Anda di halaman 1dari 16

Empat Ikhtiar Meraih Husnul Khatimah

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran, ayat 102, :

َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Lewat ayat diatas Allah SWT me-wanti-wanti atau mengingatkan agar kita semua kelak ketika
ajal  tiba, kita meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Allah.  Inilah yang disebut
dengan husnul khatimah.  Husnul khatimah adalah tolok ukur satu-satunya apakah seseorang 
sukses dalam hidupnya atau tidak. Memang banyak tolok ukur kesuksesan dalam hidup ini,
seperti hidup kaya raya,  memiliki jabatan tinggi, dihormati dalam masyarakat,  hidup dalam
kondisi kesehatan yang prima dan sebagainya.  Namun apalah arti hidup kaya raya, jika ketika
meninggal dunia seseorang tak mampu  menyebut nama “Allah”. Apalah arti menduduki jabatan
tinggi, jika di akhir hayat seseorang  tidak mengenal siapa Sang Penciptanya.  Apalah arti hidup
mulia dan dihormati di tengah-tengah masyarakat, jika di akhir hayat seseorang mati dalam
keadaan kafir. Na’udzubillahi mindzalik.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Husnul khatimah adalah harga mati yang harus selalu diusahakan dan diupayakan oleh siapa saja
yang menginignkan surga dan menetap disana untuk selamanya. Cara kita mengupayakan agar
diberi husnul khatimah adalah selalu bertakwa kepada Allah SWT, kapan  pun dan dimana pun
kita berada. Husnul khatimah tidak hanya harus diupayakan secara terus menerus, tetapi harus
pula selalu dimintakan kepada Allah SWT. Kita harus selalu berdoa kepada Allah agar diberi
husnul khatimah. Jangan sampai kita lupa tidak memohon  husnul khatimah kepada Allah SWT
dalam setiap doa kita karena husnul khatimah merupakan puncak dari semua kesuksesan di dunia
ini. Tanpa husnul khatimah, sia-sialah hidup seseorang karena itu berarti neraka tempatnya di
akherat sana.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Untuk menggapai husnul khatimah sesungguhnya tidak mudah karena setan bisa saja mengambil
kesempatan di saat akhir menjelang kematian seseorang. Setan bisa saja berusaha sekuat tenaga
untuk menyesatkannya dengan segala cara; bahkan terkadang menjelma dalam rupa ayah dan
ibunya. Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya berjudul At-Tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa
Umuril Akhirah menyatakan berdasarkan  sebuah riwayat Nabi Muhammad SAW
bersabda bahwa ketika seorang hamba mendekati ajalnya maka duduklah dua setan di
sampingnya.   Setan yang berada di sebelah kanan yang menyerupai ayahnya mengatakan:

“Wahai anakku, aku sangat sayang dan cinta kepadamu. Jika kamu mau mati, maka matilah
dengan membawa agama Nasrani sebab itu  adalah sebaik-baik agama.”

Sedangkan setan yang di sebelah kiri, yang menyerupai ibunya, mengatakan:

“Wahai anakku, perutku dahulu tempat hidupmu dan air susuku sebagai minumanmu serta
pangkuanku sebagai tempat tidurmu, maka aku minta hendaknya kamu mati dengan membawa
agama Yahudi sebab itu adalah sebaik-baik agama.”

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Agar kita terhindar dari upaya penyesatan oleh setan yang akan menjerumuskan kita, maka
Rasulullah SAW memberikan tuntunan kepada kita berupa doa memohon kepada Allah agar
senantiasa menetapkan iman kita sampai akhir hayat kita. Doa tersebut sebagaimana termaktub
dalam Surat Ali Imran ayat 8, sebagai berikut:
ُ‫ت ْال َوهَّاب‬
َ ‫ك أَ ْن‬ َ ‫َربَّنَا ال تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إِ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن‬
َ َّ‫ك َرحْ َمةً إِن‬
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Husnul khatimah merupakan karunia terbesar dari Allah SWT yang tak tertandingi oleh apa  pun.
Di saat setan terus melakukan berbagai godaan dan penyerupaan menjelang kematian seseorang,
hanya Allah yang dapat menjaga dan menyelamatkan iman orang tersebut. Menurut Imam
Sufyan Al-Tsauri, ada 4 (empat) cara yang bisa dilakukan seseorang untuk meraih husnul
khatimah sebagai berikut:

1. Menjaga iman dan ketakwaaan kepada Allah SWT secara istiqamah.

Siapa  pun yang menginginkan terjaga iman dan ketakwaannya hendaknya menjauhi benar-benar
hal-hal yang bisa merusak  iman dan ketakwaannya. Ia  harus bertaubat dari segala dosa dan
kemaksiatan, apalagi terhadap syirik . Hal itu bisa  dicapai, diantaranya dengan membaca doa
seperti yang diajarkan Rasulullah SAW:

َ ‫اللَّهُ َّم إنِّي أَ ُعو ُذ ِبك أَ ْن أُ ْش ِر‬


‫ك بِك َوأَنَا أَ ْعلَ ُم َوأَ ْستَ ْغفِرُك لِ َما ال أَ ْعلَ ُم‬

Artinya:  "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik
(menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu
terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui."

2. Berusaha sungguh-sungguh memperbaiki lahir batin.

Hendaknya, niat  dan tujuan semua amal saleh harus benar-benar bersih lahir batin. Tidak ada
niat dalam beribadah kecuali semata-mata karena untuk mencari ridha Allah SWT sebagaimana
yang kita ucapkan dalam doa iftitah setiap kali memulai shalat:

َ ‫اي َو َم َماتِي هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬


 ‫ين‬ َ َ‫صالَتِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ ي‬
َ ‫إِ َّن‬

Artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.”

3. Senantiasa berdoa kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan iman.

Nabi Yusuf AS memberikan contoh doa husnul khatimah, sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur’an, Surat Yusuf, ayat 101 :

َ ‫تَ َوفَّنِي ُم ْسلِ ًما َوأَ ْل ِح ْقنِي بِالصَّالِ ِح‬


‫ين‬
Artinya: “Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang shaleh.”

4. Senantiasa berdizkir kepada Allah dalam keadaan apa  pun.

‫فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َوال تَ ْكفُرُو ِن‬
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Ayat diatas menegaskan janji Allah bahwa siapa  pun yang senantiasa berdzikir kepada Allah
SWT, maka Allah akan senantiasa mengingat orang itu. Allah akan selalu memberinya petunjuk
dan pertolongan hingga orang itu meninggal dalam keadaan mengingat-Nya.  

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT, dapat melaksanakan
perintah-peritah-Nya dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-larangan-Nya. Ketika ajal
tiba, kita tetap dalam keadaan iman, Islam dan ihsan sehingga kita memperoleh husnul khatimah.
Amin ya Rabbal Alamin.  

Bahagia Dengan Husnul Khatimah Sengsara


Dengan Su’ul Khatimah

Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang
akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang
shahih :

ُ‫إنَّ َما األَ ْع َما ُل ِبال َخـ َواتِ ْي ُم رواه البخاري و َغ ْي ُره‬.
“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari dan selainnya]

Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan
amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk
tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat Allah Azza wa Jalla :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan
janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)”. [Ali Imran : 102]

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahih-nya, dari ‘Abdullah bin
‘Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma , dia mengatakan :
‫ب بَنِ ْي آ َد َم ُكلُّهَا بَي َْن أَصْ بَي ِْن ِم ْن‬
َ ‫ إِ َّن قُلُ ْو‬:ُ‫ْت َرس ُْو َل هللاِ يَقُ ْول‬
ُ ‫َس ِمع‬
‫ ثُ َّم قَا َل َرس ُْو َل‬،‫ْث يَ َشا ُء‬
ُ ‫ص ِّرفُهُ َحي‬
َ ُ‫اح ٍد ي‬ ٍ ‫صابِ ِع الرَّحْ َم ِن َكقَ ْل‬
ِ ‫ب َو‬ َ َ‫أ‬
‫ك‬
َ ِ‫طا َعت‬َ ‫ِّف قُلُ ْوبَنَا َعلَى‬ ْ ‫صر‬َ ‫ب‬ ِ ‫ِّف القُلُ ْو‬
َ ‫صر‬ َ ‫ اللَّهُ َّم ُم‬: ِ‫هللا‬.
“Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-
kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah
membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada
ketaatanMu”.

Itulah pentingnya kondisi tutup usia. Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir
kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang berbuat baik
di saat waktu dan usianya memungkinan, maka insya Allah akhir hidupnya baik. Dan jika
sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah
menzhaliminya, meskipun sedikit.

Mengingat pentingnya masalah ini dan keharusan memperhatikannya, maka dengan memohon
kepada Allah, tulisan ini kami angkat untuk menjadi pengingat kita semua.

HUSNUL KHATIMAH
Husnul khatimah adalah akhirnya yang baik. Yaitu seorang hamba, sebelum meninggal, ia diberi
taufiq untuk menjauhi semua yang dapat menyebakan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia bertaubat dari dosa dan maksiat, serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-
perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini.

Dalil yang menunjukan makna ini, yaitu hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ ‫ َكي‬:‫ قاَلُ ُوا‬،ُ‫إِ َذا أَ َرا َد هللاُ بِ َع ْب ِد ِه َخ ْيرًا ا ْستَ ْع َملَه‬
:‫ْف يَ ْستَ ْع ِملُهُ؟ قَا َل‬
‫ َرواه اإلمام أحمـد والترمذي‬.‫ح قَ ْب َل َم ْوتِ ِه‬ َ ‫يُ َوفِّقُهُ لِ َع َم ٍل‬
ٍ ِ‫صال‬
‫وصحح الحاكم في المستدرك‬.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para
sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan
memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Imam Ahmad, Tirmidzi,
dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak.

Husnul khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang
sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain.
Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya
kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerahNya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah,” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. [Fushilat : 30].

Kabar gembira ini diberikan saat sakaratul maut, dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari
kubur. Sebagai dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

،ُ‫ َو َم ْن َك ِرهَ لِقَا َء هللاِ َك ِرهَ هللاُ لِقَائَه‬،ُ‫َم ْن أَ َحبَّ ِلقَا َء هللاِ أَ َحبَّ لِقَائَه‬
َ ‫ لَي‬:‫ت؟ فَقَا َل‬
‫ْس‬ ِ ‫ يَانَبِ َي هللا! أَ َك َر ِهيَةُ ال َم ْو‬:‫ت‬
َ ‫ نَ ْك َرهُ ال َم ْو‬:‫ فَ ُكلُّنَا‬،‫ت‬ ُ ‫فَقُ ْل‬
َّ‫ض َوانِ ِه َو َجنَّتِ ِه أَ َحب‬
ِ ‫ َولَ ِك ِن ال ُم ْؤ ِم ُن إِ َذا بُ ِّش َر ِب َرحْ َم ِة هللاِ َو ِر‬،‫ك‬
َ ِ‫َك َذل‬
ِ‫ب هللاِ َوس ُْخ ِط ِه َك ِرهَ لِقَا َء هللا‬
ِ ‫ َوإِ َّن َكافِ َر إِ َذا بُ ِّش َر بِ َع َذا‬،ِ‫ِلقَا َء هللا‬
ُ‫ َو َك ِرهَ هللاُ لِقَائَه‬.
“Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu dengannya. Dan
barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”.
‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabi Allah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita
semua benci kematian?” Rasulullah menjawab,”Bukan seperti itu. Akan tetapi, seorang mukmin,
apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta SurgaNya, maka ia akan suka
bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan
kemurkaanNya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu
dengannya”.

Mengenai makna hadits ini, al Imam al Khatthabi mengatakan : “Maksud dari kecintaan hamba
untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak
senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna
kebencian adalah sebaliknya”.
Imam Nawawi berkata,”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah,
saat sakaratul maut, saat taubat tidak diterima (lagi). Ketika itu, semuanya diperlihatkan bagi
yang sedang naza’ (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”

TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH


Tanda-tanda husnul khatimah banyak yang telah disimpulkan oleh para ulama dengan penelitian
terhadap nash-nash yang terkait. Di sini kami bawakan sebagian tanda-tanda tersebut, di
antaranya :

1. Mengucapkan kalimat syahadat saat akan meninggal.


Dalilnya adalah hadits riwayat al Hakim dan selainnya, bahwasannya Rasullullah Shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda :

َ‫ الَ إِ لَهَ إِ الَ هللاُ َدخـ َ َل الجـَــنَّة‬: ‫آخ ُر كـالَمـِ ِه‬ َ ‫ َم ْن َك‬.
ِ ‫ان‬
“Barangsiapa yang akhir ucapannya ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬, maka ia masuk surga”.

2. Meninggal dengan kening berkeringat.


Berdasarkan hadits riwayat Buraidah bin al Hashib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ ‫َم ْو‬
ِ ْ‫ت ال ُم ْؤ ِم ِن ِب ِعر‬
‫ َرواه أحـمد والترمذي‬.‫ق ال َجبِي ِْن‬
“Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening”.

3. Meninggal pada malam Jum`at atau siangnya.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ‫وت يَ ْو َم ْال ُج ُم َع ِة أَ ْو لَ ْيلَةَ ْال ُج ُم َع ِة إِاَّل َوقَاهُ هَّللا ُ فِ ْتنَة‬


ُ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
‫ْالقَب ِْر‬
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah
akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur”. [HR Ahmad dan Tirmidzi]

4. Mati syahid di medan jihad di jalan Allah, atau mati saat menempuh perjalanan untuk
peperangan di jalan Allah, mati karena tertimpa sakit tha’un (pes), atau mati karena tenggelam.
Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫يل هَّللا‬ ِ ِ‫ون ال َّش ِهي َد فِي ُك ْم قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا ِ َم ْن قُتِ َل فِي َسب‬ َ ‫َما تَ ُع ُّد‬
ِ ‫فَهُ َو َش ِهي ٌد قَا َل إِ َّن ُشهَ َدا َء أُ َّمتِي إِ ًذا لَقَلِي ٌل قَالُوا فَ َم ْن يَا َرسُو َل هَّللا‬
‫يل هَّللا ِ فَهُ َو‬ َ ‫يل هَّللا ِ فَهُ َو َش ِهي ٌد َو َم ْن َم‬
ِ ِ‫ات فِي َسب‬ ِ ِ‫قَا َل َم ْن قُتِ َل فِي َسب‬
‫ط ِن‬ْ َ‫ات فِي ْالب‬ ِ ‫ات فِي الطَّا ُع‬
َ ‫ون فَهُ َو َش ِهي ٌد َو َم ْن َم‬ َ ‫َش ِهي ٌد َو َم ْن َم‬
‫ق َش ِهي ٌد‬ ُ ‫فَهُ َو َش ِهي ٌد َو ْال َغ ِري‬
“Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di
jalan Allah, maka ia syahid”. Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari
umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau n
menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka
ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena
sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”.

5. Mati karena tertimpa reruntuhan.


Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

‫احبُ الهَـ ْد ِم‬ِ ‫ص‬


َ ‫ق َو‬ ْ ‫ ال َم‬:ٌ‫ال ُّشـهَ َدا ُء َخ ْم َسة‬
ُ ْ‫ والغَـر‬،‫ ال َمـ ْبطُ ْو ُن‬،‫ـطع ُْو ُن‬
ِ‫وال َّش ِهـ ْي ُد فِي َسبِي ِْل هللا‬.
“Orang yang mati syahid ada lima, (yaitu) : orang yang (mati) terkena penyakit tha’un, sakit
perut, orang yang tenggelam, orang yang terkena reruntuhan dan orang yang syahid di jalan
Allah”.

6. Tanda husnul khatimah, yang khusus bagi wanita, ialah meninggal saat nifas, ataupun
meninggal saat sedang hamil.
Dalilnya, hadits riwayat Imam Ahmad dan selainnya, dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah
bin ash Shamit Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan beberapa syuhada’, di antaranya :
‫ يَجُرُّ هَا َولَ ُدهَا بِ َس ِر ِر ِه إِلَى‬،‫َوال َمـرْ أَةُ يَ ْقتُلُهَا َولَ ُدهَا َج ْم َعا ُء َشهَا َد ٍة‬
‫ال َجـنَّ ِة‬
“Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu
akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.”

7. Meninggal karena terbakar dan radang selaput dada.


Sebagai dalilnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan macam-macam
orang yang mati syahid, termasuk orang yang mati terbakar. Demikian pula orang yang
meninggal lantaran menderita radang selaput dada, yaitu bengkak yang meradang, nampak pada
selaput yang ada di bagian dalam tulang-tulang rusuk.Adapun haditsnya diriwayatkan oleh Abu
Daud dalam sunannya.

8. Diantara dalil yang menjelaskan jenis kematian syahid yang lain adalah hadits yang
diriwayatkan Abu Dawud dan an Nasaa-i dan selain keduanya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫َم ْن قُتِ َل ُد ْو َن َمالِ ِه فَهُ َو َش ِهـ ْي ٌد َو َم ْن قُتِ َل ُد ْو َن أَ ْهلِ ِه فَهُ َو َش ِهـ ْي ٌد َو َم ْن‬
‫ َو َم ْن قُتِ َل ُد ْو َن َد ِمه فَهُ َو َش ِهـ ْي ٌد‬،‫قُتِ َل ُد ْو َن ِد ْينِ ِه فَهُ َو َش ِهـ ْي ٌد‬..
Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh
karena membela keluarganya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya,
maka ia syahid. Dan barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid.

9. Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan) di jalan Allah Ta`ala.
Berdasar hadits riwayat muslim dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda:
ُ‫ات َج َرى َعلَ ْي ِه َع َملُه‬ ِ ‫ِربَاطُ يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة َخ ْي ٌر ِم ْن‬
َ ‫صيَ ِام َشه ٍْر َوقِيَا ِم ِه َوإِ ْن َم‬
‫ان‬ َ ‫ان يَ ْع َملُهُ َوأُجْ ِر‬
َ َّ‫ي َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ َوأَ ِم َن ْالفَت‬ َ ‫الَّ ِذي َك‬
\“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat
malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia
perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”.

10. Meninggal dalam keadaan melakukan amal shalih.


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ ‫َم ْن قَا َل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ ا ْبتِ َغا َء َوجْ ِه هَّللا ِ ُختِ َم لَهُ ِبهَا َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن‬
‫صا َم‬
ُ‫ص َدقَ ٍة ُختِ َم لَه‬ َ َ‫يَ ْو ًما ا ْبتِ َغا َء َوجْ ِه هَّللا ِ ُختِ َم لَهُ بِهَا َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن ت‬
َ ‫ص َّد‬
َ ِ‫ق ب‬
َ‫بِهَا َد َخ َل ْال َجنَّة‬
‫رواه أحـمـد وغـيْره‬.
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala) Allah kemudian
amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surg. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah
Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bershadaqah
kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan
selainnya)”.

Demikian beberapa tanda husnul khatimah yang telah disimpulkan dari berbagai nash. Syaikh
Muhammad Nashirudin al Albani mengingatkan hal itu di dalam kitab beliau, Ahkamul Janaiz.

Akan tetapi, ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa terlihatnya salah satu di antara tanda-
tanda itu pada satu mayit, bukan berarti dia pasti menjadi penduduk Surga. Namun diharapkan,
itu sebagai pertanda baik baginya. Sebagaimana jika tanda-tanda itu tidak pada satu mayit, maka
janganlah divonis bahwa seseorang ini tidak baik. Semua ini merupakan masalah ghaib yang
hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.

PENYEBAB HUSNUL KHATIMAH


1. Faktor terpenting, yaitu kontinyu melakukan ketaatan dan bertakwa kepada Allah. Intinya
ialah merealisasikan tauhid, menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan segera bertaubat dari
perbuatan haram yang melumurinya. Tindakan yang paling diharamkan adalah syirik, baik syirik
besar maupun syirik kecil. Allah k berfirman:

ِ ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذلِكَ لِ َمن يَ َشآ ُء َو َمن يُ ْش ِر ْك بِاهللِ فَقَ ِد ا ْفتَ َرى إِ ْث ًما ع‬
‫َظي ًما‬ َ ‫إِ َّن هللاَ الَيَ ْغفِ ُر أَن يُ ْش َر‬

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik
bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar”. [an Nisaa`: 48].

2. Hendaknya berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar diwafatkan dalam keadaan
beriman dan bertakwa.

3. Hendaknya mengerahkan segala kemampuan dalam memperbaiki diri, secara lahir dan
batinnya, niat dan maksudnya diarahkan untuk memperbaiki diri. Ketentuan Allah di alam ini
telah berlaku. Allah memberikan taufik kepada orang yang mencari kebenaran. Allah akan
mengokohkannya di atas al haq serta menutup amalnya dengan al haq itu.

SU`UL KHATIMAH
Su’ul khatimah (akhir yang buruk) adalah, meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah Azza
wa Jalla, berada di atas murkaNya serta meninggalkan kewajiban dari Allah.

Tidak diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang menyedihkan, selalu dikhawatirkan
oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjauhkan kita darinya.

Terkadang nampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut, tanda-tanda yang
mengisyaratkan su’ul khatimah, seperti : menolak mengucapkan syahadat, justru mengucapkan
kata-kata jelek dan haram, serta menampakkan kecendrungan padanya, dan lain sebagainya.
Kami perlu menyebutkan sebagian contoh nyata kejadian tersebut.

Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, al Jawaabul Kaafi,
bahwa ada seseorang saat sakaratul maut, dia diingatkan, “Ucapkanlah : ُ‫ “ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬Lalu orang
itu menjawab: “Apa gunanya bagiku. Aku pun tidak pernah mengerjakan shalat karena Allah,
meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.

Al Hafizh Rajab rahimahullah dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, menukil dari salah satu
ulama, ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad, beliau berkata: “Aku menyaksikan seseorang, yang
ketika hendak meninggal ditalqin (diajari) ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬. Akan tetapi, ia mengingkarinya pada akhir
ucapannya.

Kemudian Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bertanya kepadanya tentang orang ini. Ternyata ia seorang
pecandu khamr (minuman keras). Selanjutnya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz berkata: “Takutlah kalian
terhadap perbuatan-perbuatan dosa, karena perbuatan dosa itu yang telah menjerumuskannya”.

Hal serupa juga diceritakan oleh al Hafizh adz Dzahabi rahimahullah, ada seorang yang bergaul
dengan pecandu khamr, maka saat ajal akan tiba, dan ada seseorang yang datang untuk
mengajarinya syahadat, ia malah mengatakan : “Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia
meninggal.

Al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita mengenai seseorang yang diketahui gemar
musik dan mendendangkannya. Tatkala wafat menjemputnya, dia diingatkan, katakanlah : َّ‫الَ إِلَهَ إِال‬
ُ‫ هللا‬, (tetapi) dia justru mulai mengigau dengan lagu sampai kemudian mati tanpa mengucapkan
kalimat tauhid.

Beliau rahimahullah juga berkata: “Sebagian pedagang mengabarkan kepadaku tentang karib-
kerabatnya yang hampir meninggal, sementara mereka di sisinya. Mereka mentalkinkan َّ‫الَ إِلَهَ إِال‬
ُ‫ هللا‬, namun ia mengigau “ini murah, ini barang bagus, ini begini dan begitu,” sampai ia
meninggal dan tanpa bisa melafazhkan kalimat tauhid”.

Berikut ini, kami bawakan keterangan Ibnul Qayyim rahimahullah. Komentar ini dibawakan
setelah menyebutkan kisah-kisah di atas. Beliau rahimahullah berkata:
“Subhanallah, betapa banyak orang yang menyaksikan ini mendapatkan pelajaran? Apabila
seorang hamba, pada saat sadar, kuat, serta memiliki kemampuan, dia bisa dikuasai setan,
ditunggangi perbuatan maksiat yang diinginkannya, mampu membuat hatinya lalai dari
mengingat Allah Azza wa Jalla, menahan lisannya dari dzikir, dan (begitu pula) anggota
badannya dari mentaatiNya, lalu bagaimana kiranya ketika kekuatannya melemah, hati dan
jiwanya kacau karena sakitnya naza’ (tercabutnya nyawa) yang sedang dia alami? Sementara saat
itu, setan mengerahkan seluruh kekuatan dan konsentrasinya, dan menghimpun semua
kemampuannya untuk mencuri kesempatan. Sesungguhnya ini adalah klimaks. Saat itu, hadir
setan yang terkuat, sementara si hamba dalam kondisi paling lemah. Siapakah yang selamat?

Pada saat kondisi ini:

‫ضلُّ هَّللا ُ الظَّالِ ِمينَ ۚ َويَ ْف َع ُل هَّللا ُ َما يَ َشا ُء‬


ِ ُ‫ت فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوفِي اآْل ِخ َر ِة ۖ َوي‬
ِ ِ‫ِّت هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِ ْالقَوْ ِل الثَّاب‬
ُ ‫يُثَب‬

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki”. [Ibrahim/14 : 27].

Maka, orang yang dilalaikan hatinya dari mengingat Allah, (selalu) memperturutkan nafsunya
dan melampaui batas, bagaimana mungkin diberi petunjuk agar husnul khatimah? Orang yang
hatinya jauh dari Allah Azza wa Jalla, lalai dariNya, mengagungkan nafsunya, menyerahkan
kepada syahwatnya, lisannya kering dari dzikir, serta anggota badannya terhalang dari ketaatan
dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi petunjuk agar akhir kehidupannya baik (husnul
khatimah).

SU`UL KHATIMAH MEMPUNYAI DUA TINGKATAN


1. Tingkatan terbesar dan terjelek.
Yaitu orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat sakaratul maut,
kemudian ia mati dalam keadaan seperti ini, Maka, hal ini akan menjadi penghalang antara dia
dan Allah.

2. Tingkatan yang lebih rendah.


Yaitu orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan syahwatnya, lalu
keinginan ini tergambar di dalam hatinya saat sakaratul maut. Biasanya, seseorang meninggal
dalam kondisi yang biasa ia lakoni pada kehidupan nyatanya. Jika jelek, maka akhirnya juga
jelek. Semoga Allah melindungi kita dari keduanya.

SEBAB-SEBAB SU`UL KHATIMAH


Dari uraian ini, maka nampak jelas, bahwa penyebab su’ul khatimah adalah, lawan dari
penyebab husnul khatimah yang telah disebutkan.

Penyebab utamanya adalah kerusakan aqidah. Di antara penyebabnya juga adalah, rakus
terhadap dunia, mencarinya dengan cara-cara haram, berpaling dari jalan kebaikan, serta terus-
menerus melakukan perbuatan maksiat.

Anda mungkin juga menyukai