Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yangbertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian
wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Fungsi utama puskesmas sekaligus yang membedakan
dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain (rumah sakit, balai pengobatan dan lain-lain) adalah
fungsi promotif dan preventif yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit
pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi
pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah
medis dibedakan menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat
adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Departemen Kesehatan RI,
2004).
Penanganan limbah medis, salah satunya yaitu limbah medis padat perlu diperhatikan
secara serius sesuai dengan teknik penanganan limbah medis padat yang ditetapkan oleh
departemen kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari
pembuangan limbah medis padat secara sembarangan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3). Teknik penanganan tersebut diatur dalam Permenkes No:
1204/Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, poin
Pengolahan Dan Pemusnahan Limbah Medis Padat, sebagai berikut :
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit/pelayanan kesehatan dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.

Inovasi MONSTER (Motor Saniter) ini hadir sebagai terobosan dalam menyediakan suatu alat yang aman
dalam mencegah penularan penyakit infeksius dan pencemaran lingkungan ke masyarakat apabila
limbah medis tidak ditangani dengan benar. Inovasi ini juga merubah alur pengangkutan limbah
medis yang sebelumnya hanya diantar dengan motor roda dua dari Puskesmas Kelurahan ke
Puskesmas Kecamatan oleh banyak petugas, kini proses pengangkutan dikerjakan oleh satu
petugas pengelola secara bergantian dan menjemput langsung ke Puskesmas Kelurahan
sehingga menjadi lebih aman dan efektif.

Inovasi MONSTER sejalan dengan ketetapan pemerintah dalam Permenkes Nomor


1204/Menkes/SK/X/2004, dimana manajemen pengelolaan limbah medis menjadi salah satu indikator
penting yang perlu diperhatikan. Inovasi ini juga memiliki peran positif terhadap pencegahan kecacatan
jangka panjang yang dapat diakibatkan oleh pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja. Inovasi ini
terdiri dari box penampungan limbah medis tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga pada saat penampungan menghindari pencemaran terhadap lingkungan,
box dan kendaraan roda tiga tersebut juga dapat menampung lebih banyak limbah medis dari
pengelolaan sebelumnya. Selain itu dengan box yang sesuai standar , inovasi ini juga menggunakkan
kendaraan bermotor roda tiga. Hal tersebut dapat mencegah angka kejadian kecelakaan kerja terhadap
para pengangkut limbah medis dan pencemaran lingkungan akibat penampungan limbah medis yang
tidak aman.

PERMASALAHAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yangbertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian
wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Fungsi utama puskesmas sekaligus yang membedakan
dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain (rumah sakit, balai pengobatan dan lain-lain) adalah
fungsi promotif dan preventif yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit
pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi
pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah
medis dibedakan menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat
adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Departemen Kesehatan RI,
2004).
Penanganan limbah medis, salah satunya yaitu limbah medis padat perlu diperhatikan
secara serius sesuai dengan teknik penanganan limbah medis padat yang ditetapkan oleh
departemen kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari
pembuangan limbah medis padat secara sembarangan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3). Teknik penanganan tersebut diatur dalam Permenkes No:
1204/Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, poin
Pengolahan Dan Pemusnahan Limbah Medis Padat, sebagai berikut :
3. Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
4. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit/pelayanan kesehatan dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.
Instansi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik merupakan penghasil limbah
medis kontinyu sehingga diharapkan mempunyai instalasi pengolah limbah sesuai dengan
ketetapan pemerintah dalam Permenkes No:1204/Menkes/SK/X/2004. Rumah sakit / klinik
umumnya telah mempunyai alat pengolah/pemusnah limbah mandiri, sedangkan tidak semua
puskesmas mempunyai instalasi penanganan limbah medis.
Perlu adanya pengelolaan limbah medis padat secara benar dan aman, penanganan limbah
medis padat harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit. Sehingga di perlukan kebijakan
sesuai menejemen kesehatan dan keselamatan kerja dengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan mentoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu
diperhatikan (Tjandra, 2008).
Pengelolaan limbah medis padat harus dilakukan secara khusus. Pewadahan harus
menggunakan tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang lain tidak dapat membukanya. Pemusnahan menggunakan insenerator dengan
suhu tinggi sekitar 1.200º C setelah itu residu yangsudah aman di buang ke landfill. Prosedur
pengangkutan sampah medis dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengangkutan internal dan
pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incenerator (on-site). Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan
sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site), pengangkutan eksternal memerlukan
prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi oleh petugas yang terlibat dengan
prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkut lokal. Sampah medis diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. Pengangkutan limbah medis ke tempat
pembuangan memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus selalu diikuti oleh semua
petugas yang terlibat (Ditjen Ditjen P2MPL, 2004).
Limbah medis di puskesmas kecamatan senen dihasilkan dari pelayanan kesehatan perorangan
seperti unit pelayanan umum, unit pelayanan gigi, igd, laboratorium dan pelayanan lainnya,
serta limbah yang dihasilkan dari program upaya kesehatan masyarakat seperti imunisasi anak
sekolah dan posyandu, limbah medis yang dihasilkan oleh puskesmas kecamatan senen yaitu
sebesar 80kg/minggu. dengan penghasilan limbah medis yang besar tersebut maka harus
dikelola dengan baik, apabila ada tahap pengelolaan limbah medis ada yang belum baik yang
dapat berisiko mencemarkan lingkungan atau membahayakan petugas pengelola limbah medis
maka petugas kesehatan harus mencari cara agar pengelolaan limbah medis di puskesmas
kecamatan senen dapat dilakukan dengan baik dan memenuhi persyaratan. Permasalahan saat
ini tidak adanya wadah limbah medis saat pengangkutan Kendaraan pengangkut roda dua. Yang
dapat menyebabkan plastik limbah medis jatuh/ terkena gesekan, maka limbah akan tercecer,
mencemari lingkungan. Petugas terkena limbah infeksius: Hepatitis B, Hepatitis C, dan lainnya

INOVASI

Inovasi MONSTER (Motor Saniter) ini hadir sebagai terobosan dalam menyediakan suatu alat yang aman
dalam mencegah penularan penyakit infeksius dan pencemaran lingkungan ke masyarakat apabila
limbah medis tidak ditangani dengan benar. Inovasi ini juga merubah alur pengangkutan limbah
medis yang sebelumnya hanya diantar dengan motor roda dua dari Puskesmas Kelurahan ke
Puskesmas Kecamatan oleh banyak petugas, kini proses pengangkutan dikerjakan oleh satu
petugas pengelola secara bergantian dan menjemput langsung ke Puskesmas Kelurahan
sehingga menjadi lebih aman dan efektif.

Inovasi MONSTER sejalan dengan ketetapan pemerintah dalam Permenkes Nomor


1204/Menkes/SK/X/2004, dimana manajemen pengelolaan limbah medis menjadi salah satu
indikator penting yang perlu diperhatikan. Inovasi ini juga memiliki peran positif terhadap
pencegahan kecacatan jangka panjang yang dapat diakibatkan oleh pencemaran lingkungan
dan kecelakaan kerja. Inovasi ini terdiri dari box penampungan limbah medis tempat khusus
yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga pada saat
penampungan menghindari pencemaran terhadap lingkungan, box dan kendaraan roda tiga
tersebut juga dapat menampung lebih banyak limbah medis dari pengelolaan sebelumnya.
Selain itu dengan box yang sesuai standar , inovasi ini juga menggunakkan kendaraan bermotor
roda tiga. Hal tersebut dapat mencegah angka kejadian kecelakaan kerja terhadap para
pengangkut limbah medis dan pencemaran lingkungan akibat penampungan limbah medis yang
tidak aman.

IMPLEMENTASI

a. Petugas pengelola limbah medis (cleaning service) sudah menggunakan Box dan
kendaraan roda tiga Saniter dalam pengangkutan internal limbah medis dari Puskesmas
Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan dengan itu dapat dipastikan limbah medis tidak
akan mencemari lingkungan karena tidak akan berjatuhan/tercecer ketika diperjalanan
b. Petugas pengelola limbah medis (cleaning service) sudah menggunakan Box dan
kendaraan roda tiga Saniter dalam pengangkutan internal limbah medis dari Puskesmas
Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan dengan itu dapat meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja petugas pengelola limbah medis, petugas kesehatan maupun
masyarakat wilayah kerja puskesmas kecamatan senen seperti tertusuk jarum, terkena
darah sehingga dapat mengakibatkan terkena infeksi penyakit yang diakibatkan limbah
medis.
c. Dengan sistem ini petugas pengelola limbah medis merasa nyaman dan aman dari
pengelolaan limbah medis sebelumnya, sehingga dapat bekerja lebih maksimal dan
tidak ada rasa ketakutan dalam melaksanakan pekerjaan hal ini dapat meningkatkan
kualitas lingkungan wilayah kecamatan senen dan meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas kecamatan senen

DAMPAK

Pengelolaan limbah medis terbagi dalam beberapa tahapan, salah satunya adalah
pengangkutan limbah medis. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dalam pengangkutan
limbah medis yang salah dari satu tempat ke tempat yang lain karena bisa mengakibatkan
kecelakan kerja dan pencemaran lingkungan .

Inovasi MONSTER (Motor Saniter) ini hadir sebagai terobosan dalam menyediakan suatu alat
yang aman dalam mencegah penularan penyakit infeksius dan pencemaran lingkungan ke
masyarakat apabila limbah medis tidak ditangani dengan benar.

Inovasi MONSTER ini telah menurunkan angka kejadian cedera terkait keselamatan petugas
pengangkut limbah sebesar 0 dari tahun 2017 sebanyak 3 angka kejadi tertusuk akibat salah
dalam pengangkutan limbah medis dan mempertahankan tidak adanya angka kejadian limbah
medis terjatuh pada saat pengangkutan.
LAMPIRAN

BOX LIMBAH MEDIS SANITER BOX LIMBAH MEDIS SANITER

SEBELUM ADA BOX SANITER SEBELUM ADA BOX SANITER

SESUDAH ADA BOX SANITER SESUDAH ADA BOX SANITER

Anda mungkin juga menyukai