Anda di halaman 1dari 3

Pelayanan Komunikasi Masyarakat (Yankomas)

Mendorong Penyelesaian Dugaan Pelanggaran/Permasalahan HAM

Istilah komunikasi dimaknai sebagai keluhan, ketidak puasan, dalam bentuk laporan
atau pengaduan permasalahan HAM, atau adanya permasalahan HAM yang belum
diadukan, sesuai dengan "Prosedur 1503" dari Dewan Ekonomi dan Sosial
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Economic and Social Council of United Nation).

Sejak tahun 1967 Dewan Ekonomi dan Sosial PBB memberikan wewenang kepada
Komisi Hak Asasi Manusia dan Sub Komisi Pencegahan Diskriminasi dan
Perlindungan Minoritas PBB, untuk memeriksa informasi yang relevan dari
pelanggaran-pelanggaran hak dan kebebasan dasar yang dilaporkan terjadi.
Kemudian komisi membuat laporan dan rekomendasi mengenai pelanggaran-
pelanggaran tersebut kepada Dewan. Untuk menangani komunikasi-komunikasi
sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran HAM tersebut, Dewan kemudian
menetapkan prosedur yang dikenal dengan nama Prosedur 1503.

Pemerintah (Negara) sebagai Regulator of Legal Rights (Pengatur Hak Hukum)


telah menetapkan regulasi mengenai Hak Asasi Manusia. Tercatat mulai
dikeluarkannya TAP MPR No. XVII/1998, kemudian amandemen UUD 1945 yang
secara eksplisit sudah memasukkan pasal-pasal cukup mendasar mengenai hak
asasi manusia dimana bab XA di masukan ketentuan tentang Hak Asasi Manusia
yang berisi 10 pasal dari Pasal 28 A s/d Pasal 28 J, dan Undang-Undang No 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Perubahan lain juga terlihat dari tingkat
ratifikasi terhadap instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia yang
semakin tinggi. Dengan demikian upaya perlindungan, pemajuan, penegakan dan
pemenuhan serta penghormatan HAM telah mendapatkan nafas baru dalam
pengimplementasian nilai-nilai HAM di setiap sendi kerakyatan.

Akan tetapi, walaupun regulasi HAM tersebut secara langsung telah diaplikasikan,
namun dalam kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM.
Baik yang terjadi pada tingkat masyarakat maupun pada tingkat birokrasi. Sejarah
peradaban manusia memang tidak pernah luput dari berbagai konflik, kekerasan
maupun penindasan yang seakan-akan tiada hentinya. Karl Marx pernah
mengutarakan dalam bukunya "On the Jewish Question" (1884) bahwa konflik dan
kekerasan tidak akan pernah berakhir, tergantung dari setiap individu menyadarinya
atau tidak, konflik akan terus menerus menjadi lembar sejarah peradaban yang tidak
bisa dihindari. Konflik ini sendiri hampir terjadi di setiap sendi masyarakat, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM yang sering terekspos
di berbagai media. Bertambahnya data-data kasus pelanggaran HAM setiap
tahunnya mengindikasikan bahwa kesadaran HAM masih jauh dari yang dicita-
citakan. Masih kurangnya pemahaman HAM oleh masyarakat acap kali
menimbulkan permasalahan tersendiri. Manakala masyarakat mengalami
permasalahan, seringkali mereka bingung bagaimana cara menyelesaiannya.

Negara dalam hal ini pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai "Guardian of
Human Right" (pengawal hak asasi) tentunya harus berperan aktif dalam
perlindungan, pemenuhan serta pemajuan HAM. Oleh karena itu diperlukan suatu
wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi dalam pemecahan
permasalahan-permasalahan terkait pelanggaran hak asasi manusia. Perwujudan
perlindungan dan pemenuhan HAM tersebut dapat kita temukan dalam beberapa
program kebijakan pemerintah, salah satunya yaitu menyediakan sarana
perlindungan dan pemenuhan HAM bagi masyarakat melalui Pelayanan Komunikasi
Masyarakat (YANKOMAS).

Sehubungan dengan hal tersebut dan untuk melaksanakan ketentuan sebagai mana
ditugaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.01.PR.07.10 Tahun 2005 tanggal 01 Mei 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor
Wilayah, maka Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal ini
Bidang Hak Asasi Manusia melaksanakan kegiatan di bidang penyiapan bahan
perumusan pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan rencana program,
pengkoordinasian dengan instansi terkait, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Hak Asasi Manusia sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku termasuk
pelaksanaan Pelayanan Komunikasi Masyarakat (YANKOMAS).

YANKOMAS merupakan suatu bentuk apresiasi pemerintah dalam


pengimplementasian perlindungan dan pemenuhan HAM, karena dengan adanya
Pelayanan Komunikasi Masyarakat maka diharapkan akan menjadikan suatu solusi
dalam penyelesaian pelanggaran HAM yang dialami oleh masyarakat. Dapat
dikatakan bahwa YANKOMAS merupakan pengejawantahan dari UU No. 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik.

Suatu kegiatan dalam bentuk pemberian layanan terhadap masyarakat tentang


adanya dugaan pelanggaran/permasalahan HAM yang dikomunikasikan maupun
tidak /belum dikomunikasikan oleh seseorang atau kelompok orang. Yang bertujuan
untuk mendorong penyelesaian dugaan pelanggaran/permasalahan HAM yang
terjadi di masyarakat baik yang dikomunikasikan maupun yang tidak/belum
dikomunikasikan oleh seseorang atau kelompok orang.

Ruang lingkup YANKOMAS meliputi :

a. Penanganan dugaan pelanggaran HAM sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal


1 butir (6) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, baik
yang dikomunikasikan maupun yang tidak/belum dikomunikasikan oleh seseorang
atau kelompok orang;

b. Pelayanan komunikasi masyarakat tidak termasuk proses prajudikasi


(penyelidikan dan penyidikan) akan tetapi dapat melakukan konfirmasi terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan HAM.

c. Tidak sedang dalam proses peradilan; dan

d. Bukan merupakan pelanggaran HAM berat.

Adapun mekanisme pelaksanaannya dapat dilakukan dengan beberapa cara,


diantaranya:
- Langsung datang ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM guna
menyampaikan permasalahan yang berkaitan dengan HAM dengan disertai dengan
bukti-bukti autentik terkait pelanggaran HAM tersebut.

- Pengaduan juga dapat dilakukan melalui surat yang ditujukan ke Alamat Kantor
Kementerian Hukum dan HAM yang dilengkapi dengan biodata serta alamat pelapor
dan kronologis/risalah permasalahan yang dihadapi.

- Selain itu dengan telah ditetapkannya Panitia RANHAM di seluruh Kabupaten,


masyarakat dapat menyampaikan pengaduan ke setiap Panitia RANHAM yang
berada di daerahnya.

Setiap komunikasi masyarakat yang disampaikan, yang merupakan permasalahan


HAM yang terjadi ditengah masyarakat harus dilakukan analisisnya, namun
sebelumnya perlu dilakukan pencarian bukti mengenai kebenaran isi komunikasi
yang disampaikan, melalui cara konfirmasi dan klarifikasi. Tim YANKOMAS yang
terdiri dari beberapa instansi terkait akan melakukan telaah terhadap pengaduan
tersebut yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan mengirimkan surat balasan
yang dapat disertai dengan rekomendasi kepada instansi terkait.

Maka diharapkan kegiatan Pelayanan komunikasi masyarakat dapat memberikan


perlindungan dan pemenuhan HAM seseorang atau sekelompok orang atas
terjadinya permasalahan HAM, sebagai bagian tanggung jawab dan wujud
keperdulian pemerintah.

Diharapkan selanjutnya terjadi penurunan kasus kasus HAM di masyarakat, dan


secara bertahap Hak-hak masyarakat dapat terpenuhi, memantapkan upaya
pemerintah dalam perlindungan dan pemenuhan HAM secara sungguh sungguh
disemua lini kehidupan sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan, kehidupan
masyarakat yang bersatu, ber kesetaraan/non diskriminatif, rukun dan damai, tertib
berdasarkan hukum, yang setiap warganya dapat hidup dengan aman, tenteram,
dan ber keadilan serta aparat yang efektif, bersih dari KKN , sehingga meningkatnya
kepercayaan masyarakat akan peran aktif dari Pemerintah Pusat, Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM dan Pemerintah Daerah serta Meningkatnya
Citra/image (baik) terhadap pemerintah Republik Indonesia ditingkat nasional
maupun internasional. (flora nainggolan*)

* Kepala Subbidang Perlindungan dan Pemenuhan HAM di Kanwil Kementerian


Hukum dan HAM Sumatera Utara/Perancang Peraturan Perundang-undangan.

* Diterbitkan di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) pada hari Selasa, 14 Pebruari
2012.

Anda mungkin juga menyukai