Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM

MIKROORGANISME

Disusun Oleh:

NAMA : ANNISA HIDAYAH

NIM : 2224200045

KELAS : 1B

KELOMPOK :6

HARI/ TANGGAL : KAMIS, 26 NOVEMBER 2020

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
I. Judul Praktikum

Mikroorganisme

I1. Tujuan Praktikum

1. Mengamati dan mengenal beberapa genera penting dari kelompok


mikroorganisme

2. Menentukan genus mikroorganisme sesuai ciri morfologi yang diamati

3. Mengetahui habitat mikroorganisme yang diamati

III. Tinjauan Pustaka

3.1. Pengertian Mikrobiologi

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani micros (kecil), bios (hidup), dan
logos (hidup) (Fifendy, 2017). Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua
makhluk mikroskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti
bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan archaea. Selain itu, virus
merupakan makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu
mikrobiologi meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi
ilmu multidisipliner. Dalam penerapannya, mikrobiologi sangat berkaitan di
bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi, kesehatan,
dan pangan (Fibriana, et al., 2016).

3.2. Pengertian Mikroba

Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba,


mikroorganisme, atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan
hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa,
tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan
jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang
dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (𝜇), 1 mikron
sama dengan 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.

Berdasarkan perbedaan organisasi selnya, Haeckel membedakan dunia


tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia), dengan protista. Protista tidak
dimasukkan pada golongan animalia atau plantae. Plantae terdiri dari alga atau
ganggang, protozoa, fungi, dan bakteri yang memiliki sifat uniseluler, sonositik,
atau multiseluler tanpa diferensiasi jaringan (Fifendy, 2017).

3.3. Jenis-Jenis Mikroba

3.3.1. Protista

Protista berasal dari kata protos dalam bahasa Yunani yang artinya
pertama (Wardhani, 2019). Protista adalah organisme yang sebagian besar
uniseluler dan berstruktur sel eukariotik. Berdasarkan habitatnya, protista
ditemukan hidup di perairan, seperti sungai, waduk, kolam, maupun di perairan
payau dan laut. Di dalam ekosistem perairan, protista berperan penting sebagai
dasar kehidupan.

Protista dibagi menjadi protista mirip tumbuhan (alga mikroskopis


uniseluler), protista mirip hewan (protozoa), dan protista mirip jamur. Alga
mikroskopis uniseluler merupakan produsen primer yang berkontribusi terbesar
dalam ekosistem perairan dan protozoa merupakan konsumen I yang berperan
besar menjembatani transfer energi dari produsen primer ke tropik yang lebih
tinggi (ikan dan udang). Sedangkan protista mirip jamur sebagian besar berukuran
makroskopis dan habitatnya di kayu busuk, batang pohon, tempat basah, dll.
Protista mirip jmur tidak terlalu berperan penting dalam ekosistem dan ada yang
sifatnya parasit (Hariyani, et al., 2017).

Protista dapat diklasifikasikan lagi, yaitu protista mirip jamur terdiri dari
Myxomycota dan Oomycota, protista mirip tumbuhan (alga) dibedakan
berdasarkan pigmen yang dimiliki terdiri dari Euglenophyta, Phaeophyta (alga
coklat), Rhodophyta (alga merah), Chlorophyta (alga hijau), dan Chrysophyta
(alga keemasan), protista mirip hewan (protozoa) dibedakan berdasarkan alat
geraknya terdiri dari Rhizopoda, Flagellata, Ciliata, dan Sporozoa (Zunitasari, et
al., 2016).

Protista mirip tumbuhan (alga atau ganggang) merupakan organisme


uniseluler dan multiseluler. Alga berklorofil dan mampu berfotosintesis. Alga
tidak termasuk kingdom plantae. Contoh protista mirip tumbuhan (alga), antara
lain diatom (alga kersik), Euglea viridis (Euglenophyta), Laminaria, Fucus,
Sargasum (alga coklat), Euchema spinosum (alga merah), Chlorella, Spirogyra,
dan Volvox (alga hijau).

Protozoa atau protista mirip hewan memiliki ciri hidup di parit, sawah,
sungai, bendungan, air laut, dan juga ada yang hidup sebagai parasit. Protozoa
bersel satu dan mikroskopis, berkembang biak secara aseksual dengan membelah
diri dan seksual dengan konjugasi. Protozoa dibedakan berdasarkan alat geraknya
terdiri dari Rhizopoda (kaki mirip akar), Flagellata (bulu cambuk), Ciliata (bulu
getar), dan Sporozoa (parasit pada hewan). Contoh protozoa antara lain Amoeba
proteus, Entamoeba histolytica (Rhizopoda), Paramecium, Stentor, Stylonychia
(Ciliata), Ceratium, Pfiesteria piscicida (Flagellata), dan Plasmodium (Sporozoa).

Protista mirip jamur bergerak seperti amoeba dan reproduksi menyerupai


jamur. Protista mirip jamur dibagi menjadi tiga filum utama, yaitu Oomycota
(jamur air) contohnya Saprolegnia, Myxomycota (jamur lendir plasmodial)
contohnya Echinostelium, dan filum Acrasiomycota (jamur lendir seluler)
contohnya Dicytiostellium (Wardhani, 2019).

3.3.2. Alga

Alga berasal dari bahasa Yunani, yaitu algor yang berarti dingin. Alga
merupakan bagian terbesar tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan tingkat rendah
yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun
meskipun tampak seperti ada perbedaan tetapi sebenarnya hanya bentuk thallus.
Alga dimasukkan ke dalam golongan tumbuhan yang tidak berpembuluh atau
Thallophyta (Kepel, et al., 2018).
Alga adalah tanaman non-vaskuler yang melakukan fotosintesis, memiliki
klorofil a, serta sistem reproduksi yang sederhana. Kelompok alga terbagi atas dua
bagian, yaitu alga makro dan alga mikro. Alga hijau-biru (Cyanophyta) termasuk
ke dalam alga mikro, sedangkan alga makro terdiri atas tiga divisi, yaitu alga
merah (Rhodophyta), alga hijau (Chlorophyta), dan alga coklat (Phaeophyta)
(Tampanguma, et al., 2017). Alga yang hidup di laut ada yang melekat di dasar
perairan sebagai fitobenthos (alga bentik), tetapi juga ada yang melayang-layang
di atas permukaan air sebagai fitoplankton (alga planktonik) (Kepel, et al., 2018).

Habitat Makroalga pada umumnya terdapat pada zona intertidal sampai


kedalaman di mana cahaya matahari masih dapat tembus. Di perairan yang jernih,
beberapa jenis alga laut dapat hidup sampai kedalaman 150 m. Alga dapat
dijumpai dalam bentuk filamen yang sangat halus berbentuk membran dan dapat
ditemukan di daerah yang cukup dalam. Alga juga dapat tumbuh dan tersebar di
daerah pantai dan pulau-pulau karang (Meriam, 2016). Makroalga dapat dijumpai
hidup dan melekat pada tipe substrat seperti pasir, lumpur, bahkan pada tipe
substrat keras seperti batu dan karang. Makroalga menancapkan diri pada substrat
sebagai epifit dengan menancapkan dirinya pada tumbuhan lain (Kepel, et al.,
2018).

Pada mikroalga yang tumbuh pada permukaan kolam akan menerima


cahaya matahari yang sangat banyak melebihi yang dibutuhkan. Mikroalga
termasuk golongan mikroorganisme yang membutuhkan cahaya matahari dalam
melakukan fotosintesis. Pada kondisi tumbuh fototropik, mikroalga memperoleh
energi dari cahaya matahari dan 𝐶𝑂2 dengan memanfaatkan klorofil dan pigmen
lainnya. Tetapi mikroalga yang tumbuh secara heterotrofik, cahaya matahari tidak
dibutuhkan karena mikroalga mampu tumbuh dengan memanfaatkan karbon
organik sebagai sumber energi (Gultom, 2018).

Ciri utama Chrysophyta (Alga keemasan), yaitu berwarna keemasan,


hidup di atas permukaan tanah lembab, uniseluler, dan berbentuk seperti perahu.
Ciri utama Euglenophyta, yaitu berwarna hijau karena berklorofil, hidup di air
tawar seperti kolam dan parit, berbentuk lonjong, memiliki cambuk (flagela), aktif
seperti hewan dan bisa berfotosintesis seperti tumbuhan. Phaeophyta (alga coklat)
ciri umumnya, yaitu berwarna coklat, hidup di perairan pantai beriklim dingin, di
air tawar, dan multiseluler. Rhodophyta (alga merah) ciri umumnya berwarna
merah, hidup di laut, mengandung pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin
(merah) dan fikosianin (biru), dan termasuk multiseluler. Terakhir, filum
Chlorophyta (alga hijau) ciri umumnya adalah berwarna kehijauan karena
memiliki klorofil, hidup di air tawar, air laut, tanah becek, di atas batu, dan bisa
juga di kolam. Chlorophyta memiliki sel tunggal, bentuk benang, dam ada yang
bersel banyak mirip tumbuhan tingkat tinggi dan memiliki kloroplas berbentuk
spiral.

Contoh protista mirip tumbuhan (alga), antara lain diatom (alga kersik),
Euglea viridis (Euglenophyta), Laminaria, Fucus, Sargasum (alga coklat),
Euchema spinosum (alga merah), Chlorella, Spirogyra, dan Volvox (alga hijau)
(Wardhani, 2019).

3.3.3. Fungi

Fungi termasuk eukariota yang sering ditemukan di tempat-tempat


lembab. Fungi dikenal sebagai pengurai kayu, menyerang tumbuhan, merusak
tanaman, dan menyebabkan penyakit. Tanpa fungi, ekosistem akan hancur karena
tidak ada pengurai organisme mati.

Karekteristik utama fungi, yaitu memiliki membran inti, multiseluler,


tidak memiliki klorofil, dinding sel tersusun dari kitin, terdiri dari satu sel yang
disebut hifa, hidup sebagai saprofit dan parasit. Fungi hidup di atas tanah, kayu
lapuk, bangkai binatang, kulit manusia, dan lainnya. Fungi bereproduksi secara
aseksual dengan membentuk spora, bertunas, dan fragmentasi hifa, sedangkan
secara seksual fungi meleburkan dua hifa berbeda untuk membentuk zigot.

Fungi dibagi menjadi empat divisi, yaitu zygomycota, ascomycota,


basidiomycota, dan deuteromycota. Zygomycota memiliki zigospora yang tumbuh
di dalam zigosporangium, hifanya bersekat da berinti banyak, tidak ada sel gerak,
reproduksi aseksual dengan membentuk aplanospora dan zoospora, dan secaea
seksual dengan zigospora. Contohnya, yaitu Rhizopus oligosporus (jamur tempe),
Pilobolus, Choenephora. Ascomycota memiliki ciri dapat membentuk tubuh buah
(askokarp), berwarna merah, hijau, atau coklat, dapat ditemukan pada makanan
busuk. Reproduksi aseksual dengan membentuk konidiospora dan seksual dengan
membentuk askospora. Fungi ascomycota banyak digunakan dalam industri
makanan, mislanya kecap, tahu, dan roti. Contoh fungi ascomycota, yaitu
Saccaromyces cerevisae, Pezizales, Morchella, Penicillium, dan masih banyak
lagi. Basidiomycota ciri utamanya verbentuk makroskopis, memiliki tubuh buah,
berbentuk seperti payung atau tudung, di dalam payung terdapat sisir atau bilah
yang mengandung basidium. Reproduksi aseksual basidiomycota dengan
fragmentasi hifa dan secara seksual dengan basidiospora. Contoh fungi divisi ini
yaitu Auricularia polytricha (jamur kuping) dan Volvariella volvaceae (jamur
merang). Terakhir, divisi deuteromycota memiliki ciri umum yaitu fungi tidak
sempurna karena hanya berkembangbiak secara aseksual saja, berwarna jingga,
hifa bersekat, dan bereproduksi aseksual dengan konium yaitu spora yang tidak
bergerak. Contoh divisi ini antara lain Aspergillus wentii (pembuat kecap),
Pyricularia oryzae, dan Metarhizium. Anggota divisi deuteromycota hanya
bersifat sementara, apabila diketahui perkembanagan secara seksual maka akan
dipindahkan ke divisi lain (Wardhani, 2019).

3.3.4. Monera

Monera merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti.


Organisme monera dikenal sebagai organisme prokariot. Monera memiliki asam
inti, sitoplasma, dan membran sel. Organisme yang tergolong ke dalam kingdom
monera adalah bakteri dan alga biru (cyanobacteria). Karakteristik monera, yaitu
tidak memiliki membran inti, memiliki badan ini berisi DNA, semua kegiatan
hidup monera dilakukan oleh sel itu sendiri, dan aktivitas hidup tersebut meliputi
pertukaran zat dan perkembangbiakan.

Monera meliputi filum bakteria, misalnya bakteri dan filum


cyanobacteria, misalnya ganggang biru. Bakteri merupakan suatu organisme
mikroskopis dengan ciri terdiri dari satu sel, berukuran 4-8 mikrom, bentuknya
ada yang bulat (kokus), batang (basil), dan spiral (spirullium). Berdasarkan cara
hidupnya, dibagi menjadi bakteri autotrof (mampu berfotosintesis), contohnya
bakteri hijau dan bakteri heterotrof (mengambil bahan organik dari
lingkungannya), contohnya bakteri parasit. Bakteri heterotrof ada yang bersifat
saprofit (pengurai) dan parasit (hidup di tubuh makhluk hidup). Bakteri
berkembang biak dengan dua cara, yaitu seksual (konjugasi) dan aseksual
(membelah diri). Contoh bakteri, yaitu Chromatium, Rhizobium, Salmonella,
Bacillus, Streptomyces, dan Chlamydia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
antara lain TBC, tifus, kolera, disenri, gonorea, dan sebagainya.

Cyanobacteria disebut alga biru karena warnanya hijau kebiruan. Alga ini
banyak hidup di atas tanah, batu, air tawar, dan air laut. Ciri utamanya, yaitu
bersel satu, berbentuk untaian benang, berklorofil, berkembang biak secara
aseksual (membelah diri) dan seksual (fragmentasi). Contoh alga biru, yaitu
Anabaena, Rivularia, Gleocapsa, Nostoc, Oscillatoria (Wardhani, 2019).

3.3.5. Virus

Virus berasal dari bahasa latin, yaitu venom yang berarti racun. Hampir
semua jenis virus adalah penyebab penyakit, baik pada tumbuhan, hewan, maupun
manusia. Apabila di dalam sel makhluk hidup, virus dapat bereplikasi seperti
makhluk hidup. Sebaliknya apabila berada di luar sel makhluk hidup, virus
merupakan benda mati, sehingga sering disebut partikel. Partikel virus dikenal
dengan nama virion. Proses saat genom virus memasuki sel dan bereproduksi
dinamakan infeksi. Sel yang dapat diinfeksi oleh virus dan bereproduksi disebut
inang. Virus tersebut kemudian mengendalikan inang untuk menghasilkan
komponen pembentuk virus.

Virus merupakan agen penyakit atau agen hereditas. Sebagai agen


penyakit, virus dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan perubahan-perubahan
yang merugikan sel, sehingga sel menjadi rusak atau mati. Sedangkan sebagai
agen hereditas, virus dapat masuk ke dalam sel dan dapat menyebabkan
perubahan-perubahan yang dapat diwariskan yang biasanya tidak merugikan.
Dalam banyak hal peranan virus tergantung pada sel inang dan lingkungan Contoh
virus seperti Varicella zoster (penyebab cacar air), Human Immunodeficiency
Virus (penyebab HIV), Corona Paramyxovirus (penyebab penyakit SARS),
Herpes simplex (penyakit kulit), dan sebagainya (Fifendy, 2017).
3.4. Peranan Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat erat dengan kehidupan manusia baik yang


menguntungkan maupun yang merugikan. Sebagai sumber produk dan proses
yang menguntungkan masyarakat, misalnya alkohol yang dihasilkan melalui
proses fermentasi dapat digunakan sebagai sumber energi. Strain-strain dari
mikroorganisme yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika, insulin yang
dibutuhkan manusia dapat diproduksi oleh bakteri yang telah direkayasa.
Mikroorganisme berpotensi besar untuk membersihkan lingkungan, hal ini
berkaitan dengan proses bioremidiasi, misalnya dari tumpukan minyak di lautan.
Selain itu karena mikroorganisme berkemampuan untuk mendekomposisi atau
menguraikan senyawa kimia kompleks maka dapat digunakan sebagai herbisida
dan insektisida dalam bidang pertanian. Kemampuan mikroorganisme yang telah
direkayasa untuk tujuan tertentu menjadikan lahan baru dalam mikrobiologi
industri yang dikenal dengan bioteknologi.

Mikroorganisme yang merugikan manusia di antaranya bersifat patogen,


sehingga menyebabkan timbul berbagai macam penyakit. Sebelum memahami
bahwa penyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme, secara berkala
populasi dihancurkan oleh wabah penyakit seperti cacar, difteri, dan pes. Setelah
penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi diterapkan maka dapat digunakan
untuk mendiagnosis, mencegah, dan menyembuhkan penyakit (Lestari, 2017).

IV. Alat dan Bahan

4.1. Alat

1. Mikroskop buatan

2. Kaca objek dari plastik mika

3. Sedotan (sebagai pengganti pipet tetes)

4.2. Bahan

1. Air keran
2. Air selokan

3. Roti berjamur

4. Tissue

V. Cara Kerja

5.1. Pengamatan Mikroorganisme Pada Air (Air keran dan air selokan)

1. Sampel air diambil dan diletakkan di atas mika objek

2. Mika objek ditutup dengan mika penutup

3. Semua bahan diamati di bawah mikroskop buatan

4. Hasil pengamatan difoto dan dilengkapi dengan keterangan

5.2. Pengamatan Mikroorganisme Pada Roti Berjamur

1. Sampel roti yang telah berjamur diambil

2. Warna dan ciri-ciri yang terlihat diamati secara langsung tanpa


menggunakan mikroskop buatan

3. Sampel roti yang telah berjamur diambil dengan menggunakan jarum


dan diletakkan di atas mika objek

4. Mika objek ditutup dengan mika penutup

5. Sampel roti berjamur diamati di bawah mikroskop buatan

6. Hasil pengamatan difoto dan dilengkapi dengan keterangan

VI. Hasil dan Pembahasan

6.1. Hasil

6.1.1. Tabel Spesimen Roti Berjamur

A. Makroskopis jamur
No. Kriteria Deskripsi Pengamatan

1 Warna Hitam dan dan juga putih

2 Tekstur Sedikit lembab saat dipegang

3 Aroma Sedikit asam dan sedikit berbau tengik

B. Mikroskopis jamur

Gambar Keterangan
Preparat: Jamur pada roti
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan:
a. Jenis Mikroorganisme:
Fungi yang bernama
Rhizopus stolonifer.
b. Ciri-ciri:
1. Banyak hifa yang muncul
2. Hifa kusut, rapat, dan
banyak
3.Terlihat sporangium yang
sangat kecil (dilihat
dengan cara memperbesar
hasil foto pengamatan)
4. Berkoloni
c. Peranan bagi kehidupan
manusia: Digunakan dalam
produksi komersial asam
fumarat dan kortison
d. Bentuk: Panjang seperti
benang-benang dengan titik
SUMBER FOTO
kecil pada ujung hifa
KELOMPOK A2, A3, A5/C2, dan C5
6.1.2. Tabel Spesimen Air Keran

Gambar Keterangan
Preparat: Air keran
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan:
a. Jenis Mikroorganisme:
Bakteri Escherichia coli
(E. coli)
b. Ciri-ciri:
1. Berbentuk seperti batang
yang memanjang
2. Letaknya tidak beraturan
3. Berkoloni
c. Peranan bagi kehidupan
manusia: Bakteri E. coli
berada di usus besar,
berfungsi untuk menyerang
bakteri jahat dan membantu
proses pembusukan sisa
makanan dalam usus besar.
E. coli membantu
memproduksi vitamin K
yang berfungsi untuk

SUMBER FOTO mengehentikan perdarahan.


d. Bentuk: Batang memanjang
KELOMPOK A2, A3, A5/C2, dan C5
6.1.3. Tabel Spesimen Air Selokan

Gambar Keterangan
Preparat: Air selokan
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan:
a. Jenis Mikroorganisme:
Paramecium sp.,
Chlamydomonas sp., dan
Euglena sp.
b. Ciri-ciri:
1. Berkoloni dengan jumlah
yang sangat banyak
2. Terlihat rambut-rambut
kecil dan tipis jika
diperbesar
c. Peranan bagi kehidupan
manusia:
d. Bentuk: lonjong
(Paramecium sp.dan Euglena
sp.) dan bulat
(Chlamydomonas)

SUMBER FOTO

KELOMPOK A2, A3, A5/C2, dan C5

6.2. Pembahasan

6.2.1. Pembahasan Air Keran


Spesies yang ditemukan pada sampel air keran terdapat bakteri
Escherichia coli (E. coli) dalam jumlah yang banyak. E.coli merupakan bakteri
gram negatif berbentuk batang pendek, dengan koloni berbentuk bulat dan
cembung, bersifat memfermentasikan laktosa. Escherichia coli memiliki panjang
sekitar 2 𝜇m, diameter 0,7 𝜇m, lebar 0,4—0,7 𝜇m, dan bersifat anaerobfakultatif.
E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang
nyata.

E. coli terdapat di usus manusia atau hewan yang akan dikeluarkan


melalui tinja. E. coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus besar sehingga
dapat menyebabkan penyakit diare. E. coli dapat menjadi patogen apabila
mencapai jaringan di luar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan
peradangan. Bakteri dalam usus besar manusia berfungsi untuk menekan
pertumbuhan bekteri jahat dan juga membantu pembusukan sisa makanan dalam
usus besar. Fungsi lain E. coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui
proses pembusukan sisa makanan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah
(Hidayati, 2016).

6.2.2. Pembahasan Air Selokan

Pada air selokan ditemukan banyak mikroorganisme, seperti Paramecium


sp., Chlamydomonas sp., dan Euglena sp. Paramecium sp. merupakan
mikroorganisme yang termasuk ke dalam Protista mirip hewan (protozoa) yang
seringkali ditemukan pada perairan. Paramecium sp. termasuk ke dalam kelas
Cliata, Ordo Holotricha, genus Paramecium, dan satu ordo dengan genus
Didinium. Paramecium tergolong dapat menangkap makanan dengan pertolongan
aliran, karena dengan getaran silis yang tetap ada pada bagian sitofaring akan
menimbulkan aliran air kea rah sitofaring yang akan membawa makanan. Vakuola
makanan akan terbentuk di bagian ujung posterior sitofaring. Makanan
Paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Bentuk tubuhnya depan tumpul
dan meruncing pada bagian belakang. Paramecium hidup bebas di perairan air
tawar yang mengandung bakteri. Tubuhnya bergerak dengan menggerakkan
silium ke arah depan dan belakang. Ciri unik Protista ini adalah memiliki dua inti
dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) dan inti besar (Makronukleus).
Paramecium digunakan dalam penyelidikan laboratorium. Pada ekosistem
lingkungan, protozoa ini sangat berperan penting (Pratomo, 2019).

Chlamydomonas sp.adalah genus dari ganggang hijau, bersifat uniseluler,


berbentuk bulat lonjong, mengandung dinding sel dari selulosa dan bergerak
dengan flagel yang terdapat di depan sel. Chlamydomonas sp. digunakan sebagai
model organisme biologi molecular, terutama dalam pembelajaran pergerakan
flagella. Chlamydomonas sp. dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual
(membentuk zoospora). Chlamydomonas sp. termasuk protozoa kelas
Chloropyceae. Chlamydomonas sp.juga memiliki bintik mata yang mengandung
pigmen berwarna kemerahan yang terletak di pangkal flagella yang biasa disebut
stigma.

Euglena sp termasuk mikroalga divisi Euglenophyta. Divisi ini


merupakan mikroalga uniseluler, bergerak aktif, reproduksi dengan pembelahan
biner, dan memiliki sista dorman dan memiliki bintik mata yang jelas. Divisi ini
banyak ditemukan di air kolam dengan sesekali mewarnaik kola, berwarna hijau
tua atau membuat filament hijau di permukaan. Euglena sp. berenang bebas di
berbagai habitat dan hampir dapat ditemukan di semua lokasi air tawar atau
payau, Euglena sp berkembang dengan baik di lingkungan tercemar, terutama
pada limbah organik (Harmoko, 2018).

6.2.3. Pembahasan Roti Berjamur

Pada roti yang berjamur ditemukan spesies fungi yang bernama Rhizopus
stolonifer yang termasuk ke dalam jenis jamur Zygomycota. Rhizopus stolonifer
dikenal sebagai jamur hitam pada roti yang merupakan salah satu jamur penyebab
busuk pada bahan makanan buah dan sayuran. Jamur ini bersifat heterotrof,
berserabut, pada bagian ujungnya berbentuk bulat, dan hidup dari bahan organik.
Tersebar di seluruh dunia, sebagian besar saprofit pada roti, acar, keju, makanan
basah, kulit, buah-buahan, dan sayuran. Rhizopus stolonifer hidup dengan
memanfaatkan gula atau pati sebagai sumber karbon. Buah matang biasanya
paling rentan terhadap Rhizopus stolonifer karena kandungan airnya yang tinggi.
Rhizopus stolonifer merupakan agen penyakit tanaman yang mampu merusak
bahan organik melalui dekomposisi. Sporanya dapat ditemukan di udara dan
tumbuh cepat pada suhu antara 15—30 °C. Rhizopus stolonifer dapat
dimanfaatkan untuk membuat tempe (Natawijaya, 2015).

VII. Elaborasi

7.1. Pertanyaan

1. Apa yang menyebabkan roti yang kalian amati berjamur?

2. Mikroorganisme apa saja yang dapat kalian temukan pada masing-


masing sampel air?

3. Mikroorganisme apa yang mendominasi sampel air keran dan air


selokan?

7.1. Jawaban

1. Jamur bisa tumbuh pada roti karena pengaruh suhu yang lembab. Jamur
pada roti biasa disebut dengan kapang.

2. Pada sampel air keran ditemukan bakteri Escherichia coli dan pada air
selokan ditemukan banyak mikroorganisme, seperti Paramecium sp.,
Chlamydomonas sp., dan Euglena sp.
3. Mikroorganisme yang ditemukan pada sampel air keran dan air selokan
berbeda. Namun jika dilihat jumlahnya, mikroorganisme yang paling
mendominasi pada sampel air selokan di mana banyak mikroorganisme
yang berkoloni dengan jumlah besar dan yang terlihat dominan adalah
Paramecium sp.Sedangkan pada air keran terlihat banyak bakteri E.coli
yang mendominasi.

VIII. Kesimpulan

Pada pengamatan ini terlihat bakteri Escherichia coli yang memiliki ciri
berbentuk batang dan berkoloni, fungi mikroskopis Rhizopus stolonifer yang
memiliki bentuk seperti benang-benang dengan titik yang terdapat pada bagian
ujung, protista mirip hewan (protozoa) Paramecium sp. yang memiliki ciri bagian
ujungnya tumpul dan ujung yang lain lancip serta memiliki bulu atau rambut getar
dan Euglena sp. yang memiliki ciri berbentuk oval dan memiliki flagela , dan juga
protista mirip tumbuhan (alga) Chlamydomonas sp. yang cirinya berbentuk bulat
lonjong.

Rhizopus stolonifer seringkali ditemukan tumbuh pada roti dan juga dapat
tumbuh pada buah-buahan lunak. Habitat utama bakteri Escherichia coli yaitu di
dalam usus besar makhluk hidup, air, atau makanan mentah. Paramecium sp.
habitatnya adalah di perairan air tawar. Euglena sp. biasanya hidup pada air tawar
atau air payau yang mengandung banyak bahan organik. Spesies Chlamydomonas
sp. hidup di lingkungan perairan tawar ataupun payau, tanah lembab, atau epifit
pada tanaman lain.

IX. Daftar Pustaka

Fibriana, F. & A.V. Amalia. (2016). Potensi Kitchen Microbiology Untuk


Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-On Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Unnes Science Education Journal, 5(2), 1210—1216.

Fifendy, M. (2017). Mikrobiologi. Depok: Kencana.

Gultom, S.O. (2018). Mikroalga: Sumber Energi Terbarukan Masa Depan. Jurnal
Kelautan, 11(1), 95—103.

Hariyani, D., A. Slamet & D.J. Santri. (2017). Jenis-Jenis Protista di Danau Teluk
Gelam Kabupaten OKI Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Pembelajaran
Biologi. 5(2), 126—136.

Harmoko, M. Triyanti & L. Aziz. (2018). Eksplorasi Mikroalga di Sungai Mesat


Kota Lubuklinggau. Biodidaktika: Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya,13(2), 19—23.

Hidayati, S.N., et al,. (2016). Pertumbuhan Erscherichia coli yang Diisolasi dari
Feses Anak Ayam Broiler Terhadap Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum). Jurnal Media Veterinaria, 10(2), 101—104.
Kepel, R.C., D.M.H. Mantiri & Nasprianto. (2018). Biodeversitas Makroalga di
Perairan Pesisir Tongkaina, Kota Manado. Jurnal Ilmiah Platax, 6(1),
160—173.

Kepel, R.C., D.M.H. Mantiri & A. Rumengan. (2018). Biodeversitas Makroalga


di Perairan Pesisir Desa Blongko, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten
Minahasa Selatan. Jurnal Ilmiah Platax, 6(1), 174—187.

Lestari, P.B. & T.W. Hartanti. (2017). Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang:
Penerbit Gunung Samudera.

Meriam, W.P.M., R.C. Kepel & L.J.L. Lumingas. (2016). Inventarisasi Makroalga
di Perairan Pesisir Pulau Mantehage Kecamatan Wori, Kabupaten
Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 4(2),
84—108.

Natawijaya, D., A. Saepudin & D. Pangesti. (2015). Uji Kecepatan Pertumbuhan


Jamur Rhizopus stolonifer dan Aspergillus niger yang Diinokulasikan
Pada Beberapa Jenis Buah Lokal. Jurnal Siliwangi Seri Sains dan
Teknologi, 1(1), 32—40.

Pratomo, H. (2019). Praktikum Taksonomi Avertebrata (edisi 2). Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Tampanguma, B., et al. (2017). Identifikasi Jenis Alga Koralin di Pulau Salawati,
Wigeo Barat Kepulauan Raja Ampat dan Pantai Malalayang Kota
Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 1(1), 9—12.

Wardhani, S.P.R. (2019). Intisari Biologi Dasar. Yogyakarta: Diandra Kreatif.

Zunitasari, D., S. Hidayati & Triatmanto. (2016). Identifikasi Kesulitan Belajar


Protista Pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun
Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(6), 17—27.
X. Lampiran

Pengamatan jamur pada roti yang membusuk di bawah mikroskop buatan

Pengamatan air selokan di bawah mikroskop buatan

Pengamatan air keran di bawah mikroskop buatan

Anda mungkin juga menyukai