Anda di halaman 1dari 7

Hukum Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam 

Islam

Posted: 11 Juni 2010 in Makalah

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah peraturan-peraturan atau
seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan
oleh penguasa atau manusia itu sendiri seperti : hukum adat, hukum pidana, dan sebagainya.

Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi
oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui
wahyunya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya melalui sunnah
beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental
dengan hukum yang lain.

Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.

Dengan demikian untuk memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan di atas, perlu adanya
pengkajian lebih lanjut terutama menyangkut : “Hukum Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam “.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :

1.      Bagaimana ruang lingkup hukum  Islam sebagai bagian dari Agama Islam              di Indonesia ?

2.      Bagaimana hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam                    dan pandangan Barat ?

3.      Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui ruang lingkup hukum  Islam sebagai bagian dari Agama Islam di Indonesia ?

Untuk memahami hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam                    dan pandangan Barat ?

Untuk mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam Islam ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Hukum  Islam Sebagai Bagian dari Agama Islam                      di Indonesia

1. Pengertian dan Tujuan Hukum Islam


Berbicara mengenai hukum Islam sering dipahami sebagai fiqhi Islam atau syari’ah Islam walaupun berlafaz Arab
namun telah dijadikan  Bahasa Indonesia sebagaimana pedoman fiqhi Islam atau syari’ah Islam  yang bersumber
pada  Al-Qur’an, as-sunnah dan ijma para sahabat dan tabi’in. Oleh sebab itu hukum Islam dipahami sebagai
koleksi para fuqaha dalam menerapkan syar’at Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Hasby Asy-Shidiqiy (1975:44) istilah hukum Islam merupakan terjemahan Al-Fiqh Al-Islamy atau dalam
konteks tertentu dari Al-Syariah Al Islamy. Istilah ini dalam wacana hukum barat digunakan Islamic Law. Dalam Al-
Qur’an dan Al-Sunnah, istilah Al-Hukum  Al-Islam tidak dijumpai, yang digunakan adalah kata syariat  yang
dalam penjabarannya kemudian lahir istilah Fiqh kata istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari ”Islamic
Law” dalam wacana Hukum Barat.

Hukum Islam berarti seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku,
manusia Mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
Sehingga hukum Syari’ah Islam adalah hukum mengenai norma-norma keagamaan Islam yang mengatur
perikehidupan manusia.

Menurut Abdul Ghani (1994:15) hukum Islam adalah keseluruhan dari peraturan Allah yang wajib dituruti oleh
seorang Muslim, bertujuan untuk membentuk manusia menjadi tertib, aman, dan selamat. Berdasarkan kepada
tujuan ini, maka ketentuannya selalu berupa perintah Allah, dan perintah ini menurut kewajiban, hak dan
larangan yang harus dilakukan oleh setiap Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat ini menunjukan mengenai diealisme hukum Islam, artinya hukum Islam diturunkan oleh Allah SWT
pelaku pembuatnya itu untuk merealisasikan atau menegakkan kemaslahatan umat, kemaslahatan umat ini
dapat berwujud  pendidikan perilaku, perbaikan perilaku, ketentraman sosial dan mencegah berbagai bahaya
serta kerusakan yang terjadi atau akan terjadi di tengah masyarakat. Manusia akan bermakna atas apa yang
dikerjakan atau diperbuatnya dalam hidup ini jika memiliki arah yang jelas, tujuan yang pasti atau orientasi yang
tidak diragukan. Manusia yang terjerumus dalam perilaku tidak terpuji, menodai harkat sesama manusia dan
menjatuhkan kewibawaan agama adalah disebabkan karena manusia itu kehilangan tujuan hidupnya.

Menurut Thir Azhary (Hamdan dkk, 2004:50)  mengemukakan ada tiga sifat hukum Islam yaitu :

1.      Sifat bidimensional, artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi), berhubungan
dengan sifat yang luas atau komprehensif, yang tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan saja, tetapi
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.

2.      Sifat adil, dalam hal ini keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi merupakan sifat yang melekat
sejak kaidah-kaidah dalam syari’ah ditetapkan.

3.      Sifat individualistik dan kemasyarakatan, yang diikat oleh nilai-nilai transendental yaitu wahyu Allah
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya menurut Rasjidi (dalam Hamdan, dkk, 2004:51) bagian-bagian hukum Islam adalah : (1) Munakahat,
(2)wirasah, (3) muamalat,                (4) jinayat atau ‘ukubat, (5) al-ahkam al-sulthaniyah (khilafah), (6) siyar, dan
(7)mukhashamat. Sedangkan Fathi Osman (dalam Hamdan, dkk, 2004:52) mengemukakan sistematika hukum
Islam meliputi : (1) al-ahkam al-ahwal al-syakhsiyah (hukum perorangan); (2) al-ahkam al-madaniyah (hukum
kebendaan); (3)al-ahkam al-jinayah (hukum pidana); (4) al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana dan
peradilan tata usaha negara); (6) al-ahkam al-dawliyah (hukum internasional); (7) al-ahkam al-iqtishadiyah wa al-
maliyah (hukum ekonomi dan keuangan).

Dengan demikian hukum Islam adalah hukum yang terus hidup sesuai dengan Undang-Undang yang
berkembang ia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang terus menerus, dan perkembangan itu
merupakan ciri atau pun tabiat hukum Islam yang senantiasa terus hidup dalam kehidupan manusia.

Selanjutnya tujuan hukum Islam adalah selaras dengan fungsi Risalah Nabi Muhammad SAW, yaitu ”Rahmatan Lil
Alamin” untuk menciptakan rahmat bagi alam semesta, rahmat itu dapat dijabarkan dalam :

a.       Tahdsibul Fard (mendidik dan memperbaiki individu) untuk meningkatkan harkat dan martabat
kemanusiaan.
b.      IqamahAdil Fil Jama’ah (menegakluruskan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

c.       Tahqiqul Mashhil (merealisasikan kemaslahatan-kemaslahatan) adalah Jalbul Manafi’ (menciptakan


manfaat-manfaat), dan Mafaasid (menanggulangi kerusakan-kerusakan).

Kalau kita meneliti semua ajaran-ajaran syariat Islam dari penjelasan Ushul Fiqh yang merupakan azas
hukumnya semua ajaran hukumnya mengarah pada tiga aspek, pertama mendidik perorangan dan pribadi
supaya menjadi sumber kebaikan buat masyarakat dan jama’ah, dan janganlah pribadi dan perorangan itu
menjadi sumber malapetaka buat masyarakat, kedua syariat ini bertujuan untuk menegakkan keadilan,
sebagaimana Firman Allah SWT :

$pkš‰r’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#y‰pkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( Ÿwur


öNà6¨ZtBÌôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #’n?tã žwr& (#qä9ω÷ès? 4 (#qä9ωôã$# uqèd Ü>tø%r& 3“uqø)G=Ï9 (
(#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès?

” Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Maidah : 8)

Menurut Dahlan Idhamy (1987:17-20) ada beberapa aspek yang  menunjuk pada tujuan hukum Islam secara
umum sebagai berikut : (1) Aspek ”Dharuri” meliputi segala sesuatu yang harus ada demi tegaknya kehidupan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat. (2) Aspek ”Hajiy” berkaitan hukum yang ditegakkan merupakan
jaminan bagi manusia untuk terbebas dari belenggu kesulitan-kesulitan, hal ini sesuai dengan azas hukum Islam
sendiri yang berkaitan dengan ”Peniadaan kesulitan dan kesempitan.” (3) Aspek ”Tahsiny” artinya norma hukum ini
mengatur mengenai tata cara mengimplementasikan dan mengaplikasikan ketentuan-ketentuan yang sudah
diisyaratkan dalam aspek ”Dharuri” misalnya dalam kasus persyaratan pembuktian atau penunjukan saksi-saksi
yang berkompoten dalam memperjelas suatu perkara hukum.

Pendapat-pendapat tersebut semakin memperjelas tujuan secara umum hukum Islam adalah berorientasi pada
perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada
pemeliharaan agama, menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal
sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan
hidup umat manusia.

2. Sumber Hukum Islam

Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu Allah
diturunkan dalam bahasa Arab dan secara autentik terhimpun dalam mushaf Al-qur’an. (Departemen Agama,
2001:53). Hal ini ditegaskan pula dalam surat An-Nisa’ ayat 59 :

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqß™§9$# ’Í<’ré&ur ÍöDF{$#


óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZs? ’Îû &äóÓx« çnr–Šãsù ’n<Î) «!$# ÉAqß™§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$
$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù’s? ÇÎÒÈ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Para ulama menyimpulkan bahwa sumber hukum Islam ada tiga,             yaitu : al-qur’an, as-sunah dan akal
pikiran oarng yang memenuhi syarat untuk beritjihad. Akal pikiran ini dalam kepustakaaan hukum Islam disebut
dengan “al-ra’yu”, yakni pendapat orang-orang yang memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan norma
pengukur tingkah laku manusia dalam segala hidup dan kehidupan.

Al-qur’an, As-sunah dan itjihad memiliki posisi  dan bobot yang satu sama lain berbeda. Berdasarkan analisis
hakikat sistem periwayatannya, maka al-qur’an mengambil posisi  sebagai sumber pertama dan utama,
kemudian, berturut-turut As-sunah dan itjihad.
3. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum Indonesia nampak jelas setelah Indonesia
merdeka. Sebagai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, hukum Islam telah menjadi bagian
dari kehidupan bangsa Indonesia. Demikain halnya dengan diundangkannaya beberapa peraturan hukum Islam
seperti Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
Tentang Perwakafan tanah milik, Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat, dan Undang-Undang penyelenggaraan haji.

Dari berbagai peraturan di atas, menunjukkan kontribusi umat Islam terhadap perumusan dan penegakan
hukum di Indonesiua makin jelas dan makin besar.

4. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

Fungsi utama hkum Islam dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdan, dkk
(2004:59) adalah sebagai berikut :

a.       Fungsi Ibadah, dalam hal ini hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan
kepatuhannya merupakan ibadah sekaligus merupakan indikasi keimanan seseorang, seperti yang ditegaskan
dalam Al-qur’an surat Al-Bayyinah ayat 5 :

!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=
¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus”.

b.      Fungsi “Amar ma’ruf nahi munkar”,  hukum Islam adalah sebagai hukum yang ditujukan untuk mengatur
hidup dan kehidupan manusia, mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan “kemadaratan” baik di dunia
maupun di akhirat.

c.       Fungsi “zawajir”, hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masayarakat dari segala
bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan.

d.      Fungsi “Tanzim wa islah al-ummah”, hukum Islam berfungsi sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin
dan mmeperlancar proses interaksi sosial sehinga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman dan sejahtera.

B. Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam dan  Barat

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar yang disebut hak asasi.
Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri setiap
manusia.

Dilihat dari sejarahnya, umumnya para pakar di Erofa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya
Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris yang mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan
absolut, menjadi dibatasi kekuasannya dan mulai dapat dimintai pertanggungjawabannya di muka hukum.
Selanjutnya diikuti dengan lahirnya Bill of Right di Inggris tahun 1689 dengan adigium bahwa manusia sama di
muka hukum. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai munculnya The American Declaration of Independence, The
French Declaration tahun 1789 da terakhir lahirnya rumusan HAM yang bersifat universal yang dikenal
dengan The Universal Declaration Of Human Rightstahun 1948 disahkan langsung oleh PBB.

Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan barat dan Islam. Hak Asasi
Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada
manusia, sehingga manusia sangat dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam berisfat teosentris,
artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat dipentingkan.
Pemikiran Barat menempatkan manusia pada psosisi bahwa manusialah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu,
maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia
letak perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi menurut pola pemikiran Barat dengan hak-hak asasi
menurut pola ajaran Islam.

Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas kepada Allah, karena ia
harus mematuhi hukum-Nya. Namun secara paradoks, di dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan
kemerdekaannya. Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Al-Qur’an surat  Al-Zariyat ayat 56 :

$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Dari ketentuan ayat di atas, menunjukan manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia dibagi dalam 2 kategori, yaitu
(1)huququllah (hak-hak Allah) yaitu kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah yang diwujudkan dalam sebuah
ritual ibadah, (2) huququl’ibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewaajiban manusia terhadap
sesamanya dan terhadap makhluk-mahkluk Allah lainnya.

Hak Asasi Manusia dijamin oleh agama Islam bagi manusia dikalsifikasikan kedalam dua kategori yaitu :

1)      HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia;

2)      HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok masyarakat yang berbeda dalam situasi tertentu.
Status, posisi, dan lain-lain yang mereka miliki. Hak-hak khusus bagi non muslim, kaum wanita, buruh/pekerja,
anak-anak, dan lainnya seperti hak hidup, hak-hak milik, perlindungan kehormatan, keamanan, kesucian
kehidupan pribadi dan sebagainya.

The Universal Declaration Of Human Rights di dunia mengikat semua bangsa, untuk menghargai Hak Asasi
Manusia, meski faktanya dunia barat cukup banyak melanggarnya. Dengan demikian para ahli hukum Islam
mengemukakan “Universal Islamic Declaration Human Right”, yang diangkat dari al-qur’an dan sunnah Islam terdiri
XXIII Bab dan 63 pasal yang meilputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia antara lain : (1) hak hidup,
(2) hak untuk mendapatkan kebebasan, (3) hak atas persamaan kedudukan, (4) hak untuk mendapatkan
keadilan, (5) hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan, (6) hak untuk
mendapatkaan perlindungan dari penyiksaan, (7) hak untuk mendapatkan perlindungan atas kehormatana nama
baik, (8) hak untuk bebas berpikir dan berbicara, (9) hak untuk bebas memilih agama, (10) hak untuk bebas
berkumpul dan berorganisasi; (11) hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi, (12) hak atas jaminan sosial;
(13) hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, (14) hak-hak bagi
wanita dalam kehidupan rumah tangga, (15) hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya.

C. Demokrasi dalam Islam

Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar,
yaitu :

1. Musyawarah (syura)

Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Oleh karena itu perwakilan rakyat
dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran
Islam, setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria mauoun wanita adalah khalifah Allah di bumi.
Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka
harus diperhatikan dalam menangani masalah negara. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan
masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat 3 :

tûïÏ%©!$#ur (#qç/$yftGó™$# öNÍkÍh5tÏ9 (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# öNèdãøBr&ur 3“u‘qä© öNæhuZ÷t/ $


£JÏBur öNßg»uZø%y—u‘ tbqà)ÏÿZãƒ
“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS Asy-
Syura : 38).

2. Persetujuan (ijma)

Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi dalam hukum Islam. Konsensus
memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan
pemikiran sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum.

Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern.
Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah
konsensus dapat menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.

3. Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad).

Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan                di suatu tempat atau waktu.
Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-
prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk
seruan untuk melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah
yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk
membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad merupakan konsep-konsep yang
sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khalifah-Nya. Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga
konsep yang tidak dapat dipisahkan.

Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan
perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat
tidak terpenuhi. Sedangkan pemeunuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan,
karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran tentang nilai-nilai
dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik Islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.      Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama, menjamin, menjaga dan memelihara
kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta
menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.

2.      Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu
berpusat kepada manusia, sehingga manusia sangat dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam
bersifat teosentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat dipentingkan.

3.      Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan
karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindundgan
Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1.      Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena hukum ini mengatur
berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai kemaslahatan.

2.      Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak ini sebagai dasar yang
melekat pada diri tiap manusia.

3.      Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak dan kewajiban asasi
manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya berdasarkan prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.

http://gemini1120.wordpress.com/2010/06/11/hukum-hak-asasi-manusia-dan-demokrasi-dalam-
islam/

Anda mungkin juga menyukai