Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Artefak Vol.6 No.

2 September 2019

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak

TRADISI UPACARA PERKAWINAN ADAT SUNDA


(Tinjauan Sejarah dan Budaya di Kabupaten Kuningan)

Agus Gunawan
Universitas Kuningan, Indonesia
Jl. Cut Nyak Dhien No.36 A, Cijoho, Kec. Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Email: agusgunawan1967@yahoo.com
Sejarah Artikel: Diterima 19-8-2019, Disetujui 30-8-2019, Dipublikasikan 7-9-2019

Abstrak
Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting, karena menyangkut tata nilai kehidupan
manusia. Oleh sebab itu perkawinan merupakan tugas suci (sakral) bagi manusia untuk
mengembangkan keturunan yang baik dan berguna bagi masyarakat luas. Hal ini tersirat dalam tata
cara upacara perkawinan. Semua kegiatan, termasuk segala perlengkapan upacara adat merupakan
simbol yang mempunyai makna bagi pelaku upacara. Di samping itu pelaku memohon kepada
Tuhan agar semua permohonan dapat dikabulkan. Problem penelitian disini adalah mengapa
masyarakat di Kabupaten Kuningan mayoritas beragama Islam, tetapi dalam setiap upacaranya
masih ada yang menggunakan berbagai bentuk sesaji. Secara normatif, Islam mengajarkan bahwa
hanya kepada Tuhanlah orang menyandarkan kebutuhannya, tidak melalui sesaji. Manusia bisa
mengajukan permohonan secara langsung kepada Tuhan. Upacara perkawinan masyarakat di
Kabupaten Kuningan diselenggarakan dengan cara sederhana. Upacara perkawinan ini ada
beberapa tahapan, yaitu, pra perkawinan, perkawinan dan sesudah perkawinan. Pra perkawinan,
dilakukan sebelum aqad nikah, seperti melamar, seserahan, dan ngeuyeuk seureh. Pelaksanaan
perkawinan, seperti aqad nikah dan sungkem. Sesudah perkawinan, dilakukan setelah aqad nikah,
seperti upacara sawer, nincak endog (telur), buka pintu, dan munjungan.

Kata Kunci: Tradisi Upacara dan Perkawinan Adat Sunda

Abstract
Marriage is a very important event because it involves the values of human life. Therefore marriage
is a sacred duty (sacred) for humans to develop offspring that are good and useful for the wider
community. This is implied in the marriage ceremony procedures. All activities, including all
ceremonial equipment are symbols that have meaning for the performers of the ceremony. In
addition, the offender pleads to God so that all requests can be granted. The research problem
here is why the majority of people in Kuningan Regency are Muslim, but in each ceremony there
are still those who use various forms of offerings. Normatively, Islam teaches that it is only to God
that people rely on their needs, not through offerings. Humans can submit requests directly to God.
The community wedding ceremony in Kuningan District was held in a simple way. This marriage
ceremony has several stages, namely, pre-marriage, marriage and after marriage. Pre-marriage
carried out before aqad nikah, such as applying for marriage and making love. The implementation
of marriage, such as marriage aqad and sungkem. After marriage, it is done after aqad marriage,
such as sawer ceremony, nincak endog (eggs), open the door, and munjungan.

Keyword: Sundanese Traditional Ceremony and Marriage Traditions

PENDAHULUAN

Halaman | 71
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

Manusia merupakan makhluk yang keturunan yang baik dan berguna bagi
berbudaya, melalui akalnya manusia berpikir masyarakat luas. Hal ini tersirat dalam tata
sehingga mampu menciptakan berbagai cara upacara perkawinan. Semua kegiatan,
kebudayaan yang pada gilirannya tumbuh dan termasuk segala perlengkapan upacara adat
berkembang dalam suatu masyarakat. merupakan simbol yang mempunyai makna
Kebudayaan dapat mengalami akulturasi bagi pelaku upacara. Di samping itu pelaku
bentuk, antara yang baru dengan yang sudah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
ada, sehingga bentuk dan coraknya bisa pula semua permohonan dapat dikabulkan.
dipengaruhi oleh unsur kepercayaan yang (Thomas Wiyasa Bratawidjaja, 1990: 9).
bermacam-macam, seperti animisme, Simbol merupakan salah satu inti dari
dinamisme, perkembangan agama Islam serta kebudayaan dan menjadi pertanda dari
Hindu -Budha. Kebudayaan diartikan sebagai tindakan manusia selalu ada dan masuk dalam
upaya masyarakat untuk terus menerus secara segala unsur kehidupan. Simbol-simbol yang
dialektis menjawab setiap tantangan yang berupa benda-benda, sebenarnya terlepas dari
dihadapkan dengan menciptakan berbagai tindakan manusia. Sebaliknya, tindakan
prasarana dan sarana. Kebudayaan manusia harus selalu mempergunakan simbol-
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi simbol sebagai media penghantar dalam
manusia karena setiap manusia dalam komunikasi antar sesama. Penggunaan simbol
masyarakat selalu menemukan kebiasaan baik dalam wujud budaya ternyata dilaksanakan
atau buruk bagi dirinya. Kebiasaan yang baik dengan penuh kesadaran, pemahaman, dan
akan diakui dan dilaksanakan oleh orang lain penghayatan yang tinggi, yang dianut secara
yang kemudian dijadikan dasar bagi hubungan tradisional dari satu generasi ke generasi
antara orang-orang tertentu, sehingga tindakan berikutnya. (Budiono Herusatoto, 2000: 18).
itu menimbulkan norma atau kaidah Norma Menurut kepercayaan masyarakat
atau kaidah itu disebut juga dengan adat wilayah Kabupaten Kuningan, menjalankan
istiadat (Musa Asy’ari, 1992: 95). adat istiadat warisan nenek moyang berarti
Mengenai adat istiadat dapat pula menghormati para leluhur mereka. Segala
menyentuh penyelenggara upacara adat dan sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran
aktivitas ritual yang dianggap sangat leluhur dan sesuatu yang tidak dilakukan
mempunyai arti bagi warga pendukungnya, leluhurnya dianggap sesuatu yang tabu. Ini
selain sebagai penghormatan terhadap leluhur menjadi aturan tak tertulis yang harus dijalani.
dan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Jika tidak dijalani mereka dianggap melanggar
Kuasa, juga sebagai sarana sosialisasi dan adat, dan diyakini akan menimbulkan
pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada malapetaka. Upacara perkawinan dalam
dan berlaku dalam kehidupan masyarakat masyarakat di Kabupaten Kuningan tidak
sehari-hari. Demikian pula halnya yang terjadi serampangan bisa digelar, banyak persiapan
di wilayah Kabupaten Kuningan, di sana yang harus dijalani. Mulai dari merencanakan
muncul suatu bentuk upacara adat yang jadwal pelaksanaan berdasarkan perhitungan
dianggap sakral dalam menggunakan simbol- waktu yang tepat untuk menggelar hajat,
simbol sehingga menarik untuk diteliti yaitu sampai pada prosesi pelaksanaan ritualnya.
upacara perkawinan adat Sunda. Perkawinan Bulan Sapar dan bulan Ramadhan merupakan
menurut istilah ilmu Fiqih dipakai perkataan bulan larangan (pamali) untuk
“nikah” dan “jiwaz”. Secara etimologi, menyelenggarakan acara-acara penting,
“nikah” mempunyai arti sebenarnya dan arti seperti perkawinan, khitanan, membangun
kiasan. Arti sebenarnya dari “nikah”, ialah rumah dan upacara adat. Hal ini dikarenakan
menghimpit, menindih atau berkumpul, bulan tersebut bertepatan dengan upacara
sedang arti kiasannya ialah setubuh, atau menyepi. (Heni Fajria Rif’ati, 2002: 170).
mengadakan perjanjian pernikahan (Kamal Upacara perkawinan yang
Mukhtar, 1993: 1). diselenggarakan di wilayah Kabupaten
Sementara itu perkawinan adalah Kuningan sangat sederhana, pelakunya yaitu
peristiwa yang sangat penting, karena dari petugas KUA setempat, kuncen (Amil),
menyangkut tata nilai kehidupan manusia, kedua mempelai, orang tua mempelai, kerabat
oleh sebab itu perkawinan merupakan tugas dekat mempelai. Tahapan-tahapan dalam
suci bagi manusia untuk mengembangkan upacara perkawinan yaitu, pra perkawinan

Halaman | 72
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

yang dilakukan sebelum aqad nikah seperti mengunjungi kedua orang tua mereka, kerabat
ngalamar, Ngeuyeuk seureuh dan seserahan. dekat dan sesepuh.
Pelaksanaan perkawinan atau acara inti,
seperti aqad nikah dan sungkem. Sesudah METODE PENELITIAN
perkawinan, dilakukan setelah aqad nikah,
seperti upacara sawer, nincak endog, buka Penelitian ini menggunakan metode
pintu, ngariung dan munjungan. Dalam sejarah (historis), yaitu suatu cara yang
perkawinan masyarakat di Kabupaten ditempuh dalam mempelajari suatu peristiwa
Kuningan, ada beberapa upacara yang berbeda sejarah. Atau, penelitian yang bertugas
dengan perkawinan pada umumnya dan mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang
menarik untuk diteliti. terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Pra perkawinan, yang pertama Menurut Ismaun (2005: 35) metode
melamar, menyatakan permintaan untuk historiografi merupakan proses untuk menguji
perjodohan dari seorang laki-laki pada seorang dan mengkaji kebenaran rekaman dan
perempuan atau sebaliknya dengan perantara peninggalan-peninggalan masa lampau
orang yang dipercayai. Kedua, upacara dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti
ngeuyeuk seureuh, upacara ini biasanya dan data-data yang ada sehingga menjadi
dilakukan sehari sebelum perkawinan. Ketiga, penyajian yang dapat dipercaya. Menurut
upacara seserahan dalam upacara ini orang tua Kuntowijoyo (2005: 91) metode dalam
calon pengantin pria menyerahkan putranya penelitian sejarah mempunyai lima tahapan
kepada orang tua calon pengantin wanita dalam proses penelitiannya, yaitu:
sambil membawa barang-barang keperluan 1) Pemilihan topik. Topik dipilih
calon pengantin wanita. Perkawinan inti dari berdasarkan: (1) kedekatan emosional, (2)
upacara yaitu aqad nikah, dilakukan dengan kedekatan intelektual, setelah topik
ijab kabul yang disaksikan oleh dua orang ditemukan, langkah berikutnya (3)
saksi. Terjadinya proses ijab-kabul ini biasa membuat rencana penelitian.
disebut dirapalan. Bagi masyarakat di wilayah 2) Pengumpulan sumber. Sumber (sumber
Kabupaten Kuningan yang beragama Islam, sejarah disebut juga data sejarah; bahasa
maka perkawinannya dilaksanakan di depan Inggris datum) yang dikumpulkan harus
penghulu dan kemudian dicatat oleh pegawai sesuai dengan jenis sejarah yang akan
KUA setempat. Sesudah perkawinan ada ditulis. Sumber itu, menurut bahannya
beberapa ritual lain yang dilaksanakan yaitu, dibagi menjadi dua: tertulis dan tidak
pertama upacara sawer dilakukan setelah akad tertulis, atau dokumen dan artefak.
nikah, pasangan pengantin dibawa ke tempat 3) Verifikasi. Setelah diketahui secara persis
panyaweran atau tempat terbuka. Kemudian topik yang diajukan dan sumber sejarah
panyawer melantunkan syair sawer, sambil sudah terkumpul, tahap berikutnya adalah
menabur beras yang bercampur irisan kunir verifikasi, kritik sejarah, atau keabsahan
dan uang receh ke penonton. Kedua, upacara sumber. Verifikasi ada dua macam:
nincak endog. Endog (telur) di simpan diatas autensitas atau keaslian sumber, atau kritik
golodog dan mempelai laki-laki ekstern, dan kredibilitas, atau kebiasaan
menginjaknya. Kemudian mempelai dipercayai, atau kritik intern.
perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki 4) Interpretasi. Interpretasi atau penafsiran
dengan air kendi. Setelah itu mempelai sering disebut sebagai biang subjektivitas.
perempuan masuk ke dalam rumah, sedangkan Sebagian itu benar, tapi sebagian salah.
laki-laki berdiri di muka pintu untuk Benar, karena penafsiran sejarawan, data
melaksanakan upacara ketiga yaitu buka pintu. tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur,
Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab akan mencantumkan data dan keterangan
antara kedua mempelai yang diwakili oleh dari mana data itu diperoleh. Tahap
masing-masing pendampingnya dengan cara interpretasi, paling tidak meliputi analisis
dilagukan. Keempat, upacara ngariung sambil dan sintesis.
menarik bakakak hayam, saling makan sesuap 5) Penulisan. Dalam penulisan sejarah, aspek
nasi kuning dan minum bersama atau disebut kronologi sangat penting. Penyajian
huap lingkung. Yang terakhir yaitu penelitian dalam bentuk tulisan
munjungan atau sungkem, kedua mempelai mempunyai tiga bagian: (1) Pengantar, (2)

Halaman | 73
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

Hasil Penelitian dan (3) Simpulan. yakni agama Islam, karena walaupun dalam
Dengan menempuh kelima langkah prosesi perkawinan yang diwariskan para
diatas, dapat dipastikan akan diperoleh hasil leluhur, namun secara esensial diwarnai
penelitian yang diharapkan. Tentunya langkah dengan ajaran – ajaran Islam. Oleh karena itu,
demi langkah harus dikuasai benar agar tidak perkawinan yang ada di Kabupaten Kuningan
terjadi kekeliruan yang tidak diharapkan merupakan perpaduan antara nilai istiadat
sehingga berakibat pada kurang tercapainya masyarakat, ajaran agama dan undang –
tujuan penelitian ini. undang yang telah ditetapkan pemerintah
Indonesia.
HASIL PENELITIAN DAN Upacara perkawinan di berbagai
PEMBAHASAN daerah, mempunyai keunikan dan keragaman
yang berbeda – beda, baik dari segi ritual
Prosesi pelaksanaan upacara perkawinan perkawinan, prosesi, maupun alat – alat yang
adat sunda pada masyarakat di wilayah digunakan dalam upacara perkawinan adat
Kabupaten Kuningan tersebut. Hal ini menggambarkan adanya
Dalam perkembangan zaman yang perbedaan pandangan, pemahaman, dan
semakin modern, upacara tradisional sebagai kepercayaan yang dianut oleh berbagai daerah
wahana budaya leluhur bisa dikatakan masih yang ada di Indonesia. Penyelenggaraan
memegang peranan penting dalam kehidupan upacara perkawinan di lingkungan masyarakat
masyarakat. Upacara tradisional yang Sunda ada perbedaan dengan pelaksanaan
memiliki makna filosofis sampai sekarang perkawinan di kalangan masyarakat
masih dipatuhi oleh masyarakat Kabupaten Kuningan. Upacara perkawinan di
pendukungnya. Hal ini disebabkan masyarakat Kabupaten Kuningan diselenggarakan secara
merasa takut akan mengalami hal – hal yang sederhana. Mereka yang menghadiri upacara
tidak diinginkan jika tidak melaksanakan perkawinan tersebut terbatas pada lingkungan
upacara tradisional. Salah satu unsur budaya keluarga terdekat, baik dari pihak mempelai
yang masih diakui keberadaannya dan wanita maupun pihak mempelai laki – laki.
dianggap sebagai warisan budaya yang Ada yang unik dalam upacara adat perkawinan
penting dalam perjalanan hidup setiap orang di masyarakat Desa Lebakherang Kecamatan
adalah upacara perkawinan adat. Perkawinan Ciwaru Kabupaten Kuningan ciri khas yaitu
dalam bahasa Arabnya disebut nikah. Kedua seperti adat boboroloan salah satunya,
konsep tersebut dalam kehidupan sehari – hari boboroloan adalah adat yang dilakukan oleh
selalu disamakan pemahamannya. Menurut kedua mempelai pengantin salah satunya
K.H. Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya adalah anak bungsu atau pun keduanya anak
yang berjudul Hukum Perkawinan Islam bungsu.Boboroloan ini merupakan
(1999:4), perkawinan adalah suatu aqad atau pengumpulan uang yang di tempatan dalam
perikatan untuk menghalalkan hubungan wadah yang cukup besar, kemudian kedua
kelamin antara laki – laki dan perempuan mempelai berkeliling kesanak saudara
dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup bermaksud sanak sodara memberikan uang
keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta dan mengisi pada wadah yang dibawa oleh
kasih sayang dengan cara yang diajarkan oleh kedua mempelai setelah pengumpulan uang
agama Islam. tersebut kemudian mereka duduk kembali
Berkeluarga itu hukumnya sunnah pada kursi pengantin. (Wawancara dengan
Rosul mengikuti Nabi Muhammad SAW, Tarmudin, tanggal 25 April 2019)
seperti firman Allah dalam surat Ar-Ra’du Dalam upacara perkawinan di
ayat 38 yang artinya “dan sesungguhnya Kami Kabupaten Kuningan terkandung nilai – nilai
telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan norma – norma yang mempunyai fungsi
dan Kami memberikan kepada mereka istri- dalam mengatur serta mengarahkan tingkah
istri dan keturunan……” Salah satu upacara laku setiap anggota masyarakat. Dengan
perkawinan adat Sunda adalah upacara demikian, tata upacara perkawinan adat Sunda
perkawinan pada masyarakat Kabupaten di Kabupaten Kuningan merupakan perpaduan
Kuningan. Upacara perkawinan adat di dari unsur sifat, karakteristik, kepercayaan dan
Kabupaten Kuningan lebih didominasi oleh agama, yang kesemuanya saling menopang
nilai – nilai dan ajaran agama yang dianut satu sama lain. Setiap upacara, baik sebelum

Halaman | 74
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

waktu pelaksanaan maupun sesudah Upacara ngeuyeuk seureuh ini


perkawinan mengandung unsur tujuan, biasanya diselenggarakan pada malam hari
tempat, waktu, alat – alat dan jalannya sebelum akad nikah di rumah orang tua
upacara. calon pengantin wanita. Pelaksanaannya
dipimpin oleh seseorang yang benar –
benar tahu tentang upacara ini, yang
1. Sebelum Upacara Perkawinan disebut pengeuyeuk. Sedangkan kuncen
Tahap upacara tersebut dilaksanakan bertugas membakar kemenyan pada waktu
sesuai dengan ekonomi dan situasi yang ada upacara serta membaca do’a setelah
pada waktu, namun tidak boleh menyimpang upacara selesai. Upacara ngeuyeuk seureuh
dari tata cara pokok adat istiadat Sunda. Tahap ini dilakukan pada malam hari. Pada
upacara perkawinan di beberapa desa masyarakat Sunda umumnya, upacara ini
Kabupaten Kuningan, secara jelas diuraikan tidak boleh dihadiri oleh sembarang orang,
sebagai berikut: tetapi beberapa masyarakat desa di
a. Melamar atau Meminang Kabupaten Kuningan berbeda, para
Melamar adalah satu tahapan yang pendukung dalam upacara ini boleh siapa
menunjukkan (menyatakan) permintaan saja dan tidak ada larangan. Namun karena
untuk perjodohan dari seorang laki – laki upacara ini dilakukan malam hari, jarang
pada seorang perempuan dengan perantara sekali anak – anak kecil atau yang dianggap
seseorang yang dipercayai. Tujuan lamaran belum berumur ikut menonton.
ini adalah untuk menanyakan kepada kedua Prosesi dalam upacara ini adalah
orang tua perempuan, apakah anak yang kedua mempelai mempersiapkan peralatan
dimaksud masih sendiri atau sudah ada pengantin yang akan dipakai besok, seperti
yang punya. Dalam Islam pinangan pakaian pengantin laki – laki dan wanita,
disunnahkan dan dianjurkan kepada sepatu, kosmetik, tikar, peralatan sawer
manusia. Di kalangan masyarakat dan lain – lain. Semua barang – barang
Kabupaten Kuningan, bila akan yang sudah disiapkan tadi ditumpuk jadi
menikahkan anaknya, orang tua pria perlu satu dalam ayakan (alat penyaring).
berkunjung ke rumah orang tua wanita Tumpukan paling bawah sendiri biasanya
yang menjadi pilihan anaknya. Hal ini ditaruh seureuh bertangkai. Setelah semua
perlu dilakukan dalam rangka peralatan lengkap, ayakan yang berisi
mendapatkan keterangan lebih jelas perlengkapan pengantin diikat/ditutupi
mengenai data pribadi wanita yang dengan kain, lalu diangkat oleh pasangan
dimaksud, seperti apakah wanita itu, sudah pengantin, untuk ditaruh diatas kepulan
mempunyai pacar atau belum dan juga hal asap kemenyan sambil dibacakan sambil
lain yang dipandang perlu dalam dibacakan do’a oleh kuncen. Pada saat
memperdalam pengetahuan terhadap calon memegang dan mengangkat perlengkapan
pasangan yang akan menjadi teman hidup upacara ngeuyeuk seureuh ini tidak boleh
anaknya, bagi masyarakat Kabupaten lepas, keduanya harus saling bekerja sama
Kuningan tahapan ini disebut juga dengan maksud dari acara ini adalah bahwa dalam
nanyaan. Apabila wanita yang dimaksud hidup rumah tangga harus selalu tolong
belum mempunyai pacar atau tunangan dan menolong antara sesama. Pembacaan do’a
orang tuanya juga setuju dengan pria yang selesai, maka selesai pula upacara
diajukan, maka terjadilah perembukan ngeuyeuk seureuh.
yang dinamakan Neundeun omong. Sejak
peristiwa ini, maka kedua belah pihak c. Upacara Seserahan
mulai dengan saling kunjung mengunjungi, Seserahan artinya menyerahkan atau
kadang – kadang bila ada rejeki, mereka memasrahkan. Upacara ini biasanya
saling berkirim makanan atau lainnya, berlangsung sebelum aqad nikah
sehingga hal itu akan menimbulkan dilaksanakan. Menurut Hilman Hadi
hubungan yang erat dari kedua belah pihak. (1990: 131) dalam upacara ini orang tua
calon pengantin pria menyerahkan
b. Ngeuyeuk seureuh putranya kepada orang tua pengantin putri
untuk dikawinkan dengan putrinya sambil

Halaman | 75
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

membawa barang – barang keperluan calon falsafah hidup mereka sehari – hari.
pengantin. Hal semacam ini sebenarnya “Parentah gancang lakonan, panyaur geura
bukan menjadi kewajiban setiap pengantin temonan, panundut gancang caosan”.
pria, sebagian calon pengantin pria cukup Maksudnya adalah perintah dan
menyerahkan uang saja. Jumlah dan nilai permintaan dari aparat pemerintah harus
barang – barang yang dibawa/diserahkan, segera dilaksanakan. Upacara akad nikah
tergantung pada kemampuan pihak laki – di setiap daerah mempunyai perbedaan
laki yang juga disepakati pihak perempuan. dalam setiap prosesnya, seperti ritual akad
Makin tinggi nilainya tentu makin nikah pada masyarakat Jawa berbeda
membahagiakan hati perempuan. dengan masyarakat Sunda dan seterusnya.
Biasanya barang – barang yang Hal ini disebabkan perbedaan pemahaman
dibawa pada saat seserahan adalah berupa yang di dalamnya menyangkut perbedaan
uang, pakaian perempuan, perhiasan – adat istiadat yang berlaku di suatu daerah
perhiasan seperti gelang, kalung dan lain – tertentu.
lain, alat – alat kecantikan wanita. Bahkan Proses akad nikah merupakan ritual
ada diantaranya di salah satu desa di yang sangat sakral, sebab mereka
Kabupaten Kuningan ditambah juga menganggap ritual - ritual yang ada dalam
dengan membawa binatang ternak seperti akad nikah harus dijunjung tinggi
ayam, kambing, dan ada pula yang kebenarannya, baik dalam tata caranya
menambahnya dengan alat – alat rumah maupun individu yang melakukannya.
tangga, alat – alat dapur. Semua barang – Dalam hal ini kedua belah pihak mempelai
barang itu dimaksudkan untuk dipakai pria dan wanita harus mempersiapkan
nanti bilamana mereka berumahtangga terlebih dahulu dengan matang, baik dalam
sendiri setelah kawin. Barang – barang menentukan tanggal, hari maupun alat –
yang diserahkan ini biasanya atas dasar alat yang akan digunakan pada waktu
persetujuan kedua belah pihak sewaktu proses akad nikah. Dengan kesiapan yang
berembuk upacara melamar. matang prosesi akad nikah akan berjalan
baik.
2. Upacara Pada Saat Perkawinan Upacara akad nikah di Kabupaten
Upacara perkawinan lazimnya Kuningan dilakukan dengan ijab – kabul
dilangsungkan di rumah orang tua calon yang disaksikan oleh dua orang saksi. Ijab
pengantin wanita. Pada hari perkawinan pria artinya pernyataan dari ayah mempelai
diantar dengan iring – iringan dari suatu wanita yang bertindak sebagai wali.
tempat yang telah ditentukan menuju ke Namun jika ayahnya berhalangan tidak
rumah calon pengantin wanita. Dalam iring – bisa hadir karena sakit atau sudah
iringan tersebut biasanya pengantin pria meninggal, peran ayah bisa digantikan oleh
dipayungi. Bila pengantin pria berdekatan orang yang diberi kuasa untuk bertindak
rumah dengan pengantin wanita, maka calon sebagai wali. Setelah ijab diucapkan,
pengantin pria langsung menuju calon segera disusul dengan ucapan kabul oleh
pengantin wanita, ciri khas pakaiannya mempelai laki – laki sebagai tanda
memakai sinjang dan singer (Wawancara penerimaan. Sehingga dengan selesainya
dengan Leni Isnayati, tanggal 12 Mei 2019). ijab-kabul tersebut, kedua mempelai sudah
Adapun tahap pelaksanaan perkawinan di sah menjadi suami istri. Terjadinya proses
Kabupaten Kuningan sebagai berikut: ijab-kabul tersebut oleh masyarakat
a. Akad Nikah Kabupaten Kuningan disebut dirapalan.
Upacara perkawinan di kalangan Masyarakat Kabupaten Kuningan
masyarakat Kabupaten Kuningan semuanya beragama Islam, maka dalam
prinsipnya tidak banyak berbeda dengan upacara perkawinan adat di kampung ini
anggota masyarakat lainnya yang tinggal di selain ada ritual yang berasal dari adat
luar Kabupaten Kuningan. Artinya bahwa setempat juga disesuaikan dengan
sebelum kedua mempelai melangsungkan ketentuan syari’at agama Islam. Dalam hal
akad nikah, mereka lebih dulu harus ini menurut peraturan agama, perkawinan
memenuhi persyaratan administrasi. dianggap sah apabila pada waktu akad
Sebagaimana tercermin dalam salah satu nikah dihadiri oleh kedua mempelai, wali,

Halaman | 76
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

saksi (minimal 2 orang), penghulu atau yang biasa dilagukan pada waktu upacara
petugas dari Kantor Urusan Agama, dan sawer seperti pada waktu upacara khitanan
mas kawin. dan perkawinan. Kata sawer mengandung
arti “tabur atau sebar”. Setelah
b. Sungkem melantunkan satu bait syair sawer,
Upacara ini merupakan upacara adat penyawer menyelinginya dengan
yang sangat berkesan. Upacara ini akan menaburkan beras, irisan kunir, permen,
menimbulkan perasaan terharu yang luar uang logam dan bermacam – macam bunga
biasa, baik bagi kedua mempelai maupun rampai yang disimpan di dalam baskom ke
bagi hadirin yang ikut menyaksikannya. atas payung atau ke arah pengantin.
Dalam upacara ini mula – mula pengantin Sehingga dalam waktu bersamaan, anak –
wanita sungkem kepada ibunya, kemudian anak yang bergerombol di belakang
bertukar, pengantin laki – laki kepada pengantin saling berebut memungut uang
mertua perempuan dan pengantin wanita sawer dan permen sebanyak – banyaknya.
sungkem kepada ayahnya, begitu Begitu seterusnya sampai isi yang di
seterusnya kepada orang tua pihak laki – baskom habis terkuras.
laki dengan cara yang sama. Adapun sajak atau syair yang
Adapun arti sungkem yang dipakai oleh masyarakat Kabupaten
dilakukan oleh kedua pengantin ke Kuningan dalam upacara sawer adalah
hadapan orang tua serta keluarga yang memakai sekar macapat yaitu
lebih tua (pinisepuh) dari kedua belah dandanggula, kinanti, sinom, asmarandana,
pihak, menunjukkan tanda bakti dan rasa dan lain – lain. Syair sawer merupakan
terima kasih atas bimbingan dari lahir tembang atau lagu yang dinyanyikan oleh
sampai perkawinan. Selain itu kedua juru sawer setelah ijab qabul dalam prosesi
pengantin mohon do’a restu dalam perkawinan adat Sunda. Syair sawer
membangun kehidupan rumah tangga yang biasnya terdiri dari pendahuluan atau
baru agar selalu mendapatkan berkah dan pembukaan, isi (nasihat kepada pengantin
rahmat Tuhan. wanita dan pengantin lelaki), dan penutup.

3. Upacara Setelah Perkawinan b. Upacara Nincak Endog (injak telur)


Walaupun pasangan pengantin tersebut Usai upacara sawer dilanjutkan
sudah dinyatakan sah sebagai suami istri, dengan upacara nincak endog. Kedua
namun karena mereka merupakan bagian dari pengantin dipersilahkan berdiri menuju
masyarakat adat, maka upacara tangga rumah. Pengantin pria berdiri di
perkawinannya masih harus dilanjutkan bawah tangga dan pengantin wanita berdiri
dengan prosesi berikutnya yang didasarkan di anak tangga rumah yang lebih tinggi
pada adat dan tradisi leluhurnya. sambil membawa kendi dan saling
a. Upacara Sawer berhadapan muka. Dalam pelaksanaanya
Upacara sawer dilakukan setelah pengantin pria langsung menginjak endog
selesai akad nikah, pasangan pengantin (telur) yang ditaruh di atas papan ijakan.
duduk di kursi yang ditaruh di depan rumah Telur itu harus pecah dengan sekali
mempelai wanita yang disaksikan ratusan menginjaknya. Kemudian mempelai
pasang mata. Tempat yang digunakan perempuan mencuci kaki mempelai laki –
untuk upacara sawer merupakan tempat laki dengan air kendi sambil diterangi oleh
terbuka yang biasa disebut tempat lilin/Pelita, dan kendi yang kosong
penyaweran. Pasangan pengantin tersebut langsung dihempaskan ke tanah hingga
didampingi oleh seorang pemegang hancur. Setelah itu mempelai perempuan
payung dan didepannya berdiri juru sawer masuk ke dalam rumah, sedangkan
atau biasa disebut penyawer. Juru sawer ini mempelai laki – laki berdiri di muka pintu
umumnya kaum wanita. untuk melaksanakan upacara buka pintu.
Upacara sawer diawali dengan
mengucapkan ijab kabul oleh penyawer, c. Upacara Muka Panto (Buka Pintu)
kemudian dilanjutkan dengan melantunkan Upacara muka panto merupakan
syair/puisi sawer. Puisi sawer adalah puisi suatu percakapan atau proses tanya jawab

Halaman | 77
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

antara pengantin pria yang berada di luar keluarga yang dikunjungi memberikan
rumah dengan pengantin wanita yang hadiah seperti peralatan untuk keperluan
berada di dalam rumah. Proses tanya jawab rumah tangga mereka.
itu dilaksanakan oleh kedua mempelai
sendiri, tetapi pada umumnya diwakili oleh
masing – masing pendampingnya atau Makna yang terkandung dalam simbol-
ahlinya yaitu juru mamaos dengan cara simbol upacara perkawinan Sunda di
dilagukan. Hal ini karena syair merupakan wilayah Kabupaten Kuningan
tanya jawab dan mengandung Petuah – Setiap bangsa atau suku bangsa
petuah atau nasihat – nasihat. (Lihat memiliki kebudayaan sendiri – sendiri yang
lampiran syair buka pintu). berbeda dengan kebudayaan bangsa lainnya,
Upacara muka panto dimulai dengan demikian juga dengan Kabupaten Kuningan.
ketukan pintu tiga kali oleh pengantin pria Kabupaten Kuningan memiliki kebudayaan
atau pendampingnya, sebagai pembuka yang khas yang dalam sistem budayanya
dalam percakapan ini biasanya mempelai digunakan simbol atau lambang – lambang
laki – laki mengucapkan salam sebagai sarana untuk menitipkan pesan –
‘Assalamu’alaikum’ yang kemudian pesan atau nasehat – nasehat bagi masyarakat
dijawab oleh mempelai perempuan pendukungnya. Dalam mengimplementasikan
‘Wa’alaikum salam’. Maka selanjutnya simbol, tidak terlepas dari sikap emosional
terjadilah tanya jawab kedua mempelai dari seseorang dalam memahami simbol
atau melalui pendampingnya yang berakhir tersebut. Inti dari emosional keagamaan
dengan permintaan dari mempelai wanita dipandang tidak dapat diekspresikan, karena
agar mempelai pria mengucapkan do’a atau hal itu merupakan pikiran – pikiran yang
Pembacaan Syahadat. Dalam syair, bersifat simbolik. Meskipun demikian,
terkandung janji setia. Setelah upacara Simbolisme mempunyai potensi yang
buka pintu selesai mempelai pria istimewa. Menurut Elizabeth (1994: 16)
diperbolehkan masuk ke dalam rumah. bahwa simbol – simbol secara emosional
mampu membangkitkan perasaan dan
d. Upacara Munjungan (Berkunjung) ketentraman lebih dari pada sekedar formulasi
Usai acara muka panto dilanjutkan verbal dari benda – benda yang mereka
dengan cara munjungan. Kedua mempelai percayai sebagai simbol tersebut. Sampai
bersujud sungkem kepada kedua orang tua sekarang, simbol merupakan pendorong yang
mereka, sesepuh, kerabat dekat, dan kuat bagi timbulnya perasaan manusia untuk
kuncen. Akhirnya selesailah rangkaian melakukan sesuatu.
upacara perkawinan di atas. Sebagai Sejak zaman nenek moyang kita dulu,
ungkapan rasa terima kasih kepada para prosesi perkawinan ini diperlakukan sebagai
undangan, tuan rumah membagikan suatu yang penuh dengan ritual dan syarat
makanan kepada mereka. Masing– masing dengan simbol – simbol kehidupan dilihat dari
mendapatkan boboko (bakul) yang berisi kelengkapan-kelengkapan yang ada. Prosesi
nasi dengan lauk pakunya dan rigen yang yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan
berisi opak, wajit, rangginang, dan pisang. ini tidak hanya memuat sebuah rangkaian
Upacara Munjungan biasanya simbol – simbol tanpa makna (arti), tetapi
dilaksanakan selama seminggu. Beberapa merupakan suatu rangkaian yang mempunyai
hari setelah perkawinan, kedua mempelai arti mendalam dan sering kali berkaitan
wajib berkunjung kepada saudara – dengan unsur – unsur religi.
saudaranya, baik dari pihak laki – laki Simbol – simbol dalam upacara yang
maupun dari pihak perempuan. Maksudnya diselenggarakan bertujuan sebagai sarana
untuk menyampaikan ucapan terima kasih untuk menunjukkan secara semu maksud dan
atas bantuan mereka selama acara tujuan upacara yang dilakukan masyarakat
perkawinan yang telah lalu. Biasanya pendukung. Dalam simbol tersebut juga
sambil berkunjung kedua mempelai terdapat misi luhur yang dapat dipergunakan
membawa nasi dengan lauk pakunya. Usai untuk mempertahankan nilai budaya dengan
beramah-tamah, ketika kedua mempelai cara melestarikannya. Adapun makna dari
berpamitan akan pulang, maka pihak simbol – simbol yang ada dalam prosesi

Halaman | 78
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

perkawinan adat Sunda di Kabupaten perkawinan. Islam juga memerintahkan


Kuningan. manusia untuk saling membantu dan
1. Upacara Ngeuyeuk seureuh menolong sesama. Perlengkapan yang
Upacara ngeuyeuk seureuh ini lambang digunakan dalam upacara ini adalah sebagai
nasehat bagi anak laki – laki dan perempuan berikut :
yang akan menjadi suami istri. Kata ngeuyeuk a. Uang sebagai lambang pengikat atau
itu berpegang bersendi, maksudnya memberi panyangcang, artinya tidak boleh lepas,
tanda, bahwa ketika kedua orang telah tidak boleh ada yang mengganggu
berumahtangga, maka harus berpegang- b. Seperangkat perhiasan untuk lambang
pegangan antara laki-laki dan perempuan, pengikat hubungan batin calon suami
menunjukkan bahwa laki – laki bergantung istri agar tidak berpaling pada orang
pada perempuan dan sebaliknya bahwa lain. Selain itu merupakan hadiah
perempuan bergantung pada laki – laki. Jadi pertunangan dan sebagai pernyataan
artinya adalah jangan ada pertikaian, harus kesungguhan tentang apa yang
seia sekata dengan damai, hingga mencapai dijanjikan yaitu akan menikahi si gadis.
usia yang tinggi (Prawirasuganda, 1964: 76). c. Peralatan dapur maksudnya jika nanti
Adapun perlengkapan atau simbol – sudah berumah tangga sendiri, tidak
simbol yang ada dalam upacara ini sukar untuk mencarinya lagi.
mengandung makna, yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Ayakan, memberi petunjuk kepada 3. Upacara Sawer
kedua mempelai agar dalam melakukan Syair/puisi sawer dalam upacara
sesuatu hal harus diayak terlebih dahulu perkawinan adat Sunda bertujuan untuk
baik – baik, diperhitungkan baik menyampaikan pengajaran dan memberi
buruknya, dipertimbangkan dengan nasihat tentang kehidupan Berumah tangga
masak supaya tidak menghasilkan dan kehidupan bermasyarakat, sekaligus
kekecewaan atau penyesalan. menggembirakan kedua mempelai yang
b. Seureuh bertangkai, yang terdiri dari sedang berbahagia. Karena itu, selain syair –
beberapa tangkai seureuh, syairnya penuh dengan nasihat hidup, barang
melambangkan dua insan berlainan – barang yang disawerkan mempunyai makna.
jenis yang bukan saudara sekandung. Adapun makna simbol dari alat – alat atau
c. Ramuan sirih seperti gambir, kapur sirih bahan – bahan dalam upacara sawer adalah
melambangkan kesatupaduan kedua sebagai berikut:
insan. a. Beras putih sebagai simbol yang
d. Pakaian pengantin yang ditaruh diatas mempunyai makna bekal pokok
kepulan asap kemenyan itu kehidupan bahagia.
melambangkan bahwa suami akan b. Kunyit sebagai simbol yang
bertanggung jawab terhadap kebutuhan mempunyai makna agar mereka
sandang istri, dan pada waktu upacara bersikap jujur kepada masing – masing
bisa berjalan dengan baik. pihak.
c. Bermacam – macam bunga rampai
2. Upacara Seserahan sebagai simbol yang mempunyai makna
Adapun waktu pelaksanaannya keharuman nama baik rumah tangga.
bervariasi, ada yang melaksanakan satu d. Uang logam sebagai simbol yang
minggu sebelum pelaksanaan aqad nikah, ada mempunyai makna kekayaan/
yang satu hari sebelumnya dan bahkan ada kecukupan.
yang melaksanakannya pada hari e. Payung sebagai simbol yang
pelaksanaannya aqad nikah. Maksud dari mempunyai makna pelindung dalam
upacara ini adalah menyerahkan barang – menjalani hidup, keduanya harus
barang atau uang untuk membantu bersikap hati – hati atau waspada,
pelaksanaan upacara perkawinan. Disini karena godaan bisa datang dari mana
terlihat adanya kerjasama antara pihak saja dan kapan saja. Selain itu suami
keluarga perempuan dengan pihak keluarga berkewajiban menjadi pelindung untuk
laki – laki, saling membantu upacara istri dan anak – anaknya kelak.

Halaman | 79
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

f. Permen sebagai simbol yang Adapun maksud yang terkandung dari


mempunyai makna ramah tamah dan upacara buka pintu ini adalah menyatakan
manis budi. bahwa istri yang selalu berada di rumah harus
Makna dari penaburan dalam upacara dengan sabar menunggu suami pulang, dan
sawer tersebut bukan membuang bahan – suami juga ketika hendak masuk rumah harus
bahan secara percuma tetapi sebagai petunjuk memberi salam atau mengetuk pintu terlebih
kepada kedua mempelai, bahwa bila dahulu. Dalam upacara ini juga mempunyai
dikemudian hari hidup senang, mulia dan makna sebagai pembelajaran kepada
bahagia, haruslah senang menolong dan pengantin dalam hal tata krama di rumah
membantu sesama dengan sedekah. antara suami dan istri, dan diajarkan
bagaimana seharusnya istri menerima
4. Upacara Nincak Endog (Injak Telur) suaminya yang baru datang dan bagaimana
Upacara ini dimaksudkan untuk seharusnya suami jika masuk rumah.
melambangkan suami istri. Istri harus rela
melayani suami sedangkan suami memenuhi Upaya masyarakat di wilayah Kabupaten
kewajibannya memberikan nafkah baik lahir Kuningan mempertahankan tradisi ritual
maupun batin. Bahan – bahan/alat-alat yang adat sunda dalam upacara perkawinan
digunakan dalam upacara nincak endog Tradisi merupakan unsur esensial dari
mengandung arti sebagai simbol dan nasihat kehidupan masyarakat. Berbagai aktivitas
untuk keselamatan kedua mempelai. Bahan- kehidupan sehari – hari dilakukan menurut
bahan tersebut terdiri dari : tradisi yang telah berlangsung turun temurun,
a. Telur ayam dipecahkan melambangkan sehingga tradisi itu telah mempranata dalam
kerelaan pengantin wanita dipecahkan kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
kegadisannya, karena sudah menjadi Demikian halnya yang dilakukan oleh
kodrat seorang istri melayani suaminya. masyarakat Kabupaten Kuningan baik yang
Disamping itu memberikan isyarat juga tinggal di Kabupaten Kuningan maupun yang
bahwa buah pergaulan suami istri akan tinggal di luar Kabupaten Kuningan
menghasilkan keturunan berupa lendir merupakan tanah warisan leluhur mereka
yang menyerupai telur itu. Manusia untuk anak cucunya, sehingga mereka
lahir dari bahan yang sama, maka oleh berkewajiban untuk menjaganya. Hal ini
karena itu, tidak ada alasan sama sekali tercermin baik dalam perilaku sehari – hari
seseorang untuk merasa angkuh, maupun dalam upacara – upacara ritual yang
sombong dan merasa lebih dari yang diselenggarakan secara tetap.
lain. Tradisi dapat diartikan serangkaian pola
b. Air bening dalam kendi kecil, perilaku yang dinilai tinggi, yang telah
mempunyai makna sebagai alat diwariskan secara turun temurun dari satu
pembersih dan sebagai pendinginan generasi ke generasi selanjutnya. Kapatuhan
atau penentraman suasana. Ada satu dan komitmen masyarakat Kabupaten
isyarat pula bahwa istri akan sangat Kuningan terhadap adat dan tradisi tersebut
senang selagi melayani suaminya, memang bukan tanpa alasan. Ada faktor yang
asalkan suami ketika akan masuk ke menyebabkan masyarakat Kabupaten
dalam rumah membawa hati yang Kuningan masih mempertahankan tradisi
bersih, jernih dan segar. ritual adat, pertama dalam falsafah hidup
c. Lilin/Pelita mempunyai makna simbol mereka dikenal ungkapan atau sebuah pepatah
sebagai penerang bagi kedua mempelai yang dijadikan pegangan oleh masyarakat
dalam menjalankan rumah tangga, agar Kabupaten Kuningan yang berbunyi, amanat,
keduanya saling asah, asuh, asih. wasiat, dan akibat. Maksudnya apabila amanat
d. Kendi yang dipecahkan adalah dan wasiat dari orang tua dan para leluhur
menyatakan kepuasan hati. dilanggar, maka niscaya akan membawa
e. Papan atau injakan, disimbolkan istri akibat, baik kepada diri sendiri maupun
harus menuruti bimbingan suami. keluarga dan lingkungannya. Kedua, karena
masyarakat Kabupaten Kuningan mempunyai
5. Upacara Buka Pintu tingkat solidaritas yang sangat tinggi, seperti
tradisi ini tidak luntur dan tetap dijalankan.

Halaman | 80
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

Ketiga, masyarakat di Kabupaten Kuningan dianggap sebagai warisan budaya yang penting
mempunyai tingkat pendidikan yang relatif dalam perjalanan hidup setiap orang adalah
rendah, maksudnya pola pikir masyarakatnya upacara perkawinan adat. Seperti upacara
masih murni dan belum terkontaminasi oleh perkawinan adat Sunda khususnya pada
dunia luar sehingga tradisi ini masih ada. masyarakat Kabupaten Kuningan dalam
Pepatah inilah yang senantiasa dipedomani prosesi perkawinan adat terdapat kepercayaan
oleh masyarakat di Kabupaten Kuningan, dan keyakinan terhadap ritual perkawinan yang
sehingga mereka begitu patuh terhadap diwariskan para leluhur, jika secara esensial
pantangan – pantangan yang diberlakukan diwarnai dengan ajaran – ajaran Islam. Oleh
kepada mereka. Selain itu, adat dan tradisi karena itu, perkawinan merupakan perpaduan
ritual dalam setiap upacara itu sudah ada sejak antara nilai adat istiadat masyarakat, ajaran
dulu dari nenek moyang mereka. kendati agama dan undang – undang yang telah
orang – orang tua tidak pernah memberikan ditetapkan pemerintah Indonesia. Adapun
penjelasan yang detail mengenai sesuatu hal prosesi upacaranya adalah sebagai berikut:
yang berkenaan dengan adat – istiadat, baik a)Tahap pra perkawinan; melamar, ngeuyeuk
berupa pantangan maupun bentuk – bentuk seureuh, dan seserahan, b)Tahap perkawinan;
adat istiadat lainnya kepada generasi akad nikah dan sungkem, c)Pasca perkawinan;
selanjutnya, akan tetapi tradisi – tradisi itu upacara sawer, nincak endog, muka panto, dan
tetap terpelihara. munjungan; banyak mengandung maksud,
pesan dan harapan yang bermanfaat untuk
KESIMPULAN kedua calon pengantin yang akan menjalani
kehidupan berumahtangga.
Simpulan
Masyarakat desa yang ada di Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Kuningan memiliki karakteristik yang unik
yang tercermin dari kebudayaan yang Ahmad Azhar Basyir. 1999. Hukum
dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, Perkawinan Islam. Yogyakarta : UII
kesenian, adat istiadat, mata pencaharian, dan Press.
lain sebagainya. Tujuan Perkawinan Heni Fajria Rif’ati dkk. 2002. Kampung Adat
merupakan sifat atau tabiat manusia yang dan Rumah Adat di Jawa Barat. Dinas
cenderung untuk mengadakan hubungan Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi
sesama manusia. Allah Swt telah menjadikan Jawa Barat.
hubungan perkawinan sebagai Sunnah para Hilman Hadi Kusuma. 1990. Hukum
Rasul dimana ia akan melahirkan rasa saling Perkawinan Adat. Bandung : Citra
cinta, sikap saling bekerjasama dengan Aditya Bakti.
kebaikan dan bantu membantu untuk mendidik Kamal Mukhtar. 1993. Asas – Asas Hukum
keturunan. Melalui perkawinan juga, manusia Islam tentang Perkawinan. Jakarta :
akan dapat mengembangkan keturunan dan Bulan Bintang.
memenuhi ketenteraman jiwa karena Musa Asy’ari. 1992. Manusia Pembentuk
perkawinan yang harmoni dan sesuai menurut Kebudayaan Dalam Al-Qur’an.
tuntutan Ilahi sebagai tempat untuk bersehat Yogyakarta: LESFI.
jasmani maupun rohani. Perkawinan Prawirasuganda. 1964. Upacara Adat di
merupakan peristiwa bersejarah di mana ia tak Pasundan. Bandung : Sumur Bandung.
mudah dilupakan bagi orang-orang beriman. Thomas Wiyasa Bratawidjaja. 1990. Upacara
Faktor yang menyebabkan masyarakat Perkawinan Adat Sunda. Jakarta :
Kabupaten Kuningan masih mempertahankan Pustaka Sinar Harapan.
tradisi ritual adat antara lain karena masyarakat Wawancara dan observasi dengan Tokoh
Kabupaten Kuningan mempunyai tingkat Agama, Tokoh Masyarakat/
solidaritas yang sangat tinggi, seperti dalam Budayawan, dan Anggota Masysrakat
setiap upacara mereka selalu saling membantu yang ada di beberapa desa di
dan tolong menolong sehingga tradisi ini tidak Kabupaten Kuningan.
luntur dan tetap dijalankan. Salah satu unsur
budaya yang masih diakui keberadaannya dan

Halaman | 81
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

LAMPIRAN

1. Prosesi Lamaran
a. Nenden omong

2. Prosesi Pernikahan
a. Upacara Seserahan

b. Upacara Aqad Nikah

Halaman | 82
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

c. Sungkem

3. Prosesi Setelah Pernikahan


a. Sawer pengantin

Halaman | 83
Jurnal Artefak:
Vol.6 No.2 September 2019 [71-84]

b. Upacara Nincak endog

Halaman | 84

Anda mungkin juga menyukai