Istilah komunikasi dimaknai sebagai keluhan, ketidak puasan, dalam bentuk laporan
atau pengaduan permasalahan HAM, atau adanya permasalahan HAM yang belum
diadukan, sesuai dengan "Prosedur 1503" dari Dewan Ekonomi dan Sosial
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Economic and Social Council of United Nation).
Sejak tahun 1967 Dewan Ekonomi dan Sosial PBB memberikan wewenang kepada
Komisi Hak Asasi Manusia dan Sub Komisi Pencegahan Diskriminasi dan
Perlindungan Minoritas PBB, untuk memeriksa informasi yang relevan dari
pelanggaran-pelanggaran hak dan kebebasan dasar yang dilaporkan terjadi.
Kemudian komisi membuat laporan dan rekomendasi mengenai pelanggaran-
pelanggaran tersebut kepada Dewan. Untuk menangani komunikasi-komunikasi
sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran HAM tersebut, Dewan kemudian
menetapkan prosedur yang dikenal dengan nama Prosedur 1503.
Akan tetapi, walaupun regulasi HAM tersebut secara langsung telah diaplikasikan,
namun dalam kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM.
Baik yang terjadi pada tingkat masyarakat maupun pada tingkat birokrasi. Sejarah
peradaban manusia memang tidak pernah luput dari berbagai konflik, kekerasan
maupun penindasan yang seakan-akan tiada hentinya. Karl Marx pernah
mengutarakan dalam bukunya "On the Jewish Question" (1884) bahwa konflik dan
kekerasan tidak akan pernah berakhir, tergantung dari setiap individu menyadarinya
atau tidak, konflik akan terus menerus menjadi lembar sejarah peradaban yang tidak
bisa dihindari. Konflik ini sendiri hampir terjadi di setiap sendi masyarakat, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM yang sering terekspos
di berbagai media. Bertambahnya data-data kasus pelanggaran HAM setiap
tahunnya mengindikasikan bahwa kesadaran HAM masih jauh dari yang dicita-
citakan. Masih kurangnya pemahaman HAM oleh masyarakat acap kali
menimbulkan permasalahan tersendiri. Manakala masyarakat mengalami
permasalahan, seringkali mereka bingung bagaimana cara menyelesaiannya.
Negara dalam hal ini pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai "Guardian of
Human Right" (pengawal hak asasi) tentunya harus berperan aktif dalam
perlindungan, pemenuhan serta pemajuan HAM. Oleh karena itu diperlukan suatu
wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi dalam pemecahan
permasalahan-permasalahan terkait pelanggaran hak asasi manusia. Perwujudan
perlindungan dan pemenuhan HAM tersebut dapat kita temukan dalam beberapa
program kebijakan pemerintah, salah satunya yaitu menyediakan sarana
perlindungan dan pemenuhan HAM bagi masyarakat melalui Pelayanan Komunikasi
Masyarakat (YANKOMAS).
Sehubungan dengan hal tersebut dan untuk melaksanakan ketentuan sebagai mana
ditugaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.01.PR.07.10 Tahun 2005 tanggal 01 Mei 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor
Wilayah, maka Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal ini
Bidang Hak Asasi Manusia melaksanakan kegiatan di bidang penyiapan bahan
perumusan pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan rencana program,
pengkoordinasian dengan instansi terkait, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Hak Asasi Manusia sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku termasuk
pelaksanaan Pelayanan Komunikasi Masyarakat (YANKOMAS).
- Pengaduan juga dapat dilakukan melalui surat yang ditujukan ke Alamat Kantor
Kementerian Hukum dan HAM yang dilengkapi dengan biodata serta alamat pelapor
dan kronologis/risalah permasalahan yang dihadapi.
* Diterbitkan di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) pada hari Selasa, 14 Pebruari
2012.