Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN ANTARA SISTEM PEMBELAJARAN DENGAN TINGKAT STRESS

DAN ADAPTASI PADA SISWA PESANTREN ACEH BESAR

PENDAHULUAN

Lingkungan pendidikan sangat berpengaruh pada masa remaja, dimana orang tua sangat berperan
penting dimasa ini, dikarenakan orang tua mengharapkan lingkungan pendidikan yang dipilih oleh
anaknya adalah yang tepat baik itu untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungannya . Harapan dari
orang tua yang sangat ingin anaknya menguasai pelajaran baik dalam bidang agama maupun pelajaran
umum, sehingga kebanyakan orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren agar bisa
mencapai harapan yang diinginkan oleh orang tua .
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai agama dan pembentukan
karakter islami yang bermoral dan juga sebagai inspirator untuk meningkatkan nilai-nilai moral para
generasi . Perubahan yang dialami oleh remaja akan berdampak pada remaja itu sendiri, seorang
remaja akan mengalami berbagai masalah baik dari masalah psikososial maupun masalah lainnya
yang akan berdampak pada kejiwaannya . Salah satu masalah yang dialami oleh remaja adalah stres,
dimana stres diakibatkan karena interaksi yang didapat ketika menjalani interaksi sosial baik dari
teman, dari orang lain maupun masalah pelajaran yang dianggap sulit .

METODE

Sampel dalam penelitian ini adalah 104 siswa. Pengumpulan data dilakukan secara angket dan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu kuesioner sistem pembelajaran , adaptasi
dan kuesioner baku tingkat stress yaitu Depression Ansiety Stress Scale 21 .

Asal siswa mayoritas adalah siswa yang berasal dari Aceh sebanyak 97 siswa . Pada Jumlah siswa
didapatkan bahwa kelas VII A, VIII A dan VIII B berada pada kategori terbanyak yaitu sebanyak 23
siswa.

Pembelajaran Total

No Kategori Stress Baik Kurang Baik p-value f % f % f %1. Berdasarkan tabel 5 bahwa dari 104
siswa yang terdapat keadaan normal dengan persepsi sistem pembelajaran baik 48 siswa. Tabel. 6
Sistem pembelajaran dengan Adaptasi pada siswadikarenakan tabel kontingensi lebih dari 2x2, pada =
0,05 didapatkan nilai p-value 0,000 sehingga hipotesa null ditolak menunjukkan bahwa ada hubungan
sistem pembelajaran dengan tingkat stress pada siswa di pesantren.

Berdasarkan tabel 6 bahwa dari 104 siswa dapat beradaptasi terhadap lingkungan dipesantren dengan
persepsi sistem pembelajaran baik 46 siswa, sedangkan dari 51 siswa yang mengalami adaptasi
kurang baik dengan presepsi sistem pembelajaran kurang baik sebanyak 17 siswa.

PEMBAHASAN
Hubungan sistem pembelajaran dengan tingkat
Stress pada Siswa di Pesantren

Berdasarkan tabel 5 hasil uji statistik dengan


Chi-Square dengan melakukan penggabungan antara ringan dengan sedang, dan sangat berat dengan
bera dari tabel 2x5 square dengan tabel kontingensi 2 x 2 menggunakan nilai Continuity Correction
dikarenakan tidak adanya nilai Exspected

(harapan) <5 lebih 20% pada α = 0,05 didapatkan nilai x² 0,028 (< 0,05) sehingga hipotensa null (Ho)
ditolak menunjukkan bahwa ada hubungan sistem pembelajaran dengan adaptasi pada siswa
pesantren.

menjadi 2x3 pada α = 0,05 didapatkan nilai 0,000 (< 0,05) sehingga hipotesa null (Ho) ditolak
menunjukkan bahwa ada hubungan antara sistem pembelajaran dengan tingkat stress pada siswa di
pesantren.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2018) didapatkan adanya hubungan
sistem pembelajaran dengan tingkat stress pada siswa di pondok pesantren dengan pvalue = 0,000
terdapat stress terbanyak yaitu stress sedang yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang terlalu
padat, peraturan yang ketat, aktivitas yang banyak, hafalan yang mesti selalu disetor pada
ustadz/ustdzah yang ada diasrama. Banyak santri yang mengeluh selama berada di pesantren
dikarenakan tuntutan yang harus dipenuhi dan dipatuhi.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya hubungan sistem pembelajaran terhadap tingkat
stress dengan tingkat stress normal sebanyak 48 responden (85%) dengan persepsi sistem
pembelajaran baik sedangkan yang memliki persepsi sistem pembelajaran yang kurang baik dengan
tingkat stress normal sebanyak 8 responden (14,3%). Dapat dilihat dari data bahwa 74,04 % siswa
merasa tidak memiliki banyak waktu bermain selama sekolah dipesantren, hal ini dapat
mengakibatkan siswa beresiko stress selama proses pembelajaran di pesantren.

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki persepsi baik terhadap sistem
pembelajaran akan mengurangi tingkat stress siswa dalam menghadapi pembelajaran sebaliknya yang
memiliki persepsi sistem pembelajaran yang kurang baik sangat mempengaruhi tingkat stress
seseorang.

Dari data demografi menunjukkan bahwa siswa paling dominan di pesantren tersebut adalah
perempuan sebanyak 77 siswa (74%). Untuk siswa yang berasal dari aceh paling dominan sebanyak
97 siswa (93,3). Pada data kelas memiliki siswa yang tidak terlalu jauh perbedaannya dari kelas VII
sampai kelas VIII yaitu 23 siswa. Pada tingkatan kelas memiliki hubungan dengan tingkat stress
terdapat pada tabel (5.8). Jadi dapat disimpulkan tingkatan kelas dapat memicu terjadinya stress
berupa pelajaran yang semakin padat dan waktu belajar yang semakin berkurang.

Hubungan sistem pembelajaran dengan adaptasi siswa di pesantren.


Berdasarkan tabel 6. hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan nilai 0,028 (<
0,05) sehingga hipotensa null (Ho) ditolak menunjukkan bahwa ada hubungan sistem pembelajaran
dengan adaptasi pada siswa di pesantren.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian


Yuniar, Abidin dan Astuti (2005) menunjukkan bahwa setiap tahunnya 5-10% dari santri baru
dipondok pesantren modern mengalami masalah dalam penyesuian diri seperti tidak mampu
mengikuti pelajaran, tidak bisa tinggal di asrama karena tidak bisa berpisah dengan kedua orang tua,
dan melakukan tindakan yang melanggar peraturan pondok pesantren.

Peneliti berikutnya meneliti mengenai penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok pesantren oleh
Pritaningrum dan Hendriani (2013) adalah peneliti menemukan bahwa bentuk penyesuaian diri pada
kedua subjek pada penelitian ini megubah tingkah laku mereka agara dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Dimana subjek yang digunakan adalah keinginan masuk pesantren dengan keinginan
sendiri atau keinginan dari orang tua.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa adaptasi baik dengan persepsi sistem pembelajaran yang baik
sebanyak 46 siswa (86,8%), sedangkan dengan persepsi sistem pembelajaran yang kurang baik
didapatkan 7 siswa (13,2%). Adaptasi kurang baik dengan persepsi sistem pembelajaran yang kurang
baik sebanyak 17 siswa (33,3%), sedangkan yang memiliki persepsi baik dengan adaptasi kurang baik
sebanyak 34 sisiwa (66,7%). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa adaptasi baik jika persepsi
mengenai sistem pembelajaran juga baik dan adaptasi kurang baik jika persepsi sistem pembelajaran
oleh siswa baik.

Sesuai dengan teori Sister Calista Roy (1960) dalam (Atmadja 2017) manusia akan terus menerus
saling berinteraksi dengan lingkungannya dan akan memiliki mekanisme pertahan diri saat
mengalami masalah, sehingga terbentuknya mekanisme koping, perubahan yang dialami seseorang
disebabkan oleh rangsangan yang ada diantaranya dari perubahan lingkungan yang terjadi secara
langsung terhadap diri siswa tersebut. Dalam dimensi sosial budaya adaptasi roy, siswa yang dulunya
tinggal diluar aceh akan melakukan penyesuain diri sesuai dengan budaya yang berada diaceh dan
dapat bersosial dengan baik dilingkungan baru.

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwasa siswa yang berada di pondok pesantren ada
yang dapat beradaptasi dengan baik dikarenakan beberapa faktor diantarananya 90,38% siswa
berkeinginan masuk pesantren dengan keinginan sendiri, 75% siswa dapat berbaur dengan lingkungan
pesantren yang baru, 87,50% tidak merasa kesepian dipesantren dan dapat menyesuiakan diri dengan
lingkungan dan proses pembelajaran dengan baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat hubungan antara sistem
pengetahuan dengan tingkt stress dan adaptasi pada siswa di pesantren aceh besar

Diharapkan kepada Kepala Sekolah dan Pengajar di Pesantren Aceh Besar diharapkan dapat
meningkatkan dan menambahkan kegiatan-kegiatan lainnya seperti kegiatan marching band,
kegiatan sabtu (merajut), serta melakukan piknik sebulan sekali sehingga dapat mengurangi stress
bagi siswa yang berada di pesantren, serta pelajar terutama siswa yang berada dipesantren agar dapat
beradaptasi dengan baik dan mempertahankan mekanisme koping yang baik selama menyelesaikan
proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai