Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP TEKANAN DARAH


DAN DENYUT NADI PADA PENDERITA HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh:

Sintia Mustopa

NIM: 032016050

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut WHO (2013) Hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi
adalah kondisi tekanan pada pembuluh darah mengalami peningkatan secara
persisten. Sedangkan menurut Whelton, Carey, Aronow, Casey, & Collins (2017)
seseorang yang dikatakan terkena hipertensi jika tekanan darah nya 130/80
mmHg atau bahkan lebih.
Prevalensi hipertensi di dunia penderita hipertensi mencapai 26,4% penduduk
dunia atau kisaran sekitar 972 juta orang. Sekitar 333 juta orang berada di negara
maju dan sisanya 639 juta orang berada di negara berkembang termasuk
Indonesia. Prevalensi hipertensi akan semakin meningkat dan dipresiksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia akan terkena hipertensi
(WHO, 2013).
Menurut data Tim Riskesdas (2018) prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun mencapai 34,1% .
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RISKESDAS 2018
Prevalensi hipertensi di Jawa Barat pada tahun 2016 sebanyak 790.382 orang
kasus hipertensi (2,46 % terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun ), dengan jumlah
kasus yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang, tersebar di 26 Kabupaten/Kota
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016

Dampak dari hipertensi jika tidak ditanggulangi yaitu kematian karena


hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat
seperti atur berat badan normal, atur pola makan dengan mengkonsumsi makanan
yang rendah garam dan rendah lemak, memperbanyak komsumsi sayuran dan
buah, hindari kebiasaan merokok dan meminum alkohol serta olahraga secera
teratur, olahraga yang dianjurkan berupa jalan, lari, jogging (senam) dan
bersepeda (Kemenkes RI, 2010).
Menurut hasil penelitian terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi diantaranya adalah
pemberian terapi meditasi, hiroterapi, terapi bekam, senam jantung sehat. Terapi
pertama, terapi meditasi merupakan latihan mengolah jiwa yang bisa
menyeimbangkan emosi, mental, fisik dan spiritual seseorang yang mengarahkan
pikiran kedalam ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan (Alex & Novianto,
2010). Menurut hasil penelitian Hermanto (2014) mengenai pengaruh pemberian
meditasi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Unit
Sosial Rehabilitasi Pucang Gading Semarang, responden menunjukan perubahan
tekanan darah sistol sebelum dan sesudah pemberian terapi meditasi, tetapi tidak
ada perubahan yang dignifikan pada tekanan darah diastol sebelum dan sesudah
pemberian terapi meditasi. Terapi meditasi memiliki kekurangan diantaranya
responden harus diberikan pelatihan meditasi terlebih dahulu sebelum ada
perlakuan agar responden mengerti dan bisa melakukan teknik meditasi dengan
benar, disamping itu terapi ini harus disertai dengan ketenangan dan fokus dalam
melakukannya.
Terapi kedua yaitu hidroterapi adalah metode alternatif untuk pengobatan
dengan air untuk mengobati ataupun meringankan kondisi respon-respon sakit
pada tubuh (Potter & Perry, 2010). Menurut hasil penelitian Dilianti (2017)
mengenai efektivitas hidroterapi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Panti Wreda Al- Islah Malang bahwa terapi tersebut efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi terapi ini harus memperhatikan keadaan
fisik responden seperti apakah ada demam, luka terbuka, ulkus decubitus, atau
penyakit infeksi.
Terapi ketiga yaitu terapi bekam adalah teknik pengobatan yang
menggunakan sarana gelas atau tabung yang diawali dengan proses melakukan
pengekopan (membuat tekanan negatif dalam gelas atau tabung) pada titik area
bekam, untuk menimbulkan bendungan lokal di permukaan kulit. Proses
se;anjutnya dilakukan penyayatan di permukaan kulit memakai pisau bedah atau
penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa dikeluarkan. Menurut hasil
penelitin Fatonah, Rihiantoro, & Astuti (2015) mengenai pengaruh terapi bekam
terhadap tekanan darah penderita hipertensi bahwa terapi bekam terdapat
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terapi bekam, tetapi pada
tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah terapi
bekam.
Yang keempat yaitu dengan senam jantung sehat merupakan olahraga yang
selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan kelenturan
sendi. Serta berupaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin. Kelebihan dari
latihan aerobik yang teratur dan konsisten adalah meningkatnya kadar HDL-C,
menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas,
berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen
miokardium (MVO2), dan menurunnya reistensi insulin (Fakhruddin & Nisa,
2013). Selain itu senam jantung sehat memiliki banyak kelebihan dibandingkan
terapi-terapi lain yaitu olahraga yang dapat memberikan kelenturan, kekuatan dan
peningkatan otot-otot secara murah, mudah, meriah, massal, manfaat dan aman.
Jantung dikatakan dalam kondisi baik jika denyut nadi normal dan stabil. Karena
itu, perbaikan denyut nadi juga menjadi salah satu tujuan senam jantung sehat,
menurunkan tekanan sistolik dan diastolik, selain itu latihan senam menimbulkan
efek seperti: beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus dan
melambatkan denyut jantung (Putri, Mulyani, & Agung, 2015).
Berdasarkan uraian diatas bahwa senam jantung sehat adalah olahraga yang
dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung, walapun sudah ada beberapa penelitian
yang membuktikan bahwa senam jantung sehat berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah pada hipertensi, akan tetapi peneliti akan meneliti juga pengaruh
senam jantung sehat terhadap denyut nadi. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah dan denyut nadi
pada penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengambil rumusan masalah
dengan pertanyaan penelitian adakah pengaruh senam jantung sehat terhadap
tekanan darah dan denyut nadi pada penderita hipertensi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu penelitian. Berdasarkan
rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan dalam ini sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam jantung
sehat terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
a. untuk mengetahui tekanan darah dan denyut nadi pada penderita hipertensi
sebelum diberikan senam jantung sehat;
b. untuk mengetahui tekanan darah dan denyut nadi pada penderita hipertensi
sesudah diberikan senam jantung sehat.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan pada ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan dan menjadi sumber ilmu atau referensi pada
bidang keperawatan secara umum mengenai senam jantung sehat untuk
penderita hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penderita Hipertensi
Dapat diaplikasikan sebagai salah satu terapi non farmakologi bagi
penderita hipertensi untuk menururnkan tekanan darah sistolik dan
diastolik serta menstabilkan denyut nadi dalam keadaan normal.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
tentang pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah dan denyut
nadi penderita hipertensi serta dijadikan bahan rujukan dan data dasar
untuk penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan proposal penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Senam
Jantung Sehat Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pada Penderita
Hipertensi” peneliti membaginya dalam III BAB yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori-teori mengenai konsep tekanan darah,
denyut nadi, hipertensi senam jantung sehat, kerangka teori, hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Pada bab ini juga
membahas hipotesis dari penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang jenis dan metode penelitian untuk mencari
jawaban terhadap tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh senam jantung
sehat terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada penderita hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis
1. Konsep Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Menurut Wade (2016) tekanan darah merupakan jumlah tekanan
dalam aliran darah saat melewati arteri, tekanan maksimal arteri disebut
tekanan sistolik, sedangkan tekanan minimal terjadi pada saat jantung
berelaksasi atau yang disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah yaitu gaya yang timbul dari dinding pembuluh darah
dan bergantung terhadap volume darah yang berada di pembuluh darah
(Sherwood, 2012).
Menurut Martuti (2009) tekanan darah terbagi menjadi dua yaitu
tekanan darah sistolik yaitu tekanan yang muncul akibat pengerutan
dibilik jantung yang akan memompakan darah dengan tekanan yang besar,
dan diastolik yang terjadi saat jantung bertistirahat.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tekanan darah mengacu
pada pendapat Wade (2016) yaitu tekanan darah merupakan jumlah
tekanan dalam aliran darah saat melewati arteri, tekanan maksimal arteri
disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan minimal terjadi pada saat
jantung berelaksasi atau yang disebut tekanan diastolik.
b. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah
Kontraksi jantung mengakibatkan gaya tekan terhadap darah yang
kemudian disebut tekanan darah. Tekanan darah diartikan sebagai
kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding
pembuluh dan hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa
(mmHg). Jantung diinervasi oleh sistem saraf parasimpatis (vagus) dan
simpatis (cardioaccelator). Sistem saraf parasimpatis melepaskan
asetilkolin (ACh), kemudian berkaitan dengan reseptor muskarinik di SA
node, AV node, dan jaringan konduksi. Stimulasi dari sistem parasimpatis
menyebabkan penurunan denyut jantung dan kecepatan hantaran darah ke
jaringan. Ventrikel hanya sedikit diinervasi parasimpatis dan stimulasi
parasimpatis hanya memiliki efek langsung yang sedikit terhadap
kontraktilitas jantung. Beberapa serabut parasimpatis berakhir pada
serabut simpatis dan menghabisi pengeluara noreepinerpin (NE).
Stimulasi sistem simpatis menyebabkan peningkatan denyut jantung,
kecepatan hantaran darah ke jaringan, dan kontraktilitas jantung
(Syamsudin, 2011).
c. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Bickley (2017) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah
perhatikan terlebih dahulu langkah-langkah untuk memastikan keakuratan
pencatatan tekanan darah sebagai berikut.
1) Minta pasien untuk tidak merokok dan minum-minuman berkafein
selama 30 menit sebelum akan dilakukan pengukuran tekanan darah
dan beristirahat terlebih dahulu minimal selama 5 menit.
2) Pastikan ruangan pemeriksaan tenang, nyaman dan hangat.
3) Pastikan lengan yang akan dilakukan pengukuran terbebas dari bekuan
darah ataupun luka akibat sayatan yang berada di arteri brakialis.
4) Palpasi terlebih dahulu arteri brakialis untuk memastikan apakah ada
denyut nadi.
5) Posisikan lengan setinggi jantung atau setinggi interkosta 4 pada
pertemuan dengan sternum.
6) Jika pasien dalam keadaan duduk, letakkan lengan di atas meja sedikit
diatas pinggang pasien atau setinggi pertengahan daerah dada.

Mengukur tekanan darah dapat dilakukan dengan cara.

1) Tempatkan manset ditengah arteri brakialis. Bagian bawah manset


sekitar 2,5 cm di atas antecubital. Lingkarkan manset dengan tepat.
2) Sebelum menaikan tekanan manset tentukan dahulu tekanan sistolik
nya dengan cara palpasi di arteri radialis, setelah itu pompa sampai
denyut nadi tidak teraba. Tambahkan 30 mmHg dari nilai yang
didapatkan sebelumnya.
3) Kempiskan kembali manset.
4) Letakkan bel stetoskop di arteri brakialis, pastikan ujung pengeluaran
udara telah terkunci.
5) Pompa manset sampai nilai yang telah tadi ditentukan, kemudian
kempiskan secara perlahan sekitar 2 sampai 3 mmHg per detik.
6) Catat suara yang terdengar 2 detak berurutan, ini yang dinamakan
tekanan sistolik.
7) Turunkan kembali tekanan secara perlahan hingga menghilangnya
suara detak jantung, biasanya hanya beberapa mmHg dibawah setelah
munculnya suara, merupakan perkiraan tekanan diastolik.
2. Konsep Denyut Nadi
a. Definisi Denyut Nadi
Nadi disebut juga denyut jantung adalah jantung memompa atau
berdenyut beberapa kali setiap menitnya. Dalam kondisi istirahat nilai
normal jantung berkisar dari 60-100x/menit. Nilai denyut nadi setiap
orang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi nilai denyut nadi seperti
berat badan, posisi tidur, penggunaan obat-obatan dan suhu udara
(American Heart Association, 2015)
Denyut nadi yaitu gelombang yang teraba pada arteri bila jantung
memompa darah keluar dari jantung. Denyut nadi mudah teraba di area
dimana arteri melintas (Sandi, 2016).
b. Macam-macam Denyut Nadi
1) Denyut Nadi Basal
Denyut nadi basal adalah denyut nadi pada saat bangun tidur sebelum
melakukan aktifitas.
2) Denyut Nadi Istirahat
Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi pada saat kondisi istirahat
atau bersantai tanpa melakukan aktivitas dan berada dalam kondisi
rileks dan tidak emosi.
3) Denyut Nadi Latihan
Denyut nadi latihan adalah denyut nadi ketika sedang beraktivitas atau
bekerja.
c. Letak-letak Denyut Nadi
1) Arteri Radialis
Teraba di pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Lebih mudah teraba
dan sering dipakai dalam memeriksa denyut nadi.
2) Arteri Brakialis
Berada didalam otot biceps dari lengan biasanya digunakan dalam
mengukur tekanan darah.
3) Arteri Karotis
Terletak dileher dan terdapat arteri karotis diantara otot
sternokleidomastoideus dan trakea.
3. Konsep Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat dimana tekanan
diastoliknya melibihi 95 milimeter air raksa (Wade, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu perubahan tekanan
darah yang meningkat didalam arterti yang membawa darah dari jantung
untuk disebarkan keseluruh tubuh (Irianto, 2014).
Menurut Syamsudin (2011) hipertensi adalah tekanan darah
sistoliknya berkisar diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya
berkisar diatas 90 mmHg.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hipertensi mengacu pada
pendapat Syamsudin (2011) yaitu hipertensi adalah tekanan darah
sistoliknya berkisar diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya
berkisar diatas 90 mmHg.
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure 7 (JNC 7)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100
Sumber: Asikin (2016) Keperwatan Medikal Bedah: Sistem
Kardiovaskular
c. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
(Udjianti, 2010)
1) Hipertensi Primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyababnya (idiopatik). Faktor yang berkaitan dengan
hipertensi primer antara lain.
a) Genetik: seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi sangat beresiko untuk menurunkan penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia: laki-laki rentang usia 35-50 tahun dan
perempuan pasca-menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
c) Diet: mengkonsumsi tinggi garam dan lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan: pada seseorang yang BB nya obesitas atau diatas BB
ideal dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup: merokok dan minuman beralkohol dapat meningkatan
tekanan darah bila gaya hidupnya tidak dirubah.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah karena
kondisi fisik sebelumnya seperti penyakit ginjal atau ganggung tiroid.
Faktor pencetusnya antara lain penggunaan kontrasepsi oral,
kehamilan, luka bakar, stress, tumor otak, ensefalitis dan gangguan
psikiatris.
d. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Udjianti (2010), hipertensi biasanya tidak menimbulkan tanda
dan gejala, namun pada kasus hipertensi berat tanda gejala yang mucul
antara lain.
1) Sakit kepala (rasa berat di tengkuk)
2) Palpitasi
3) Kelelahan
4) Nausea
5) Vomiting
6) Ansietas
7) Keringat berlebihan
8) Tremor otot
9) Nyeri dada
10) Epistaksis
11) Pandangan kabur atau ganda
12) Telinga berdenging
13) Kesulitan tidur.
e. Patofisiologi Hipertensi
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan
tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.
Baroreseptor arteri ditemukan di sinus carotid, tetapi ada juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor memonitor derajat tekanan
arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh
karena itu, reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan baroreseptor meningkat.
Perubahan volume cairam memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah menningkat
melalui mekanisme fisiologis kompleks yang mengubah aliran balik vena
ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu ensim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi
vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah daan merupakan
mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat
bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteronisme primer. Melalui
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga
mempunyai efek penghambat pada ekresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah.
Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relative konstan. Jika aliran berubah, proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan
mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan
tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi
vaskular menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi
berkaitan dengan overload garam dan air (Udjianti, 2010).
f. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Terapi Farmakologis
Menurut Muttaqin (2009) klasifikasi obat antihipertensi dibagi
menjadi beberapa kategori yaitu.
a) Diuretik
Obat jenis diuretic yang paling sering digunakan sebagai
antihipertensi adalah hidrokortiazid dan penghambat beta.
b) Simpatolitik
Penghambat adregenik yang bekerta di sentral simpatolitik.
Penghambat adregenik alfa dan penghambat neuron adregenik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.
c) Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung
Vasodilator yang bekerja secara langsung adalah obat tahap III
yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh
darah terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan
terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta
air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat
diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung
untuk mengurangi edema.
d) Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah
Angiotensin)
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan
angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan
aldosteron. Katopril, enalapril, dan Lisinopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obat ini digunakan pada klien yang
mempunyai kadar renin serum yang tinggi.
2) Terapi Non Famakologis
Menurut Muttaqin (2009) pendekatan non farmakologi untuk
hipertensi yaitu.
a) Penurunan Berat Badan
Berat badan yang ideal dapat mengurangi beban kerja jantung yang
mengakibatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup
juga berkurang dapat mengurangi tekanan darah.
b) Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau
c) Olahraga atau latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas
tinggi)
Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi yaitu olahraga yang berdinamis sedang.
Olahraga aerobik yang teratur seperti senam, jalan cepat, berenang
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi rata-
rata 4,9/3,9 mmHg.
d) Relaksasi
Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi.
4. Konsep Senam Jantung Sehat
a. Definisi Senam Jantung Sehat
Senam jantung sehat adalah olahraga yang mengutamakan
kemampuan jantung, kelenturan sendi dan gerakan otot besar. Senam
jantung sehat berupaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin. Selain
untuk mengatasi stress dan meningkatnya perasaan sehat, keuntungan lain
dari latihan aerobik yang dilakukan secara teratur adalah meningkatnya
kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah,
berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat, berkurangnya
obesitas, dan menurunnya resistensi insulin (Fakhruddin & Nisa, 2013).
Senam jantung sehat adalah salah satu senam aerobik yang
mempunyai susunan lengkap, terdiri dari pemanasan, latihan, dan
pendinginan dalam satu paket (Marvia, Merta, & Aziz, 2016).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan senam jantung sehat
mengacu pada pendapat Fakhruddin & Nisa (2013) yaitu olahraga yang
mengutamakan kemampuan jantung, kelenturan sendi dan gerakan otot
besar, meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-C,
menurunnya tekanan darah, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat
istirahat, berkurangnya obesitas, dan menurunnya resistensi insulin.
b. Tujuan Senam Jantung Sehat
Tujuan dari senam jantung sehat yaitu untuk menyehatkan jantung,
memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh dalam 24 jam, memberikan
kelenturan, kekuatan dan peningkatan otot-otot, denyut nadi normal dan
stabil serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Putri,
Mulyani, & Agung, 2015).
c. Gerakan Senam Jantung Sehat
1) Gerakan Pemanasan
Pemanasan adalah persiapan emosional, psikologis dan fisik untuk
melakukan latihan (Mukholid, 2007). Gerakan ini dilakukan sebelum
memasuki gerakan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai
sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya. Tujuan
latihan ini adalah menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut
jantung mendekati intensitas latihan. Selain itu, pemanasan perlu
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga.
Lama pemanasan biasanya 5-10 menit (Tapan, 2005).
2) Gerakan Inti
Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah aktif dengan
mengikuti alur tertentu. Gerakan ini bertujuan untuk menguatkan otot-
otot tubuh seperti lengan, tungkai, perut, pinggul dan juga melatih
koordinasi gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih
antara 20-30 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan latihan yang
dilakukan (Sumintarsih, 2006).
3) Gerakan Pendinginan
Pelaksanaan gerakan pada pendinginan ini merupakan penurunan
gerakan secara bertahap dari intensitas tinggi ke intensitas rendah
(Mukholid, 2007). Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan
kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dan mengembalikan darah ke
jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah di otot
kaki dan tangan. Gerakan ini dilakukan kira-kira 5-10 menit
(Sumintarsih, 2006).
B. Kerangka Teori

Penderita Hipertensi

Perubahan pada jantung

Jantung mengalami
hipertrofi

Peningkatan kerja
jantung

Tekanan darah naik

Hipertensi

Farmakologi Non Farmakologi

Antagonis Vasodilator Penurunan Pembatasan


Angiotensin Arteriol Berat Badan alkohol, natrium
dan tembakau
Diuretik Simpatolitik
Olahraga Relaksasi

Senam Jantung Sehat

- Denyut nadi normal dan stabil


- Menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan diantaranya sebagai berikut.
1. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo
didapatkan hasil bahwa senam jantung sehat berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah sistolik dengan nilai p value sebesar 0,000 dan diastolik p value
sebesar 0,004 (Eso, Pascawitasari, & Sudayasa, 2018)
2. Dalam penelitian yang berjudul Pelaksanaan Senam Jantung Sehat untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Panti Sosial Tresna
Wherda Kasih Sayang Ibu Batusangkar didapatkan hasil bahwa terdapat
perubahan tekanan darah secara signifikan artinya senam jantung sehat
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi dengan
nilai p untuk tekanan darah sistolik 0,000 dan tekanan darah diastolik 0,003
(Merianti & Wijaya, 2015).
3. Dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Senam Jantung Sehat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi didapatkan hasil bahwa
sebelum dan sesudah melakukan senam jantung sehat terdapat perdebaan
tekanan darah pada perbedaan tekanan darah dengan nilai p < 0.05 (Putri,
Mulyani, & Agung, 2015).
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh senam jantung sehat pada
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut nadi normal dan stabil
pada penderita hipertensi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitaf yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
populasi maupun sampel, teknik pengambilan sampel dilakukan secara
random dan pengumpulan data menggunakan analisis data yang bersifat
kuantitatif dengan tujua untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2006)
Penelitian menggunakan quasy experiment design dengan pre dan
post test without control. Quasy experiment design adalah rancangan untuk
mengetahui sebab akibat dengan melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Dalam rancangan tersebut, kelompok intervensi diberi perlakuan
sedangkan kelompok kontrol tidak. Kedua kelompok tersebut dimulai dengan
pra-tes dan setelah diberi perlakuan dilakukan pengukuran kembali (pasca-
test) (Nursalam, 2015).
Pada penelitian ini tidak dibentuk kelompok kontrol, hanya memberi
perlakuan pada kelompok intervensi.
B. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik atau perilaku yang memberikan suatu
penilaian yang berbeda terhadap sesuatu seperti benda, manusia maupun
lainnya (Nursalam, 2015).
Klasifikasi variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen merupakan
variabel yang mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2015). Didalam
penelitian ini variabel independennya yaitu “Pengaruh senam jantung sehat”.
Menurut Nursalam (2015) variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain. Didalam penelitian ini variabel dependennya
yaitu “Tekanan darah dan hipertensi pada penderita hipertensi”
D. Bahan Penelitian
E. Intrumen Penelitian
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
G. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
H. Kerangka Operasional

Peneliti menentukan subjek penelitian

Pre-test Diberi intervensi Post-test


(Observasi) (Observasi)

Dibandingkan

Sumber: A.A.Hidayat (2014)


DAFTAR PUSTAKA

A.A.Hidayat. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.


Jakarta: Salemba Medika.

Alex, I., & Novianto, E. (2010). Mediated And Growrich, Sehat, Kaya, dan Bahagia
Duniawi Spiritual. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

American Heart Association. (2015). Guidelines 2015 CPR & ECC. Circulation,
132(5), 293. https://doi.org/10.1016/S0210-5691(06)74511-9

Asikin, M. (2016). Keperwatan Medikal Bedah: Sistem Kardiovaskular. Jakarta:


Erlangga.

Bickley, L. S. (2017). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta:
EGC.

Dilianti, I. E. (2017). Efektifitas hidroterapi terhadap penurunan tekanan darah lansia


penderita hipertensi. Nursing News, 2, 193–206.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016.

Eso, A., Pascawitasari, D., & Sudayasa, I. P. (2018). Pengaruh Senam Jantung Sehat
terhadap Tekanan Darah Penderita. 6, 530–534.

Fakhruddin, H., & Nisa, K. (2013). Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna
Werdha’ Natar Lampung Selatan. MAJORITY (Medical Journal of Lampung
University), 2(5), 76–84. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/43/42

Fatonah, S., Rihiantoro, T., & Astuti, T. (2015). Pengaruh terapi bekam terhadap
darah penderita hipertensi. Jurnal Keperawatan, XI(1), 56–62.

Hermanto, J. (2014). Pengaruh Pemberian Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Unit Sosial Rehabilitasi Pucang
Gading Semarang. Jurnal Keperawatan Gerontik, 1–9.

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan


Klinis. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. (2010). Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. Retrieved from
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia website:
http://www.depkes.go.id/article/print/810/hipertensi-penyebab-kematian-nomor-
tiga.html

Martuti, A. (2009). Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul: Kreasi


Kencana.

Marvia, E., Merta, I., & Aziz, L. Y. (2016). Efektifitas Senam Jantung Terhadap
Perubahan Status Tekanan Darah Pasien Hipertensi Pada Penghuni Rumah
Tahanan klas II B Praya Lombok Tengah. Prima, 2(2), 11–20.

Merianti, L., & Wijaya, K. (2015). TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI PANTI SOSIAL.

Mukholid, A. (2007). Pendidikan Jasmani 2. Jakarta: Yudhistira.

Muttaqin, A. (2009). Pengatar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Metodoligi penelitan ilmu keperawatan pendekatan praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Putri, A. G., Mulyani, S., & Agung, A. (2015). Efektifitas Senam Jantung Sehat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Akes Rajekwesi
Bojonegoro. Retrieved from http://ejournal.rajekwesi.ac.id/ind

Sandi, I. N. (2016). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
and Fitness Journal, 4(2), 1–6. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article/view/24030

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani untuk Lanjut Usia. Jakarta: Majora


Volume.

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika.

Tapan, E. (2005). Penyakt Degeneratif. Jakarta: PT Elex Komputindo.

Tim Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wade, C. (2016). Mengatasi Hipertensi. Bandung: Nuansa Cendikia.


Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Casey, D. E., & Collins, K. J. (2017).
2017 Guideline for the Prevention , Detection , Evaluation , and Management of
High Blood Pressure in Adults 2017 Guideline for the Prevention , Detection ,
Evaluation , and Management of High Blood Pressure in Adults. American
College of Cardiology. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.07.745

WHO. (2013). A global brief on hypertension Silent killer, global public health crisis.
Retrieved from World Health Organization website:
https://www.who.int/cardiovascular_diseases/publications/global_brief_hyperten
sion/en/

Anda mungkin juga menyukai