Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


DENGAN TRAUMA ABDOMEN

OLEH:
KELOMPOK 5

1. Cokorda Agung Candra B (193223108)


2. I Made Dirga Wahyudi (193223120)
3. Ni Ketut Diah Apriani (193223136)
4. Ni Luh Gede Antari P (193223137)
5. Ni Putu Erna Susanti (193223142)
6. Ni Putu Nopindrawati (193223149)
7. Ni Wayan Novia Kristina (193223151)
8. Ni Wayan Purwaningsih (193223152)
9. Pande Made Bayu W (193223158)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2020
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma
Abdomen .Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kegawatdaruratan.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku dan sumber lainnya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kami menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk
menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 15 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ...........................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1Tinjauan pustaka trauma abdomen...............................................................................3
2.2 Konsep asuhan keperawatan abdomen…………………………. ............................12

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................17
3.2 Saran ............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan
dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan
cavitas pelvis atau ronggapanggul.Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi
dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini
juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar
organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran
cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau
appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan
pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria);
Organ lain sepertilimpa(lien).Istilah trauma  abdomen atau gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen  yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering  beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi,
perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran
cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya
akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang
bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka
robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma

1
yang dapat terjadi pada daerah abdomen.Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke
tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma
tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan
tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah defisini trauma abdomen ?
2. Apa etiologi dari trauma abdomen ?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit trauma abdomen?
4. Bagaimana cara penanganan pada pasien gawatdarurat dengan trauma abdomen?
5. Bagaimana Konsep Asuhan Keprewatan Kegawatdaruratan pada trauma
abdomen?
1.3 TujuanPenulisan
1.Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kegawat daruratan pada pasien
trauma abdomen.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka Trauma Abdomen


1. Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma
abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan
gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
(Ignativicus & Workman, 2006)
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. Trauma
abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan
cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas,
ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995). Trauma abdomen
adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

2. Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Trauma tumpul (blunt injury)
Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian pintu
mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma
kompresi ataupuncrush injury terhadap organ viscera. Hal ini dapat merusak

3
organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur,
terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu hamil), dan
mengakibatkan perdarahan maupun peritornitis. Trauma tarikan (shearing
injury) terhadap organ viscera sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila
suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lap belt ataupun komponen
pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada
suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma decelerasi dimana terjadi
pergerakan yang tidak sama antara suatu bagian yang terfiksir dan bagian
yang bergerak, seperti rupture lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak)
dibagian ligamentnya (organ yang terfiksir). Pemakaian air-bag tidak
mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien-pasien yang
mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering kena
adalah lien (40-55%), hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai tambahan,
15% nya mengalami hematoma retroperitoneal.
b. Trauma tajam (penetration injury)
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan
kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar
terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary
cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan
lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%),
diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan
yang lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa
besar energy kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ
tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai
usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal
(25%).
Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 yaitu trauma pada dinding abdomen dan
trauma pada isi abdomen.
a. Trauma pada dinding abdomen
Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.

4
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa
darah dapat menyerupai tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena
trauma penetrasi.
b. Trauma pada isi abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner (2002)
terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).

3. Etiologi
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:
a. Penyebab trauma penetrasi
1. Luka akibat terkena tembakan
2. Luka akibat tikaman benda tajam
3. Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2. Hancur (tertabrak mobil)
3. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

5
4. Manifestasi Klinis
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium):
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga
abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum
organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan
organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah
akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan
mengakibatkan peradangan atau infeksi
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
5) Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan trauma abdomen
menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah,
biasanya pd arteri karotis),

6
7) Nyeri
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan
limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
12) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada
perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada
fraktur pelvis
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri
atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe

5. Komplikasi
a. Trombosis Vena
b. Emboli Pulmonar
c. Stress ulserasi dan perdarahan
d. Pneumonia
e. Tekanan ulserasi
f. Atelektasis
g. Sepsis

6. Pemeriksaan Penunjang
a. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. DR
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data  bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan

7
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain Abdomen Foto Tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan Urin Rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb :
a. Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b. Trauma pada bagian bawah dari dada
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera
otak)
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang,
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb :
a. Pernah operasi abdominal.
b. Wanita hamil
c. Operator tidak berpengalaman.
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan.
e. Ultrasonografi dan CT-Scan Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada
penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar
dan retroperitoneum.

8
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
a. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
b. Pemasangan NGT  memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
c. Pemberian antibiotik  mencegah infeksi
d. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
e. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya
memerlukan pembedahan
f. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
g. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi

9
8. Pathway

Paksaan : Benda tajam :


Jatuh, benda tumpul, kompresi, dll Pisau, peluru, ledakan, dll

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Kurang Pengetahuan Trauma Abdomen

Trauma Tajam 5 Trauma Tumpul

Kompresi organ abdomen


Kerusakan jar. kulit Kerusakan
Kerusakan jar. vaskular
organ abdomen

Perdarahan PK : Perdarahan
Merangsang masif Perdarahan intra Abdomen
Luka terbuka
Free nerve
ending
↑↑ Risiko Invasi Kehilangan ↓↓ aliran balik Peningkatan TIA
bakteri patogen cairan fisiologis vena
Nyeri akut

Risiko Infeksi PK : Syok ↓ isi sekuncup


Hipovolemik jantung

↓ CO

Kerusakan
integritas kulit
↓↓ aliran darah ↓↓ suplai O2 ke
ke otak jaringan

↓ Kesadaran
Hipoksia
Isi usus keluar 2 ↓↓ aliran darah
ke ginjal
Gangguan perfusi Pola nafas tidak
1 jaringan cerebral efektif 4
3
10
1 2 3 4

Isi usus menuju ↓↓ laju filtral


rongga Kontinuitas glomerulus Mendesak organ
peritonium organ abdomen intra abdomen
terputus
Bakteri usus
bebas dalam Produksi urin ↓
peritonium
Gangguan
eliminasi urine Mendesak
lambung

Risiko infeksi Lambung


distres

↑ produksi
Menekan reseptor
HCl
Kerusakan integritas nyeri di abdomen
jaringan

Rasa eneg di
perut
Nyeri akut

5
Mual

Organ inttra
abd. bengkak

Kompresi
diafragma

Expansi paru
tidak maksimal

Pola nafas
tidak efektif

11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary survey
1) Airway:
Memastikankepatenanjalannapastanpaadanyasumbatanatauobstruksi,
2) Breathing: memastikaniramanapas normal ataucepat, polanapasteratur,
tidakada dyspnea, tidakadanapascupinghidung,dansuaranapasvesikuler,
3) Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis,
kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2detik apabila ada
perdarahan.Penurunankesadaran.
4) Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor
apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla
spinalis.
5) Exposure/Environment: frakturterbuka di femur dekstra, luka laserasi pada
wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
b. Secondary survey
1) FokusAsesment
a) Kepala:Wajah, kulitkepaladantulangtengkorak, mata, telinga,
danmulut. Temuanyang dianggapkritis:
b) Pupil tidaksimetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya ?
c) Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?
d) Robekan/laserasi pada kulit kepala?
e) Darah, muntahanataukotoran di dalammulut?
f) Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung?
g) Battle signdanracoon eyes?
h) Leher: lihatbagiandepan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang..Temuan yang dianggapkritis: Distensi vena
jugularis, deviasi trakea atau tugging,emfisema kulit
i) Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaanotot-
ototasesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap

12
kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail
chestdengangerakandadaparadoksikal,
suaraparuhilangataumelemah,
gerakandadasangatlemahdenganpolanapas yang tidakadekuat
(disertaidenganpenggunaaanotot-ototasesoris).
j) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan
yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri
tekan pada abdomen bunyi dullness.
k) Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasidannyeritekan.
Temuan yang dianggapkritis: Pelvis yang lunak,
nyeritekandantidakstabilsertapembengkakan di daerahpubik
l) Extremitas: ditemukanfrakturterbuka di femur dextra da
lukalaserasipadatangan. Anggotagerakatasdanbawah, denyutnadi,
fungsimotorik, fungsisensorik.Temuan yang dianggapkritis: Nyeri,
melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasan dan


tekanan darah.
3) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale):
terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
4) AMPLE

Allergy : Tidakada data


Medication : Tidakada data
Past Medical History : Tidakada data
Last Meal : Tidakada data
2. Diagnose Keperawatan
a. Deficit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pendarahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.

13
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
O
1. PK Perdarahan Setelah dilakukan Shock prevention
berhubungan tindakan 1. Monitoring status sirkulasi (Tekanan darah,
dengan kerusakan keperawatan warna kulit, Suhu, bunyi jantung, irama dan
vaskuler selama 1 x 10-15 frekuensi jantung, keberadaan dan kualitas
menit, diharapkan nadi perifer, CRT)
perdarahan 2. Monitoring tanda-tanda inadekuat oksigenasi
berukurang atau jaringan
teratasi dengan 3. Monitor perubahan status mental
kriteria: 4. Monitoring temperature dan status respiratory
Respiratory 5. Monitoring intake dan output
Status: Airway 6. Monitoring nilai laboratorium, khususnya
Patency hemoglobin dan hematokrit, clotting profile,
1. RR dalam AGD, dan nilai elektrolit.
batas 7. Tes urin untuk darah, glukosa dan protein.
normal 8. Monitoring distensi abdomen
2. Irama 9. Monitor respon awal kompensasi kehilangan
pernapasan cairan: peningkatan HR, penurunan TD,
teratur ortostatik hipotensi, penurunan urin output,
3. Tidak ada penurunan CRT, pucat dan kulit dingin, dan
benda diaphoresis.
asing atau 10. Tempatkan pasien pada posisi supinasi dengan
cairan di kaki elevasi untuk meningkatkan preload,
dalam sesuai kebutuhan.
rongga 11. Pertahankan kepatenan jalan napas
mulut 12. Berikan cairan intravena, berikan RBC dan
atau plasma jika diperlukan.
13. Berikan oksigen
Circulation Status
1. Nadi dalam Bleeding Reduction
batas 1. Identifikasi penyebab
normal perdarahan
2. Tekanan 2. Beri pekananan atau balut
vena daerah yang luka
central 3. Monitor jumlah perdarahan
normal yang keluar
3. Arteri 4. Pantau hemoglobin dan
karotis hematokrit
menguat 5. Monitor status
4. Saturasi keseimbangan cairan tubuh
oksigen

14
normal 6. Pasang dan pertahankan
5. Urin output akses pemberian cairan intravena
dalam
batas Kolaborasi pemberian produk darah
normal 1-2
cc/24 jam

Blood loss
severity
1. Per
darahan
yang
terlihat
berkurang
atau tidak
ada.
2. Tid
ak ada
distensi
abdomen
Tekanan darah
dalam batas
normal

2. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain managememnt


tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif: lokasi,
berhubungan
keperawatan karakterristik, durasi, kualitas, intensitas
dengan selama 1x30 menit dan keparahan nyeri.
nyeri berkurang 2. Observasi ketidaknyamanan nonverbal
terputusnya
atau dapat 3. Atasi factor yang dapat meninhkatkan
kontinuitas terkontrol, dengan nyeri, pasang bidai
kriteria:
jaringan Kolaborasi pemberian antinyeri
Pain level
1.
melaporkan
nyeri
berkurang
2.
menringis
kesakitan
3.
3. Tan
da tanda vital
dalam batas

15
normal

4. Implementasi Keperawatan
Menurut Gordon (1976 dalam Sunaryo dkk., 2016), implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Sementara itu, menurut pendapat
Potter dan Perry (2005 dikutip di Sunaryo dkk., 2016), implemenatasi adalah kategori
dan prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Kalimat
dalam implementasi adalah mengubah pernyataan intevensi (kalimat perintah) dengan
kalimat kerja.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan rangkaian dari proses keperawatan sehingga untuk dapat
melakukan evaluasi perlu melihat langkah-langkah proses keperawatan sejak
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,dan implementasi. Selanjutnya, pada
tahap akhir perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam
pencapaian tujuan dan bila tujuan belum atau tidak tercapai, maka perlu melakukan
revisi data dasar serta memperbarui diagnosis keperawatan maupun perencanaan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan/dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan asuhan
keperawatan dapat tercapai sesuai yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan terhadap
tujuan asuhan keperawatan, apakah hal-hal yang telahdilakukan sudah terlaksana
sesuai criteria tujuan yang telah ditetapkan. (Sunaryo dkk., 2016)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/
mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan
memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip
pengkajian pada trauma  abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing),
C (Circulation).

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam


pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth (2015). Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. Vol 2. Ed. 8. EGC: Jakarta.

Docthwrman, Joanne McCloskey. (2004). Nursing Interventions Classification. St


Louis,Mossouri, Elsevier inc.

Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NIC NOC
Jilid 3. Jogjakarta: MediAction

Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). KapitaSelektaKedokteran. Edisi 4, Jilid
1. Jakarta: Media Aesculapius
American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support
Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Catherino, Jeffrey M. 2003. Emergency Medicine Handbook. USA: Lipipincott Williams

Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum, 5th.
USA: W.B. Saunders Company

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media      Aesculapius

Marilynn E, Doengoes. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan  Edisi 3. Jakarta: EGC

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006,
Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika

Scheets, Lynda J. 2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth   Ed.8

18
Vol.3.Jakarta:EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:        EGC

Testa,A.Paul. 2008. Abdominal Trauma. Internet:


(http://emedicine.medscape.com/article/overview). Diakses pada tanggal 28 Juli 2008
Training. 2009. Primary trauma care. Internet:
(http://primarytraumacare.org/ptcman/training). Diakses pada tanggal 12 September 2011

19

Anda mungkin juga menyukai