Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI


TANAH HAK MILIK MENJADI TANAH NEGARA MELALUI SPORADIS

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD FRISKY ALFAFA
20293362

INSTRUKTUR
I Gusti Nyoman Guntur, A.Ptnh., M.Si

DIPLOMA IV PERTANAHAN
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
A. Pendahuluan

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan Oleh Pemerintah


secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang
terjadi kemudian.

Tujuan utama pendaftaran tanah adalah memberikan bukti kepemilikan yang


sah. Di masa sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum memiliki bukti
kepemilikan atas tanah yang sah. Dan hal itu akan sangat membahayakan apabila
suatu saat terjadi sebuah sengketa tanah ataupun konflik. Apabila seseorang tidak
memiliki bukti kepemilikan yang sah atas tanah maka, ketika terjadi sengketa pengadilan
maupun BPN tidak bisa membela apabila tidak ada bukti atau alas hak. Oleh karena itu
setiap orang yang memiliki bidang tanah untuk dapat mendaftarkan bukti
kepemilikannya supaya bisa diakui oleh negara secara sah. Jaminan kepastian hukum
yang bisa didapatkan dari pendaftaran tanah berupa kepastian status hak yang didaftar,
kepastian subyek hak dan kepastian obyek hak.

Pendaftaran tanah akan menghasilkan suatu bentuk kepemilikan atas tanah


yang sah berupa sertipikat hak atas tanah. Pendaftaran tanah bisa dilakukan dengan
dua hal yang pertama adalah secara sistematis dan sporadis. Secara sistematis
pendaftaran tanah itu contohnya adalah PTSL. PTSL itu sendiri adalah pendaftaran
tanah sistematis lengkap yang merupakan program dari pemerintah dan gratis.
Sedangkan sporadis adalah kegiatan pendaftaran tanah secara mandiri dan
menggunakan biaya mandiri juga. Contoh dari pendaftaran tanah sporadis adalah
kegiatan rutin.

Suatu bidang tanah dapat dilekati beberapa hak seperti Hak Milik, Hak Pakai,
Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Dan Hak
Memungut Hasil Hutan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005
dijelaskan bahwa pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan yang
dilakukan untuk melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan
tanah yang dikuasainya dan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.
B. ISI

Contoh Kasus:

Sebidang tanah sawah dengan status tanah adat dan dimiliki oleh Frisky Alfafa, dengan
als hak leter ce tahun ……. nomor ….. persil … kelas … dengan luas …. Yang terletak
di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten. Tanah milik Frisky Alfafa dibeli
oleh desa lalu diajukan permohonan atas nama Desa yang diwakili oleh kepala desa
yaitu Bapak Soeparto.

Keterangan:

1. Identitas Objek
a. Status Tanah : Tanah adat
b. Alas hak : Leter C
c. Luas Tanah : 1000 m²
d. Keadaan tanah : Tanah Sawah
e. Alamat : Jalan Melati RT 04,RW 05, Desa Tegaldowo, Kecamatan
zunem, Rembang
2. Identitas Pemohon
a. Nama : Soeparto dalam ini bertindak untuk desa Tegaldowo
b. Umur : 50 tahun
c. TTL : 1 Januari 1971
d. NIK : 331710010101971
e. Pekerjaan : Kepala Desa
f. Alamat : Jalan Piere Tendean RT 4 RW 5, Desa Tegaldowo,
Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
g. Penggunaan : Digunakan untuk aset desa & memberdayakan
masyarakat
Analisis Kasus:

Pasal 21 ayat 1 dan 2 UUPA yang berisi 1. Hanya warga-negara Indonesia dapat
mempunyai hak milik dan 2. Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang
dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya. Menindak lanjuti ayat 2 maka menurut
peraturan pemerintah republik indonesia nomor 38 tahun 1963 tentang penunjukan
badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, desa bukanlah badan
hukum yang dapat mempunyai hak milik.

Jika kasus yang terjadi seperti yang sudah dijelaskan di paragraf 1 maka jalan
keluarnya adalah karena tidak dapat diperoleh dengan jual beli dan pemegang hak atas
tanah/ sang penjual (frisky alfafa) harus melepaskan hak atas tanahnya. Pelepasan hak
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 adalah kegiatan yang dilakukan
untuk melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah
yang dikuasainya dan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Proses
pelepasan hak atas tanah harus dibuktikan dengan adanya akta pelepasan hak atau
surat pelepasan hak. tahapan pelepasan hak: penjual dengan desa membuat
pernyataan bahwa setuju desa akan ganti rugi, lalu datang ke kantor desa, pertanahan
dan notaris maka dibuatlah Surat Pernyataan Pelepasan Hak (SPPHT). Setelah
dilepaskan hak atas tanahnya maka otomatis tanah tersebut menjadi tanah negara dan
dikuasai oleh negara. Setelah dikuasai oleh negara, Selanjutnya bapak soeparto selaku
kepala desa melakukan ganti rugi yang dapat berupa:

a. Uang;
b. Tanah Pengganti;
c. Permukiman Kembali;
d. Kepemilikan Saham; atau
e. Bentuk lain yang disepakati kedua pihak

Karena penjual (Frisky Alfafa) ingin menjual tanahnya maka sesuai kesepakatan
awal ganti rugi dilakukan dengan cara desa yang diwakili bapak Soeparto membayar
uang sesuai harga tanah yang dijual oleh saudara frisky. Tanah 1 hektar tersebut
dihargai oleh 500 juta oleh frisky dan desa juga tidak menawar maka setelah 2 kedua
belah pihak sepakat. Ganti rugi pun dilakukan oleh desa.

Setelah proses pelepasan hak telah dilaksanakan oleh frisky dan tanah tersebut
sudah menjadi tanah negara maka selanjutnya bapak soe dapat mengajukan
permohonan hak pakai atas.
Tahapan Pembuatan Sertipikat

Dasar Hukum:

1. UU No. 5/1960
2. UU No. 21/1997 jo. UU No. 20/2000
3. UU No. 1/2004
4. PP No. 48/1994 jo. PP No. 79/1996
5. PP No. 40/1996
6. PP No. 24/1997
7. PP No. 6/2006 jo. PP No. 38/2008
8. PP No. 13/2010
9. KEPPRES No. 32/1979
10. PMNA/KBPN No. 3/1997
11. PMNA/KBPN No. 3/1999
12. PMNA/KBPN No. 9/1999
13. Peraturan KBPN RI No. 3/2006
14. Peraturan KBPN RI No. 4/2006
15. Peraturan KBPN RI No. 7/2007
16. SE KBPN 500-1255 1992

Persyaratan:

Tahapan awal dalam pemohonan sertifikat adalah menyiapkan dokumen yang


diperlukan meliputi:

a. Fotokopi KTP Pemohon


b. Fotokopi KK Pemohon ( Jika diperlukan)
c. Surat pernyataan pelepasan hak atas tanah
d. Alas Hak Berupa Letter C
e. SPPT PBB
f. Surat Kuasa
g. Berita Acara Kesaksian
h. Surat Pernyataan Kepemilikan
i. Surat Keterangan Model A
j. Surat Pernyataan Batas Dan Luas
k. Surat Pernyataan
l. Akta Notaris Pelepasan Hak
m. Surat Permohonan
Prosedur Pendaftaran Tanah Negara:

Pendaftaran tanah melalui proses Sporadis dilakukan secara mandiri oleh pemohon di
kantor pertanahan nasional dan pemohon dibebankan biaya dalam prosesnya. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 prosedurnya meliputi:

1. Pemohon Membawa Berkas secara individu ke loket/ Front Office.


Pendaftaran tanah secara Sporadis merupakan pendaftaran tanah secara yang
dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan maka yang
memberikan berkas haruslah pemohon bukan kantor yang mengumpulkan.
2. Pengumpulan data fisik dan yuridis.
Pengumpulan data fisik meliputi pengukuran bidang tanah yang akan
menghasilkan data berupa GU/ Gambar Ukur, PBT/ Peta Bidang Tanah.
Sedangkan Pengumpulan data yuridis meliputi pengumpulkan bukti dari bidang
tanah yang bersangkutan. Dan dilakukan pengisian di Risalah Data Yuridis.
3. Sidang
Setelah Data fisik dan yuridia terkumpul maka tahap selanjutnya adalah
dilakukannya sidang.
4. Pengumuman
Pengumuman dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang
bersangkutan untuk dapat melakukan pengajuan keberatan apabila ada data
yang tidak sesuai. Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 pengumuman dalam
proses PTSL dilakukan selama 14 hari, dan tanah negara tidak dilakukan proses
pengumuman. Sehingga pengumuman hanya dilakukan untuk tanah adat saja.
5. Pengesahan
Setelah jangka 14 hari apabila dari pihak yang bersangkutan tidak ada yang
mengajukan keberatan maka dibuatkan berita acara untuk pengesahan
pendaftaran tanah secara sistematik dan dilanjutkan pengisian di DI 202. Namun
apabila sebelum masa pengumuman berakhir ada pihak yang mengajukan
keberatan maka harus dilakukan tindak lanjut dengan mengumpulkan data dan
juga bukti yang mendukung dari gugatan yang bersangkutan dan mengisi DI 309
dan DI 201 ruang IV
6. Penetapan
Pada proses ini dilakukan pengisian di DI 310 (berdasarkan PP 24 Tahun 1997).
Kemudian DI 310 diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk
ditandatangani.
7. Pembukuan hak
Hak Pakai akan dibukukan dalam buku tanah, berdasarkan alat bukti hak yang
ada seperti PPAT, dan lain-lain. Kepala Kantor Pertanahan bertugas untuk
menandatangani buku tanah tersebut. Sehingga dapat keluar sertipikat Hak
Pakai atas nama Suyatni.
8. Penerbitan sertipikat
Berdasarkan ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
akan diterbitkan sertifikat bagi Hak Pakai yang sudah didaftar dalam buku tanah.
9. Penandatanganan Sertifikat
Sertifikat akan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali beliau
berhalangan maka penandatanganan dilakukan oleh Kepala Seksi Pengukuran
dan Pendaftaran Tanah.
10. Penyerahan Sertifikat
Sertifikat pun diserahkan kepada pemegang hak atau kuasanya.
Lampiran Persyaratan PTSL dalam Permohonan Hak Pakai
a. Fotocopy identitas (KTP) pemohon

b. Surat pelepasan Hak atas tanah

c. Alas hak leter c tahun 1960


d. SPPT PBB

Anda mungkin juga menyukai