Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) dengan kematangan
reproduksi pada perempuana usia 20 tahun keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas,
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program
KB di muka adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/
angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam
a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
2
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha
ekonomi produktif.
Nasional
b. Konseling
i. Adopsi
3
B. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru
c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses
penerimaan
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, social ekonomi dan
c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari.
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
1. Pengertian
4
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk
membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang
Konseling Kontrasepsi : komunikasi tatap muka dimana satu pihak membantu pihak lain
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE,
2. Tujuan
Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti namun butuh pertolongan atau bantuan memilih
Dilakukan untuk mereka yang sudah memahami dan akan menggunakan alat kontrasepsi.
5
e. Konseling KB Perawatan /Pengobatan
Dilakukan pada mereka yang mengalami keluhan, kegoncangan emosi akibat memakai alat
kontrasepsi.
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan
enam langkah yaitu SATU TUJU. Namun dengan penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas kesehatan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
a. SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya
kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya, Bangun percaya
diri pasien. Dan tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB,
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan bantu klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain.
d. TU : Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya dan Tanyakan
e. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien
memilih jenis kontrasepsinya, jelaskan bagaimana penggunaannya dan jelaskan manfaat ganda
dari kontrasepsi.
f. U : Kunjungan Ulang. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
6
D. Oral Kontrasepsi Pil Progestin
1. Pengertian
Pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon steroid
( Hidayati, 2009)
a. Kemasan dengan isi 35 pil: 300 gµ levonorgestrel atau 350 µg noretindron.
7
4) Tidak mempengaruhi ASI.
8) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
9) Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara,
d. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
8
e. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
h. Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
i. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
a. Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak.
b. Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah
trombosit.
d. Pascakeguguran.
a. Amenore.
9
b. Mual, pusing atau muntah.
d. Spotting.
c. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak menstruasi, mini pil dapat
dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan
karena sudah menggunakan metode kontrasepsi MAL (metode amenore laktasi) yang merupakan
d. Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai
akhir bulan. Bila terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat.
e. Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru sehari setelah paket terahir habis.
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
10
2) Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan
sebelumnya ).
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis
dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
11
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
12
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi
lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli
perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
13
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek
asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
14
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena
proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
1. Pengkajian
`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan
pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan
1) Biodata
15
a) Nama : Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan
tindakan.
b) Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga pada pasien dengan
c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat mempermudah dalam
d) Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien sehingga
e) Pendidikan : Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kemampuan klien. Karena
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau sedang
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat
penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat
keturunan kembar.
16
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah,
berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.
d) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB pil
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
17
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas
terhadap kesehatannya.
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu, mengenai jenis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan hubungan
pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alkon
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD,
nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
a) Kepala
Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau tidak.
b) Mata
18
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui
c) Hidung
d) Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada caries dentis atau tidak.
e) Telinga
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
f) Leher
g) Ketiak
h) Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.
i) Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.
j) Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.
k) Pinggang
l) Genitalia
Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan
19
m) Punggung
n) Anus
o) Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan, masalah
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan para, abortus , umur ibu,
dan kebutuhan
20
b. Masalah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien sesuai rencana
yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar asuhan
21
b. Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan
22
23
Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Keluarga Berencana
I. PENGKAJIAN
Identitas/ Biodata
Nomer RM :
1. Alasan datang : Ibu ingin menggunakan KB pil setelah 1 bulan melahirkan
Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun
24
Ibu menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,
hepatitis) menurun seperti (hipertensi, DM, Asma) dan menahun seperti (jantung , ginjal)
Ibu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
Riwayat Obstetri
c. Perkawinan ke :1
Anak Anak n
1 Tidak ada Oktober ♂ Spontan Bidan 2800 Sehat Norma
20014 gr l
25
4. Riwayat KB :
penggunaan berhenti
Dahulu : belum pernah KB - - -
Eliminasi :
rumah tangga
Personal Hygiene Mandi 2x/hari , gosok Tidak ada keluhan
26
Klien mengatakan senang karena telah memiliki anak dan sekarang dia ingin berKB untuk
menunda kehamilannya
b. Lingkungan : ibu menyatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan tidak kumuh.
c. Hubungan dengan suami dan/ keluarga : ibu menyatankan hubungannya dengan keluarga dan
d. Adat istiadat : ibu menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam keluargannya
8. Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan
kepercayaannya
a. Tentang jenis alat kontrasepsi : ibu mengetahui jenis kontrasepsi antara lain pil, suntik, IUD dan
steril.
b. Tentang efek samping : ibu menyatakan jika memakai KB pil dan suntik dapat menyebabkan
kegemukan, kalau memakai IUD akan mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan suami
istri dan kalau melakukan steril dia tidak kan hamil lagi
c. Tentang manfaat kontasepsi : ibu menyatakan jika memakai alat kontrasepsi dapat menunda
kehamilan
27
d. Tanda vital
5) BB : 59 kg
a) Rambut : distribusi merata, tidak rontok dan kulit kepala tidak ketombe
f) Mulut : tidak ada caries dentis, stomatitis dan gigi berlubang
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
10) Ekstremitas
a) Atas : tidak ada oedema, tidak pucat, tugor baik, jari – jari lengkap
28
b) Bawah : tidak ada oedema, varises, tidak pucat, tugor baik
Dasar :
Data Subjektif :
c. Ibu menyatakan ingin menggunakan KB Pil Progestin untuk menunda kehamilannya dan tidak
d. Ibu mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan dia untuk minum obat yang dapat
Data Objektif :
a. KU : Baik
c. TTV :
3) BB sekarang : 59 kg
29
4) RR : 22x/ menit
5) TB : 156 cm
V. PERENCANAAN
2. Beritahu kepada ibu bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.
3. Beritahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB pil Progestin
4. Beritahu kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB Pil Progestin.
6. Lakukan informed consent dengan ibu jika ibu setuju menggunakan KB Pil Progestin
7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi ( pil sudah habis) atau jika ada
keluhan.
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada
2. Memberitahu kepada ibu bahwa pil KB progestin tidak menghambat produksi ASI karena pil
KB ini tidak memberikan efek samping estrogen (hormon wanita) yaitu hormon yang dapat
30
3. Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin, yaitu :
1) Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak
2) Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah
trombosit.
4) Pascakeguguran
4. Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB Pil Progestin:
a. Keuntungan
31
5) Nyaman dan mudah digunakan.
b. Kekurangan
3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing dan kadang timbul jerawatr.
6) Tidak efektif jiga diminum bersamaan dengan obat lain seperti obat TBC dan epilepsi.
5. Memberitahu kepada ibu tentang cara meminum KB pil progestin, yaitu :
c. Bila ibu minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat, dan
d. Bila ibu lupa 1-2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai
akhir bulan.
6. Melakukan informed consent yaitu persetujuan tertulis yang dilakukan oleh bidan dan ibu
sebagai bukti bahwa ibu telah setuju memakai kontrasepsi tersebut dan sebagai bukti jika terjadi
32
7. Memberikan 1 paket KB Pil Progestin kepada ibu.
8. Menganjurkan kepad ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau
VII. EVALUASI
1. Ibu mengetahui kondisinya dalm keadaan baik sehingga ia diperbolehkan untuk
menggunanakan KB Pil Progestin.
2. Ibu mengerti bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.
6. Bidan dan ibu telah melakukan informed consent tentang penggunaan KB Pil Progestin.
8. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada
keluhan.
33
napza
• Perkawinan pada usia yg wajar
• Pendidikan dan peningkatan ketrampilan
• Peningkatan penghargaan diri
• Peningkatan terhadap godaan dan
ancaman
35
Freukensi : 3 x sehari
Macam : Nasi, lauk-pauk, sayur, kadang buah
Pantangan : Tidak ada
Minum : ± 2 Liter/ hari
b. Eliminasi
BAK
Freukensi : 4-6 x/ hari
Warna : Jernih
Konsistensi : Cair
Bau : Normal
BAB
Freukensi : 1 x/ hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembik
Bau : Khas
c. Personal hygiene
Mandi : 2 x/ hari
Sikat Gigi : 3 x/ hari
Ganti pakaian : 2 x/ hari
d. Ketergantungan
Alergi : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Obat-obatan/ alcohol : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
e. Keadaan psikologis,social dan spiritual
Status emosional : Stabil
Status social : Baik
Komunikasi dengan keluarga: Baik
Status ekonomi : Cukup
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
36
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi : 84 x/ menit
- Pernafasan : 22 x/ menit
- Suhu : 36.5ºC
BB : 48 Kg
TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok dan tidak berketombe
Konjungtiva : Merah muda ( an anemis )
Sclera : Putih ( an ikterik )
Kelopak mata : Tidak ada oedema
b. Mulut dan gigi : Bersih dan tidak ada caries
c. Leher
o Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
o Kelenjar getah benig : Tidak ada pembesaran
o Vena jungularis : Tidak ada pembesaran
d. Dada
o Jantung : Normal ( lup, dup )
o Paru-paru : Suara jernih( tidak ada wheezing, dan ronchi )
e. Payudara
o Pembesaran : Tidak ada
o Putting susu : Menonjol
o Benjolan : Tidak ada
o Simetris : Ya, kanan dan kir
o Nyeri : Tidak ada
o Pengeluaran : Tidak ada
37
f. Punggung dan pinggang
o Posisi punggung : Lordosis
o Nyeri ketuk : Tidak ada
g. Extremitas
o Oedema : Tidak ada
o Kekakuan otot : Tidak ada
o Kemerahan : Tidak ada
o Varises : Tidak ada
h. Abdomen
o Bekas luka operasi : Tidak ada
o Acites : Tidak ada
o Konsistensi : Kenyal
o Tumor : Tidak ada
o Pembesaran lien den limpha : Tidak ada
i. Anogenitalia
o Vulva dan vagina : Warna normal
o Oedema : Tidak ada
o Pengeluaran : Darah, bau khas
o Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
o Anus : Tidak ada hemoroid
o Inspekulo : Tidak di lakukan
o Periksa Dalam : Tidak di lakukan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hb : 10 gr%
Protein Urine : (-)
Glukosa Urine : (-)
b. USG : Tidak dilakukan
c. Papsmear : Tidak dilakukan
d. Dll : Tidak dilakukan
II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN
38
Diagnosa : Nn. R usia 18 tahun dengan Dismenorhea
Dasar :
Belum menikah
Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah saat haid hari-hari pertama.
Masalah : Nyeri
Dasar : Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah
Kebutuhan : Konseling tentang dismenorhea
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
TIDAK ADA
IV. TINDAKAN SEGERA
TIDAK ADA
V. PERENCANAAN
1. Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein, coklat, penyedap,
pengawet, pewarna dan berlemak tinggi
Rasional : Dengan menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam dsb maka fungsi
tubuh dapat berfungsi dengan baik sehingga keluhan-keluhan menjelang menstruasi dan saat
menstruasi dapat dihindari/ dikurangi.
2. Berikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12 1x/hari terutama saat
menstruasi.
Rasional : Dengan memberikan obat tambah darah maka kadar Hb bisa normal sehingga
pasokan nutrisi ke jaringan nterutama uterus dapat berlangsung baik terutama saat menstruasi.
3. Berikan analgetik
Rasional : Dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri sehingga pasien merasa
tidak nyeri lagi atau berkurang rasa nyerinya.
4. Anjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan yang tinggi vitamin.
Rasional : Dengan menganjurkan banyak minum air putih dan makan buah-buahan maka
kebutuhan oksidan cukup dalam mengatasi stress fisik,
sehingga pasien tidak merasa depresi.
5. Anjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan kompres air hangat.
Rasional : Dengan kompres air hangat maka dapat membantu mengurangi rasa nyeri sehingga
pasien tidak merasa nyeri lagi.
39
VI. PELAKSANAAN
1. Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein, coklat, penyedap,
pengawet, pewarna dan berlemak tinggi
2. Memberikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12 1x/hari terutama saat
menstruasi.
3. Memberikan analgetik 3x1 /hari.
4. Menganjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan yang tinggi vitamin.
5. Menganjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan kompres air hangat.
40
(TNI), Badan SAR Nasional (Basarnas), Palang Merah Indonesia (PMI), Perusahaan Air Minum
(PAM) Kementerian Dalam Negeri (kemendagri), Kementrian Kesehatan (Kemenkes),
Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan
Kementerian serta Badan lainnya. Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kespro (Kespro) Pada
Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana, merupakan pelayanan yang tak
terpisahkan dari pelayanan krisis lainya. PPAM Kespro menitik beratkan kepada pelayanan
kesehatan Ibu, Bayi, Anak Balita dan Perempuan yang dipastikan semakin rentan saat
krisis/bencana berlangsung.
D. Pengorganisasian Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Di Bawah Koordinasi Pusat
Penanggulangan Krisis, Depkes Pada Badan Penanggulangan Bencana
Berikut ini adalah struktur organisasi penanggulangan bencana berdasarkan UU no. 24 tahun
2007. Keberadaan tim siaga kesehatan reproduksi di tingkat pusat direkomendasikan berada
dibawah struktur dan koordinasi Pusat Penanggulangan Krisis Depkes di bawah struktur dari
Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana.
E. PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB PADA MASING–MASING BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
1. Upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada manajemen bencana ada pada
tingkat kabupaten/kota adalah tanggung jawab tim siaga kesehatan reproduksi bekerja
sama dengan dinas kesehatan kabupaten setempat.
2. Tanggung jawab upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada tingkatan
provinsi bersifat suportif dan rujukan (referal) kepada tim siaga kesehatan reproduksi
kabupaten/kota.
3. Tim siaga kesehatan reproduksi pusat bersifat suportif dan rujukan kepada tim
kesehatan reproduksi Provinsi.
F. Struktur Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Tim siaga Kesehatan Reproduksi terdiri dari beberapa bidang, dimana setiap bidang terdiri
dari koordinator dan anggota. Pemilihan koordinator maupun anggota tim sedapat
mungkin berdasarkan bidang kerja dan kemampuan dalam mengelola program kesehatan
reproduksi.
41
c. Rekomendasi anggota bidang Logistik
- Kesga
- TU dinkes
- IBI
- BKKBN daerah
- PMI
- Lain-lain
d. Rekomendasi anggota bidang Capacity Building
- Kesga
- IBI
- P2KP/P2KS/ POGI
- Anggota jejaring PPKtP
- Perguruan Tinggi
- Lain-lain
e. Rekomendasi bidang Promosi (KIE)
- Promkes
- IBI
- NGO/INGO
- PKK Kader
- BKKBN daerah
- Jejaring PPKtP
- Lain-lain
Catatan:
IBI selalu menjadi bagian rekomendasi pada setiap bidang.
Daftar anggota tersebut adalah bersifat rekomendasi dan penentuannya
disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah.
Proses koordinasi itu seperti melakukan orchestra yang membutuhkan rantai komando
(konduktor) dan komunikasi dengan semua pihak yang terlibat.
H. Mekanisme koordinasi bencana
UU no 24 tahun 2007 tentang manajemen penanggulangan bencana mengatur tentang
pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan
pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat propinsi dan kabupaten.
BNPB bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan bencana secara
umum yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat dan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
I. Mekanisme koordinasi penanggulangan bencana bidang kesehatan
Penanggulangan bencana di bidang kesehatan adalah menjadi tanggung jawab dari Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK) Kementerian Kesehatan dibawah koordinasi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana di tingkat pusat. Pusat Penanggungan Krisis Kesehatan telah
mendirikan 9 regional dan 2 sub regional untuk penanggulangan bencana di seluruh Indonesia.
Regional PPKK berfungsi sebagai unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat
dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan dan
berfungsi sebagai pusat pengendali bantuan kesehatan, pusat rujukan kesehatan dan pusat
informasi kesehatan.
42
Pusat Regional Penanganan Krisis Kesehatan berfungsi:
Sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan dan
penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;
fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat‐obatan);
Menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM kesehatan
yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan akibat bencana dan
krisis kesehatan lainnya;
Sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional
tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.
PPK di 9 regional dan 2 sub regional , terdiri dari :
1. Sumatera Utara, berpusat di Medan
Mencakup NAD, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Rian, dan Sumatera Barat. Sub Regional
Sumatera Barat : Padang
2. Sumatera Selatan, berpusat di Palembang Mencakup Sumatera Selatan, Jambi, Bangka
Belitung, dan Bengkulu
3. DKI Jakarta, berpusat di Jakarta Mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, dan
Kalimantan Barat
4. Jawa Tengah, berpusat di Semarang Mencakup Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
5. Jawa Timur, berpusat di Surabaya Mencakup seluruh kabupaten di Jawa Timur
6. Kalimantan Selatan, berpusat di Banjarmasin Mencakup Kalimantan Selatan, Banjramasin,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
7. Bali, berpusat di Denpasar Mencakup Bali, NTB, dan NTT
8. Sulawesi Utara, berpusat di Menado Mencakup Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara
9. Sulawesi Selatan, berpusat di Makasar Mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Sub Regional Papua dengan pusat di Jayapura dan mencakup
Papua dan Irian Jaya Barat Di tingkat pusat, PPKK bertanggung jawab untuk bidang kesehatan
secara umum dan berkoordinasi dengan sub direktorat Perlindungan Kespro di bawah Direktorat
Kesehatan Ibu. Di tingkat daerah, PPKK regional dan sub regional akan berkordinasi
dengan Dinas Kesehatan Propinsi atau Kabupaten.
3. Mekanisme koordinasi untuk PPAM
Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum Kespro pada saat bencana perlu dikoordinir oleh
seorang koordinator kespro. Koordinator ini berperan penting untuk memastikan ketersediaan
pelayanan dan menghindari kegiatan yang tidak efektif, efisien dan tumpang tindih. Akibat dari
ketiadaan koordinator kespro di lapangan dapat menyebabkan penghamburan sumber daya
manusia dan material yang tidak diperlukan. Contoh kasus: tidak adanya koordinator kespro
sesaat setelah gempa di salah satu daerah. Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan
yang seharusnya menolong kegawatdaruratan kebidanan berganti tugas mengarahkan mobil
parkir masuk karena banyaknya pasien yang masuk ke rumah sakit tersebut. Koordinator kespro
adalah ketua dari tim siaga kespro yang berada di bawah tim penanggulangan bencana bidang
kesehatan dan bertanggung jawab kepada koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di
setiap jenjang administrasi. Tim siaga kespro dibentuk di setiap provinsi dan kabupaten pada saat
pra bencana untuk menyusun dan melaksanakan rencana kesiapsiagaan serta melaksanakan
komponen PPAM kespro pada saat bencana. Tim siaga ini terdiri dari penanggung jawab
komponen kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan HIV, kesehatan maternal dan
neonatal serta logistik.
43
Prinsip Dasar
1. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
2. Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama penanganan kespro ada
pada tim kespro di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Apabila masalah kespro yang timbul tidak dapat tertangani, tim siaga kespro tingkat
Kabupaten/Kota melaporkan ke tim siaga kespro di tingkat Provinsi dan jika tidak tertangani, tim
siaga kespro di tingkat Provinsi akan melaporkan ke tim siaga kespro tingkat Pusat.
4. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kespro terintegrasi dengan tim penanggulangan bencana
bidang kesehatan.
5. Apabila tim siaga kespro tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi belum terbentuk, maka tanggung
jawab berada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi yaitu unit yang bertanggung jawab
untuk Kespro/Kesehatan Ibu dan Anak. Di tingkat Pusat, tim siaga kespro berada di bawah
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Subdirektorat Bina Perlindungan Kespro. Berdasarkan
mekanisme koordinasi PPAM yang telah dijelaskan di atas, maka tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kespro dalam kondisi darurat di lapangan harus berkoordinasi dengan
Koordinator Kespro yang berada di Dinas kesehatan tingkat propinsi ataupun di tingkat
kabupaten tempat dimana mereka bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
1. Hidayati, Ratna, Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta,
2009
2. Novita, Dyah, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, NUMED, Jogjakarta, 2009
3. Prawirohardjo, S., 2010, Ilmu Kebidanan, YBPSP. Jakarta
4. Varney, Helen dkk, Buku Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta
44
45