PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diselesaikan melalui jalur litigasi dan non litigasi. Litigasi adalah penyelesaian
seperti manusia, bank sebagai badan usaha yang bergerak dalam sector
dilalui dan debitur masih tetap saja tidak dapat melakukan kewajibannya pihak
bank masih menempuh upaya penyelesaian melalui jalur non litigasi. Setelah
lain, selain itu penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir
1
Ismiyanto. 2019. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Gugatan Sederhana Berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Sederhana. Mahkamah Agung, Jakarta, hlm. 2.
1
sengketa melalui proses litigasi karena lebih dikenal oleh masyarakat itu
sendiri.2
Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan
bahkan dapat dikatakan populer (dan merakyat), sehingga dalam bahasa sehari-
hari sudah dicampurbaurkan begitu saja dengan istilah utang. Dalam bahasa
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
itu dibuat atas dasar kepercayaan bahwa nasabah peminjam dana dalam
pinjaman uang atau tagihan itu kepada bank disertai pembayaran sejumlah
jasanya.3
2
Ibid, hlm. 3.
3
M. Yahya Harahap. 2006, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hlm. 23.
2
perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor
kredit juga tidak ada ketentuan bahwa perjanjian kredit harus dalam bentuk
bagi para pihak dibandingkan dalam bentuk lisan. Dengan bentuk tertulis
para pihak tidak dapat mengingkari apa yang telah diperjanjikan, dan ini
satu pihak berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya berkewajiban
mulia dari mahluk lainnya, mempunyai hasrat patuh, hasrat sosial dan hasrat
untuk meniru, hal inilah yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-
3
Beberapa faktor penting yang mengakibatkan kegagalan pelaksanaan
1. Wanprestasi
debitur tidak memenuhi isi perjanjian, maka salah satu pihak dapat menuntut
Wanprestasi. Ia alpa lalai atau juga ingkar janji atau juga ia melanggar
perjanjian bila ia lakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh ia lakukan.
6
Yahman. 2014, Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan, Cetakan I,
Prenadamedia Group, Jakarta, hlm. 9.
7
Ibid, hlm 10.
4
pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan Wanprestasi agar
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu masalah kredit
Dalam pasal 1 ayat (1) PERMA Nomor 4 Tahun 2019 disebutkan Gugatan
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) Pasal 1 ayat (2) perkara
8
Ibid, hlm 11.
9
Afriana, A., Chandrawulan, A.A, 2019, Menakar Penyelesaian Gugatan Sederhana di
Indonesia, Bina Mulia, Malang, hlm. 19.
10
Ibid, hlm 20.
5
yang tidak masuk dalam gugatan sederhana bukan (lagi) mengenai mengenai
Negara Kantor Cabang Kendari yang telah di putus oleh Pengadilan Negeri
di Kota Bogor.
6
ayat (1) tersebut yang berbunyi ”pihak yang berdomisili diluar pengadilan,
Hakim lalai atau kurang memperhatikan pasal 17 ayat (1) Perma Nomor
Secara Elektronik (Perma e-court) padahal aturan tersebut wajib diketahui oleh
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana itu
B. Rumusan Masalah
7
2. Bagaimanakah pertimbangan Hakim (Ratio Decidendi) tidak menerima
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
penyusun maupun bagi pihak lainnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
hukum khususnya hukum perdata dan juga sebagai bahan masukan dan
2. Manfaat praktis
a. Penulis
8
b. Bagi Penegak Hukum
sederhana.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang dapat ditagih di muka pengadilan.15 Namun dalam penjelasan Pasal 2 ayat
kreditur dalam ayat ini adalah baik kreditur konkuren, kreditur separatis
kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta
Selain itu adapun pengertian lain kreditur dan debitur yaitu Kreditur
adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau undang-undang. Debitur adalah orang atau badan usaha
yang memilki hutang kepada bank atau lembaga pembiayaan lainnya karena
12
Gazali S, Djoni., Rachmadi Usman. 2015, Kreditur dan Debitur Dalam Hukum Perbankan,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm 5.
13
Ibid, hlm, 6.
10
Istilah kreditur juga sering kali menimbulkan multitafsir. Ada 3 (tiga)
1. Kreditur konkuren
Kreditur konkuren ini diatur daam asal 1132 KUH Perdata. Kreditur
konkuren adalah para kreditur dengan hak pai Passau dan pro rata, artinya
konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas pelunasan utang dari harta
merupakan kreditur yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang
dilihat dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata. Menurut Pasal 1139
lain:15
14
Ibid, hlm, 7.
15
Ibid, hlm, 8.
11
1) Uang sewa dari benda-benda tidak bergerak, biaya-biaya perbaikan yang
menjadai kewajiban si penyewa, beserta segala apa yang mengenai
kewajiban memenuhi persetujuan sewa;
2) Harta pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar;
3) Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang;
4) Biaya untuk melakukan pekerjaan pada suatu barang, yang masih harus
dibayar kepada seorang tukang;
5) Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah penginapan
sebagai demikian kepada seorang tamu;
6) Upah-upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan;
7) Apa yang harus dibayar kepada tukang batu, tukng kayu dan lain-lain
tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan benda-benda
tidak bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih tua dari tiga tahun dan
hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap pada si berutang.
8) Penggantian serta pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai yang
memangku sebuah jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan,
pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya.
Adapun Pasal 1149 KUH Perdata menentukan bahwa piutang-
2. Kreditur separatis
16
Ibid, hlm, 10.
12
Yaitu kreditur pemegang hak jaminan kebendaan in rem, yang dalam
KUH Perdata disebut dengan nama gadai dan hipotek. Hak penting yang
a. Gadai
Diatur dalam pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUH Perdata
(kreditur).
b. Hipotek
c. Hak tanggungan
d. Jaminan fidusia
13
B. Tinjauan Umum Tentang Hak dan Kewajiban Kreditur
piutang. Dalam hal ini orang yang memiliki piutang dapat berupa orang
Lembaga Penjamin Lainnya. Dalam hal ini hak maupun kewajiban dari
atau mungkin modal untuk sebuah usaha dari debitur atau penggunaan lain
saja yang akan melakukan pinjaman. Dan sebagai gantinya kreditur berhak
menahan barang atau benda berharga milik debitur sebagai jaminan kepada
seperti emas. Dalam hal jaminan fidusia yang merupakan perjanjian khusus
sebagai berikut:19
dijadikan agunan.
18
Ibid, hlm, 12.
19
Ibid, hlm, 14.
14
para pihak yaitu adanya hubungan kepercayaan atas dasar itikad baik.
kehendak kedua belah pihak saja, namun didasarkan atas aturan hukum
gudang.
jelas dapaat dikatakan bahwa hak dan kewajiban kreditur adalah sebagai
20
Ibid, hlm, 14.
15
lembaga jaminan atau peminjaman untuk memberikan bantuan dana
kebendaan yang bersangkutan, dan dalam hal ini kreditur berhak menerima
jaminan dari seorang debitur, dan jika tidak terjadi pelunasan hutang oleh
hutang.21
yang memiliki hutang. Dalam hal mengenai hak dan kewajiban seorang debitur
merupakan kebalikan dari hak dan kewajiban kreditur. Karena seorang debitur
lunas hutangnya kepada kreditur. Selain itu debitur juga mempunyai kewajiban
Dalam hal ini orang dikatakan sebagai debitur adalah orang atau
perorangan yaitu dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan dapat
dinyatakan pailit oleh pengadilan jika tidak mampu membayar hutang kepada
21
Ibid, hlm, 15.
22
Ibid, hlm, 16.
16
berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan Yayasan.23
pada Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa “setiap orang adalah orang
maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi”. Melalui ketentuan ini jelas
bahwa setiap orang baik orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi
yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam
likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit dan dapat diajukan pailit, dalam
1. Pengertian Wanprestasi
kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut
sama sekali.
23
Dsalimunthe, D, 2017, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (BW), Alumni, Bandung, hlm. 45.
24
Ibid, hlm. 46.
17
Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang
prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam
atau tidak dipenuhinnya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun
tidak disengaja.25
berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian.
debitur itu wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat
sama sekali bukan karena salahnya. Wanprestasi (atau ingkar janji) adalah
18
pada undang-undang seperti diatur dalam Pasal 1352 KUHPerdata sampai
wanprestasi itu dapat berupa perbuatan: (1) sama sekali tidak memenuhi
memenuhi prestasi, dan (4) melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang
dapat berupa:27
jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan
kata lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat membuktikan bahwa ia
26
Ibid, hlm. 48.
27
Ibid, hlm. 49.
19
tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk
diberikan somasi oleh kreditur atau Juru Sita. Somasi itu minimal telah
dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau Juru sita. Apabila somasi itu
wajib memenuhi prestasi dalam waktu yang ditentukan, jika dalam waktu
penyampaiannya. Dan dapat juga secara tidak resmi misalnya melalui surat
28
Ibid, hlm. 51.
29
Ibid, hlm. 52.
20
melakukan apa yang diperjanjikannya, maka dikatakan debitur melakukan
wanprestasi. Debitur alpa atau lalai atau ingkar janji, atau juga melanggar
perjanjian, bila debitur melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
seseorang lalai atau lupa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan
dijanjikan.30
kealpaan si berutang (si berutang atau debitur sebagai pihak yang wajib
atau akibat-akibat yang diterima oleh debitur yang lalai ada empat macam,
yaitu:31
ialah bahwa kreditur dapat minta ganti rugi atas ongkos, rugi dan bunga
30
Ibid, hlm. 54.
31
Ibid, hlm. 55.
21
yang dideritanya. Membolehkan adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur
karena kesalahan debitur, namun ada kalanya debitur yang dituduh lalai
kesalahannya.32
adanya tersebut harus dapat diduga akan terjadinya kerugian dan juga
maka kerugian itu tidak harus diganti. Kreditur yang menuntut ganti rugi
22
waktunya tetapi si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditetapkan, pelaksanaan prestasi itu harus lebih dahulu ditagih. Kepada
perjanjian. Kalau prestasi dapat seketika dilakukan, misalnya dalam jual beli
suatu barang tertentu yang sudah di tangan si penjual, maka prestasi tadi
tentunya juga dapat dituntut seketika. Apabila prestasi tidak seketika dapat
dalam jual beli barang yang belum berada di tangan si penjual, pembayaran
teguran itu dapat dikatakan lalai, diberikan petunjuk dalam Pasal 1238
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri,
yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan
dalam keadaaan lalai atau alpa dan terhadap dia dapat diperlakukan sanksi-
34
Ibid, hlm. 35.
35
Ibid, hlm. 36.
23
wanprestasi akibat dari suatu perjanjian atau dapat timbul dikarenakan oleh
perbuatan melawan hukum. Ganti rugi yang muncul dari wanprestasi adalah
jika ada pihak-pihak dalam perjanjian yang tidak melaksanakan hukum dia
kerugian yang harus diganti meliputi kerugian yang dapat diduga dan
berikut:37
36
Ibid, hlm. 37.
37
Ibid, hlm. 38.
24
dari suatu perjanjian, dapat diberikan dengan berbagai kombinasi antara lain
pemberian ganti rugi (berupa rugi, biaya dan bunga), pelaksanaan perjanjian
perjanjian timbal balik tanpa ganti rugi, pembatalan perjanjian timbal balik
sebagaiberikut:38
25
adalah nilai taksiran harga semen itu yang harus dikembalikan.
f. Pelaksanaan perjanjian berupa pelaksanaan perjanjian adlah kewajiban
melaksanakan perjanjian meskipun sudah terlambat, dengan atau tanpa
ganti rugi.
D. Tinjauan Umum Tentang Gugatan Sederhana
terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materil paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan cara dan
biaya ringan, tapi prosedur penyelesainnya harus melalui jalan yang berliku-
Hal ini bukan saja sangat mengusik rasa keadilan, tetapi juga
39
Ibid, hlm. 40.
26
Dunia yang menunjukan bahwa proses hukum di Indonesia ini memakan
diatas tidak dipenuhi maka perkara tersebut tidak dapat diselesaikan melalui
40
Afriana, A., Chandrawulan, A.A, 2019, Menakar Penyelesaian Gugatan Sederhana di
Indonesia, Bina Mulia Hukum, Malang, hlm. 45.
41
Ibid, hlm. 47.
42
Ibid, hlm. 48.
27
mekanisme small claim court. Dalam praktek tidak mudah untuk
hutang piutang yang ada jaminan tanah atau gadai tanah. Karena dalam
menentukan posisi perkara tiap pihak pasti beda. Bisa jadi pihak penggugat
menyatakan ini cidera janji mengenai gadai tanah, tetapi pihak Tergugat
c. Tututan Penggugat
membawa bukti- bukti surat yang telah dilegalisasi dan dilampirkan dalam
diwakili oleh Kuasa Hukumnya atau Advokat. Namun apakah tidak timbul
mengurangi esensi dari gugatan sederhana, karena bisa jadi nilai obyek
gugatan hampir sama dengan nilai honor advokat yang harus dibayar.
sebagaimana Pasal 3 dan 4 Perma ini, jika tidak memenuhi syarat maka
43
Ibid, hlm. 49.
28
panitera akan mengembalikan gugatan tersebut, Jika memenuhi syarat
Hakim dan Panitera. paling lambat 2 (dua) hari. Dengan demikian gugatan
permohonan.46
29
sebagai kategori perkara sederhana atau tidak sebagiamana ketentuan Pasal
3 dan 4 Perma ini. Selain itu Hakim menentukan sederhana atau tidaknya
artinya small claim court tidak berlanjut dan diperintahkan mencoret dari
Penggugat. Atas penetapan Hakim ini, tidak dapat dilakukan upaya hukum
apapun.48
perkara sederhana adalah 25 (dua puluh lima) hari sejak sidang pertama.
pihak, Hakim hanya memeriksa berkas gugatan dan bukti yang dilampirkan
47
Ibid, hlm. 54.
48
Ibid, hlm. 55.
49
Ibid, hlm. 57.
50
Ibid, hlm. 58.
30
Hal yang menarik dalam Pasal 14 PERMA Nomor 4 Tahun 2019
yang sah, maka gugatan dinyatakan gugur, sedangkan pihak tergugat tidak
hadir di sidang pertama, maka dipanggil kedua kali secara sah dan patut.
Jika dalam sidang kedua tergugat tetap tidak hadir, Maka Hakim memutus
perkara. 52
upaya hukum keberatan. Apabila pihak tergugat hadir disidang pertama kali,
namun selanjutnya pernah hadir tanpa alasan yang sah, maka pemeriksaan
51
Ibid, hlm. 60.
52
Ibid, hlm. 62.
31
perkara tetap dilanjutkan dan perkara diputus secara contradictoir.53
yang diatur oleh Mahkamah Agung mengenai prosedur mediasi. Ini berarti
dalam gugatan sederhana tidak ada upaya mediasi dengan mediator, tetapi
Hakim yang menangani berperkara yang aktif mendorong para pihak untuk
berdamai.54
Putusan akta perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum. Hakim tidak
terikat kepada perdamaian yang dibuat para pihak yang dilakukan diluar
batasan jangka waktu pemeriksaan, yaitu paling lama 25 hari sejak hari
53
Ibid, hlm. 63.
54
Ibid, hlm. 64.
32
pertama sidang. Dengan jangka waktu yang begitu singkat inilah, yang
penggugat melalui dalil gugatan dan bukti suratnya yang sudah dilegalisasi.
eksepsi, Perma Gugatan Sederhana ini bukan menjadi sebuah harga mati
tidak sederhana.56
33
awal untuk menentukan perkara sederhana dalam surat Gugatan Penggugat
akan membutuhkan waktu yang lama. Dalam Perma tidak diatur mengenai
Sita Jaminan, dengan tidak diatur berarti Sita Jaminan diserahkan kepada
telah diatur oleh PERMA Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara
sebagai berikut:59
34
b. sengketa hak atas tanah.
Pasal 4 : (1) Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari penggugat
dan tergugat yang masing-masing tidak boleh lebih dari
satu, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama.
(2) penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung
setiap persidangan dengan atau tanpa didampingi kuasa
hukum.
dalam sengketa hutang piutang ada jaminan tanah atau gadai tanah. Karena
dalam menentukan posisi perkara tiap pihak pasti beda, bisa jadi pihak
sengketa tanah.
Hal ini perlu ditinjau lebih lanjut pada saat masa registrasi perkara
agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan materi gugatan apakah nanti
sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) PERMA Nomor 2 Tahun 2015.60
keadilan
35
5) Mendorong kepercayaan masyarakat kepada lembaga
peradilan karena sifat peradilan yang efisien dan efektif.
b. Mendorong terwujudnya asas peradilan yang sederhana.
yang tepat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
36
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum
perpustakaan.62
nama lainnya adalah penelitian hukum doktrinal yang disebut juga sebagai
bahan hukum yang lain. Pada intinya penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan
B. Pendekatan Penelitian
62
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Cetakan ke-8, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 8.
63
Ibid, hlm. 9.
37
Menurut Peter Mahmud Marzuki, Pendekatan dalam penelitian hukum
30/Pdt.G.S/2020/PN Kdi).
undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani. Maka berkenaan dengan isu hukum dalam penelitian ini maka
38
C. Sumber Bahan Hukum
Sumber data adalah benda, hal atau orang, dan tempat di mana peneliti
mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Adapun jenis sumber data
permasalahan yang akan diteliti. Serta sumber-sumber data lain yang terkait
65
Ibid, hlm. 28.
66
Ibid. hlm. 27.
67
Ibid. hlm. 27.
39
Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian library research adalah
teknik dokumenter, yaitu dikumpulkan dari yang telah siap atau studi pustaka
seperti, buku-buku dan karya para pakar.68 Selain itu, wawancara juga
merupakan salah satu dari teknik pengumpulan bahan hukum yang menunjang
balik data tersebut. Dalam analisis bahan hukum jenis ini dokumen atau arsip
68
Ibid. hlm, 29.
40
41