DISUSUN OLEH
MUHAMMAD FRISKY ALFAFA
20293362
INSTRUKTUR
I Gusti Nyoman Guntur, A.Ptnh., M.Si
DIPLOMA IV PERTANAHAN
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
A. Pendahuluan
Suatu bidang tanah dapat dilekati beberapa hak seperti Hak Milik, Hak Pakai,
Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Dan Hak
Memungut Hasil Hutan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005
dijelaskan bahwa pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan yang
dilakukan untuk melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan
tanah yang dikuasainya dan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.
B. ISI
Contoh Kasus:
Sebidang tanah sawah dengan status tanah adat dan dimiliki oleh Frisky Alfafa, dengan
als hak leter ce tahun ……. nomor ….. persil … kelas … dengan luas …. Yang terletak
di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten. Tanah milik Frisky Alfafa dibeli
oleh desa lalu diajukan permohonan atas nama Desa yang diwakili oleh kepala desa
yaitu Bapak Soeparto.
Keterangan:
1. Identitas Objek
a. Status Tanah : Tanah adat
b. Alas hak : Leter C
c. Luas Tanah : 1000 m²
d. Keadaan tanah : Tanah Sawah
e. Alamat : Jalan Melati RT 04,RW 05, Desa Tegaldowo, Kecamatan
zunem, Rembang
2. Identitas Pemohon
a. Nama : Soeparto dalam ini bertindak untuk desa Tegaldowo
b. Umur : 50 tahun
c. TTL : 1 Januari 1971
d. NIK : 331710010101971
e. Pekerjaan : Kepala Desa
f. Alamat : Jalan Piere Tendean RT 4 RW 5, Desa Tegaldowo,
Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
g. Penggunaan : Digunakan untuk aset desa & memberdayakan
masyarakat
Analisis Kasus:
Pasal 21 ayat 1 dan 2 UUPA yang berisi 1. Hanya warga-negara Indonesia dapat
mempunyai hak milik dan 2. Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang
dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya. Menindak lanjuti ayat 2 maka menurut
peraturan pemerintah republik indonesia nomor 38 tahun 1963 tentang penunjukan
badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, desa bukanlah badan
hukum yang dapat mempunyai hak milik.
Jika kasus yang terjadi seperti yang sudah dijelaskan di paragraf 1 maka jalan
keluarnya adalah karena tidak dapat diperoleh dengan jual beli dan pemegang hak atas
tanah/ sang penjual (frisky alfafa) harus melepaskan hak atas tanahnya. Pelepasan hak
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 adalah kegiatan yang dilakukan
untuk melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah
yang dikuasainya dan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Proses
pelepasan hak atas tanah harus dibuktikan dengan adanya akta pelepasan hak atau
surat pelepasan hak. tahapan pelepasan hak: penjual dengan desa membuat
pernyataan bahwa setuju desa akan ganti rugi, lalu datang ke kantor desa, pertanahan
dan notaris maka dibuatlah Surat Pernyataan Pelepasan Hak (SPPHT). Setelah
dilepaskan hak atas tanahnya maka otomatis tanah tersebut menjadi tanah negara dan
dikuasai oleh negara. Setelah dikuasai oleh negara, Selanjutnya bapak soeparto selaku
kepala desa melakukan ganti rugi yang dapat berupa:
a. Uang;
b. Tanah Pengganti;
c. Permukiman Kembali;
d. Kepemilikan Saham; atau
e. Bentuk lain yang disepakati kedua pihak
Karena penjual (Frisky Alfafa) ingin menjual tanahnya maka sesuai kesepakatan
awal ganti rugi dilakukan dengan cara desa yang diwakili bapak Soeparto membayar
uang sesuai harga tanah yang dijual oleh saudara frisky. Tanah 1 hektar tersebut
dihargai oleh 500 juta oleh frisky dan desa juga tidak menawar maka setelah 2 kedua
belah pihak sepakat. Ganti rugi pun dilakukan oleh desa.
Setelah proses pelepasan hak telah dilaksanakan oleh frisky dan tanah tersebut
sudah menjadi tanah negara maka selanjutnya bapak soe dapat mengajukan
permohonan hak pakai atas.
Tahapan Pembuatan Sertipikat
Dasar Hukum:
1. UU No. 5/1960
2. UU No. 21/1997 jo. UU No. 20/2000
3. UU No. 1/2004
4. PP No. 48/1994 jo. PP No. 79/1996
5. PP No. 40/1996
6. PP No. 24/1997
7. PP No. 6/2006 jo. PP No. 38/2008
8. PP No. 13/2010
9. KEPPRES No. 32/1979
10. PMNA/KBPN No. 3/1997
11. PMNA/KBPN No. 3/1999
12. PMNA/KBPN No. 9/1999
13. Peraturan KBPN RI No. 3/2006
14. Peraturan KBPN RI No. 4/2006
15. Peraturan KBPN RI No. 7/2007
16. SE KBPN 500-1255 1992
Persyaratan:
Pendaftaran tanah melalui proses Sporadis dilakukan secara mandiri oleh pemohon di
kantor pertanahan nasional dan pemohon dibebankan biaya dalam prosesnya. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 prosedurnya meliputi: