Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) dengan kematangan
reproduksi pada perempuana usia 20 tahun keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera. Kesehatan Reproduksi dalam kondisi darurat sering kali tidak tersedia
karena tidak dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak dan bukan merupakan prioritas.
Padahal pada kondisi darurat, tetap saja ada ibu-ibu hamil yang membutuhkan pertolongan, tetap
ada proses kelahiran yang tidak bisa ditunda ataupun adanya kebutuhan akan layanan keluarga
berencana. Dengan mengintegrasikan Paket
Pelayanan Awal Minimum (PPAM) atau Minimum Initial Service Package (MISP) Kesehatan
Reproduksi ke dalam setiap penanganan bencana di bidang kesehatan, diharapkan kebutuhan
tersebut dapat
terpenuhi.
1.2 Tujuan
1. Dapat memberikan asuhan Reproduksi pada remaja dan Keluarga Berencana dengan
pendokumentasian SOAP
2. Dapat mengetahui Mekanisme Koordinasi untuk implementasi PPAM KESPRO pada
situasi krisis/darurat Bencana

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.           Keluarga Berencana

1.    Pengertian

Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) dengan kematangan

reproduksi pada perempuana usia 20 tahun keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,

bahagia, dan sejahtera.

2.    Tujuan Program KB

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program

KB di muka adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana

program KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga

berkualitas dapat tercapai.”

Sedangkan tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/

angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam

rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

3.    Sasaran Program KB

a.    Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.

b.    Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

2
c.    Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran

berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.

d.   Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.

e.    Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

f.     Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.

g.    Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

h.    Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha

ekonomi produktif.

i.      Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB

Nasional

4.    Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB meliputi :

a.    Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

b.    Konseling

c.    Pelayanan Kontrasepsi

d.   Pelayanan Infertilitas

e.    Sex education

f.     Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

g.    Konsultasi genetik

h.    Tes keganasan

i.      Adopsi

3
B.            Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

1.    Tujuan KIE

a.    Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru

b.    Membina kelestarian peserta KB

c.    Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses

penerimaan

2.    Jenis Kegiatan KIE

a.    KIE Massa

b.    KIE Kelompok

c.    KIE Perorangan

3.    Prinsip Langkah KIE

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :

a.       Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah

b.      Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, social ekonomi dan

emosi) sebagaimana adanya.

c.       Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

d.      Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari.

e.       Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.

C.           Konseling Pada Keluarga Berencana

1.    Pengertian

4
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk

membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang

paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Konseling Kontrasepsi : komunikasi tatap muka dimana satu pihak membantu pihak lain

untuk mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut.

Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE,

maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling.

2.    Tujuan

Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :

a.    Meningkatkan penerimaan

b.    Menjamin pilihan yang cocok

c.    Menjamin penggunaan cara yang efektif

d.   Menjamin kelangsungan yang lama

3.    Jenis Konseling

a.    Konseling KB Awal atau Pendahuluan

Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB.

b.    Konseling KB Pemilihan Cara

Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti namun butuh pertolongan atau bantuan memilih

cara atau metode kontrasepsi keluarga berencana.

c.    Konseling KB Pemantapan

Dilakukan untuk mereka yang sudah memahami dan akan menggunakan alat kontrasepsi.

d.   Konseling KB Pengayoman

Dilakukan pada mereka yang sudah memakai alat kontrasepsi.

5
e.    Konseling KB Perawatan /Pengobatan

Dilakukan pada mereka yang mengalami keluhan, kegoncangan emosi akibat memakai alat

kontrasepsi.

4.    Langkah – langkah dalam Konseling

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan

enam langkah yaitu SATU TUJU. Namun dengan penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu

dilakukan secara berurutan karena petugas kesehatan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan

klien, langkah – langkah tersebut antara lain :

a.    SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya

kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya, Bangun percaya

diri pasien. Dan tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat

diperolehnya.

b.    T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB,

kesehatan reproduksi dan Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.

c.    U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan bantu klien pada jenis

kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain.

d.   TU : Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya dan Tanyakan

apakah pasangan mendukung pilihannya.

e.    J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien

memilih jenis kontrasepsinya, jelaskan bagaimana penggunaannya dan jelaskan manfaat ganda

dari kontrasepsi.

f.     U : Kunjungan Ulang. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau

permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan dan apabila terjadi suatu masalah.

6
D.           Oral Kontrasepsi Pil Progestin

1.    Pengertian

Pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon steroid

(progesteron sintetis saja) yang digunakan per oral.

( Hidayati, 2009)

2.    Cara kerja pil progestin (mini pil)

a.    Menekan ovulasi.

b.    Mencegah implantasi.

c.    Mengentalkan serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

d.   Mengubah motilitas ruba sehingga transportasi sperma terganggu.

3.    Jenis pil progestin (mini pil)

a.    Kemasan dengan isi 35 pil: 300 gµ levonorgestrel atau 350 µg noretindron.

b.    Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.

4.    Contoh pil progestin (mini pil)

a.    Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.

b.    Femulen mengandung 0,5 mg diassetat.

c.    Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.

5.    Keuntungan pil progestin (mini pil)

a.    Keuntungan kontrasepsi.

1)   Sangat efektif bila digunakan secara benar.

2)   Sangat efektif pada masa laktasi.

3)   Tidak mengganggu hubungan seksual.

7
4)   Tidak mempengaruhi ASI.

5)   Kesuburan cepat kembali.

6)   Sedikit efek samping.

7)   Dosis rendah.

8)   Nyaman dan mudah digunakan.

9)   Dapat dihentikan setiap saat.

10)    Tidak mengandung estrogen.

b.    Keuntungan non-kontrasepsi.

1)   Mengurangi nyeri haid.

2)   Mengurangi jumlah darah haid.

3)   Menurunkan tingkat anemia.

4)   Mencegah kanker endometrium.

5)   Melindungi dari penyakit radang panggul.

6)   Tidak meningkatkan pembekuan darah.

7)   Dapat diberikan pada penderita endometriosis.

8)   Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.

9)   Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara,

nyeri pada betis, lekas marah).

6.    Kerugian pil progestin (mini pil)

a.    Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (spotting, amenorea).

b.    Peningkatan atau penurunan berat badan.

c.    Meningkatkan nafsu makan.

d.   Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

8
e.    Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.

f.     Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.

g.    Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi.

h.    Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat

epilepsi.

i.      Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.

7.    Indikasi pil progestin (mini pil)

a.    Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak.

b.    Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah

trombosit.

c.    Pascapersalinan dan menyusui.

d.   Pascakeguguran.

8.    kontraindikasi pil progestin (mini pil)

a.    Hamil/ diduga hamil.

b.    Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c.    Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

d.   Menggunakan obat tuberkulosis atau epilepsi.

e.    Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

f.     Sering lupa menggunakan pil.

g.    Mioma uterus.

h.    Riwayat stroke.

9.    Efek samping pil Progestin

a.    Amenore.

9
b.    Mual, pusing atau muntah.

c.    Berjerawat (acne).

d.   Spotting.

e.    Penambahan berat badan.

10.    Cara pemakaian pil Progestin (mini pil)

a.    Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.

b.    Minum pil setiap hari pada saat yang sama.

c.    Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak menstruasi, mini pil dapat

dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan

karena sudah menggunakan metode kontrasepsi MAL (metode amenore laktasi) yang merupakan

alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI).

d.   Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai

akhir bulan. Bila terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat.

e.    Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru sehari setelah paket terahir habis.

E.                Konsep Teori Menurut Hellen Varney

Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu :

1.    Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari  semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

a.       Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.

b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :

1)      Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )

10
2)      Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan

sebelumnya ).

Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga

kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi

yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

2.      Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis

dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah

sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai

dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :

a.       Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

b.      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.

c.       Memiliki cirri khas kebidanan.

d.      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

11
e.       Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3.      Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi

Penanganannya.

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan

bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak

hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar

merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.

4.      Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga

konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

12
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin

mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan jiwa ibu atau anak.

Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi

lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul, adanya

penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli

perawatan klinis bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap

klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam

manajemen asuhan kebidanan.

Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

5.      Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap

dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

13
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada  masalah-masalah

yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain,

asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek

asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan

dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-

benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi

tentang apa yang akan dilakukan klien.

6.      Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh

oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,

misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu

dan asuhan klien.

Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

14
7.      Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas

proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena

proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir

tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi

dalam tulisan saja

F.                 Penerapan Menejemen Kebidanan Varney

1.   Pengkajian

`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan

pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan

dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data ini difokuskan pada :

a.    Data Subjektif

1)   Biodata

15
a)    Nama : Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan

tindakan.

b)   Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga pada pasien dengan

tepat sesuan 3 fase perencanaan KB

c)    Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat mempermudah dalam

melaksanakan asuhan kebidanan.

d)   Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien sehingga

dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

e)    Pendidikan : Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kemampuan klien. Karena

pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.

f)    Alamat : Untuk mengetahui pasien tinggal dimana

2)   Keluhan Pasien

Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.

3)   Riwayat Kesehatan Pasien

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau sedang

menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes

mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.

4)   Riwayat Kesehatan Keluarga

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat

penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat

keturunan kembar.

5)   Riwayat Obstetri

a)    Riwayat haid

16
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau

tidak, flour albus atau tidak

b)   Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah,

berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk

dalam infertilitas sekunder atau bukan..

c)    Riwayat persalinan yang lalu

Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.

d)   Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB pil

dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.

e)    Pola kehidupan sehari-hari

(1) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan

makanan pantangan atau terdapatnya alergi.

(2) Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari

(3) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.

(4) Pola seksual

Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan seksual.

(5) Pola aktifitas

17
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas

terhadap kesehatannya.

(6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan

Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan

apakah memenuhi syarat kesehatan.

f)    Data pengetahuan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu, mengenai jenis

– jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.

g)   Data Psikologis

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan hubungan

pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alkon

yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.

b.   Data Objektif

1)   Pemeriksaan Umum

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD,

nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

medis pada pasien.

2)   Status Present

a)    Kepala

Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau tidak.

b)   Mata

18
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui

kelopak mata cekung atau tidak.

c)    Hidung

Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.

d)   Mulut

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada caries dentis atau tidak.

e)    Telinga

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga seperti OMA atau OMP.

f)    Leher

Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

g)   Ketiak

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

h)   Dada

Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.

i)     Mammae

Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.

j)     Abdomen

Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.

k)   Pinggang

Untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa atau tidak.

l)     Genitalia

Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan

kelenjar skene atau tidak.

19
m) Punggung

Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak.

n)   Anus

Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.

o)   Ekstremitas

Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.

2.    Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah

Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan, masalah

dan keadaan pasien.

a.    Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan para, abortus , umur ibu,

dan kebutuhan

Dasar dari diagnosa tersebut :

1)   Pernyataan pasien mengenai identitas pasien

2)   Pertanyaan mengenai jumlah persalinan

3)   Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.

4)   Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya

5)   Pertanyaan pasien mengenai keluhannya

6)   Hasil pemeriksaan :

a)    Pemeriksaan keadaan umum pasien

b)   Pemeriksaan status emosional pasien

c)    Pemeriksaan kesadaran pasien

d)   Pemeriksaat tanda – tanda vital pasien

20
b.    Masalah

Tidak ada

3.    Diagnosa Potensial

Tidak ada

4.    Antisipasi Masalah

Tidak ada

5.    Perencanaan /Intervensi

Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan

kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil

keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan berkaitan dengan diagnose kebidanan,

masalah dan kebutuhan.

a.    Berkaitan dengan diagnose kebidanan

1)   Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien

2)   Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi

3)   Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian.

4)   Pemberian informasi tentang cara penggunaan

b.    Berkaitan dengan masalah

Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja pil progestin.

6.    Pelaksanaan/ Implementasi

Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien sesuai rencana

yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar asuhan

kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan follow up.

a.    Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien

21
b.    Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi

c.    Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian

d.   Memberikan informasi tentang cara penggunaan

7.    Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa yang

telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan

kebidanan yang diberikan.

a.    Pasien mengetahui tentang kondisinya

b.    Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin

c.    Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian KB Pil progestin

d.   Pasien mengetahui tentang cara penggunaan KB pil progestin.

22
23
Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Keluarga Berencana

Tempat Praktek: BPM Hj. Thoiffah Am.Keb Nama Mahasiswa : Nurbaiti

Tanggal Masuk : 05 November 2014 Tingkat/ Semester : II/ III

I.              PENGKAJIAN

A.     Data Subyektif

Identitas/ Biodata

Nomer RM :

Nama Ibu : Ny P Nama Suami : Tn. H

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : JL. Kamiluto raya 16 Tlogosari Semarang

Anamnesa pada tanggal 05 November 2014 pukul 20.00 WIB

1.    Alasan datang : Ibu ingin menggunakan KB pil setelah 1 bulan melahirkan

2.    Keluhan Utama : Tidak ada keluhan.

3.    Riwayat kesehatan :

a.        Riwayat kesehatan sekarang

Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun

(DM,hipertensi, asma), menahun (jantung, ginjal)

b.       Riwayat kesehatan yang lalu

24
Ibu menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,

hepatitis) menurun seperti (hipertensi, DM, Asma) dan menahun seperti (jantung , ginjal)

c.        Riwayat kesehatan keluarga

Ibu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,

TBC, hepatitis), menurun (DM, hipertensi), menahun (jantung, ginjal)

Riwayat Obstetri

1.        Riwayat menstruasi :

a.        Menarche : 13 tahun Siklus : ± 28 hari

b.       Lama : ± 7 hari Jumlah : 2-3 x ganti pembalut /hari

c.        Warna : Merah darah Keluhan : tidak ada

2.        Riwayat Perkawinan :

a.        Umur waktu nikah : 20 tahun

b.       Lama : 1 tahun

c.        Perkawinan ke :1

d.       Jumlah anak :1

3.        Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :

Hami Penyulit/ Tgl Jenis Jenis Penolon BB Keadaa Nifas

l Ke komplikasi Lahir Kelamin Persalina g lahir n Anak

Anak Anak n
1 Tidak ada Oktober ♂ Spontan Bidan 2800 Sehat Norma

20014 gr l

25
4.        Riwayat KB :

Jenis Lama Keluhan Alasan

penggunaan berhenti
Dahulu : belum pernah KB - - -

Rencana: KB pil progestin

5.        Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :

Kebutuhan Frekuensi Keluhan


Nutrisi :

  Makan Makan 3x/ hari Tidak ada keluhan


dengan nasi porsi
sedang, lauk pauk dan
sedikit sayur.

Minum 6- 7 gelas per


  Minum hari Tidak ada keluhan

Eliminasi :

  BAK Ibu BAK 4 – 6 x /hari Tidak ada keluhan

  BAB Ibu BAB 1x /hari Tidak ada keluhan


Istirahat 8 – 9 jam /hari Tidak ada keluhan
Aktifitas Melakukan aktifitas Tidak ada keluhan

rumah tangga
Personal Hygiene Mandi 2x/hari , gosok Tidak ada keluhan

gigi 2x/hari, ganti

baju 2x/hari, ganti

celana dalam 3x/hari


Rekreasi 1 bulan sekali Tidak ada keluhan
Pola seksual ± 1x /minggu Tidak ada keluhan

6.        Data Psikologis :

26
Klien mengatakan senang karena telah memiliki anak dan sekarang dia ingin berKB untuk

menunda kehamilannya

7.        Data Sosial – Budaya :

a.        Hewan peliharaan : ibu menyatakan tidak memiliki hewan peliharaan.

b.       Lingkungan : ibu menyatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan tidak kumuh.

c.        Hubungan dengan suami dan/ keluarga : ibu menyatankan hubungannya dengan keluarga dan

suami harmonis, saling menyayangi

d.       Adat istiadat : ibu menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam keluargannya

8.        Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan

kepercayaannya

9.        Pengetahuan Ibu :

a.        Tentang jenis alat kontrasepsi : ibu mengetahui jenis kontrasepsi antara lain pil, suntik, IUD dan

steril.

b.       Tentang efek samping : ibu menyatakan jika memakai KB pil dan suntik dapat menyebabkan

kegemukan, kalau memakai IUD akan mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan suami

istri dan kalau melakukan steril dia tidak kan hamil lagi

c.        Tentang manfaat kontasepsi : ibu menyatakan jika memakai alat kontrasepsi dapat menunda

kehamilan

B.      Data Obyektif

1.       Pemeriksaan umum

a.        Keadaan Umum : Baik

b.       Kesadaran : Composmenthis

c.        Status emosional : Stabil

27
d.       Tanda vital

1)       Tensi : 110/80 mmHg

2)       Nadi : 84x/ menit

3)       RR : 22x/ menit

4)       Suhu : 36,7ºC

5)       BB : 59 kg

e.        Status present

1)      Kepala : Mesochepal

a)       Rambut : distribusi merata, tidak rontok dan kulit kepala tidak ketombe

b)       Muka : tidak ada oedema, tidak pucat

c)       Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

d)      Hidung : bersih, tidak ada polip

e)       Telinga : tidak ada serumen, simetris

f)        Mulut : tidak ada caries dentis, stomatitis dan gigi berlubang

2)      Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

3)      Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

4)      Mammae : simetris, tidak ada benjolan abnormal

6)       Perut : tidak ada pembesaran hati dan limfa

7)       Pinggang : tidak ada nyeri tekan

8)       Genetalia : bersih, tidak ada varises

9)       Anus : tidak ada hemoroid

10)   Ekstremitas

a)      Atas : tidak ada oedema, tidak pucat, tugor baik, jari – jari lengkap

28
b)      Bawah : tidak ada oedema, varises, tidak pucat, tugor baik

2.       Pemeriksaan Penunjang/ laboratorium

a.          Protein urine : Tidak dilakukan

b.         HB : Tidak dilakukan

II.               INTERPRETASI DATA DASAR

Ny P P1A0 Umur 21 tahun calon akseptor KB pil progestin

Dasar :

Data Subjektif :

a.       Ibu menyatakan bernama Ny. P dan berumur 21 tahun

b.      Ibu menyatakan sekarang ia masih menyusui anaknya.

c.       Ibu menyatakan ingin menggunakan KB Pil Progestin untuk menunda kehamilannya dan tidak

menghambat produksi ASInya.

d.      Ibu mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan dia untuk minum obat yang dapat

mengganggu penyerapan pil progestin.

Data Objektif :

a.       KU : Baik

b.      Kesadaran : composmentis

c.       TTV :

1)      Tensi : 110/80 mmHg

2)      Nadi : 84x/ menit

3)      BB sekarang : 59 kg

29
4)      RR : 22x/ menit

5)      TB : 156 cm

6)      Suhu : 36,7ºC

III.               IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA POTENSIAL

IV.               IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

V.               PERENCANAAN

1.    Beritahu ibu tentang hasi pemeriksaan.

2.    Beritahu kepada ibu bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.

3.    Beritahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB pil Progestin

4.    Beritahu kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB Pil Progestin.

5.    Beritahu kepada ibu tentang cara meminumnya

6.    Lakukan informed consent dengan ibu jika ibu setuju menggunakan KB Pil Progestin

7.    Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi ( pil sudah habis) atau jika ada

keluhan.

VI.               IMPLEMENTASI

1.    Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada

kontraindikasi pada ibu untuk menggunanakan KB Pil Progestin.

2.    Memberitahu kepada ibu bahwa pil KB progestin tidak menghambat produksi ASI karena pil

KB ini tidak memberikan efek samping estrogen (hormon wanita) yaitu hormon yang dapat

mempengaruhi produksi ASI.

30
3.    Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin, yaitu :

a.    Indikasi pil progestin (mini pil)

1)   Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak

2)   Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah

trombosit.

3)   Pascapersalinan dan menyusui

4)   Pascakeguguran

b.    kontraindikasi pil progestin (mini pil)

1)   Hamil/ diduga hamil.

2)   Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3)   Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4)   Menggunakan obat tuberkulosis atau epilepsi

5)   Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

6)   Sering lupa menggunakan pil

7)   Mioma uterus

8)   Riwayat stroke

4.         Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB Pil Progestin:

a.    Keuntungan

1)   Sangat efektif bila digunakan secara benar.

2)   Tidak akan mengganggu hubungan suami istri.

3)   Tidak mempengaruhi produksi ASI.

4)   Kesuburan cepat kembali.

31
5)   Nyaman dan mudah digunakan.

6)   Sedikit efek samping.

7)   Dapat dihentikan setiap saat.

b.    Kekurangan

1)   Akan mengalami gangguan haid.

2)   Peningkatan atau penurunan berat badan.

3)   Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

4)   Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi besar.

5)   Payudara menjadi tegang, mual, pusing dan kadang timbul jerawatr.

6)   Tidak efektif jiga diminum bersamaan dengan obat lain seperti obat TBC dan epilepsi.

5.         Memberitahu kepada ibu tentang cara meminum KB pil progestin, yaitu :

a.    Mulai hari 1-5 siklus haid.

b.      Diminum setiap hari pada saat yang sama.

c.       Bila ibu minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat, dan

gunakan metode pelindung selama 48 jam.

d.      Bila ibu lupa 1-2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai

akhir bulan.

6.         Melakukan informed consent yaitu persetujuan tertulis yang dilakukan oleh bidan dan ibu

sebagai bukti bahwa ibu telah setuju memakai kontrasepsi tersebut dan sebagai bukti jika terjadi

suatu hal di kemudian hari.

32
7.         Memberikan 1 paket KB Pil Progestin kepada ibu.

8.         Menganjurkan kepad ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau

jika ada keluhan.

VII.               EVALUASI

1.         Ibu mengetahui kondisinya dalm keadaan baik sehingga ia diperbolehkan untuk
menggunanakan KB Pil Progestin.

2.         Ibu mengerti bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.

3.         Ibu mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi KB Pil Progestin.

4.         Ibu mengerti tentang keuntungan dan kerugian KB Pil Progestin.

5.         Ibu mengerti tentang cara meminum KB Pil Progestin.

6.         Bidan dan ibu telah melakukan informed consent tentang penggunaan KB Pil Progestin.

7.         KB Pil progestin telah ibu dapat.

8.         Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada
keluhan.

B. Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DEFINISI REMAJA
_ mulai dws, sudah ckp umur utk kawin dan bkn anak2 lg (Purwodarminto)
_ usia ketika seseorg mengalami masa peralihan antara usia anak2 & dewasa
_ usia yg penuh badai dan tekanan,suatu thpn ketika sifat2 mns yg baik & buruk tampil scr
bersamaan.
Tujuan program kespro remaja:“untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu
tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan bertanggung jawab kaitannya dengan
masalah kehidupan reproduksi”
Remaja :
Gizi seimbang
• Informasi tentang kesehatan reproduksi
• Pencegahan kekerasan termasuk seksual
• Pencegahan terhadap ketergantungan

33
napza
• Perkawinan pada usia yg wajar
• Pendidikan dan peningkatan ketrampilan
• Peningkatan penghargaan diri
• Peningkatan terhadap godaan dan
ancaman

Tujuan dan sasaran kesehatan reproduksi


Tujuan Umum : Mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan,
kesadaran sikap, dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berkeluarga serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan
khusus.
Tujuan Khusus :1. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasarannya : meningkatnya cakupan penyebaran informasi KRR mll mass media
2. Seluruh remaja di sekolah. Sasarannya : meningkatanya cakupan penyebaran info KRR di
sekolah umum, SLTP, SMU, pesantren.
3. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat mendapat informasi
ttg KRR. Sasarannya : karang taruna, remaja masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka,
pengajian, dan arisan.
4. Seluruh remaja di perusahaan di tempat kerja mendapatkan info ttg KRR. Sasarannya:
memperoleh informasi dan layanan KRR mll perusahaan di tempat kerja.
5. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus dapat dilayani.
Sasarannya : meningkatkan jumlah dan pemanfaatan pusat konseling dan pelayanan
khusus bagi remaja
6. Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program KRR. Sasarannya :
meningkatkan komitmen bg politisi, toga, toma, LSM dalam pelaksanaan KRR.

Format SOAP Kesehatan Reproduksi

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA Nn. R DENGAN KELUHAN SAKIT HAID
I.     PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1.    Identitas                                
Nama                      : Nn. R                                                
Umur                      : 18 Tahum                                          
Suku/ bangsa          : Bugis/ Indonesia                                 
Agama                    : Islam                                                 
Pendidikan             : SMA                                                 
34
Pekerjaan                : Belum Bekerja
Alamat                    : Rajabasa
2.    Keluhan utama
Sakit saat haid
3.    Riwayat kesehatan/penyakit sekarang
Nn. R datang tanggal 26-12-2007 pukul 17.00 WIB dengan keluhan sakit perut pada saat haid
yang dirasakan pada hari-hari pertama. Sakit yang dirasakan pada perut bagian bawah selama 3
bulan terakhir.
4.    Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak pernah mengalami sakit yang serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
5.    Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, anemia berat,dll.
6.    Riwayat fungsi reproduksi
a.    Riwayat menstruasi
- Menarche                     : 12 tahun
- Siklus                           : 28 hari
- Lamanya                      : ± 7 hari
- Banyaknya                  : 2-3 x ganti pembalut
- Warna/ bau                  : Merah/ Normal
- Dismenorhea               : Ya sejak 3 bulan terakhir
- HPHT                          : 28 November 2007
b.    Kebiasaan seksual
Tidak ada
c.    Riwayat kehamilan , persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada
d.   Tumor                            : Tidak ada
e.    Infeksi                           : Tidak ada
f.     Gangguan KB               : Tidak ada
g.    Riwayat perkawinan      : Belum menikah
7.    Pola kegiatan sehari-hari
a.    Makan/ Minum

35
Freukensi                       : 3 x sehari
Macam                           : Nasi, lauk-pauk, sayur, kadang buah
Pantangan                      : Tidak ada
Minum                           : ± 2 Liter/ hari
b.    Eliminasi
BAK
Freukensi                       : 4-6 x/ hari
Warna                            : Jernih
Konsistensi                    : Cair
Bau                                : Normal
BAB
Freukensi                       : 1 x/ hari
Warna                            : Kuning
Konsistensi                    : Lembik
Bau                                : Khas
c.    Personal hygiene
Mandi                          : 2 x/ hari
Sikat Gigi                     : 3 x/ hari
Ganti pakaian               : 2 x/ hari
d.   Ketergantungan
Alergi                             : Tidak ada
Merokok                        : Tidak ada
Obat-obatan/ alcohol     : Tidak ada
Jamu                              : Tidak ada
e.    Keadaan psikologis,social dan spiritual
Status emosional            : Stabil
Status social                   : Baik
Komunikasi dengan keluarga: Baik
Status ekonomi              : Cukup
DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum

36
Keadaan umum                  : Baik
Kesadaran                          : Composmentis
Keadaan emosional            : Stabil
Tanda-tanda vital
-         TD                   : 110/60 mmHg
-         Nadi                 : 84 x/ menit
-         Pernafasan        : 22 x/ menit
-         Suhu                 : 36.5ºC
BB                                     : 48 Kg
TB                                     : 155 cm
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala
Rambut                  : Bersih, tidak rontok dan tidak berketombe
Konjungtiva            : Merah muda ( an anemis )
Sclera                     : Putih   ( an ikterik )
Kelopak mata         : Tidak ada oedema
b.      Mulut dan gigi         : Bersih dan tidak ada caries
c.       Leher
o   Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
o   Kelenjar getah benig     : Tidak ada pembesaran
o   Vena jungularis : Tidak ada pembesaran
d.      Dada
o   Jantung             : Normal ( lup, dup )
o   Paru-paru                     : Suara jernih( tidak ada wheezing, dan ronchi )
e.       Payudara
o   Pembesaran                  : Tidak ada
o   Putting susu                  : Menonjol
o   Benjolan                       : Tidak ada
o   Simetris                        : Ya, kanan dan kir
o   Nyeri                            : Tidak ada
o   Pengeluaran                  : Tidak ada

37
f.        Punggung dan pinggang
o   Posisi punggung            : Lordosis
o   Nyeri ketuk                  : Tidak ada
g.       Extremitas
o   Oedema                       : Tidak ada
o   Kekakuan otot             : Tidak ada
o   Kemerahan                   : Tidak ada
o   Varises                         : Tidak ada
h.       Abdomen
o   Bekas luka operasi                   : Tidak ada
o   Acites                                       : Tidak ada
o   Konsistensi                               : Kenyal
o   Tumor                                      : Tidak ada
o   Pembesaran lien den limpha      : Tidak ada
i.         Anogenitalia
o   Vulva dan vagina          : Warna normal
o   Oedema                       : Tidak ada
o   Pengeluaran                  : Darah, bau khas
o   Banyaknya                   : 2-3 x ganti pembalut
o   Anus                            : Tidak ada hemoroid
o   Inspekulo                     : Tidak di lakukan
o   Periksa Dalam              : Tidak di lakukan
3.      Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
Hb                         : 10 gr%
Protein Urine          : (-)
Glukosa Urine        : (-)
b.      USG                      : Tidak dilakukan
c.       Papsmear               : Tidak dilakukan
d.      Dll                          : Tidak dilakukan
II.                IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN

38
Diagnosa          : Nn. R usia 18 tahun dengan Dismenorhea
Dasar               :
        Belum menikah
        Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah saat haid hari-hari     pertama.
Masalah           : Nyeri
Dasar               : Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah
Kebutuhan        : Konseling tentang dismenorhea
III.             ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
TIDAK ADA
IV.              TINDAKAN SEGERA
TIDAK ADA
V.                 PERENCANAAN
1.      Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein, coklat, penyedap,
pengawet, pewarna dan berlemak tinggi
Rasional     : Dengan menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam dsb maka fungsi
tubuh dapat berfungsi dengan baik sehingga keluhan-keluhan menjelang menstruasi dan saat
menstruasi dapat dihindari/ dikurangi.
2.      Berikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12 1x/hari terutama saat
menstruasi.
Rasional     : Dengan memberikan obat tambah darah maka kadar Hb bisa normal sehingga
pasokan nutrisi ke jaringan nterutama uterus dapat berlangsung baik terutama saat menstruasi.
3.      Berikan analgetik
Rasional     : Dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri sehingga pasien merasa
tidak nyeri lagi atau berkurang rasa nyerinya.
4.      Anjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan yang tinggi vitamin.
Rasional     : Dengan menganjurkan banyak minum air putih dan makan buah-buahan maka
kebutuhan oksidan cukup dalam mengatasi stress fisik,
sehingga pasien tidak merasa depresi.
5.      Anjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan kompres air hangat.
Rasional     : Dengan kompres air hangat maka dapat membantu mengurangi rasa nyeri sehingga
pasien tidak merasa nyeri lagi.

39
VI.              PELAKSANAAN
1.      Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein, coklat, penyedap,
pengawet, pewarna dan berlemak tinggi
2.      Memberikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12 1x/hari terutama saat
menstruasi.
3.      Memberikan analgetik 3x1 /hari.
4.      Menganjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan yang tinggi vitamin.
5.      Menganjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan kompres air hangat.

C. MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASIPAKET PELAYANAN


AWAL MINUMUM (PPAM)
Banyak sekali tantangan yang akan kita hadapi saat bekerja di dalam situasi darurat bencana,
diantaranya proses kerja yang kompleks, banyak pihak yang terlibat dan bekerja, diperlukan
kemampuan dan keterampilan menyusun program yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta kemampuan untuk melakukan koordinasi karena untuk
pelaksanaan PPAM memerlukan pendekatan multi sektoral. Dalam kondisi bencana banyak
sekali pihak yang terlibat dalam penanganan bencana sepeti pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), pihak swasta, media dll. Apabila bencana berskala besar dapat juga
melibatkan lembaga asing seperti PBB, LSM internasional dll. Untuk itu perlu dipahami
mengenai mekanisme koordinasi PPAM yang ada di Indonesia baik di tingkat nasional maupun
di daerah.
Penanganan Bencana melibatkan lintas sektor dan lintas departemen. Pelibatan lembaga –
lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam penaganan bencana sangat memberikan andil
pada saat krisi terjadi. Lembaga – lembaga yang terlibat antara lain Tentara Nasonal Indonesia

40
(TNI), Badan SAR Nasional (Basarnas), Palang Merah Indonesia (PMI), Perusahaan Air Minum
(PAM) Kementerian Dalam Negeri (kemendagri), Kementrian Kesehatan (Kemenkes),
Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan
Kementerian serta Badan lainnya. Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kespro (Kespro) Pada
Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana, merupakan pelayanan yang tak
terpisahkan dari pelayanan krisis lainya. PPAM Kespro menitik beratkan kepada pelayanan
kesehatan Ibu, Bayi, Anak Balita dan Perempuan yang dipastikan semakin rentan saat
krisis/bencana berlangsung.
D. Pengorganisasian Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Di Bawah Koordinasi Pusat
Penanggulangan Krisis, Depkes Pada Badan Penanggulangan Bencana
Berikut ini adalah struktur organisasi penanggulangan bencana berdasarkan UU no. 24 tahun
2007. Keberadaan tim siaga kesehatan reproduksi di tingkat pusat direkomendasikan berada
dibawah struktur dan koordinasi Pusat Penanggulangan Krisis Depkes di bawah struktur dari
Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana.
E. PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB PADA MASING–MASING BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
1. Upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada manajemen bencana ada pada
tingkat kabupaten/kota adalah tanggung jawab tim siaga kesehatan reproduksi bekerja
sama dengan dinas kesehatan kabupaten setempat.
2. Tanggung jawab upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada tingkatan
provinsi bersifat suportif dan rujukan (referal) kepada tim siaga kesehatan reproduksi
kabupaten/kota.
3. Tim siaga kesehatan reproduksi pusat bersifat suportif dan rujukan kepada tim
kesehatan reproduksi Provinsi.
F. Struktur Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Tim siaga Kesehatan Reproduksi terdiri dari beberapa bidang, dimana setiap bidang terdiri
dari koordinator dan anggota. Pemilihan koordinator maupun anggota tim sedapat
mungkin berdasarkan bidang kerja dan kemampuan dalam mengelola program kesehatan
reproduksi.

G. Tim Siaga Kesehatan Reproduksi


Di bawah ini adalah struktur tim siaga kesehatan reproduksi yang direkomendasikan:
a. Rekomendasi anggota bidang Data dan Informasi
- Kesga
- Surveilans
- IBI
- NGO/INGO bidang kespro
- Jejaring PPKtP (Program Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan)
- Lain-lain
b. Rekomendasi anggota bidang Pelayanan Kespro dan GBV
- Dokter RS- Puskesmas-IDI
- Bidan RS- Puskesmas-IBI
- POGI
- Jejaring PPKtP
- Lain-lain

41
c. Rekomendasi anggota bidang Logistik
- Kesga
- TU dinkes
- IBI
- BKKBN daerah
- PMI
- Lain-lain
d. Rekomendasi anggota bidang Capacity Building
- Kesga
- IBI
- P2KP/P2KS/ POGI
- Anggota jejaring PPKtP
- Perguruan Tinggi
- Lain-lain
e. Rekomendasi bidang Promosi (KIE)
- Promkes
- IBI
- NGO/INGO
- PKK Kader
- BKKBN daerah
- Jejaring PPKtP
- Lain-lain
Catatan:
 IBI selalu menjadi bagian rekomendasi pada setiap bidang.
 Daftar anggota tersebut adalah bersifat rekomendasi dan penentuannya
disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah.
Proses koordinasi itu seperti melakukan orchestra yang membutuhkan rantai komando
(konduktor) dan komunikasi dengan semua pihak yang terlibat.
H. Mekanisme koordinasi bencana
UU no 24 tahun 2007 tentang manajemen penanggulangan bencana mengatur tentang
pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan
pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat propinsi dan kabupaten.
BNPB bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan bencana secara
umum yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat dan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
I. Mekanisme koordinasi penanggulangan bencana bidang kesehatan
Penanggulangan bencana di bidang kesehatan adalah menjadi tanggung jawab dari Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK) Kementerian Kesehatan dibawah koordinasi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana di tingkat pusat. Pusat Penanggungan Krisis Kesehatan telah
mendirikan 9 regional dan 2 sub regional untuk penanggulangan bencana di seluruh Indonesia.
Regional PPKK berfungsi sebagai unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat
dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan dan
berfungsi sebagai pusat pengendali bantuan kesehatan, pusat rujukan kesehatan dan pusat
informasi kesehatan.

42
Pusat Regional Penanganan Krisis Kesehatan berfungsi:
 Sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan dan
penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;
fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat‐obatan);
 Menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM kesehatan
yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan akibat bencana dan
krisis kesehatan lainnya;
 Sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional
tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.
PPK di 9 regional dan 2 sub regional , terdiri dari :
1. Sumatera Utara, berpusat di Medan
Mencakup NAD, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Rian, dan Sumatera Barat. Sub Regional
Sumatera Barat : Padang
2. Sumatera Selatan, berpusat di Palembang Mencakup Sumatera Selatan, Jambi, Bangka
Belitung, dan Bengkulu
3. DKI Jakarta, berpusat di Jakarta Mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, dan
Kalimantan Barat
4. Jawa Tengah, berpusat di Semarang Mencakup Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
5. Jawa Timur, berpusat di Surabaya Mencakup seluruh kabupaten di Jawa Timur
6. Kalimantan Selatan, berpusat di Banjarmasin Mencakup Kalimantan Selatan, Banjramasin,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
7. Bali, berpusat di Denpasar Mencakup Bali, NTB, dan NTT
8. Sulawesi Utara, berpusat di Menado Mencakup Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara
9. Sulawesi Selatan, berpusat di Makasar Mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Sub Regional Papua dengan pusat di Jayapura dan mencakup
Papua dan Irian Jaya Barat Di tingkat pusat, PPKK bertanggung jawab untuk bidang kesehatan
secara umum dan berkoordinasi dengan sub direktorat Perlindungan Kespro di bawah Direktorat
Kesehatan Ibu. Di tingkat daerah, PPKK regional dan sub regional akan berkordinasi
dengan Dinas Kesehatan Propinsi atau Kabupaten.
3. Mekanisme koordinasi untuk PPAM
Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum Kespro pada saat bencana perlu dikoordinir oleh
seorang koordinator kespro. Koordinator ini berperan penting untuk memastikan ketersediaan
pelayanan dan menghindari kegiatan yang tidak efektif, efisien dan tumpang tindih. Akibat dari
ketiadaan koordinator kespro di lapangan dapat menyebabkan penghamburan sumber daya
manusia dan material yang tidak diperlukan. Contoh kasus: tidak adanya koordinator kespro
sesaat setelah gempa di salah satu daerah. Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan
yang seharusnya menolong kegawatdaruratan kebidanan berganti tugas mengarahkan mobil
parkir masuk karena banyaknya pasien yang masuk ke rumah sakit tersebut. Koordinator kespro
adalah ketua dari tim siaga kespro yang berada di bawah tim penanggulangan bencana bidang
kesehatan dan bertanggung jawab kepada koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di
setiap jenjang administrasi. Tim siaga kespro dibentuk di setiap provinsi dan kabupaten pada saat
pra bencana untuk menyusun dan melaksanakan rencana kesiapsiagaan serta melaksanakan
komponen PPAM kespro pada saat bencana. Tim siaga ini terdiri dari penanggung jawab
komponen kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan HIV, kesehatan maternal dan
neonatal serta logistik.

43
Prinsip Dasar
1. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
2. Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama penanganan kespro ada
pada tim kespro di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Apabila masalah kespro yang timbul tidak dapat tertangani, tim siaga kespro tingkat
Kabupaten/Kota melaporkan ke tim siaga kespro di tingkat Provinsi dan jika tidak tertangani, tim
siaga kespro di tingkat Provinsi akan melaporkan ke tim siaga kespro tingkat Pusat.
4. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kespro terintegrasi dengan tim penanggulangan bencana
bidang kesehatan.
5. Apabila tim siaga kespro tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi belum terbentuk, maka tanggung
jawab berada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi yaitu unit yang bertanggung jawab
untuk Kespro/Kesehatan Ibu dan Anak. Di tingkat Pusat, tim siaga kespro berada di bawah
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Subdirektorat Bina Perlindungan Kespro. Berdasarkan
mekanisme koordinasi PPAM yang telah dijelaskan di atas, maka tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kespro dalam kondisi darurat di lapangan harus berkoordinasi dengan
Koordinator Kespro yang berada di Dinas kesehatan tingkat propinsi ataupun di tingkat
kabupaten tempat dimana mereka bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
1. Hidayati, Ratna, Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta,
2009
2. Novita, Dyah, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, NUMED, Jogjakarta, 2009
3. Prawirohardjo, S., 2010, Ilmu Kebidanan, YBPSP. Jakarta
4. Varney, Helen dkk, Buku Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta

44
45

Anda mungkin juga menyukai