
menghidupkan kembali warisan Hegel dalam (ÀRZHUJHQHUDWLRQ); nabi yang menyuarakan
0DU[LVPHMXJD.DUO.RUFK\DQJ pendapat mereka; nabi yang mencanangkan
PHQFRED PHODFDN XODQJ DMDUDQ 0DU[ 0XGD gejala yang melanda serta mengancam dunia
untuk suatu tujuan teoritis yang bermaksud GDQXPDWPDQXVLD%XDKSLNLUDQQ\DWHUQ\DWD
praktis. Tokoh lain adalah Antonio Gramsci melekat dan telah mendarah daging bagi
\DQJPHQHPXNDQNRQVHSKHJHPRQL kelompok-kelompok mahasiswa militan.
XQWXNPHUHYLVL0DU[LVPHRUWRGRNV%HEHUDSD Gagasannya menjadi salah satu sebab
IDLODVXI 1HR0DU[LVPH GDSDW GLVHEXW DQWDUD kerusuhan mahasiswa di Amerika Serikat dan
lain, Lefebvre, Garaudy, dan Louis Althusser. (URSD%DUDW
Tidak sedikit para failasuf Perancis ternama Herbert 0DUFXVH \DQJ ODKLU GL %HUOLQ
yang pernah menaruh minat pada ajaran SDGD -XOL EHUDVDO GDUL NHOXDUJD
0DU[ PHVNL WLGDN WHUPDVXN VHEDJDL 1HR PHQHQJDK DWDV NHWXUXQDQ<DKXGL ,D EHODMDU
0DU[LVPH PLVDOQ\D 0DXULFH 0HUOHDX
Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Lacan, Gerakan the new left adalah gerakan yang
beranekaragam, namun terdapat tujuh ciri kesamaan
(PPDQXHO /HYLQDV 0LFKHO )RXFDXOW GDQ sebagai berikut: 1) aksi dan tindakan, 2) mencari
5D\PRQG$URQ$NKLUQ\DNDXP1HR0DU[LV jatidiri (authentic-self UHYROXVL NRPXQDOLVPH
SHUVDPDDQ GHUDMDW NHEHEDVDQ GDQ GHPRNUDVL
ODQJVXQJ0DQXVGDQ0XUOLDQD³.LUL%DUXNew Left):
2
)UDQV 0DJQLV6XVHQR Filsafat sebagai Ilmu Suatu Pengantar,” dalam majalah Persepsi1R
Kritis, 20.
Agus Darmaji, Herbert Marcuse Tentang Masyarakat Satu Dimensi 517
yang waktu itu menjabat sebagai direktur dasar bagi otonomi subyek, Hegel memberi
0D[3ODQFN,QVWLWXWH LQVSLUDVL NRQVHS GLDOHNWLND 0LQDW WHUKDGDS
psikoanalisis Freud banyak membantu dalam
Marxian-Freudian usaha meneliti persoalan-persoalan sosial,
'L DQWDUD DQJJRWD 0DG]KDE Frankfurt, minimal melalui psikoanalisis Freud dapat
0DUFXVHGLQLODLVHEDJDLVHRUDQJWHRULWLVL\DQJ membantu dan sekaligus ‘menyelamatkan’
paling kuat, apalagi karena corak falsafatnya SHPLNLUDQUHYROXVLRQHU0DU[\DQJGLDQJJDS
lebih sistematis. Di samping tidak pernah sebagai metode yang paling tepat dalam
terlibat dalam penelitian empiris, 0DUFXVH rangka penelitian masyarakat.
cukup banyak dipengaruhi oleh fenomenologi Studi kritis terhadap empat failasuf ini
GDQ IDOVDIDW HNVLVWHQVL 0DG]KDE )UDQIXUW banyak dilakukan oleh 0DUFXVH 'XD EXNX
mencoba suatu penafsiran kembali atau 0DUFXVH Reason and Revolution
memberi interpretasi baru terhadap ajaran- dan Eros and Civilitation VHULQJ
DMUDQ 0DU[ +DO LQL GDSDW GLPHQJHUL GLVHEXW VHEDJDL NDU\DNDU\D UHVPL 0DG]KDE
NDUHQD ZDNWX LWX DMDUDQ 0DU[ WHODK EDQ\DN )UDQNIXUW %XNX Reason and Revolution
diselewengkan para politisi, lebih lagi setelah mencerminkan pernyataan pikiran kelompok
5HYROXVL%ROVKHYLNGL5XVLD0HQ\DGDULKDO ini atas nama peralihan konsep Hegel ke
ini, 0DUFXVHGDQNDZDQNDZDQEHUNH\DNLQDQ 0DU[ 0DUFXVH GDODP EXNX LWX PHQ\DWDNDQ
bahwa untuk menghadapi persoalan mesya- bahwa Hegel telah membawa falsafat pada
rakat, para cendekiawan harus turun tangan ambang pintu negasi antara bentuk lama
dan sekaligus memberikan teori-teori akade- dan bentuk baru dalam Teori Kritis, antara
mik sebagai sumbangan pemikiran yang falsafat dan teori sosial. Sementara usaha
NRQNULW$MDUDQ0DU[\DQJPHODWDUEHODNDQJL 0DUFXVH PHPHODMDUL )UHXG WHUXWDPD XQWXN
UHYROXVL%ROVKHYLNKDUXVGLDFDNNHPEDOLGDQ percobaan memasukkan psikoanalisis ke
dipertanggungjawabkan secara akademik GDODPDMDUDQ0DU[PHQJKDVLONDQEXNXEros
GDQ WHRULWLV 3HPLNLUDQ 0DU[ MXJD KDUXV and Civilitation. Proyek ini merupakan suatu
ditempatkan dalam rangka humanisme. gagasan yang paling ambisius dan baru sama
Tidak mengherankan jika kelompok ini sekali, yaitu suatu usaha menyintesiskan teori
GLVHEXWNDXP1HR0DU[LV$SDODJLPHQXUXW )UHXG GHQJDQ DMDUDQ 0DU[ PHPEDFD 0DU[
0DG]KDE)UDQNIXUW0DU[PDVLKEHUPDQIDDW melalui kacamata Freud, dan membaca Freud
untuk memberi analisis pada perkembangan GHQJDQNDFDPDWD0DU[*DJDVDQµ)UHXGLDQ
masyarakat kontemporer. Sehubungan 0DU[LDQ¶LQLSDGDDZDOQ\DPHQGDSDWEDQ\DN
dengan analisi perkembangan masyarakat, kecaman. Ada yang menuduh 0DUFXVH GDQ
pada akhirnya diperkenalkan falsafat yang kawan-kawan sudah merongrong ortodoksi
disebut: ‘Teori Kritis .ULWLV 0DV\DUDNDW¶ 0DU[LDQ DGD \DQJ PHQXGLQJ XSD\D LQL
(Eine Kritische Theorie der Gesellschaft) sebagai suatu eklektisisme belaka; bahkan
atau disebut ‘Teori Kritis.’ Teori ini ada pula yang menganggap bahwa usaha
dilatarbelakangi oleh ajaran-ajaran Kant, tersebut sebagai suatu pekerjaan tolol dan
+HJHO0DU[GDQ)UHXG7HRULLQLWLGDNEHUVLIDW GXQJX .HQGDWL GHPLNLDQ EDJL 0DG]KDE
netral tetapi memiliki kesatuan berpikir antara Frankfurt, penafsiran psikoanalisis Freud
teori dan praksis, dan bersifat pembebasan sangat dibutuhkan dalam menghadapi
atau emansipatoris. Kant memberikan masyarakat.
0DUFXVH PHQXQMXNNDQ EDKZD GDODP
Sindhunata, Dilema Usaha Mnusia Rasional: psikoanalisis Freud terdapat dua aspek yang
Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer
sebenarnya saling berbeda. Di satu pihak,
dalamRangka Sekolah Frankfurt (Jakarta: Gramedia,
ajarannya bersifat psikologis, di pihak lain,
Agus Darmaji, Herbert Marcuse Tentang Masyarakat Satu Dimensi 519
NHSDGD VDWX WXMXDQ EHODND 0DV\DUDNDW segi kehidupannya hanya diarahkan pada
semacam ini bersifat represif dan totaliter. satu tujuan, yaitu meningkatkan dan
0HVNLSXQ PHPHUROHK EDQ\DN NHPXGDKDQ melangsungkan satu sistem yang telah
PDQXVLD WHWDS WHUDOLHQDVL 0DQXVLD WHODK EHUMDODQ 0DQXVLD WLGDN ODJL PHPLOLNL
direpresi oleh masyarakat secara keseluruhan; dimensi-dimensi lain, bahkan dengan satu
mereka terbius menjadi manusia satu dimensi; tujuan itu, dimensi-dimensi lain disingkirkan.
sementara kebebasan sebagai individu Sejarah telah mencatat bahwa manusia
VXGDK WHULNDW <DQJ SDOLQJ PHQJHULNDQ GDQ pada masyarakat industri modern memiliki
menyedihkan bahwa kekuasaan teknologi kemungkinan yang obyektif agar dapat
ternyata telah membuat manusia kehilangan merealisasikan pemuasan akan kebutuhan-
kesadaran kritisnya. Ini semua dielaborasi kebutuhannya. Tetapi, yang terjadi sesung-
oleh 0DUFXVH GDODP EXNX²EHVW VHOOHU \DQJ guhnya, manusia tetap saja terhalang
sering disebut sebagai kitab suci kelompok karena adanya suasana represif. Peran dan
7KH 1HZ /HIW²EHUMXGXO One Dimensional peluang ilmu dan teknologi memang sangat
Man besar. Ukuran rasionalitas masyarakat
DGDODK UDVLRQDOLWDV WHNQRORJLV 0DQXVLD GDQ
Masyarakat Satu Dimensi masyarakat masuk ke dalam perangkap,
0HQXUXW 0DUFXVH DGD WLJD FLUL XWDPD penguasaan, dan manipulasi teknologi.
masyarakat industri atau teknologi modern. Teknologi mampu menggantikan tenaga
Pertama, masyarakat berada di bawah manusia bukan saja dalam bidang industri,
kekuasaan prinsip teknologi. Suatu prinsip namun juga dalam seluruh mata rantai
yang semua tekanannya dikerahkan untuk kehidupan. Asal manusia dan masyarakat
memerlancar, memerluas, dan memerbesar dapat dikuasai, digunakan, diperalat,
produksi. Kemajuan manusia disamakan dimanipulasi, atau ditangani, berarti manusia
dengan terciptanya perluasan teknologi. dan masyarakat sudah terjerat dalam sistem
Kekuasaan teknologi sudah mencakup seluruh yang mutakhir ini. Teknologi yang pada
bidang kehidupan; tidak hanya melingkupi awalnya diciptakan sebagai alat emansipasi
bidang ekonomi saja, melainkan juga bidang- dari kekejaman alam, kini malah dipakai
bidang lain: politik, pendidikan, dan budaya. untuk menindas atau merepresi manusia.
.HGXD 0DV\DUDNDWQ\D PHQMDGL LUDVLRQDO Karena itu, hal yang paling menonjol dalam
secara keseluruhan, sebab terjadi kesatuan masyarakat industri modern adalah ‘toleransi
DQWDUD SURGXNWL¿WDV GDQ GHVWUXNWL¿WDV represif,’ yaitu suatu toleransi yang memberi
Kekuatan produksi tidak digunakan untuk kesan seakan menyajikan kebebasan yang
perdamaian, melainkan untuk menciptakan luas padahal meksudnya tidak lain daripada
potensi-potensi permusuhan dan kehancuran, menindas.
misalnya, untuk persenjataan. Semua pihak Kemanusiaan, kebebasan, otonomi,
setuju jika anggaran senjata dan pertahanan kehidupan sosial, tidak diberi kesempatan,
perlu ditingkatkan, padahal ini tidak masuk VHPXDQ\D VXGDK PHQMDGL DODW 0DV\DUDNDW
DNDO1DPXQGHPLNHODQJVXQJDQSHUWDKDQDQ demikian, menurut 0DUFXVH OHELK VXND
anggaran militer harus terus bertambah. memertahankan status-quo, baik bagi
,WXODK VHEDEQ\D GHVWUXNWL¿WDV DGDODK KXNXP penganut sistem kapitalisme maupun para
EDWLQSURGXNWL¿WDV0DNDPDV\DUDNDWLQGXVWUL SHQJDQXW VLVWHP VRVLDOLVPH 0DV\DUDNDW
modern menampakkan sifat “rasional dalam modern juga tidak menunjukkan adanya
detail, tetapi irasional dalam keseluruhan.” SHQJKDSXVDQ NHODV %HGDQ\D UDN\DW
Ketiga, masyarakatnya berdimensi satu. banyak (termasuk kaum buruh) mendukung
Inilah ciri yang paling fundamental. Segala kelangsungan sistem tersebut dan sekaligus
Agus Darmaji, Herbert Marcuse Tentang Masyarakat Satu Dimensi 521
ikut dalam sistem yang sudah begitu mapan. teralienasi. Teknologi membangkitkan
-LND0DU[PHQJHPXNDNDQEDKZDNDXPEXUXK keinginan agar sistem tersebut dapat terus
mengeluh akibat pekerjaan yang berat dan GLSHUWDKDQNDQ GDQ GLNHPEDQJNDQ 0DQXVLD
membosankan, ditambah pula akibat upah seolah terjepit dalam satu lingkaran. Di satu
kerja yang amat rendah dari kaum pemodal, SLKDN VHPDNLQ EHVDU WLQJNDW SURGXNWL¿WDV
maka 0DUFXVHPHQJDWDNDQNLQLNDXPEXUXK memungkinkan peningkatan yang besar; di
tidak mengeluh lagi dengan kerja kerasnya pihak lain, satu-satunya alasan bagi konsumsi
karena pemuasan kebutuhan terpenuhi. adalah dengan menjamin berlangsungnya
.DXPEXUXKWLGDNODJLUHYROXVLRQHU0HUHND SURGXNWL¿WDV $ODWDODW SURGXNVL EHUNDW
sudah menjadi para pembela sistem kerja itu kemampuan teknologi—dengan mekanisasi,
sendiri. standarisasi, dan otomatisasi—seharusnya
,QL EHUEHGD GDUL NHWLND 0DU[ PHQFD dapat membebaskan manusia dari keharusan
nangkan konsep pertentangan kelas antara kerja. Industri kerja mengakibatkan ‘ideology’
kaum proletariat dan kaum borjuasi. Kaum instrumental memasuki bidang kehidupan
proletariat menjadi tertindas akibat ikut serta lainnya, meskipun pada kenyataannya,
kaum borjuasi dalam kekuasaan, dengan tuntutan ekonomis dan politis memaksa untuk
PHPDNVDDJDUSURGXNWL¿WDVWHUXVGLWLQJNDWNDQ tetap memertahankan dan meningkatkan
Akhirnya, kaum proletariat hanya punya satu waktu kerja. Akibatnya, manusia hanya
pilihan: hidup dan revolusi. Hal ini berbeda mampu memeroleh pemuasan kebutuhan-
dari masyarakat industri modern. Kini telah NHEXWXKDQ VHPX EHODND 0HUHND WLGDN WDKX
terjadi suatu masyarakat berkelimpahan, the apa yang mendorong untuk membeli dan
DIÀXHQW VRFLHW\, di mana semua kebutuhan menggunakan sesuatu; semua ini tidak timbul
PDQXVLD GDSDW WHUSHQXKL 0HVNL NDXP dari lubuk hatinya, melainkan hanya sekedar
buruh tidak merasa dirinya diperbudak lagi, PHOLKDW RUDQJ ODLQ 0DQXVLD PHQMDGL WLGDN
namun masih ada penindasan dalam bentuk otonom dalam bersikap.
\DQJ EHUEHGD (QHUJL ¿VLN \DQJ GLEXWXKNDQ Teknologi bukan lagi suatu sarana
untuk bekerja memang semakin berkurang, pembebasan, tetapi menjadi sarana
namun irama kerja yang rutin, monoton, SHQLQGDVDQ0DQXVLDVHKDUXVQ\DPHQGREUDN
terkungkung dalam bidang masing-masing, tekanan tersebut untuk memeroleh
menimbulkan ketegangan-ketegangan psikis. NHEHEDVDQQ\D 1DPXQ LQL PDODK GLUHSUHVL
Keadaan buruh menjadi terselubung. Ia tidak oleh masyarakat secara keseluruhan, membuat
lagi ditentukan oleh taatnya pada pemilik manusia terbius, sehingga pandangannya
modal, melainkan keberadaannya diukur menjadi ‘manusia satu dimensi.’ Hal ini
hanya sebagai alat; pemerosotan manusia memunculkan pertanyaan: dengan tidak
PHQMDGLEHQGDUHL¿NDVL memiliki kesadaran akan dirinya, apakah
Dalam masyarakat teknologi modern, manusia mampu memanfaatkan teknologi
peran manusia menjadi tidak menonjol. bagi kepentingannya sendiri atau teknologi
Teknologi sudah merupakan ungkapan kepen- WHODK PHQJDUDKNDQ NHSHQWLQJDQQ\D" -LND
tingan pribadi, bahkan kepentingan golongan teknologi yang mengarahkan manusia berarti
yang dipaksakan pada banyak orang. Potensi manusia sudah teralienasi dalam perbudakan
emansipasi yang ada dalam diri individu baru. Potensi emansipatoris yang ada jadi
WHQJJHODP GDODP WHNQRORJL 0DV\DUDNDW tenggelam akibat ketidaksadarannya. Ini
menjadi teralieniasi; teknologi telah EHUEHGD GDUL DOLHQDVL NHUMD PRGHO 0DU[
mengasingkan manusia dari kemanusiaannya. 3DGD 0DU[ NDXP EXUXK VDGDU DNDQ
Akibatnya, manusia semakin tidak sadar keterasingannya, sehingga diharapkan
bahwa mereka berada dalam keadaan mereka melakukan revolusi. Sementara pada
522 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 6, Juli 2013
dalam upaya penaklukan total dan tuntas visi, misi, dan tujuan yang dimaksudkan
adalah pembentukan wacana berpikir, cara pelaku. Proses dekonstruksi ajaran dan kons-
EHUNRPXQLNDVL GDQ EHUZLFDUD 5H]LP truksi pemaduan kata dinamakan destrukti-
kapitalis ingin mengubah wacana pra- vitas yang menyenangkan, penghancuran
teknologi dan memberikan muatan baru yang perlu dan berdaya guna.
yang lebih sesuai dengan realitas teknologis Gaya bahasa fungsional mendominasi di
dengan menciptakan bahasa sendiri: bahasa segala bidang, misalnya, dunia perdagangan,
fungsional.11 dunia yang menganut prinsip waktu
%DKDVDIXQJVLRQDOPHUXSDNDQSRODZLFDUD adalah uang. Pola wicara yang bertele-tele
yang lebih mementingkan fungsi predikat merupakan hambatan utama dalam tata niaga
daripada subyek, melalui penyamaan predikat yang sarat dengan kompetisi sengit di antara
secara langsung dan tepat dengan pokok para pelaku ekonomi. Penggunaan bahasa
kalimat. Secara epistemologis, perbedaan fungsional dalam dunia ekonomi dinyatakan
subyek dan predikat menunjukkan ketegangan terutama dalam bahasa iklan.
antara realitas dan penampakan, substansi dan %DKDVD IXQJVLRQDO PHUXSDNDQ SROD
aksidensi, pelaku dan perbuatannya. Dalam wicara yang antikritik dan antidialektika,
konteks ini, kata memunyai arti lebih daripada besifat absolut, otoriter, dan totaliter.
sekedar simbol. Kata merupakan representasi Keabsolutannya merupakan bagian esensial
mental dari obyek yang dicerap, dimengerti, GDULHNVLVWHQVLGDQDNWL¿WDVSHQJXDVD'DODP
dipahami, diketahui, dan hasil dari proses konteks kekuasaan, bahasa fungsional
UHÀHNVLGDQDEVWUDNVL.DWDDGDODKXQJNDSDQ merupakan bahasa kekuasaan, pola wicara
medium verbal pikiran yang menghubungkan yang mengomunikasikan keputusan, peratu-
nalar dengan realitas atau konsep sehingga ran, perintah dan larangan, tolok ukur dan
sekaligus menjadi obyek pemikiran.12 pedoman bagi semesta konsep, sistem nilai
Dalam bahasa fungsional pola berpikir dan realitas yang berbeda dan dicurigai.
klasik telah dipangkas dan bahasa kehilangan Dengan begitu bahasa fungsional berfungsi
fungsi mediasi. Pemangkasan dan penghila- sebagai bahasa satu dimensi, diktator bahasa
ngan itu terjadi melalui penyamarataan, pe- sekaligus bahasa diktator.
nyerapan, dan penyatupaduan situasi, fungsi Ketiga. Penghapusan Sejarah. Dalam
jabatan, kualitas, kata keterangan, dan ber- hidup menyejarah, nalar manusia mengambil
bagai faktor kehidupan yang saling bertenta- dua sikap yang berbeda. Di satu pihak, ada
ngan. Distingsi konseptual antara pemikir kontinuitas gerak dialektis nalar dalam
dan obyek terpikir, nalar dan realitas, subs- rangka mengenal, mengerti, memahami,
tansi dan aksidensi, subyek dan predikat dile- dan mengolah fakta, data, dan peristiwa.
nyapkan dengan sengaja. Subyek adalah pre- Kontinuitas mengacu pada karya nalar sebagai
dikat dan predikat adalah subyek. kemampuan yang otonom dan transenden. Di
%LODGLFHUPDWLNRQVWUXNVLNDWDGDODPED- pihak lain, terdapat diskontinuitas sejarah
hasa fungsional mengikuti logika kekuasaan nalar berada dalam kesatuan dengan badan.
yang alergi pada perbedaan dan kemajemu- Dalam kesatuan ini, nalar terikat dengan
NDQ%DQJXQDQNDWDGDODPNDOLPDWEHUWXMXDQ UXDQJGDQZDNWXVHKLQJJDDNWL¿WDVQ\DWXQGXN
menyerap, memadukan, dan menyatukan pada hukum sebelum dan sesudah, di sana
VHPXD NRQWUDGLNVL %DQJXQDQ NDWD GLOXOXK- dan di sini, kini dan nanti.
lantakkan, lalu dibangun kembali menurut
Herbert 0DUFXVH, One-Dimensional Man,
Herbert 0DUFXVH, One-Dimensional Man, 101
11
Herbert 0DUFXVH, One-Dimensional Man, GDQ
12
Herbert 0DUFXVH, One-Dimensional Man,
Velentinus Saeng, Herbert Marcuse,
524 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 6, Juli 2013
di Sidoarjo dengan kaos merek Armani, terutama berbagai pihak yang memiliki daya
PHQJKLVDS URNRN 6LQWUHQ GHQJDQ 0DUOERUR tawar menawar cukup berarti dalam segala
bukan terletak pada citra yang diwartakan aspek kehidupan bersama. Dalam iklim politik
media massa, melainkan pada kualitas riil untung-rugi, kuat-lemah, massa miskin dan
produk bersangkutan. Sayang sekali bahwa SDSDEHUDGDGLOXDUSHUKLWXQJDQ0HUHNDEXNDQ
pilihan yang dibuat selalu berlandaskan pada warga negara, rakyat, melainkan kelompok
citra yang telah ditanamkan dalam produk. DEGLQHJDUDPRGHOQHJDUDSROLV<XQDQLNODVLN
Kelima Imperium Citra. Dewasa ini, citra Dominasi citra dalam skema berpikir
(image) menjelma menjadi mantra gaib yang dan bersikap manusia kontemporer berakar
menyusup ke segala sisi kehidupan individu pada empirisme-positivisme dan terutama
dan masyarakat, bahkan memainkan peranan SDGDNHPDMXDQWHNQRORJL'HQJDQPHQD¿NDQ
besar dalam dunia politik dan kekuasaan. Para keilmiahan disiplin ilmu teoritis, kaum
pemimpin negara, kandidat yang bersaing empiris-positivis memasukkan disiplin
guna memerebutkan posisi sebagai presiden sejenis ke dalam kategori ideologi. Dengan
atau perdana menteri dan jabatan di bawahnya demikian, kaum empiris kontemporer
menaruh perhatian yang besar terhadap citra. menegaskan kembali credo para empiris
0HUHNDVXQJJXKVHULXVPHUDZDWFLWUDGLULQ\D klasik bahwa omne quod videtur est verum,
sebagai SXEOLF ¿JXUH dan sering berprilaku yang benar adalah segala yang terserap
bagaikan selebritas dari dunia entertainmen. belaka.
Lebih parah lagi, dominasi citra merasuk Dominasi dunia citra dalam semesta
pula ke wilayah praksis kekuasaan dan diskursus dan relasi antar individu berada
menjadi bahan pertimbangan utama dalam dalam makna mengisi, memaknai, dan
keputusan politik dan kebijakan pemerintah memaksimalkan hasil dan manfaat dunia
yang tergambar dalam istilah populis dan rekaan bagi yang berkecimpung dan
tidak populis. berkepentingan. Dunia virtual sebagai
Terminologi populis dalam kacamata mahakarya teknologi yang menyedot dana
penguasa memuat makna yang berbeda untuk riset dan rekayasa teknis, membayar
dari pengertian asali yang merujuk pada ilmuwan dan teknisi unggul, mensyaratkan
populus atau rakyat. Dalam makna asali, disiplin, kompetensi keilmuan dan profe-
istilah populis mengacu pada seri kebijakan sionalisme untuk menghasilkannya. Karena
dan keputusan politik yang mengedepankan itu, penggunaan dan pemanfaatan dunia virtual
hak dan kepentingan rakyat. Landasan dan dikhususkan hanya kepada kaum kuat kuasa
pertimbangan politik bertumpu pada prinsip yang berkantong tebal serta berpengaruh dan
vox populi vox Dei, suara rakyat adalah bukan untuk rakyat kebanyakan.21
VXDUD 7XKDQ 5DN\DW PHUXSDNDQ SHPDQJNX %HUSLMDN SDGD GRPLQDVL FLWUD GDODP
kekuasaan sejati dan hukum tertinggi, VHPHVWD DNWL¿WDV PRGHUQ GDQ NRQWHPSRUHU
populus suprema lex.20 tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
%DJLSHQJXDVDLVWLODKSRSXOLVPHQJDQGXQJ manusia hidup dalam imperium citra. Citra
arti popular, terkenal dan merakyat tanpa adalah sang kaisar, ukuran mutlak, pedoman
memerhitungkan apakah hak dan kepentingan tertinggi dan nilai supremum dalam relasi,
rakyat sungguh menjadi ukuran, pedoman, interaksi, komunikasi, dan aksi entah pada
dan tujuan nyata dari kebijakan pembangunan lingkup pribadi, keluarga, komunitas maupun
dan keputusan politik. Gagasan merakyat nasional, regional, dan global. Generasi
memuat arti diterima sebagian kalangan dan modern kontemporer lebih mementingkan
20
Velentinus Saeng, Herbert Marcuse, 21
Velentinus Saeng, Herbert Marcuse,
526 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 6, Juli 2013
22
Velentinus Saeng, Herbert Marcuse,