Jurnal Apk

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

PENGEMBANGAN MODUL APLIKASI KOMPUTER PENELITIAN


BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DAN KONTEKSTUAL

Fitrianto Eko Subekti1); Reni Untarti2)


Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto1,2)
efitrians@ymail.com; reniuntarti@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul aplikasi komputer penelitian


berbasis pemecahan masalah dan kontekstual yang valid, dan mengimplementasikannya dalam
pembelajaran sehingga diperoleh pembelajaran yang praktis dan efektif. Data kevalidan
diperoleh dari penilaian ahli, data kepraktisan diperoleh dari angket respon dan data observasi
dosen dalam mengelola pembelajaran, sedangkan data keefektifan diperoleh dari data angket
motivasi belajar, kemandirian belajar dan data tes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa.
Kevalidan dan kepraktian dianalisis dengan uji proporsi, sedangkan data tentang keefektifan
diolah menggunakan uji one sample t test, uji regresi linier, dan uji independent sample t test.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: 1) modul yang dikembangkan memenuhi kriteria
kevalidan, 2) data angket respon siswa dalam kategori sangat baik, dan kemampuan dosen
dalam mengelola pembelajaran dalam kategori baik, sehingga dapat dikatakan pembelajaran
memenuhi kriteria kepraktisan, 3) kemampuan pemecahan masalah secara statistik memenuhi
batas ketuntasan yang ditentukan (65), motivasi belajar dan kemandirian belajar mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah sebesar 35,1%, dan kemampuan mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan modul aplikasi komputer berbasis pemecahan masalah dan
kontektual lebih baik dari pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini
dapat dikatakan bahwa pembelajaran efektif.

Kata kunci: Pengembangan modul, Pemecahan masalah, Kontekstual

Abstract

This Research and Development was aimed at developing valid contextual and problem-
based module of Operation Research and Computer Application which was then implemented in
Mathematics education as an effort of creating practical and effective learning processes. It
covers three measurements of module development. They are validity, practicality and
effectiveness. The validity of the module development was from the experts’ assessment, the
practicality of it was gained form the mathematics lecturers’ responses of a questionnaire and
the observation of learning management, while the effectiveness of module usage was revealed
from a questionnaire of students’ motivation, learning independency, and a problem solving
test. The validity and practicality of the module were analyzed through a test of proportion, and
the effectivity of it was processed using one sample t-test, linear regression analysis, and
independent sample t-test. The results of the research showed that 1). The module content was
valid, 2). The learning process in which the module was used fulfilled the practical criterion.
The indicators are the students’ response toward the use of the module was good and the
learning process was managed well, 3). The students’ ability in completing problem-based test
reached the minimum criterion of learning mastery (65). A point to add is that the students’
learning motivation and independency gave positive effect on their ablity in problem-based with
35,1%. On a whole, the students, who joined lessons in which the contextual and problem-based
module of Operation Research and Computer Application was used, had better abilities than
those who learned the material without the module. It can be concluded that the learning
process run effectively.
Key words: Module Development, Problem-based, Contextual

10
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

PENDAHULUAN memecahkan masalah utama yang dihadapinya


dalam belajar (Nurhayati, 2011). Selanjutnya
Salah satu tujuan dari Pendidikan Rusman (2013) menyatakan bahwa, bantuan
Tinggi yang tercantum dalam UU no 12 tahun yang dimaksud adalah bantuan dalam
2012 pada pasal 5, yaitu: Dihasilkan lulusan menentukan tujuan belajar memilih bahan dan
yang menguasai cabang ilmu Pengetahuan media yang digunakan, serta bantuan dalam
dan/atau Teknologi untuk memenuhi memecahkan masalah yang tidak dapat
kepentingan nasional dan peningkatan daya diselesaikan oleh sendiri.
saing bangsa. Tercapai tidaknya tujuan Agar kemandirian belajar dapat
tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang terlaksana dengan baik, diperlukan adanya
dilakukan. modul dalam pembelajarannya. Modul
Terkait dengan tujuan Pendidikan merupakan satu program belajar mengajar
Tinggi tersebut, Perguruan Tinggi tidak hanya terkecil yang secara terperinci berisi tentang
membekali pengetahuan sebanyak-banyaknya, tujuan, topik, pokok-pokok materi, kedudukan
tetapi pengetahuan yang mampu memenuhi modul, kegiatan belajar, lembar kerja dan
kepentingan nasional dan daya saing bangsa. evaluasi (Suryosubroto, 1983). Sedangkan
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di menurut Nasution (2003) modul merupakan
Perguruan Tinggi bukan hanya satu unit lengkap yang berdiri sendiri dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang
sebanyak-banyaknya, tetapi dibuat dengan tujuan membantu peserta didik
mentransformasikan keterampilan yang dalam mencapai tujuan yang sudah
dibutuhkan dalam belajar, belajar dirumuskan.
mengkontruksi pengalaman dan pengetahuan, Dengan adanya modul pembelajaran,
mengembangkan diri, membandingkan dan mahasiswa diberikan kesempatan seluas-
menerapkan hasil belajar mereka secara luasnya untuk menyampaikan ide-ide dan
teoritis dengan realitas kehidupan (Nurhayati, menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
2011). Untuk mencapai itu semua diperlukan dengan caranya sendiri. Modul yang
pembelajaran yang mengedapankan digunakan tidak hanya modul yang
pengalaman belajar bagi mahasiswa, sehingga menekankan penguasaan pengetahuan, tetapi
pengalaman belajar tersebut dapat dijadikan modul yang memberikan pengalaman kepada
bekal dalam memecahkan permasalahan yang mahasiswa, sehingga terbiasa dalam
dihadapinya. memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Pembelajaran yang dibutuhkan untuk Pembelajaran menggunakan modul
mencapai tujuan-tujuan tersebut, tentunya memberikan kesempatan kepada peserta didik
pembelajaran yang mengedapankan dengan berbagai kemampuan untuk
kemandirian belajar bagi peserta didiknya. menyelesaikan satu atau lebih kompetensi
Menurut Rusman (2013) kemandirian belajar sesuai kemampuannya (Prastowo, 2011).
adalah kemauan dari peserta didik untuk Pembelajaran dengan menggunakan
belajar berdasarkan kemauan sendiri, tanpa modul selain melatih kemandiran belajar
bantuan orang lain, baik dalam hal penentuan mahasiswa, harapannya modul dalam
tujuan, cara belajar, ataupun evaluasi hasil pembelajaran memberikan motivasi kepada
belajar. Sedangkan menurut Desmita (2009), mereka untuk lebih giat dalam belajar dan
kemandirian belajar merupakan usaha yang mengikuti pembelajaran. Hal ini selaras
dilakukan oleh seseorang sepanjang dengan pendapatnya Uno (2011), yaitu:
kehidupannya, yang sangat dipengaruhi oleh motivasi memiliki peranan penting dalam
faktor-faktor pengalaman dan pendidikan. pembelajaran. Adapun peranannya, yaitu: (1)
Belajar mandiri bukan berarti peserta didik sebagai penguat belajar; (2) memperjelas
dilepas begitu saja, dan membiarkan mereka tujuan; dan (3) menentukan ketekunan belajar.
belajar sendiri. Tugas pendidik dalam Motivasi sebagai penguat belajar mempunyai
pembelajaran mandiri adalah sebagai arti bahwa: apabila peserta didik mengahadapi
fasilitator, yaitu orang yang siap memberikan suatu masalah, terkadang penyelesainnya
bantuan ketika diperlukan (Rusman, 2013). memerlukan solusi atau tindakan yang pernah
Dengan belajar mandiri, mahasiswa belajar dilakukan sebelumnya. Dengan adanya
bagaimana mengasah kemampuan
11
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

motivasi, akan timbul dorongan dari diri yang diberikan melatih peserta didik untuk
seseorang tersebut untuk berusaha mencapai memahami masalah, merencanakan tindakan,
tujuan yang ingin didapatkan. Sedangkan melaksanakan tindakan, dan menarik
motivasi menentukan ketekunan belajar berarti kesimpulan. Hal ini sejalan dengan langkah-
bahwa motivasi menyebabkan seseorang langkah pemecahan masalah Polya (1973),
berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan yaitu: (1) Memahami masalah dan melihat apa
tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang yang dibutuhkan; (2) melihat bagaimana
baik. berbagai item yang terhubung, apakah terkait
Mata kuliah aplikasi komputer dengan data dalam rangka mendapatkan ide
penelitian merupakan salah satu mata kuliah untuk merencanakan suatu masalah;
dalam program studi pendidikan matematika melaksanakan perencanaan yang telah dibuat;
yang memberikan bekal kepada mahasiswa dan (4) mengecek kembali tentang solusi yang
bagaimana mengolah, menganalisis data telah dikerjakan. Sedangkan modul yang
statistik menggunakan bantuan software- kontekstual merupakan modul dimana
software statistik serta menarik kesimpulan permasalahan-permasalahan yang disajikan
atas analisa data yang dilakukan. Mata kuliah dalam modul sesuai dengan konteksnya. Hal
ini merupakan lanjutan dari mata kuliah ini berarti modul yang dikembangkan harus
statistik deskriptif dan statistik inferensia. sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan
Mata kuliah ini menjadi dasar bagi mahasiswa pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.
yang ingin melakukan penelitian eksperimen. Modul kontekstual tidak terlepas dari
Berdasarkan pengalaman peneliti, prinsip-prinsip dalam pembelajan kontekstual.
selama mengajar mata kuliah aplikasi Berikut beberapa prinsip pembelajaran
komputer penelitian, beberapa persoalan yang kontekstual yaitu: (1) membuat hubungan
muncul dalam pembelajaran mata kuliah yang bermakna; (2) melakukan pekerjaan yang
tersebut meliputi: (a) mereka mampu sesuai; (3) berpikir kritis dan kreatif; (4)
menganalisis menggunakan bantuan SPSS, membantu individu untuk tumbuh dan
tetapi mereka kesulitan dalam berkembang; (5) menggunakan penilaian
menyimpulkannya, dan (b) ketika diberikan sebenarnya (Yamin, 2012). Pembelajaran
persoalan yang terkait dengan permasalahan kontekstual menuntut keterlibatan peserta
nyata yang terjadi di lapangan, dan dibuat didik dalam aktivitas yang membantu peserta
dalam bentuk soal cerita, mereka terlihat didik mengkaitkan antara teori dengan
kebingungan dalam penyelesaian masalahnya. kenyataannya (Sutawidjaja dan Afgani, 2011).
Berdasarkan permasalahan tersebut, Berdasarkan pengertian dan prinsip-
peneliti tertarik mengembangkan modul prinsip di atas dapat dikatakan bahwa modul
aplikasi komputer penelitian berbasis berbasis pemecahan masalah dan kontekstual
pemecahan masalah dan kontektual. Dengan merupakan modul yang memberikan
pemecahan masalah, mahasiswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
kesempatan seluas-luasnya untuk memahami berlatih memahami masalah, merencanakan
masalah, merencanakan dan melaksanakan tindakan, melaksanakan tindakan dan menarik
penyelesaian masalah. Masalah dapat kesimpulan, serta masalah yang ditampilkan
didefinisikan sebagai kesenjangan antara dalam modul terkait dengan pengalaman
informasi yang didapat dengan informasi yang peserta didik, sehingga peserta didik dapat
dibutuhkan (Killen, 1998). Kebanyakan mengkaitkan antara teori dan kenyataannya.
masalah membutuhkan penyelesaian dengan Adapun tujuan penelitian adalah
cara membagi menjadi sub-sub tujuan menghasilkan modul yang valid dan
sehingga tujuan tersebut tercapai (Schunk, pembelajaran yang praktis dan efektif
2012). Selanjutnya Schunk (2012) menyatakan menggunakan modul aplikasi komputer
bahwa pemecahan masalah terkait usaha yang penelitian berbasis pemecahan masalah dan
dilakukan seseorang untuk menyelesaikan kontekstual. Manfaat penggunaan modul bagi
tujuan yang tidak secara otomatis mahasiswa adalah melatih mahasiswa untuk
terselesaikan. dapat bekerja mandiri dalam menyelesaikan
Modul berbasis pemecahan masalah masalah.
merupakan modul dimana materi dan soal-soal

12
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

Model pengembangan yang digunakan modul pembelajaran menggunakan rata-rata


oleh peneliti adalah menggunakan model skor dari modul atau dengan rumus :
pengembangan Thiagarajan, Semmel and
Semmel (1974) yang telah dimodifikasi.
jumlah rata  rata skor validasi modul
Model pengembangan Thiagarajan, Semmel Rata  rata skor ( x ) 
jumlah validator
and Semmel (1974) terdiri atas 4 tahap utama,
yaitu: (1) pendefinisian (2) perancangan; (3)
pengembangan; dan (4) penyebaran. Dalam
penelitian ini, hanya sampai tahap Dalam hal ini, modul pembelajaran dikatakan
pengembangan. Adapun yang dikembangkan valid, jika rata-rata skor, minimal dalam
dalam penelitian ini adalah modul aplikasi kategori baik ( x  2.5 ) dari rata-rata skor
komputer penelitian berbasis pemecahan maksimal 4. (2) Untuk mendapatkan data
masalah dan kontekstual. tentang kepraktisan modul dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
jumlah skor tiap indikator
Menurut Thiagarajan, Semmel and Rata  rata ( x) 
banyaknya item pertanyaan
Semmel (1974) tahap pengembangan diawali
dari tahap pendefinisian. Tahap ini bertujuan
untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan Pembelajaran dikatakan praktis jika rata-rata
dalam pembelajaran dengan cara menganalisis skor kemampuan dosen dan angket respon
kurikulum, mahasiswa, materi, tugas, dan mahasiswa minimal dalam kategori baik. (3)
merumuskan spesifikasi tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang
Tahap ini dilakukan sebagai landasan untuk keefektifan pembelajaran menggunakan
melangkah ke tahap perencanaan. Tahap angket motivasi belajar, kemandirian belajar
perencanaan bertujuan untuk merancang dan kemampuan pemecahan masalah
modul pembelajaran aplikasi komputer mahasiswa. Data tersebut kemudian dianalisis
penelitian berbasis pemecahan masalah dan menggunakan uji one sample t test untuk
kontekstual yang dimulai setelah mendapatkan data ketuntasan belajar
dirumuskannya indikator-indikator sampai mahasiswa, uji regresi untuk mendapatkan
dihasilkan draft modul aplikasi komputer data pengaruh motivasi belajar dan
penelitian berbasis pemecahan masalah dan kemandirian belajar terhadap kemampuan
kontekstual. Sedangkan tahap yang ketiga pemecahan masalah mahasiswa dan uji
adalah tahap pengembangan. Tahap ini independent sample t test untuk mendapatkan
bertujuan untuk mendapatkan modul aplikasi data kemampuan pemecahan masalah
komputer penelitian yang valid berdasarkan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
penilaian validator, serta mengujicobakannya menggunakan modul aplikasi komputer
di dalam pembelajaran untuk mendapatkan penelitian berbasis pemecahan masalah dan
data kepraktisan dan keefektifan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada kemampuan
menggunakan modul yang sudah divalidasi. pemecahan masalah mahasiswa yang
Untuk mendapatkan data tentang mengikuti pembelajaran konvensional.
kevalidan modul digunakan lembar validasi
modul. Sedangkan untuk mendapatkan data HASIL DAN PEMBAHASAN
keparaktisan, digunakan lembar observasi Tahap pengembangan diawali dari tahap
kemampuan dosen dalam mengelola pendefinisian. Dalam tahap ini dihasilkan
pembelajaran, dan angket respon mahasiswa. pokok-pokok materi dan indikator pencapaian
Sedangkan untuk mendapatkan data tentang tujuan pada mata kuliah aplikasi komputer
keefektifan digunakan angket motivasi belajar, penelitian. Berikut materi pokok pada mata
kemandirian belajar dan tes kemampuan kuliah aplikasi komputer penelitian: 1) Konsep
pemecahan masalah mahasiswa. Data-data dasar statistik; 2) Pengenalan SPSS; 3)
tersebut kemudian dianalisis dengan Penyajian data dalam bentuk diagram; 4)
menggunakan rumus berikut: (1) Uji validitas Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi; 5) Olah data ukuran pemusatan,
13
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

letak, dan penyebaran data; 6) Perumusan Uji Coba Modul Untuk Melihat
hipotesis; 7) Uji normalitas data; 8) Uji Kepraktisan Pembelajaran
homogenitas data; 9) Uji korelasi; 10) Uji
regresi linier; 11) Uji banding satu sampel; 12) Setelah dilakukan perbaikan modul,
Uji banding dua sampel berpasangan; 13) Uji kemudian dilakukan ujicoba modul dalam
banding dua sampel independen; 14) Studi pembelajaran. Ujicoba dilakukan selama dua
kasus penggunaan SPSS dalam penelitian kali pertemuan, yaitu: pada hari Jum’at/
pendidikan. Dari 14 materi tersebut kemudian tanggal 2 Juni 2017 pukul 08.40 s.d. 10.20
dirancang untuk dibuat ke dalam 14 kegiatan dengan materi uji regresi linier berbantuan
belajar. Dimana setiap kegiatan belajar disertai SPSS dan pada hari Sabtu/ tanggal 3 Juni 2017
contoh kasus penyelesaian masalah yang pukul 08.40 s.d. 10.20 dengan materi uji
kontekstual serta diakhiri dengan tugas komparasi berbantuan SPSS.
kegiatan belajar. Harapannya dengan setiap Tujuan dari ujicoba ini adalah
kegiatan dirancang mahasiswa untuk dapat mendapatkan data tentang kepraktisan
berlatih memecahkan masalah yang pembelajaran menggunakan modul aplikasi
kontekstual, mahasiswa lebih mampu dan komputer penelitian berbasis pemecahan
terampil dalam menyelesaikan permasalahan masalah dan kontektual. Untuk mendapatkan
yang terkait dengan penggunaan statistika data tentang kepraktisan pembelajaran
deskriptif dan inferensia dalam penelitian menggunakan angket respon mahasiswa dan
pendidikan. Kegiatan belajar dimulai dari lembar observasi pengelolaan pembelajaran.
konsep dasar statisti dan diakhiri dengan studi Berdasarkan angket respon mahasiswa yang
kasus penggunaan SPSS dalam penelitian diberikan diperoleh nilai rata-rata 3,5 dari rata-
pendidikan. Hasil akhir dari tahap rata maksimal 4, dan rata-rata pengelolaan
perancangan adalah dihasilkannya draft dosen dalam pembelajaran 4,125 dari rata-rata
modul. Draft modul kemudian di validasi dan maksimal 5. Angket respon mahasiswa dalam
diujicobakan. kategori sangat baik dan kemampuan dosen
dalam mengelola pembelajaran dalam kategori
Validasi modul aplikasi komputer baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa
penelitian berbasis pemecahan masalah dan pembelajaran menggunakan modul aplikasi
kontektual komputer penelitian yang sudah divalidasi
Hasil penilaian ahli terhadap modul memenuhi kriteria kepraktisan.
aplikasi komputer penelitian berbasis Uji Coba Modul Untuk Melihat Keefektifan
pemecahan masalah dan kontekstual diperoleh Pembelajaran
rata-rata 3,4 dari skor rata-rata 4 dan dalam
kategori sangat baik. Hal ini berarti modul Uji coba modul selain untuk
memenuhi kriteria kevalidan. Ada beberapa mendapatkan data kepraktisan pembelajaran
saran yang diberikan oleh validator sebagai juga digunakan untuk mendapatkan tentang
berikut: 1) Pada kegiatan belajar 1 terkait data keefektifan pembelajaran. Data yang
tentang konsep dasar statistik, sebaiknya digunakan untuk mendapatkan data tentang
diawali dengan sejarah ilmu statistika, hal ini keefektifan pembelajaran adalah menggunakan
bertujuan agar mahasiswa lebih memahami data motivasi belajar mahasiswa, kemandirian
manfaat dari statistika; 2) Pada output hasil belajar mahasiswa dan kemampuan
analisis data sebaiknya diberikan nama tabel; pemecahan masalah mahasiswa. Data tentang
3) Berikan perintah pada setiap tugas kegiatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa
belajar; 4) Di beberapa bagian kegiatan diambil dari mahasiswa yang mengikuti
belajar, terjadi kesalahan ketik; 5) Konsistensi pembelajaran menggunakan modul aplikasi
penulisan kata-kata asing dalam modul; dan 6) komputer penelitian berbasis pemecahan
Terkait dengan materi penyajian data dalam masalah dan kontekstual serta mahasiswa yang
bentuk tabel distribusi frekuensi, pada saat mengikuti pembelajaran konvensional.
membulatkan kelas dan panjang interval Berdasarkan data-data tersebut, kemudian
sebaiknya menggunakan aturan pembulatan. dianalisa dengan menggunakan uji one sample
t test, uji regresi, dan uji independent samples t
test. Berikut hasil uji-uji tersebut:
14
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

1. Uji ketuntasan Hasil Uji:


Hipotesis: Uji dilakukan dengan menggunakan uji
Ho :  0  65 (rataan lebih kecil regression.
atau sama dengan 65) Berikut output hasil uji regresi linier yang
Ha :  0  65 (rataan lebih besar dilakukan:
dari 65) Gambar 2. Anova
α = 0,05
Kriteria uji: Ho diterima jika nilai ½ Sig Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
> α.
Hasil Uji: 1 Regression 2494.50 1247.25
2 7.043 .004a
Uji dilakukan dengan menggunakan uji 0 0
one sample t test. Berikut output hasil uji Residual 4604.05
one sample t test. 26 177.079
2
Tabel 1. Output uji one sample t test
Total 7098.55
28
Test Value = 65 2
T Df Sig(2- 95% Confidence a. Predictors: (Constant),
tailed) interval of KEMANDIRIAN, MOTIVASI
Difference Berdasarkan output pada tabel
Lower Upper anova diperoleh nilai sig = 0,004, hal ini
2.822 28 0.009 2.29 14.40 berarti nilai sig < 0,05. Karena nilai sig <
α, maka Ho ditolak. Dengan kata lain
Berdasarkan output pada tabel one dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
sample t test di atas diperoleh nilai sig = dan kemandirian belajar secara bersama-
0,009. Nilai dari ½ Sig =0,0045. Karena sama mempengaruhi kemampuan
0,0045 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini pemecahan matematis mahasiswa.
dapat dikatakan bahwa rataan lebih besar Untuk melihat besar pengaruh
dari 65 secara statistik dapat dibenarkan. motivasi belajar dan kemandirian belajar
Dengan kata lain ketuntasan belajar telah terhadap kemampuan pemecahan masalah
terlampaui. dapat dilihat dalam tabel model summary
berikut:
2. Uji regresi linier
Tabel 3. Model Summary
Hipotesis:
Model Summary
Ho :   0 (motivasi belajar dan
Adjusted Std. Error of
kemandirian belajar tidak Model R R Square R Square the Estimate
mempengaruhi kemampuan
pemecahan matematis 1 .593a .351 .302 13.307
mahasiswa) a. Predictors: (Constant), KEMANDIRIAN,
MOTIVASI
Ha :   0 (motivasi belajar dan
kemandirian belajar Bedasarkan tabel model summary
mempengaruhi kemampuan pada kolom R Square diperoleh nilai
pemecahan matematis 0,351, hal ini berarti bahwa secara
mahasiswa) statistik motivasi belajar dan kemandirian
 0  belajar mahasiswa secara bersama
Dimana :     mempengaruhi kemampuan pemecahan
 1  masalah mahasiswa sebesar 35,1%,
α = 0,05 sedangkan sisanya 64,9% dipengaruhi
Kriteria uji: Ho diterima jika nilai Sig > oleh faktor lain.
α.

15
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

3. Uji independent sample t test NIL Equal variances


.522 .473
Sebelum dilakukan uji banding AI assumed
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, Equal variances
yaitu dilakukan uji normalitas data. not assumed
Dalam hal ini digunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Pada tabel 4 di atas, pada kolom
Hipotesis: Lavene’s Test for Equality of Variances
diperoleh nilai sig = 0,473. Nilai tersebut
Ho : Data berdistribusi normal > nilai α. Karena nilai sig > α, maka dapat
Ha : Data tidak berdistribusi normal dikatakan Ho diterima, atau dapat
α = 0,05 dikatakan secara statistik data homogen.
Kriteria uji: Ho diterima jika nilai Sig >
α. Dikarenakan data homogen, maka
Hasil Uji: nilai sig yang digunakan adalah pada
baris Equal variances assumed. Berikut
Gambar 3. Uji Kolmogorov Smirnov output dari uji independent sample t test
pada kolom t test equality of means:
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig. Gambar 5. T-test for Equality of Means

.089 55 .200* t-test for Equality of


Means
Berdasarkan hasil output pada Sig. (2-
tabel 3 di atas, diperoleh nilai sig = 0,200. T Df tailed)
Karena nilai sig > 0,05, maka dapat Equal
dikatakan Ho diterima. Ho diterima, variance 2.38
53 .021
berarti secara statistik data berdistribusi s 4
normal. Karena data berdistribusi normal, assumed
maka uji banding dapat menggunakan uji Equal
independen sample t test. variance 2.36 49.
.022
Pada saat melakukan uji s not 3 341
independent sample t tes, uji tersebut assumed
memfasilitasi uji homogenitas data.
Berikut output uji independent sample t Hipotesis:
test menggunakan bantuan SPSS. Ho : 1   2 (Kemampuan
Hipotesis: pemecahan masalah
mahasiswa yang mengikuti
Ho :  12   22 (Data homogen) pembelajaran dengan modul
Ha :  2   2 (Data heterogen) aplikasi komputer penelitian
1 2
α = 0,05 berbasis pemecahan masalah
Kriteria uji: Ho diterima jika nilai Sig > dan kontekstual sama atau
α. tidak lebih dari kemampuan
Hasil Uji: pemecahan masalah
Gambar 4. Uji Homogenitas Data mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
Ha : 1   2 (Kemampuan
Levene's Test
for Equality of pemecahan masalah matematis
Variances mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran dengan modul
aplikasi komputer penelitian
F Sig. berbasis pemecahan masalah
dan kontekstual lebih baik dari
pada kemampuan pemecahan
16
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

masalah mahasiswa yang kontekstual yang dikembangkan


mengikuti pembelajaran memenuhi kriteria valid, hal ini ini
konvensional) terbukti dengan hasil rata-rata skor dalam
α = 0,05 kategori baik sekali.
Kriteria uji: Ho diterima jika nilai Sig > (2) Pembelajaran dalam kategori praktis.
α. Kepraktisan tersebut karena 2 indikator
Hasil Uji: praktis sudah terpenuhi, yaitu:
(a) Hasil analisis observasi kemampuan
Pada tabel 5 di atas terlihat bahwa nilai dosen dalam mengelola
sig = 0,021 atau nilai ½ Sig = 0.0105. pembelajaran, menunjukkan bahwa
Karena nilai ½ Sig < 0,05, maka Ho dosen mampu mengelola kegiatan
ditolak. Hal ini berarti secara statistik pembelajaran dengan kriteria baik.
dapat dikatakan bahwa kemampuan (b) Hasil analisis data angket respon
pemecahan masalah mahasiswa yang mahasiswa terhadap pembelajaran
mengikuti pembelajaran dengan modul menunjukkan bahwa secara umum
aplikasi komputer penelitian berbasis mahasiswa merespon dengan kriteria
pemecahan masalah dan kontekstual lebih sangat baik.
baik dari pada kemampuan pemecahan (3) Pembelajaran menggunakan modul
masalah mahasiswa yang mengikuti aplikasi komputer penelitian berbasis
pembelajaran konvensional. pemecahan masalah dan kontekstual
Berdasarkan hasil tersebut di atas, memenuhi kriteria keefektifan
maka tiga indikator keefektifan yang telah
ditentukan oleh peneliti terpenuhi. Saran
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran menggunakan modul Harapannya modul aplikasi penelitian
aplikasi komputer penelitian berbasis berbasis pemecahan masalah dan kontekstual
pemecahan masalah dan kontektual dapat dijadikan bahan ajar dalam mata kuliah
memenuhi kriteria efektif. aplikasi komputer penelitian, dan bisa
Keefektifan pembelajaran dijadikan penambah wawasan bagi mahasiswa
menggunakan modul dapat terlihat dari yang tertarik mengambil jenis penelitian
aktivitas-aktivitas mahasiswa dalam eksperimen.
mengikuti perkuliahan, mereka lebih aktif
dan lebih terlatih untuk memecahkan
masalah-masalah yang terkait dengan DAFTAR PUSTAKA
penelitian pendidikan, khususnya untuk Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan
jenis eksperimen. Hal ini selaras dengan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
hasil tes uji coba dimana mereka sudah Rosdakarya.
melampaui batas yang diingikan, selain
itu kemampuan mahasiswa yang Killen, R. (1998). Effective Teaching
mengikuti pembelajaran menggunakan Strategies Second Edition. Australia:
modul aplikasi komputer penelitian Social Science Press.
berbasis pemecahan masalah dan
kontekstual lebih baik dari pada Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dalam Proses Belajar dan Mengajar.
konvensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan
KESIMPULAN DAN SARAN Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kesimpulan
Pasal 5 UU no. 12 tahun 2012
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Polya, G. (1973). How to Solve it a New
Aspect of Mathematical Method. Zurich:
(1) Modul aplikasi komputer penelitian Princenton University Press.
berbasis pemecahan masalah dan

17
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat
JKPM VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2017 e ISSN : 2549-8401 ; p ISSN : 2339-2444

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif


Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo.
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories an
Educational Perspective Six Edition.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. (1983). Sistem Pengajaran
dengan Modul. Jakarta: Bina Aksara.
Sutawidjaja, Afgani. (2011). Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Thiagarajan, (1974). Instruksional
Development for Training Teachers of
Exceptional Student : A Sourcebook.
Miieapolis: Indiana University
Bloomington.

Uno, H. 2011. Teori Motivasi &


Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, M. (2012). Desain Baru Pembelajaran


Kontruktivistik. Jakarta: Referensi.

18
http: jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat

Anda mungkin juga menyukai