TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dari persediaan adalah material berupa bahan baku baik berupa barang
setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat dimana barang
tersebut menunggu untuk diproses lebih lanjut. Menurut Sumarni dan Soeprihanto
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha, atau persediaan
Menurut Assauri (1999), persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu
dimana barang tersebut dapat diperoleh dari sumber-sumber alam maupun dibeli dari
supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik
mulai dari bahan baku sampai barang jadi memiliki fungsi sebagai berikut.
8
9
1. Fungsi Decouping
diperkirakan.
atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dengan
frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena
3. Fungsi Antisipasi
dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
(seasonal inventories).
kebijakan pemesanan bahan baku, kapan bahan baku tersebut dipesan, berapa banyak
kebutuhan perusahaan akan menambah biaya atau beban bunga, biaya penyimpanan,
biaya pemeliharaan gudang atau mesin, serta memungkinkan penyusutan dan kualitas
Sebaliknya apabila persediaan bahan baku yang terlalu kecil atau kurang akan
kerugian juga.
digunakan dalam proses produksi (Jusup 1999). Suadi (2000), menyatakan bahan
baku adalah bahan yang menjadi bagian produk jadi dan dapat diidentifikasikan ke
produk jadi, maka bahan baku adalah bahan input yang akan diproses menjadi barang
persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada akhir
periode yaitu: Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan
secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti.
11
sistem yang umum dikenal pada akhir periode yaitu sebagai berikut.
1. Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar
2. Perpetual system atau book inventory yaitu setiap kali pengeluaran diberikan
1. First In First Out (FIFO) cara ini didasarkan atas asumsi bahwa arus harga bahan
adalah sama dengan arus penggunaan bahan. Sejumlah unit bahan dengan harga
beli tertentu sudah habis dipergunakan, maka penggunaan bahan baku berikutnya
harga akan didasarkan pada harga beli berikutnya. Dasar metode ini maka harga
atau nilai dari persediaan akhir adalah sesuai dengan harga dan jumlah pada unit
pembelian terakhir.
2. Last In First Out (LIFO) perusahaan beranggapan harga beli terakhir dipergunakan
untuk bahan baku yang pertama keluar sehingga masih ada stok dnilai berdasarkan
3. Weighted Average (rata-rata tertimbang) cara ini didasarkan atas harga rata-rata
per unit bahan adalah sama dengan jumlah harga per unit yang dikalikan dengan
12
4. Harga standar merupakan besarnya nilai persediaan akhir dari suatu perusahaan
akan sama dengan jumlah unit persediaan akhir dikalikan dengan harga standar
perusahaan. Harga pokok produksi suatu unit atau produk selama periode tertentu,
agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Pengendalian yang dimaksud
adalah secara kuantitas dan kapan pemesanan bahan baku dilakukan. Menurut
sebagai berikut.
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi
yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set-
upmesin). Selain itu, produk memerlukan persediaan bahan baku, setengah jadi
atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena
kekurangan bahan.
kebutuhan tenaga kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak perlu
dilakukan.
13
usaha untuk.
2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga
bahan baku. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan dan faktor-faktor tersebut
1. Perkiraan pemakaian
dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses
produksi pada suatu periode . Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang
berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk
keperluan produksi pada periode yang akan datang . Perkiraan kebutuhan bahan baku
Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula
dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar
14
penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk
investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini,
maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku
3. Biaya-biaya persediaan
4. Pemakaian senyatanya
demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk keperluan
proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam
pengadaaan bahan baku pada periode berikutnya . Seberapa besar penyerapan bahan
demikian maka dapat disusun perkiraaan bahan baku mendekati pada kenyataan.
sesuai dengan situasi dan kondisi bahan baku yang dibeli. Model pembelian yang
baku. Adanya persediaan bahan baku pengaman ini diharapkan proses produksi tidak
sejumlah unit tertentu , dimana jumlah ini akan tetap dipertahankan, walaupun bahan
7. Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang
terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan
penentuan saat pemesanan kembali (re-order point). Dengan waktu tunggu yang tepat
maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko
mungkin.
Re-order point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan
dengan habisnya bahan baku yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ. Ketepatan
waktu tersebut harus diperhitungkan kembali agak mundur dari waktu tersebut akan
menambah biaya pembelian bahan baku atau stock out cost (SOC) , bila terlalu awal
akan diperlukan biaya penyimpanan yang lebih atau extra carrying cost (ECC).
16
2.3 EOQ
EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk
dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Metode EOQ merupakan salah satu metode
yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pemesanan. Menurut
Hansen dan Mowen (2005), EOQ atau kuantitas pemesanan ekonomis adalah sebuah
contoh dari sistem persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang
akan meminimalkan total biaya. Pembelian bahan baku dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan agar tidak kekurangan bahan baku serta pembelian dan
Perumusan metode ini sering disebut EOQ Wilson karena metode ini
dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode EOQ
konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Untuk memenuhi kebutuhan itu
ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan
menggunakan biaya yang minimal. Grafik EOQ dapat dilihat pada Grafik 2.1.
17
Tingkat Persediaan
MI Pesanan diterima
ROP
EOQ
SS SS
0 Lt Lt
berikut.
3. Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang yang menyebabkan
Dalam pengisian bahan baku, terdapat perbedaan waktu antara saat pemesanan
bahan baku untuk penggantian sampai dengan bahan baku tersebut sampai. Menurut
pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan yang dipesan tersebut dan
Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai dua macam biaya
yaitu
perusahaan karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena
kedatangan bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang direncanakan.
Biaya kekurangan bahan sering disebut dengan stock out cost. Biaya kekurangan
dari biaya kekurangan bahan. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil
mendapatkan pengganti bahan baku, yang berarti proses produksi perusahaan akan
19
terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang
bahan baku. Kekurangan bahan baku dapat disebabkan karena beberapa faktor,
seperti produksi yang tinggi sehingga penggunaan bahan baku menjadi terlalu besar
dari perkiraan semula, atau terjadinya keterlambatan dalam pengiriman bahan baku
(Assauri, 2000).
masih bisa terjadi out of stock (kehabisan persediaan) dalam proses produksi.
Menurut Gitosudarno (2002), out of stock akan timbul apabila penggunaan bahan
dasar dalam proses produksi lebih besar dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal
ini berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian atau pemesanan
bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu.
permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian pasokan bahan bau diwakili dengan
standar deviasi lead time, yaitu waktu antara perusahaan memesan sampai dengan
standar deviasi permintaan per periode. Jika permintaan per periode maupun lead
time sama-sama konstan maka tidak diperlukan adanya SS karena bahan baku datang
Re-Order Point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik
minimum atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana
batas titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau
minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan agar tidak terjadi kekurangan
Menurut Rangkuti (2007), model ROP ditentukan oleh jumlah permintaan dan
semakin banyak biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan. Oleh
karena itu, frekuensi pembelian bahan baku perlu ditetapkan secara cermat. Menurut
Carter (2009), penetapan frekuensi pembelian bahan baku didasarkan pada kebutuhan
bahan baku per tahun dan kuantitas pemesanan atau pembelian ekonomis.
berlebihan di gudang sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk
jumlah persediaan bahan baku yang paling besar yang sebaiknya disediakan oleh
didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan efektivitas biaya persediaan dan kegiatan
perusahaan.
22
hubungan antara EOQ, SS, ROP, dan MI. Menurut Assauri (1999), persediaan
besarnya biaya-biaya variabel dan untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu
biaya yang harus dipertimbangkan menurut Rangkuti (2004), adalah sebagai berikut.
dengan kuantitas persediaan, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan
semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain:
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana
Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost), biaya-
biaya ini meliputi biaya sewa tempat, upah, biaya telepon, pengeluaran surat-
23
penerimaan.
Pada umumnya biaya pemesanan diluar biaya bahan dan potongan kuantitas
tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila semakin banyak
komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka
dengan penambahan persediaan yang dimiliki. Biaya ini biasanya dinyatakan dalam
rupiah per pesanan dan tidak terkait dengan volume pemesanan. Ordering cost
2.5 Tauco
Tauco merupakan makanan tradisional Indonesia yang memiliki cita ras khas
dan telah umum digunakan sebagai bumbu penyedap dalam berbagai hidangan
sehari-hari, seperti tauge goreng, sambal tauco, dan berbagai hidangan sayur-sayuran
Tauco berbahan dasar dari biji kedelai, berbentuk pasta (semi padat), berwarna
kekuningan sampai coklat dan mempunyai rasa spesifik. Tauco dibuat dari campuran
kedelai dan garam. Jenis tauco ada dua macam yaitu bentuk kering dan bentuk basah,
sedangkan dari rasanya dibedakan atas yang asin dan yang manis. Perbedaannya
terletak dari jumlah air dan banyaknya gula yang ditambahkan (Koswara, 2009)
kedelai yang dilakukan oleh kapang (mold fermentation) dan fermentasi yang
dilakukan oleh khamir dan bakteri dalam larutan garam. Pembuatan tauco dilakukan
fermentasi, dan terakhir perendaman biji kedelai dalam larutan garam (Koswara,
2009).
Menurut Koswara (2009), proses pembuatan tauco dilakukan dengan dua tahap
fermentasi, yaitu fermentasi kapang dan fermentasi dalam larutan garam. Fermentasi
kapang dilakukan baik secara spontan atau dengan menambahkan laru tempe.
Kedelai dicuci bersih dan direbus selama 1 s.d. 2 jam, kemudian dikupas kulitnya.
Kedelai tanpa kulit tersebut selanjutnya dicuci dan direndam selama 24 jam. Lalu
kedelai direbus kembali selama 1 s.d. 2 jam (sampai lunak), didinginkan dan
laru tempe 2 s.d. 5 persen), selama 2 s.d. 5 hari pada suhu kamar. Kedelai hasil
fermentasi kemudian dihancurkan kasar menjadi 2 s.d. 4 bagian per biji kedelai dan
direndam dalam larutan garam 25 s.d. 50 persen, kemudian diinkubasi selama 10 s.d.
25
20 hari dalam wadah terbuka dibawah sinar matahari dan dilakukan pengadukan tiap
hari.
Setelah fermentasi garam selesai, ditambah sejumlah air dan direbus, diberi
peningkatan kelarutan protein. Makin lama waktu fermentasi, biji kedelai makin
Kecap dapat dibuat melalui tiga cara, yaitu cara fermentasi, hidrolisis asam dan
kombinasi dari kedua cara tersebut. Dibandingkan dengan kecap yang dibuat secara
hidrolisis, kecap yang dibuat dengan cara fermentasi biasanya mempunyai rasa dan
aroma yang lebih baik. Hal ini merupakan alasan mengapa jarang dijumpai
(Koswara,2009).
protein, lemak dan karbohidrat oleh aktivitas enzim dari kapang, ragi (kamir) dan
bakteri menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana yang menentukan cita rasa,
aroma dan komposisi kecap. Pembuatan kecap secara hidrolisis pada dasarnya
peptida dan asam-asam amino. Kecap jenis ini kurang lengkap komposisinya
Fermentasi terdiri dari dua tahap yaitu fermentasi kapang dan fermentasi dalam
larutan garam. Fermentasi kapang dapat dilakukan secara spontan atau menggunakan
biakan murni (yang disebut koji). Pada fermentasi kapang secara spontan, dipilih
terlebih dahulu kedelai yang baik, lalu dicuci, dan direbus, ditiriskan dan
dihamparkan pada tampah (nyiru). Selanjutnya nyiru yang berisi kedelai matang
ditutup dengan daun pisang atau karung goni dan dibiarkan selama 3 s.d 5 hari
kedelai dipilih yang baik, dicuci dan direndam selama 12 s.d 24 jam. Kemudian
dikukus atau direbus sampai matang dan didinginkan, selanjutnya diinokulasi dengan
koji sebanyak 2 s.d 5 persen dan diinkubasi pada suhu ruang selama 3 s.d 5 hari.
sejumlah air dan direbus. Kemudian disaring dan bagian cairannya dipanaskan pada
bumbu dan gula aren (kecap manis) atau garam (kecap asin) dan disaring. Filtrat hasil
Hasil penelitian sebelumnya adalah hasil penelitian oleh Rio (2014) yang
berjudul Analisis Pengawasan Persediaan Bahan Baku Kacang Koro Pada Perusahaan
penelitian ini adalah bagaimana pengawasan persediaan bahan baku agar optimal
pembelian bahan baku kacang koro sebesar 1.290 kg, bawang putih sebesar 55 kg,
dan 51 kg untuk garam. Frekuensi pembelian setiap jenis bahan baku adalah 70 kali
untuk kacang koro, 87 kali untuk bawang putih, dan 47 kali untuk garam dalam satu
tahun. Setelah melakukan analisis persediaan bahan baku normatif, hasil jumlah
pembelian bahan baku yang didapat yaitu sebesar 1.311 kg untuk kacang koro,
bawang putih sebesar 254 kg, dan garam sebesar 358 kg dalam satu tahun. Jumlah SS
yang dimiliki perusahaan adalah 161 kg untuk kacang koro, 22 kg untuk bawang
putih, dan 13 kg untuk garam. Setelah melakukan analisis persediaan bahan baku
yang efektif didapatkan SS yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan untuk kacang
koro adalah sebesar 301 kg, 16 kg untuk bawang putih, dan delapan kg untuk garam.
efektif pada tahun 2013 adalah total biaya persediaan yang sesungguhnya dikeluarkan
Penelitian yang juga mengangkat topik bahan baku yaitu Krisna (2007), dengan
judul Pengawasan Persediaan Bahan Baku Kacang Asin Pada Perusahaan Kacang
Asin Rahayu Multi Bogatama Denpasar. Penelitian ini dihitung menurut data tahun
2006. Perusahaan berproduksi sebesar 120.105 kg, sehingga hasil yang didapat dari
kacang tanah sebesar 1.757 kg, 480 kg garam, dan 283 kg bawang putih dalam sekali
pemesanan. Jumlah safety stock yang seharusnya disediakan perusahaan sebesar 600
analisis EOQ adalah 2.357 kg kacang tanah, 496 kg garam, dan 303 kg bawang putih.
Analisis biaya persediaan bahan baku tauco dilakukan dengan dua cara yaitu
menghitung total biaya aktual dan total biaya normatif. Total biaya aktual adalah total
analisis EOQ.
Hasil perhitungan total biaya aktual dan normatif tersebut akan diperoleh
efisiensi biaya yang kemudian dapat diambil kesimpulan yang selanjutnya dapat
Tabel 2.1
Tabel Perbedaan dan Persamaan pada Kedua Penelitian Relevan diatas
Manalagi menggunakan bahan baku berupa tauco. Kenyataan pada perusahaan Kecap
Manalagi saat ini menunjukkan pembelian bahan baku masih berfluktuasi dan metode
yang dapat digunakan dalam menganalisis pembelian bahan baku adalah metode
EOQ, atau kuantitas pemesanan ekonomis. EOQ adalah jumlah volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
Metode EOQ memiliki beberapa efisiensi seperti jumlah barang yang dipesan pada
setiap pemesanan konstan, harga per unit barang juga konstan, biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan.
aktual yang ada pada Perusahaan Kecap Manalagi. Perhitungan biaya normatif
biaya normatif dengan biaya aktual pada Perusahaan Kecap Manalagi akan diperoleh
efisiensi biaya yang kemudian dapat diambil suatu keputusan pembelian bahan baku,
dan selanjutnya dapat memberikan suatu saran atau rekomendasi kepada Perusahaan
Pengendalian
persediaan bahan
baku
Efisiensi Biaya
Rekomendasi