Anda di halaman 1dari 36

BOGOR PEDIATRIC UPDATE KE II

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA


PERWAKILAN BOGOR, DEPOK, SUKABUMI PERWAKILAN BOGOR, DEPOK, SUKABUMI

Masalah Sengketa Medis Pada Praktek Sehari-


hari, Ditinjau dari Segi Ilmu Hukum
(Perlindungan Konsumen)
IPB International Convention Center Bogor. Bogor, 17 Maret 2 0 1 8

Dr. Firman Turmantara Endipradja, S.H., S.Sos., M. Hum.


Advokat/Penasihat Hukum Bisnis & Perlindungan Konsumen

Dosen Politik Hukum Perlindungan Konsumen Kesehatan


Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung
Ketua Umum Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Jabar Banten DKI Jakarta
2018 1
7 Pertanyaan Pokok
1. Apakah kesehatan termasuk ruang lingkup/sektor
Perlindungan Konsumen ?
2. Apakah Pasien termasuk Konsumen dan Dokter Sebagai
Penyelenggara Jasa Layanan Kesehatan termasuk Pelaku
Usaha ?
3. Bagaimanakah Tanggungjawab Hukum Pidana dan Hukum
Perdata dari Seorang Dokter ?
4. Bagaimanakah Prinsip Penyelesaian Sengketa Menurut
Hukum Perlindungan Konsumen (UU No. 8/1999 ttg
Perlindungan Konsumen) ?
5. Mengapa Pasien Sebagai Konsumen Perlu Mendapat
Perlindungan Hukum ?
6. Bagaimanakah Hubungan Hukum Antara Pasien Dengan
Dokter ? 2
1

Apakah kesehatan termasuk


ruang lingkup/sektor
Perlindungan Konsumen ?
3
RUANG LINGKUP/OBJEK PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERPRES 50/2017 TTG STRATEGI NASIONAL PERLINDUNGAN KONSUMEN MENYEBUTKAN
ADA 9 SEKTOR PRIORITAS PENGUATAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
Ke-9 sektor prioritas penguatan perlindungan konsumen ini didasarkan atas hasil survei,
jumlah pengaduan, dan jumlah sengketa konsumen
Obat,
Makanan dan Perumahan/Properti Jasa Telekomunikasi
Minuman

Jasa Keuangan Barang Tahan Lama


(Perbankan, Asuransi, Jasa Transportasi (Elektronik, Kendaraan Bermotor)
Pembiayaan)

Jasa Layanan e-Commerce


Jasa Pelayanan Publik
(Listrik, Air, Gas) Kesehatan
4
2
Apakah Pasien termasuk
Konsumen dan Dokter Sebagai
Penyelenggara Jasa Layanan
Kesehatan termasuk Pelaku
Usaha ? 5
1.Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran, PASIEN adalah:
“… setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi.”

2. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit, PASIEN adalah :
“… setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.”
6
Adapun definisi konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu,
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Dari bunyi pasal-pasal di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa


pasien adalah konsumen pemakai jasa layanan kesehatan.

Sebagai pemakai jasa layanan kesehatan, pasien juga disebut


sebagai konsumen sehingga dalam hal ini berlaku juga ketentuan
UUPK.
7
Pasal 1 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
menyebutkan definisi PELAKU USAHA adalah:
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi“

Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa yang termasuk dalam


pengertian pelaku usaha di undang-undang ini adalah perusahaan,
korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-
lain.
8
Selanjutnya Pasal 13 ayat (2) UU No. 8/1999 menyebutkan bahwa
“seorang pelaku usaha dilarang untuk menawarkan, mempromosikan
atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain. “

Dari rumusan pasal ini dapat kita simpulkan bahwa pelayanan kesehatan
merupakan jasa yang tunduk pada UU No. 8/1999 ini. Dengan demikian,
pada saat penyelenggara jasa kesehatan memberikan jasa pelayanan
kesehatan, dan menerima pembayaran untuk jasa yang diberikannya
tersebut, maka penyelenggara jasa layanan kesehatan dapat disebut
sebagai pelaku usaha.
9
3

Bagimanakah Tanggungjawab
Hukum Pidana dan Hukum
Perdata dari Seorang Dokter ?
10
Dalam Pasal 359 KUHPidana diatur mengenai perbuatan yang
mengakibatkan orang mati karena salahnya:

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan


orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.”

Terkait pasal ini, R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, menjelaskan bahwa mati
orang di sini tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa, akan
tetapi kematian tersebut hanya merupakan akibat dari pada
kurang hati-hati atau lalainya terdakwa (delik culpa), Sedangkan,
yang dimaksud dengan “karena kesalahannya” adalah kurang
hati-hati, lalai lupa, amat kurang perhatian. 11
Dalam KUHP, kelalaian biasanya disebut juga dengan kesalahan, kurang hati-hati, atau
kealpaan. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan R. Soesilo mengenai Pasal 359 KUHP, dalam
bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, yang mengatakan bahwa “karena salahnya” sama
dengan kurang hati-hati, lalai lupa, amat kurang perhatian.
Pasal 359 KUHP:
“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.”
Dalam hukum pidana, kelalaian, kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan disebut dengan
culpa. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Hukum
Pidana di Indonesia (hal. 72) mengatakan bahwa arti culpa adalah “kesalahan pada umumnya”,
tetapi dalam ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan
si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-hati
sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi.
Sedangkan, Jan Remmelink dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana (hal. 177)
mengatakan bahwa pada intinya, culpa mencakup kurang (cermat) berpikir, kurang
pengetahuan, atau bertindak kurang terarah. Menurut Jan Remmelink, ihwal culpa di sini jelas
merujuk pada kemampuan psikis seseorang dan karena itu dapat dikatakan bahwa culpa
berarti tidak atau kurang menduga secara nyata (terlebih dahulu kemungkinan munculnya)
akibat fatal dari tindakan orang tersebut – padahal itu mudah dilakukan dan karena itu 12
seharusnya dilakukan. 1
Dalam Psl. 1365 KUHPerdata disebutkan :Tiap perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad), yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
menggantikan kerugian tersebut.

Psl. 1366 : Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian
yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian
yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya.

Psl. 1367 : Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang
disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya.
13
1
Psl.1370 : Dalam hal pembunuhan dengan sengaja atau kematian
seseorang karena kurang hati-hatinya orang lain, suami atau isteri
yang ditinggalkan, anak atau orangtua korban yang lazimnya
mendapat nafkah dan pekerjaan korban, berhak menuntut ganti
rugi yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua
belah pihak, serta menurut keadaan.

Psl.1371 : Menyebabkan luka atau cacat anggota badan seseorang


dengan sengaja atau karena kurang hati-hati, memberi hak kepada
korban selain untuk menuntut penggantian biaya pengobatan, juga
untuk menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka
atau cacat badan tersebut.
14
1
4
Bagimanakah Prinsip
Penyelesaian Sengketa Menurut
Hukum Perlindungan Konsumen
(UU No. 8/1999 ttg
Perlindungan Konsumen) ? 15
Ilmu Hukum
Perlindungan Konsumen
Lahir thn 1970-an dan
berkembang setelah ada
UU No. 8/1999 ttg
Perlindungan Konsumen16
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NO.8/1999 TTG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

Psl.47

MUSYAWARAH
TIMBUL BPSK
KERUGIAN DITOLAK/ TDK
KOMPLAIN
YG DIDERITA DITANGGAPI PENGADILAN
KONSUMEN PIDANA
Psl. 23 & 45
Psl. 19

17
6

Sebelum
Terjadi
Prinsip Hukum Sengketa Tanpa 1
Perlindungan Pihak MUSYAWARAH
Ketiga (Psl.47 UUPK)
Konsumen Non-
(UU 8/1999 ttg Litigasi BPSK
Setelah Melalui 2
PK) Pihak MAPS
Terjadi LPKSM
Ketiga Psl.23
Sengketa DLL

PERDATA
Litigasi ADMINSTRASI
3
PENGADILAN

PIDANA 18
Bagian Kedua : Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan 6
Pasal 47
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk
MUSYAWARAH
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau
mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau
tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.
Bagian Ketiga : Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Pasal 48
Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada PENGADILAN
ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan
ketentuan dalam Pasal 45.
Pasal 23
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau Badan
tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud Penyelesaian
Sengketa
dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui Konsumen
badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan (MAPS)
peradilan di tempat kedudukan konsumen. 19
Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK

Gugatan
Konsumen Putusan
ke BPSK MA

21 30
hari hari
Kerja MA
14
hari
Putusan Para pihak kerja
BPSK dapat 14 21
mengajukan
hari PN hari Putusan
kerja kerja PN
f&m keberatan
Pelaku Usaha
menerima putusan
7 hari
kerja
Keduanya
Pelaku Usaha wajib BPSK menyerahkan
TIDAK putusannya kepada
melaksanakan
putusan dijalankan penyidik sesuai Hukum Acara
Pidana
20
5

Mengapa Pasien Sebagai


Konsumen Perlu Mendapat
Perlindungan Hukum ?
21
Keterbatasan Faktor kesehatan,
pengetahuan tentang standarisasi proses
kesehatan dan proses produksi, komposisi,
penyembuhan yang bahan dll
diterima/dialaminya

Keterbatasan Terutama pasien yang


kemampuan finansial kurang mampu

Keterbatasan Konsumen/pasien
pengetahuan akan agak sulit
profesionalisme/ membedakan layanan
keahlian dalam jasa kesehatan yg
layanan kesehatan berkualitas atau tidak

22
PENGADUAN YANG SERINGKALI DIKELUHKAN PASIEN

1. Penolakan/pelayanan yg tidak memadai 12. Memberikan obat/alat kesehatan dgn


terhadap pasien BPJS kualitas yang tdk
2. Penolakan terhadap pasien miskin seharusnya/bekas/kadaluwarsa
3. Memberikan pelayanan kesehatan yg tdk 13. Memberlakukan Klausula Baku/perjanjian
sesuai standar pelayanan tindakan Medis yg tdk sesuai dengan
peraturan yang berlaku
4. Salah diagnosa
14. Mempekerjakan tenaga Asing tanpa izin
5. Salah suntik/takaran suntik
15. Memberikan pelayanan medis kepada
6. Salah memberikan obat/takaran obat pasien tanpa informasi yg Jelas, benar
7. Memberikan keterangan sakit tanpa dan jujur
pemeriksaan 16. Aborsi
8. Memberikan referensi terhadap obat dari 17. Menerima tamu pribadi saat menangani
perusahaan yg menjadi mitra/rekanan pasien.
9. Memberikan pelayanan yg diskriminatif
10. Memperlakukan pasien sebagai
percobaan
23
24
6

Bagaimanakah Hubungan Hukum


Antara Pasien Dengan Dokter ?

25
Hubungan hukum antara PENYELENGGARA JASA LAYANAN KESEHATAN
(RUMAH SAKIT/DOKTER) dan PASIEN terbentuk karena kesepakatan.

Kesepakatan dalam kontrak terapeutik terbentuk pada saat PASIEN


memberikan persetujuannya pada RUMAH SAKIT/DOKTER untuk
melakukan tindakan penyembuhan setelah RUMAH SAKIT/DOKTER
memberikan penjelasan kepada PASIEN.

Logika hukumnya, RUMAH SAKIT/DOKTER yang berpraktik telah melakukan


penawaran umum dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan sebagai
syarat pertama dari terbentuknya kesepakatan.

Pada dasarnya, PASIEN yang datang menghadap untuk dilayani RUMAH


SAKIT/DOKTER merupakan wujud dari penerimaan penawaran tersebut.
Dalam hal ini, kesepakatan adalah sumber perikatan umum. (Pasal 1233
26
BW).
Pegeseran paradigma
27
28
.
29
HUBUNGAN
HUKUM
(Perikatan)

 BPJS
PENYELENGGARA  Suplier Obat
JASA LAYANAN  Alat
PASIEN
KESEHATAN Kesehatan
(penteraan,
(DOKTER) suplier)

HAK DAN
KEWAJIBAN
30
KONTRAKTUAL

Perjanjian Wanprestasi Privat Psl. 1320


Hubungan Hukum
(Perikatan) antara
KONSUMEN
dengan
DOKTER
Menurut Pasal
1233
Sumber Perikatan
Undang-
PMH Publik Psl. 1365
undang

Perbuatan/peristiwa NON
yang menyangkut KONTRAKTUAL
Perlindungan
Konsumen yg diatur
31
dlm UUPK
HUBUNGAN
HUKUM PERATURAN (“KEBEBASAN
UNDANG- PERUNDANG- BERKONTRAK”
(PERIKATAN)
UNDANG UNDANGAN TERKAIT Psl. 1338 : 1)
ANTARA JASA KESEHATAN
KONSUMEN
DENGAN RS PERJANJIAN PERJANJIAN
MNRT PSL. MENGIKAT SBG PENTINGNYA PERLU
1233 UU DIBUAT DIBUAT
PENTINGNYA UNTUK
KUHPERDATA PERJANJIAN DIBUAT PERJANJIAN
MENGHINDA
(Sumber PERJANJIAN ANTARA RI TUNTUTAN
Perikatan) ULTIMUM PASIEN HUKUM
REMEDIUM DENGAN RS (PERIJINAN,
KBP PIDANA,
PERDATA
PERJANJIAN
TDK BOLEH
MELANGGAR
UU

32
-SUATU HUBUNGAN HUKUM/KONTRAK YANG DIBUAT BERDASARKAN Bisa
PERJANJIAN, SELAIN TUNDUK PADA PERJANJIAN TSB, TUNDUK JUGA PADA HUBUNGAN
UNDANG-UNDANG KONTRAKTUAL diselesaikan
-TAPI, SUATU HUBUNGAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG, TIDAK (BERLAKU di BPSK
SELALU TUNDUK PADA PERJANJIAN YG DIBUAT INDIVIDUAL/PRIVAT/
wanprestasi-Psl.1320)

HUBUNGAN
HUBUNGAN KONTRAK LANGSUNG (ATURANNYA SENGAJA
DIBUAT)
SOSIAL PERJANJIAN
ANTAR
-CONTRACTUAL LIABILITY, (barang
MANUSIA dan jasa) -KONTRAK JASA PERBANKAN
(Mns sbg mahluk -PROFESSIONAL LIABILITY (Jasa) -KONTRAK PERUMAHAN
-KONTRAK JASA TRANSPORTASI
sosial, juga -KONTRAK JASA KESEHATAN (DOKTER/BIDAN)
-KONTRAK KONSUMEN DG RM SIAP SAJI/TKG
serigala bagi HUBUNGAN PERIKATAN GORENGAN

sesamanya) HUKUM (Psl.1233)


KONTRAK TIDAK LANGSUNG/ATURANNYA SUDAH
ADA (BERJENJANG/MATARANTAI PERDAGANGAN)
PERBUATAN Atas dasar KATA
HUKUM/ UNDANG-UNDANG
SEPAKAT/KESEPAKATAN,
(MENIMBULKAN -PRODUCT LIABILITY (barang)
Perjanjian bisa mengesampingkan
HAK DAN -STRICT LIABILITY (barang dan jasa) -HAK DAN KEWAJIBAN ORTU DG ANAK
KEWAJIBAN/ ADA undang-undang (Kebebasan -HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DG PU DI RITEL
(PRODUK LOKAL/IMPOR)
AKIBAT HUKUM) Berkontrak/Psl.1338), tapi tidak -HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RUMAH
SAKIT (kasus vaksin palsu) Psl. 1367
boleh melanggar undang-undang,
kesusilaan, ketertiban umum, HUBUNGAN NON
KESEPAKATAN TDK BOLEH KONTRAKTUAL (BERLAKU
MENGANDUNG UNSUR PAKSAAN,
kepatutan, itikad baik dan
UMUM/PUBLIK/PMH-
KEKHILAFAN, PENIPUAN DAN kebiasaan (Ps.1320, 1337 dan Psl.1365) 33
PENYALAHGUNAAN KEADAAN (Psl. 1321) Ps.1339)
Proses Terjadinya Hubungan Hukum Antara Pasien dengan Rumah Sakit (Bukan Gawat Darurat)

Perlindungan Konsumen

DOKTER
KESIAPAN
PROMOSI/ MEMBERIKAN
DOKTER UTK PASIEN
IKLAN/ PENJELASAN
PRAKTEK . . DATANG . TERJADI .
PUBLIKASI . (INFORMASI
(MENJADI MENANYAKAN KESEPAKATAN
(PAPAN YG JELAS,
PENYELENGGARA BERBAGAI HAL
JASA KESEHATAN) NAMA) BENAR DAN
JUJUR)

Malpractice - Negligence (Malpraktik dan Kelalaian)

RAWAT JALAN . RESEP OBAT PENCATATAN


. .

PERSIAPAN . DIAGNOSA
. RAWAT BERBAGAI TAHAPAN
DIAGNOSA

. TINDAKAN BERBAGAI TAHAPAN


MEDIS
34
ALKES HRS PRIMA
PROGRAM MASSAL VAKSIN/IMUNISASI DARI PEMERINTAH
DI LUAR FALKES DI DALAM FALKES
(Product Liability) (Professional Liability)
KO

S
NS
Retail/ Pemasaran/ Farmasi Direktur Dokter (bgmn
Produsen Agen
apotik sales tgjwb nya ?) UM
EN/
Strict Liability/tanggung jawab mutlak Pelaku usaha dianggap bersalah kecuali PAS
dibuktikan lain (pembuktian dibebankan
(UU/PMH) kpd pelaku usaha/tergugat) IEN
S

PENGGUNAAN VAKSIN ATAS INISIATIF PASIEN

TENAGA Contractual Liability/tanggung jawab langsung


KONSUMEN
MEDIS/FALKES (Perjanjian/Wanprestasi)

35
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai