Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2021.1)

Nama Mahasiswa : INDRIANUS

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030571473

Tanggal Lahir : 20/02/1996

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4308 / Hukum Perbankan dan Tindak Pidana


Pencucian Uang

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 50/SAMARINDA

Hari/Tanggal UASTHE : SABTU, 03 JULI 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : INDRIANUS


NIM : 030571473
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401 / INTERPRETASI DAN
PENALARAN HUKUM
Fakultas : HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : SAMARINDA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjungjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Tanjung Redeb, 03 Juli 2021


Yang Membuat Pernyataan

INDRIANUS
LEMBAR BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

1. Indonesia Mengenal 2 Lembaga keuangan, yaitu, Lembaga keuangan Bank (LKB) dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Apa yang anda ketahui mengenai Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) ? jelaskan jawaban anda dengan mengaitkan Pasal 16
Ayat (1) UU Perbankan ?
Jawaban :

Lembaga Keuangan Bank


Secara umum dapat dikatakan, bahwa Bank sebagai lembaga keuangan menjadi pihak
perantara bagi sektor rumah tangga dan sektor industri, khususnya di dalam menyerap dana
dari sektor rumah tangga dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada sektor industri
sebagai kredit investasi. Meskipun dalam prakteknya penyerapan dan penyaluran dana itu
sendiri dapat terjadi baik di dan untuk sektor rumah tangga maupun sektor industri. Menurut
UU Nomor 10 Tahun 1998 yang disyahkan tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari
pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam
bidang keuangan. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut
penyimpanan dana dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan
berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa
keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank
diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa
perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan pinjaman.
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan
pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat
pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan,
dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa
adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat
diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima
tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti
bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila
peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus
dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan
bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

Lembaga Keuangan Bukan Bank


Pengertian lembaga keuangan bukan bank atau sering juga digunakan istilah lembaga
keuangan non bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang
secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan
kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan untuk mendapatkan kemakmuran dan keadilan masyarakat. Lembaga keuangan
non bank ini berkembang sejak tahun 1972, dengan tujuan untuk mendorong perkembangan
pasar modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah. Lembaga
keuangan bukan bank yang dapat memberikan pelayanan memberikan jasa dalam bidang
keuangan cukup banyak jenisnya. Adapun jenis-jenis lembaga keuangan bukan 6 bank yang
ada di Indonesia saat ini antara lain
1) Perusahaan Asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha
pertanggungan;
2) Dana Pensiun, merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun
suatu perusahaan pemberi kerja;
3) Koperasi Simpan Pinjam yaitu menghimpun dana dari anggotanya kemudian
menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggota koperasi dan masyarakat
umum;
4) Pasar Modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara
pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrumen utama saham dan
obligasi;
5) Perusahaan Anjak Piutang, merupakan yang usahanya adalah mengambil alih
pembayaran kredit suatu perusahaan dengan cara mengambil kredit bermasalah;
6) Perusahaan Modal Ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaan-perusahaan yang
usahanya mengandung resiko tinggi;
7) Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas
pinjaman dengan jaminan tertentu;
8) Perusahaan Sewa guna usaha lebih di tekankan kepada pembiayaan barang barang
modal yang di inginkan oleh nasabahnya;
9) Perusahaan Kartu Kredit;
10) Pasar Uang yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana.;
11) Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

2.
1.Dari merger nya Bank BNP dan Bank Danamon tersebut diatas, menurut anda bagaimana
konsekuensi hukum dari merger kedua bank tersebut ?
Jawaban :
Akibat hukum penggabungan perusahaan (merger) terhadap eksistensi perusahaan
Perseroan Terbatas yang mengambil alih adalah tetap memakai nama dan identitasnya,
sedangkan eksistensi dari perusahaan Perseroan Terbatas yang diambil alih adalah berakhir
karena hokum.

2. Menurut anda mengapa suatu bank melakukan merger !


Jawaban :
Menurut saya karena dengan adanya penggabungan maupun peleburan dari
beberapa bank yang dianggap akan mempercepat perkembangan suatu perusahaan maka
jumlah cabang serta nasabah juga akan kian meningkat. tujuan ini tentunya juga akan
mengurangi atau bahkan menghilangkan para pesaing yang ada.

3.
1. Dari kasus laporan transaksi atau rekening PT BPR Multi Artha Mas Sejahtera Bekasi
diatas, bagaimana menurut anda unsur tindak pidana pembukuan dan pencatatan perbankan?
Kaitkan jawaban anda dengan Pasal 49 ayat (1) UU No 10 Tahun 1998 tentang perbankan.
Jawaban :
Tindak pidana yang berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain berupa membuat
atau menyebabkan adanya pencatatan palsu, menghilangkan, tidak memasukkan,
menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan, mengubah, mengaburkan atau menghilangkan
adanya pencatatan dalam pembukuan atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening, atau mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak
catatan pembukuan, tidak menjalankan prinsipprinsip kehati-hatian sesuai ketentuan yang
berlaku, meminta dan/atau menerima imbalan dari nasabah yang memperoleh fasilitas dari
bank. Berdasarkan penelitian terhadap kasuskasus di bidang perbankan yang terjadi,
kebanyakan disebabkan pemberian kredit yang tidak prudent, terutama kredit kepada pihak
terkait dengan pemilik dan/atau pengurus bank. Kredit tersebut hampir semuanya berujung
menjadi kredit bermasalah (non performing loan), sehingga membawa bank dalam situasi
kesulitan keuangan. Selain itu, terdapat beberapa penyimpangan lain dalam berbagai variasi
modus operandi, seperti window dressing, kasus mark-up biaya bank, memanfaatkan fasilitas
bank atau menciptakan fasilitas untuk kepentingan pihak terkait dengan bank, dan
menggelapkan dana bank melalui berbagai cara.
Apabila bank melakukan pelanggaran ketentuan pidana dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya, maka pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 49
Undang-Undang Perbankan, yang berbunyi:
(1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a) membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau
dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
b) menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya
pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan maupun dalam dokumen
atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
c) mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan
adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun serta denda sekurangkurangnya Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
(2)Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a) meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu
imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk
keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka
mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh
uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka
pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes,
cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka
memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana
yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b) tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah)”,

2. Menurut anda apakah semua bank yang melakukan tindak pidana pembukuan dan
pencatatan perbankan dapat dijerat dengan Pasal 49 ayat (1) UU No 10 Tahun 1998 tentang
perbankan? Kaitkan jawaban anda dengan aturan yang berlaku
Jawaban :
Penerapan ketentuan Pasal 49 ayat (1) huruf a Undang-Undang Perbankan, anggota
dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank dikenakan sanksi pidana yang bersifat
kumulatif, yaitu pidana penjara 5 s.d 15 tahun dan pidana denda Rp.10.000.000.000,00 s.d
Rp.200.000.000.000,00, apabila yang bersangkutan dengan sengaja membuat atau melakukan
suatu perbuatan yang menyebabkan pencatatan palsu, sehingga mengakibatkan sebuah
pencatatan/ pembukuan/laporan menjadi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari
kondisi bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Dalam rangka
mendukung dugaan tipibank ini, hendaknya dapat dibuktikan dengan alat bukti permulaan
yang cukup baik tertulis maupun tidak tertulis, antara lain berupa dokumen asli sebagai
pembanding dari dokumen/pembukuan/laporan.
Penerapan ketentuan Pasal 49 ayat (1) huruf b Undang-Undang Perbankan, anggota
dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank dikenakan sanksi pidana yang bersifat
kumulatif, yaitu pidana penjara 5 s.d 15 tahun dan pidana denda Rp.10.000.000.000,00 s.d
Rp.200.000.000.000,00 apabila yang bersangkutan dengan sengaja menyebabkan suatu
transaksi/data/angka/informasi tidak tercantum dalam pencatatan/pembukuan/ laporan,
sehingga mengakibatkan sebuah pencatatan/pembukuan/laporan menjadi tidak menunjukkan
keadaan yang sebenarnya dari kondisi bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perbankan. Dalam rangka mendukung dugaan tipibank ini, hendaknya dapat dibuktikan
dengan alat bukti permulaan yang cukup, antara lain berupa dokumen bank yang tidak
tercantum dalam pencatatan/pembukuan/laporan yang dilakukan dengan kesengajaan, yaitu
bukan dilakukan karena lalai.

4. Dari kasus diatas, jelaskan bagaimana unsur perbuatan melawan hukum dalam tindak
pidana pencucian uang, kaitkan jawaban anda dengan aturan perundang-undangan yang
berlaku ?
Jawaban :
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disingkat Undang- Undang
TPPU) menyatakan bahwa: “Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang ini.” Dalam pengertian
ini, unsur-unsur yang dimaksud adalah unsur pelaku, unsur perbuatan melawan hukum serta
unsur merupakan hasil tindak pidana. Sebagai catatan berkenaan dengan definisi tindak
pidana umumnya, maka masalah definisi tindak pidana pencucian uang menjadi sesuatu yang
sangat penting. Pentingnya menentukan definisi dalam tindak pidana antara lain berkaitan
dengan asas lex certa, yaitu nullum crimen sine lege stricta atau tiada suatu kejahatan tanpa
peraturan yang jelas dan terbatas. Hal ini juga menyiratkan bahwa ketentuan tindak pidana
harus dirumuskan secara jelas dan limitatif atau terbatas, tidak bersifat karet, untuk menjaga
kepastian hukum. Implikasinya akan menunjukkan rumusan delik, siapa yang dimaksud
sebagai pelaku, lalu apa saja yang dimaksud unsur objektif dan subjektif.
Penegakan hukum terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang masih terdapat beberapa
kendala yang perlu mendapat perhatian terutama dari segi peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar bagi aparat penegak hukum dalam memeriksa dan mengadili pelaku
Tindak Pidana Pencucian Uang, di samping kendala lainnya yang berasal dari professional
aparat penegak hukum dan budaya masyarakat. Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai salah
satu kejahatan yang termasuk dalam kejahatan yang serius (serious crime) juga memiliki
kesulitan dalam hal pembuktian, karenaTindak Pidana Pencucian uang (Money Laundering)
sebagai kejahatan yang mempunyai ciri khas yaitu bahwa kejahatan ini bukan merupakan
kejahatan tunggal tetapi kejahatan ganda. Hal ini ditandai dengan bentuk pencucian uang
sebagai kejahatan yang bersifat follow up crime atau kejahatan lanjutan, sedangkan kejahatan
utamanya atau kejahatan asalnya disebut sebagai predicate of ense atau core crime atau ada
negara yang merumuskannya sebagai unlawful actifity yaitu kejahatan asal yang
menghasilkan uang yang kemudian dilakukan proses pencucian.

Anda mungkin juga menyukai