Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Reproduksi biologi meliputi proses melanjutkan keturunan dan
merupakan salah satu fungsi manusia yang sangat penting, karena dengan
fungsi itu manusia dapat mempertahankan diri dari kepunahan. Melalui
proses reproduksi kita dapat melihat suatu peristiwa yang sangat
mengamumkan, dimulai terjadinya pembuahan, berlanjut dengan masa
kehamilan dan akhirnya mencapai titik puncaknya berupa persalinan.
Dengan persalinan maka lahirlah satu insan baru yang akan menjadi
generasi penerus.

Sesuai dengan definisi kesehatan reproduksi, ruang lingkup kesehatan


reproduksi sebenarnya sangat luas karena mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak lahir sampai mati. Tetapi secara nasional telah disepakati
empat komponen prioritas yang disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial ( PKRE ) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
Keluarga Berencana, KesehatanReproduksi Remaja, Pencegahan dan
Penanganan Penyakit Menular Seksual, termasuk HIV/AIDS. Dengan
menambah Pelayanan Kesehatan Reproduksi usia lanjut, maka pelayanan
yang diberikan disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif
(PKRK).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kesehatan Reproduksi
2. Apa Saja Ruang Lingkup Kespro
3. Apa Hak-hak Kespro
4. Apa Definisi PPAM
5. Apa Pentingnya PPAM dalam situasi darurat bencana
6. Apa Saja Komponen-komponen PPAM

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 1


7. Bagaimana Kebijakan dan Strategi Nasional Tentang Pelayanan
Kespro

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Pengertian Kesehatan Reproduksi
2. Mengetahui Saja Ruang Lingkup Kespro
3. Memahami Hak-hak Kespro
4. Mengetahui Definisi PPAM
5. Mengetahui Pentingnya PPAM dalam situasi darurat bencana
6. Mengetahui Komponen-komponen PPAM
7. Memahami Kebijakan dan Strategi Nasional Tentang Pelayanan
Kespro

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi
manusia.
Menurut Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 1996),
yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut
sebagai Reproduksi Sehat Sejahtera, dengan definisi : “Adalah suatu
keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua
hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyaki dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota
keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan
yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium
menghasilkan sel kelamin perempuan.

                Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi


adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi
dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 3


Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas
normal.

            Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera


fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi dan prosesnya.

            Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu


keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..

         Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh


mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan
alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang
dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI


Beberapa konsep kesehatan reproduksi yaitu :
1. “From womb to tomb” yang berarti dari janin sampai liang
kubur. Ini menyiratkan bahwa : Kesehatan reproduksi memakai
pendekatan siklus kehidupan manusia ( life-cycle approach ).
2. Pendekatan secara sosial penting untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
3. Pendekatan “supply-demand” ( segi penyedia pelayanan
kebutuhan masyarakat).

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 4


B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
            Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi yang tertera di atas, karena
mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam
uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci
digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga
diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara
lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
terrmasuk PMS-HIV / AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.

            Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup


kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada
setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut.
Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan
dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 5


KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 6
C. Hak-hak Kesehatan Reproduksi
Dalam ICPD 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam
pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan
pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak reproduksi.
Dengan demikian, upaya pengendalian penduduk, perlu mempertimbangkan
pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan
sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian khusus. Hak
reproduksi didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang
diakui di dunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat diartikan
bahwa : setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan ( tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll ), mempunyai hak yang sama
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab ( kepada diri,
keluarga dan masyarakat ) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk
menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan.
Hak reproduksi antara lain adalah sebagai berikut :
Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti :
1. Penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan
kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan
keamanan klien.
2. Laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun
sebagai pasangan, berhak memperoleh informasi lengkap
tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat serta efek
samping obat-obatan, serta alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima,
sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan
hukum.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 7


4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya yang memungkinkannya sehat dan selamat
dalam kehamilan serta memperoleh bayi yang sehat
5. Hubungan suami-isteri didasari penghargaan terhadap
pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan
kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur pemaksaan,
ancaman dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak
memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang
reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan sosial yang bertanggungjawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informas yang
mudah diperoleh, lengkap dan akurat mengenai penyakit
menular seksual, termasuk HIV / AIDS.

D. Definisi PPAM
PPAM adalah paket intervensi minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana.
a. Paket : Kegiatan, koordinasi, perencanaan, supplies
b. Pelayanan : Pelayanan yang diberikan kepada penduduk
c. Awal : Untuk digunakan dalam kondisi darurat, tanpa assessment di
tempat
d. Minimum : Dasar, kespro terbatas
PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kespro yang harus
dilaksanakan segera pada tahap awal bencana untuk menyelamatkan jiwa
khususnya pada kelompok perempuan dan remaja perempuan.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 8


Tujuan PPAM :
1. Mengidentifikasi satu atau beberapa organisasi dan individu yang
mampu mengkoordinasi dan menyelenggarakan PPAM
2. Mencegah dan mengelola kekerasan seksual dan akibatnya
3. Menekan penularan HIV melalui:
a) Melaksanakan tindakan pencegahan umum (Universal
Precaution) terhadap HIV/AIDS
b) Menjamin tersedianya kondom secara gratis
4. Mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan
bayi baru lahir dengan :
a) Menyediakan kit yang berisi alat persalinan yang bersih
untuk dapat digunakan oleh ibu guna menjamin persalinan
bersih di rumah.
b) Menyediakan kit persalinan guna menjamin persalinan
yang bersih dan aman.
c) Memantapkan sistem rujukan untuk mengelola kasus
gawat bencana kebidanan
4. Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif,
terintegrasi dengan puskesmas dan rumah sakit.

E. Pentingnya PPAM dalam situasi darurat bencana


1. Mencegah kekerasan seksual
Kekerasan seksual telah dilaporkan dari kebanyakan situasi darurat
bencana, termasuk yang disebabkan oleh bencana alam. Semua pelaku
dalam situasi kemanusiaan harus menyadari risiko kekerasan seksual dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan multisektoral untuk mencegah dan
melindungi penduduk yang terdampak, khususnya perempuan dan anak
perempuan.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 9


Dalam kolaborasi dengan mekanisme sektor/cluster kesehatan secara
keseluruhan, petugas kesehatan reproduksi dan staf program kesehatan
reproduksi harus :
1. memastikan perempuan, pria, remaja dan anak-anak memiliki akses
terhadap layanan kesehatan dasar, termasuk layanan kesehatan
seksual dan kesehatan reproduksi;
2. mendesain dan menempatkan fasilitas kesehatan untuk
meningkatkan keamanan fisik, melalui konsultasi dengan
masyarakat, khususnya pada perempuan dewasa dan remaja;
3. berkonsultasi dengan penyedia layanan dan pasien tentang keamanan
di fasilitas fasilitas kesehatan;
menempatkan toilet dan tempat mencuci laki-laki dan perempuan
secara terpisah di fasilitas kesehatan di tempat yang aman dengan
penerangan jalan yang memadai pada malam hari, dan memastikan
bahwa pintu-pintu dapat dikunci dari dalam.

2. Mengurangi penularan HIV


Untuk mengurangi penularan HIV sejak permulaan respon bencana,
petugas kesehatan reproduksi harus bekerja dengan para mitra sektor
kesehatan untuk:
1. menetapkan praktik transfusi darah yang aman dan rasional
2. memastikan penerapan tindakan pencegahan standar menjamin
tersedianya kondom gratis.

3. Transfusi darah yang aman


Penggunaan darah secara rasional dan aman untuk transfusi darah
sangat penting untuk mencegah penularan HIV dan infeksi-infeksi lain yang
dapat menular melalui transfusi (TTI/Transfusion-Transmissible Infection)
seperti hepatitis B, hepatitis C dan sifilis. Jika darah yang tercemar HIV
ditransfusikan, maka penularan HIV kepada penerima hampir 100%.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 10


Transfusi darah tidak boleh dilakukan jika fasilitas, perlengkapan dan staf
yang terlatih tidak ada.

F. Komponen-komponen PPAM
1. Identifikasi organisasi dan individu untuk memfasilitasi
koordinasi dan implementasi PPAM.
Focal point ditunjuk untuk mengkoordinasikan kegiatan kesehatan
reproduksi sejak awal untuk mengatasi keadaan gawat darurat. Focal point
akan bekerja dibawah koordinator umum bidang kesehatan.
Semua organisasi pemberi bantuan harus bekerja sesuai dengan
tugasnya dan siap siaga terhadap keadaan darurat. Kepekaan terhadap aspek
kesehatan reproduksi dan gender harus selalu ditekankan dalam setiap
pelatihan sumber daya manusia. Tenaga kesehatan yang berpengalaman
dalam bidang kesehatan reproduksi harus ditempatkan paling sedikit selama
6 bulan, sesuai dengan waktu yang diperkirakan untuk memantapkan
pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif.
2. Pencegahan dan manajemen kekerasan seksual dan akibatnya.
Semua petugas yang terlibat dalam penggulangan keadaan darurat
harus sensitif akan masalah kekerasan seksual. Langkah-langkah untuk
membantu korban kekerasan seksual, termasuk perkosaan, harus telah
disusun pada fase awal keadaan darurat. Korban kekerasan seksual harus
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dan pihak yang berwajib harus terlibat
untuk memberikan perlindungan dan dukungan hukum.

3. Pencegahan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru


lahir
a. Penyediaan kit persalinan bersih untuk ibu dalam upaya meningkatkan
persalinan bersih di rumah. Kit persalinan sederhana harus disediakan
sehingga setiap saat dapat dipergunakan untuk persalinan yang
terpaksa dilakukan dirumah.45

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 11


b. Penyediaan kit persalinan bidan untuk membantu persalinan bersih dan
aman. Pada fase awal keadaan darurat, persalinan sering terjadi diluar
fasilitas kesehatan sehingga kit persalinan bidan penting untuk
menjamin persalinan yang bersih dan aman.
c. Penyusunan sistem rujukan untuk mengelola gawat darurat kebidanan.
Diperkirakan 5% – 10% persalinan akan membutuhkan bedah Caesar.
Kasus komplikasi lainnya seperti komplikasi aborsi juga harus di
rujuk ke rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan darurat
kebidanan komprehensif (PONEK).
Oleh karena itu, sistem rujukan yang mampu menangani komplikasi
kebidanan 24 jam sehari harus segera tersedia. Untuk itu diperlukan
koordinasi dengan pemerintah setempat mengenai kebijakan dan
prosedur sistem rujukan.
Alat transportasi, tenaga yang terampil, alat dan suplai harus tersedia.

4. Menekan penularan HIV


a. Mematuhi dan melaksanakan kewaspadaan universal / universal
precaution terhadap HIV dan AIDS . Tindakan kewaspadaan
universal harus ditekankan pada pertemuan pertama dengan para
koordinator kesehatan. Dalam keadaan darurat, terdapat
kecenderungan mengabaikan tindakan kewaspadaan universal
sehingga membahayakan pasien dan juga petugas kesehatan.
b. Menjamin ketersediaan kondom gratis
Ketersediaan kondom harus dijamin sejak awal dalam jumlah cukup.
Ketersediaan kondom di fasilitas kesehatan dan fasilitas lainnya juga
harus diinformasikan kepada masyarakat.
c. Mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi
baru lahir.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 12


5. Perencanaan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif yang
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan dasar.
Rencana pengintegrasian pelayanan kesehatan reproduksi ke dalam
pelayanan kesehatan dasar dilakukan sejak awal pelaksanaan PPAM,
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pengumpulan informasi kematian maternal dan bayi baru lahir,
prevalensi IMS / HIV dan prevalensi pemakaian kontrasepsi.
b. Identifikasi fasilitas kesehatan yang memadai untuk pelayanan
kesehatan reproduksi komprehensif dengan memperhatikan faktor
keamanan, keterjangkauan, privasi, ketersediaan alat dan suplai,
ketersediaan air bersih dan sanitasi serta kondisi asepsis.

H. Kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan kespro pada situasi


krisis kesehatan.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan akses
& kualitas pelayanan kesehatan perempuan sesuai dengan siklus
kehidupannya.

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 13


Kebijakan pelayanan kespro pada situasi krisis kesehatan :
a. Kegiatan terkait kespro pada situasi kisis kesehatan dilaksanakan
pada setiap tahap krisis mulai dari pra-krisis, kondisi krisis sampai
kondisi paska krisis.
b. Pelayanan kespro pada situasi krisis kesehatan dilaksanakan dengan
PPAM kespro pada saat awal krisis.
c. Pelayanan kespro komprehensif diintegrasikan pada pelayanan
kesehatan dasar segera setelah situasi stabil.
d. Respon kespro pada situasi krisis kesehatan dilakukan secara
terkoordinir dengan lintas program/lintas sektor terkait, organisasi
profesi dan LSM terkait .

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 14


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta
proses reproduksi.
Paket Layanan Awal Minimum (PPAM) untuk Kesehatan Reproduksi
adalah seperangkat kegiatan prioritas terkoordinasi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi penduduk pada permulaan suatu
keadaan darurat. PPAM juga menentukan layanan kesehatan reproduksi
manakah yang paling penting untuk mencegah kesakitan dan kematian,
menangani akibat dari kekerasan seksual, khususnya di kalangan perempuan
dan anak-anak perempuan dalam situasi bencana. Adapun tujuan dari
PPAM kesehtan reproduksi dalam situasi bencana yaitu :
1. Memastikan sektor kesehatan menetapkan suatu organisasi untuk
mengkoordinasi pelaksanaan PPAM.
2. Menominasikan seorang petugas kesehatan reproduksi untuk
memberi dukungan teknis dan operasional untuk semua lembaga
yang menyediakan pelayanan kesehatan
3. Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual
4. Mengurangi penularan HIV
5. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA 15

Anda mungkin juga menyukai