Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA


“Konsep Kependudukan Di Indonesia”
Dosen Pengampu :
Rahayu Budi Utami, S.Si.T, M.Kes.
TIM :
Eka Santi, M.Si
Hj. Tunut, M.Kes

KELOMPOK 1:
1. Anastasya Yessy
2. Tiara Rezeika

PRODI D-III KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dapat diselesaikan oleh
penulis berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen Asuhan Kependudukan dan KB serta teman teman.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya baik dari segi bahasa, pengolahan
maupun penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam penulisan yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, April 2014


Penulis

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Penduduk
2. Dinamika Penduduk
3. Faktor-Faktor Demografi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk
4. Transisi Penduduk
5. Masalah Kependudukan Di Indonesia

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat
dari hasil sensus penduduk yang semmakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan
tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh
penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk.
Dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia
menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India. Indonesia
merupakan negara yang sedang membangun dengan disertai masalah kependudukan yang
sangat serius, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan
yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan
hanya merupakan modal, tetapi juga merupakan beban dalam pembangunan.

Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan


masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas,
mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan dan aspek keluarga dan rumah
tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat
mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan yang
tepat pada sasaran.

Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih


tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur
penduduk. Progran kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan
dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik
antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan
jasa.
2.      RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini, demografi menitik beratkan perhatiannya terhadap hal utama yang dapat
diamati, yaitu :
a.      Pengertian penduduk
b.      Dinamika kependudukan
c.       Faktor-faktor demografik yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk
d.      Transisi demografik
e.      Masalah kependudukan di Indonesia

3.      TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk meenuhi tugas mata kuliah
Kependudukan dan KB pada jurusan DIII kebidanan semester IV.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN PENDUDUK


Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili
di dalam suatu wilayah negara (menetap), lahir secara turun temurun dan besar di negara
tersebut.

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua, yaitu :
1)      Orang yang tinggal di daerah tersebut
2)      Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lainorang
yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di Negara tersebut, misalnya bukti
kewarganegaraan.

Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah demografi. Istilah


demografi pertama kali dikemukakan oleh Achille Guillard. John Graunt adalah seorang
pedagang di London yang mnganalisis data kelahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan
yang berkaitan dalam proses pertubuhan penduduk. Sehingga John Graunt dianggap sebagai
bapak Demografi.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi
dan ruang tertentu. Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu demografi.
Berbagai aspek perilaku manusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi dan geografi.
Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit
ekonomi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial. Kependudukan atau demografi adalah
ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran,
struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk
masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti
pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
2.      DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu
terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan kependudukan.
Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi maupun karena
perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya. Perubahan alami tersebut
adalah karena kematian dan kelahiran. Sedangkan yang terkait dengan upaya pemenuhan
kebutuhan adalah migrasi atau perpindahan tempat tinggal.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk tersebut akan
berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk dan jenis kelamin
penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :
a.       Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai keadaan atau
perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam demografi terdiri dari
beberapa hal, yaitu :
         Jumlah penduduk
         Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan, agama,
pekerjaan dan lain-lain.
         Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.

b.      Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam pengukuran,
yaitu :
         Angka absolut
         Angka relatif
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah absolutnya yang tetap tinggi,
persoalan kependudukan di Indonesiameliputi persebaran serta kualitas penduduk dipandang
dari sudut sumber daya manusiasecara keseluruhan.

Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :


1)      Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
2)      Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan
datang.
3)      Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan lain
misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4)      Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik hal
yang menguntungkan maupun merugikan.

3.   FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFIK YANG MEMPENGARUHI LAJU


PERTUMBUHAN PENDUDUK

1) ANGKA KELAHIRAN ( FERTILITAS )


Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil
untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan.t tinggi
rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya
kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, serta pembangunan.
Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah:
1. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar adalah angka yang mrnunjukkan jumlah kelahiran pertahun di satu
tempat per seribu penduduk.
CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
CBR = L /P x 1.000
Keterangan:
         CBR = Crude birth Rate ( angka kelahiran kasar )
         L = jumlah kelahiran selama 1 tahun
         P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
         1.000 = konstanta
Kriteria angka kelahiran kasar (CBR) dibedakan menjadi tiga macam.
         Cbr <20, termasuk kriteria rendah
         Cbr antara 20-30, termasuk kriteria sedang
         Cbr >30, termasuk kriteria tinggi
2.      Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate / ASBR)
Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap
1.000 penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. Asbr dapat dihitung dengan rumus
berikut ini.
ASBR = Li / Pi x 1.000
Keterangan :
         ASBR = angka kelahiran khusus
         Li = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu
         Pi = jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun
         1.000 = konstanta
3.      Angka kelahiran umum (General fertility Rate / GFR)
Angka kalahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setian
1.000wanita yang berusia 15-49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.
GFR = L / W(15-49) x 1.000
Keterangan :
         GFR = angka kelahiran umum
         L = jumlah kelahiran selama satu tahun
         W(15-49) = jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
         1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran (natalitas) dipengaruhi oleh beberapa
faktor
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.
a.       Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1)   Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki
2)   Sifat alami manusia yang ingin malanjutkan keturunan
3)   Pernikahan usia dini(usia muda)
4)   Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan
anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan
berusaha untuk mempunyai anak laki-laki
5)   Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum
memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya mamiliki anak
b.      Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1)   Adanya program keluarga berencana (KB)
2)   Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan
3)   Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjangan anak bagi PNS
4)   Adanya UU perkawinan yang membatasi usia pernikahan
5)   Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karier
6)   Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

2) ANGKA KEMATIAN ( MORTALITAS )


Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka
kematian khusus, dan angka kematian bayi.
1.      Angka kematian kasar ( Crude Death Rate / CDR )
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000
penduduk dalam waktu satu tahun. CBR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini.
CDR = M /P x 1.000
Keterangan :
         CDR = angka kematian kasar
         M = jumlah kematian selama satu tahun
         P = jumlah penduduk pertengahan tahun
         1.000 = konstanta
Kriteria angka kematian kasar (CDR) dibedakan menjadi tiga macam:
         CDR <10, termasuk kriteria rendah
         CDR antara 10-20, termasuk kriteria sedang
         CDR >20, termasuk kriteria tinggi

2.      Angka kematian khusus ( Age Specific Death Rate / ASDR )


Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000
penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini.
ASDR = Mi / Pi x 1.000
Keterangan :
         ASDR = angka kematian khusus
         Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
         Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu
         1.000 = konstanta

3.      Angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate / IMR )


Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak
yang umurnya di bawah satu tahun ) setiap 1.000 kelahiranbayi hidup dalam satu tahun. IMR
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
IMR = (Db / Pb ) x 1000
Keterangan :
         IMR = angka kematian bayi
         Db = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
         Pb = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
         1.000 = konstanta
Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini:
         IMR <35, termasuk kriteria rendah
         IMR antara 35-75, termasuk kriteria sedang
         IMS antara 75-125, termasuk kriteria tinggi
         IMR >125, termasuk kriteria sangat tinggi
Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor pendukung dan faktor penghambat
a.       Faktor pendorong kematian ( promortalitas )
1)   Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya
2)   Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan sebagainya
3)   Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah
4)   Adanya peperangan , kecelakaan, dan sebagainya
5)   Tingkat pencermaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat
b.      Faktor penghambat kematian ( antimortalitas )
1)   Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik
2)   Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan
3)   Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai mecam penyakit dapat
diobati
4)   Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak
melakukantindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang
hal tersebut
3)   MIGRASI
Migrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk.
Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan teleh melakukan migrasi apabila
orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.
Jenis-jenis migrasi:
a.    Transmigrasi (perpindahan dari satu daerah(pulau) untuk menetap ke daerah lain di
dalam wilayah Republik Indonesia)
b.    Urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar )
c.    Emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri )
d.   Imigrasi (perpindahan penduduk dari luar negeri kemudian menetap di dalam negeri )
e.    Re-emigrasi ( kembali ke tempat asal )

1.    Migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan
bertujuan untuk menetap di wilayah yang di datangi
2.    Migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan
tujuan menetap di wilayah tujuan.
Migrasi keluar adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah asalnya , sedangkan
migrasi masuk adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan
tujuan untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa kriteria migran
diantaranya:
a.       Migran seumur hidup ( life time migrant )
b.      Migrant risen (recent migrant )
c.       Migran total (total migrant )

1.      Rasio ketergantungan


Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan
dengan usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni rasio
ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua.
Rasio ketergantungan merupakan indikator demografi yang sangat penting. Semakin
tingginya presentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus di
tanggung penduduk yang produkteif dan tidak produktif lagi. Sedangkan presentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang di
tanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi.
Ratio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum
produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif(65 tahun keatas) dengan
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
RKtotal = P(0-14) : P(65+) / P(15-64) x 100
RKmuda = P(0-14) / P(15-64) x 100
RKtua = P(65+) / P(15-64) x 100
Keterangan :
         RKtotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua
         RKmuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda
         RKtua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
         P(0-14) = jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
         P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
         P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64)

2.      Angka Perkawinan Umum


Angka perkawinan umum (APU) menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus kawin
terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan tahun untuk satu tahun
tertentu.
Konsep perkawinan lebih difokuskan kepada keadaan dimana seorang laki-laki dan
seorang perempuan hidup bersama dalam kurun waktu yang lama. Dalam hal ini hidup
bersama dapat dikukuhkan dengan perkawinan yang syah sesuai dengan UU atau peraturan
hukum yang ada (Perkawinan de jure) ataupun tanda pengesahan perkawinan (de jure).
Tetapi untuk keperluanstudi demografi, badan pusat statistik mendefisinikan seseorang
berstatus kawin apabila mereka terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan baik yang
tinggal bersama maupun terpisah yang menikah secara syah maupun yang hidup bersama
yang oleh masyarakat disekelilingnya dianggap syah sebagai suami istri (BPS,200). Indikator
perkawinan berguna bagi penentu kebujakan dan pelaksanaan program kependudukan
terutama dalam pengembangan program-program peningkatan kualitas keluarga dan
perencanaan keluarga.
3.      Pengaruh Program KB
Berikut ini dalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB)
beserta definisinya.
a.       Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49
tahun
b.      Pemakai alat atau cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah memakai alat atau
cara KB
c.       Pernah memakai alat atau cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah memakai
alat atau cara KB
d.      Pemakai alat atau cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang sedang memakai
alat atau cara KB
e.       Alat atau cara KB adalah alat atau cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran
Kebutuhan KB yang tidak di[penuhi (unment need) adalah presentase perempuan usia
subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya,
tetapi tidak memakai alat atau cara KB

4.      TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang besar. Perubahan
atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
A.    Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaan masih alami
tingkat kelahiran tinggi/tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga
kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian
penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).

B.     Pada keadaan II


Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan tegnologi,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin
membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan
semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian
menurun (akibat kesehatan dan lain-lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju
pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami Indonesia pada periode tahun 1970 sampai
1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
C.     Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka
sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya
tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk
menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk
Indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.

D.    Pada keadaan IV


Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah Indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi lain yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan. Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan
peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb.

Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya phase
2 dan 3 adalah phase transisi.

Tahap-tahap dalam transisi demografi


1.      Tahap stasioner tinggi
Tingkat kelahiran : tinggi
Tingkat kematian : tinggi
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : eropa abad 14
2.      Tahap awal perkembangan
Tingkat kelahiran : tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian : lambat menurun
Pertumbuhan alami : lambat
Contoh : india sebelim PD II
3.      Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran : menurun
Tingkat kematian : menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : cepat
Contoh : australia, selandia baru tahun ‘30an
4.      Tahap stasioner rendah
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : rendah
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : perancis sebelum PD II
5.      Tahap menurun
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : negatif
Contoh : jerman timur dan barat tahun ‘75

Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-
negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan
sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang
lebih karena pengaruh faktor-faktor lain seperti : peningkatan pemakaian kontrasepsi,
peningkatan perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan dll.

5.      MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Kependudukan indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang  cukup drastis dan
dari tahun ke tahun tidak selalu menunjukan trend peningkatan secara global di seluruh
indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah
kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi.

Masalah-masalah kependudukan di Indonesia dapat kita simpulkan yaitu:

a.       Jumlah penduduk besar


b.      Pertumbuhan penduduk cepat.
c.       Persebaran penduduk tidak merata.
d.      Kualitas penduduk rendah.
e.       Komposisi penduduk sebagian besar berusia muda.
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar bermanfaat dalam:

- Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.


- Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.

Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk besar yaitu
nomor 3 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:

  Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan


kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga
berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya
pemukiman kumuh.
 Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta
fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup
sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk
mengatasi masalah ini. Peran serta swasta yang telah dilakukan antara lain
pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit swasta dan lain-lain.

Cara mengatasi :

PHBK adalah pandangan, sikap dan perilaku yang responsif, rasional dan
bertanggung jawab terhadap pemecahan masalah kependudukan di suatu wilayah atau negara
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat yang adil, makmur, merata
dan berkualitas. Ciri-ciri PHBK adalah :

1. Peduli terhadap manusia dan kebutuhan hidupnya


2. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan ekonominya
3. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan agama
4. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan lingkingan hidup

Dalam operasionalnya PHBK yang harus dilakukan oleh seluruh penduduk mencakup 10
perilaku hidup, yaitu :

1. Penundaan Usia Perkawinan: laki-laki 25 tahun, perempuan 20 tahun


UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk satu rumah
tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera. Berdasarkan undang-undang tersebut
terlihat bahwa seseorang yang melangsungkan perkawinan harus mendapatkan kebahagiaan
dan kesejahteraan. Untuk mencapai itu, syarat minimal yang harus dimiliki oleh pasangan
suami istri adalah sehat dalam artian sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial
sehingga memungkinan keluarga tersebut dapat melakukan hal-hal yang produktif.
Kondisi sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial bagi pasangan suami istri diyakini
dicapai oleh laki-laki pada usia 25 tahun dan perempuan 20 tahun.

Dari sisi fertilitas, semakin dewasa seorang wanita melangsungkan perkawinan maka
kesempatan untuk hamil dan melahirkan akan semakin pendek, sebaliknya semakin muda
seorang perempuan melangsungkan perkawinan maka akan semakin panjang bagi perempuan
untuk dapat hamil dan melahirkan.
Pendewasaan usia perkawinan harus terus digelorakan kepada penduduk khususnya
perempuan, karena perkawinan muda masih banyak terjadi.
Memiliki 2 anak lebih baik

Salah satu fungsi perkawinan adalah untuk meneruskan keturunan. Dalam


pelaksanaannya fungsi tersebut harus bisa dikontrol dengan baik, dalam artian pasangan
suami istri harus betul-betul dapat merencanakan berapa jumlah anak yang dinginkan sesuai
dengan kemampuannya. Dalam merencanakan berapa jumlah anak, secara teori dapat dilihat
dari sisi apa pasangan suami istri menilai tentang anak, yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :

  Anak dilihat dari sisi pembiayaan (cost) yang harus dikeluarkan

Bila pasangan suami istri menilai kepemilikan anak dari sisi pembiayaan yang harus
dikeluarkan, ada kecenderungan pasangan suami istri untuk memiliki anak sedikit.

   1. Anak dinilai sebagai investasi untuk masa depan


Bila anak dinilai sebagai investasi masa depan tempat di mana anak akan dijadikan
tempat berlindung pada saat pasangan memasuki hari tua, biasanya ada kecenderungan
pasangan suami istri untuk mempunyai anak banyak. Sering terlontar dari ucapan seorang ibu
pada anakanya “nak, kalau sudah tua aku tinggal keliling ke rumah anak, satu bulan di kamu,
satu bulan di adikmu satu bulan di kakakmu dan seterusnya”. Ucapan ini tentu
mengindikasikan bahwa anak dijadikan sebagai investasi orang tua di masa depan.
Untuk melihat berapa sebaiknya jumlah anak dimiliki oleh pasangan suami istri, sebaiknya
kepada para keluarga disosialisakan tentang Reproduksi Sehat.

Melalui pola reproduksi sehat dapat diketahui bahwa umur yang paling aman untuk
melahirkan adalah pada saat perempuan berusia 20-30 tahun dengan jarak melahirkan yang
paling bagus adalah 5 tahun. Dengan pola tersebut maka pasangan suami istri akan
mempunyai anak sesuai dengan program yang dilaksanakan pemerintah mempunyai 2 anak
lebih baik.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian pada Rumah-rumah Sakit Pendidikan di Indonesia


sekitar tahun 1980-1981 dapat disimpulkan, antara lain : 1). resiko melahirkan dua anak saja
relatif lebih kecil dari pada melahirkan anak lebih dari dua; 2). jarak antara tiap kehamilan
yang dianggap cukup aman adalah 3 sampai 4 tahun; 3). usia terbaik danpaling aman bagi ibu
untuk melahirkan ialah 20 s.d 30 tahun; dan 4). resikofbahaya kematian perinatal (bayi lahir)
sangat kecil bila ibu melahirkan pada usia antara 20 sampai 30 tahun (PKMI, 1992).

Penelitian Surapaty dan Prayitno, 1995 menyebutkan resiko kematian maternal di


Sumatera Selatan dan Jawa Timur lebih tinggi pada mereka yang tidak ikut KB. Penelitian
Setiawan dan Dasuki (1995) menyebutkan bahwa kehamilan pada usia remajamemberikan
tambahan resiko terjadinya BBLR 4 kali, dibandingkan dengan kehamilan pada usia
reproduksi sehat (Setiawan dan Dasuki, 1995). Sedangkan hasil penelitian Sangian dan Rattu
di RSUP Manado pada tahun 1997 menyebutkan bahwa secara keseluruhan penyulit
kehamilan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun (primi muda) lebih tinggi
dibandingkan primi usia reproduksi sehat pada usia 20 – 30 tahun

2. Mengatur Jarak Kelahiran


Dalam pola reproduksi sehat dijelaskan, disamping pasangan suami istri diupayakan
untuk mempunyai anak 2 orang saja, juga harus diupayakan agar jarak kelahiran anak yang
satu dengan anak yang lainnya dapat diatur dengan baik, kalau memungkinkan 5 tahun.Graef
dkk (1996) mengemukakan bahwa makin muda atau makin tua usia ibu, maka makin tinggi
resiko ibu beserta anaknya. Bila seorang ibu telah melahirkan lebih dari empat orang anak,
maka resiko bagi ibu dan anaknya makin besar pada setiap kel2hiran berikutnya. Meskipun
demikian, resiko tertinggi ada pada kelahiran yangberjarak kurang dari 2 tahun. Pendapat
Graef dkk., ini didukung oleh temuanUnited Stated Agency for International Development
(USAID) yang menyebutkan bahwa angka mortalitas bayi yang mempunyai jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun menunjukkan 71 % lebih tinggi dibandingkan yang berjarak dua sampai
tiga tahun (Graef dkk., 1996).

3. Menggunakan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kelahiran. Banyak cara


kontrasepsi yang dapat dipakai oleh pasangan suami istri, baik yang bersifat hormonal,
seperti suntik KB, pil, implan maupun yang bersifat non hormonal seperti IUD, Kondom
maupun media operasi. Setiap kontrasepsi yang dipakai apapun jenisnya mempunyai
keefektifan dalam mencegah kehamilan.

5. Meningkatkan usaha ekonomi keluarga

Salah satu fungsi keluarga yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga adalah fungsi
ekonomi. Dalam hal ini kepada para istri dapat diberi peluang untuk melakukan usaha
ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga. Untuk kepentingan ini
sejak dekade tahun 1980-an BKKBN telah mengembangkan program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), di mana kepada keluarga-keluarga diberikan
peluang untuk dapat melakukan usaha dengan pemberian bantuan modal dan bimbingan
usaha bekerjasama dengan sektor-sektor terkait.

6. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Salah satu permasalahan kualitas penduduk Indonesia saat ini adalah masih tinggi
angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan, yaitu masih berkisar 228/100.000 kelahiran
hidup. Salah satu upaya untuk menekan angka kematian ibu adalah melalui persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan,
seperti dukun bayi masih cukup tinggi, yaitu sekitar 24 %.  Untuk Sumatera Selatan
persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan (dukun) lebih tinggi dari angka nasional,
yaitu sekitar 28,6 %. Dalam upaya mencapai derajat kesehatan ibu perlu terus disosialisasikan
tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

7. Melaporkan setiap kelahiran, kematian, dan perpindahan

Untuk kepentingan perencanaan program pembangunan data merupakan hal yang


sangat vital. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data registrasi vital yang
akurat sehingga bisa dimanfaatkan dalam perencanaan program pembangunan yang tepat
guna dan berhasil guna, masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran tertib administrasi
kependudukan, artinya melaporkan setiap kejadian vital (kelahiran, kematian dan
perpindahan penduduk) kepada petugas. Hasil uji coba kegiatan PHBK yang dilakukan di 4
propinsi terpilih yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bali, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat
pada umumnya masalah pelaporan kelahiran menjadi hal yang patut menjadi perhatian.

Perlu kerjasama yang dikembangkan oleh petugas terkait dengan tertib adminstrasi,
masyarakat perlu difasilitasi dalam membiasakan diri melaporkan kejadian vital, seperti
untuk pembuatan akta kelahiran. Bidan atau siapapun yang menolong persalinan harus
berupaya memberi bantuan masyarakat untuk mendapatkan akte kelahiran anaknya. Begitu
tenaga kesehatan menolong persalinan mungkin bisa langsung membantu masyarakat untuk
melaporkan persalinannya melalui surat keterangan lahir kepada petugas kelurahan untuk
selanjutnya diproses di Kecamatan dan Kantor Catatan Sipil.

8. Keluarga ramah anak dan lingkungan

Dalam upaya menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera perlu diciptakan
hubungan yang serasi dan selaras antar anggota keluarga. Orang tua diharapkan dapat
menciptakan kelyarga ramah anak, antara lain melalui pemberian penghargaan kepada anak
(misalnya mengucapkan terima kasih apabila ditolong anak), peduli terhadap kebutuhan anak.
Disamping menciptakan keluarga ramah anak, setiap keluarga juga harus menciptakan
keluarga ramah lingkungan. Keluarga harus menciptakan hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini patut disadari karena manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. 

9. Keluarga berkarakter (sosial, budaya, agama)

Pola kehidupan modern saat ini telah berdampak pada karakter anak bangsa. Pengaruh
negatif globalisasi menimbulkan masyarakat Indonesia kini mulai banyak yang bersifat
individualistis, budaya bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan sifat
gotong royong kini mulai bergeser menjadi pola hidup yang keras. Banyak permasalahan
yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan berakhir dengan tindakan kekerasan dan anarkis,
seperti penganiayaan bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan pembunuhan. Kondisi
tersebut diperparah dengan buruknya tingkat perekonomian masyarakat dan semakin sulitnya
hidup serta kerasnya tingkat pesaingan. Nilai-nilai agama banyak yang dilanggar. Sebagian
masyarakat banyak yang sudah tidak malu lagi tatkala berbuat kesalahan.

Untuk menciptakan keluarga berkarakter, sudah saatnya keluarga menjalankan fungsi


sosial budaya artinya keluarga harus mempunyai filter atau penyaring terhadap budaya, nilai
dan moral yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Saat ini kita merindukan kembali
bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan kegotongroyongannya.

10. Keluarga peduli pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi bagi seseorang untuk dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak baik. Malalui pendidikan yang diberikan oleh kepala keluarga
kepada anggota keluarganya diharapkan SDM Indonesia dapat terus ditingkatkan sehingga
dapat bersaing baik secara regional maupun internasional. Saat ini keprihatinan melanda
bangsa Indonesia. Penilaian IPM yang dikeluarkan oleh UNDP telah menempatkan SDM
Indonesia berada pada urutan ke 124 dari 187 negara.

Untuk dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anggota keluarganya, setiap
keluarga harus mempunyai kemampuan ekonomi yang mumpuni. Perencanaan jumlah anak
yang dimiliki akan sangat membantu keluarga dalam meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat. 

Akhirnya kita berharap 10 butir PHBK ini dapat dilakukan seluruh penduduk dengan
segenap kesadaran. Butir-butir PHBK semoga bukan hanya slogan saja tetapi dapat menjadi
Life Style atau gaya hidup keluarga di Indonesia, sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi
bangsa yang kuat, mandiri dan maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Penyebab  :
Salah satu penyebab Permasalahan Kependudukan Akibat Kurangnya Kepedulian
Terhadap Program KB
Kurangnya pergerakan pemerintah pada program KB menyebabkan permasalahan penduduk
yang kompleks dan kualitas penduduk Indonesia tetap rendah. 

Selama ini, masalah kependudukan boleh dikatakan masih kurang mendapat perhatian
dari masyarakat maupun tokoh-tokoh masyarakat. Memang pada saat ini sebagian besar
orang pada umumnya sudah tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol
kelahiran, tetapi masih kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya dan dianggap
sebagai hal yang tidak penting. Sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang
penting karena sebenarnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan norma
agama. 

Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Masalah ini sudah bisa diatasi dengan
baik apabila sejak dulu sudah ada pergerakan yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah
maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Dahulu masih banyak orang
yang menentang program KB dan kalaupun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya
mereka masih tidak mau melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah
pun tidak ada kesadaran akan masalah ini padahal pada saat itu jumlah penduduk Indonesia
masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang sungguh-
sungguh tentunya tidak perlu penduduk Indonesia meledak seperti sekarang ini.

Tingkat kematian menurun dengan cukup drastis sedangkan tingkat kelahiran tetap
bertambah, maka ruang kehidupan bumi kita semakin sempit dan semakin sulit memenuhi
kebutuhan pangan karena tingkat pertumbuhan penduduk dunia yang sekitar 1,2 persen per
tahun. Jumlah lahan ini pun semakin hari semakin berkurang karena semakin meningkatnya
kebutuhan akan perumahan. 

Pada saat ini tidak perlu sampai ada pertempuran antar negara untuk memperebutkan sumber
makanan seperti yang terjadi pada suku-suku primitif, tetapi persaingan antar individu untuk
memperebutkan sumber makanan yaitu pekerjaan.

Apabila tidak mendapatkan pekerjaan mereka akan menjadi pengangguran, sulit untuk
mendapatkan makanan dan tempat tinggal, dan kemiskinan terjadi dimana-mana. Mereka
yang tidak mendapatkan tempat yang layak terpaksa mencari tempat yang kurang layak, yang
tidak mendapatkan yang kurang layak terpaksa mencari yang tidak layak. Dan dari hari ke
hari semakin besar jumlahnya. Ini tentu pada akhirnya menimbulkan berbagai macam
masalah sosial yang susah untuk diatasi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Masalah kependudukan adalah masalah yang paling penting dalam pembangunan


suatu negara karena dapat menghambat pembangunan nasional yang sedang dialksanakan.
Dengan persebaran penduduk yang lebih merata dimaksudkan untuk membantu mengurangi
berbagai beban sosial, ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan akibat tekanan kepadatan
penduduk yang semakin meningkat. Di samping itu persebaran penduduk yang lebih merata
juga dimaksudkan untuk membuka dan mengembangkan wilayah baru guna memperluas
lapangan kerja dan memanfaatkan sember daya alam sehingga berhasil guna. Jumlah
penduduk yang lebih sedikit akan mempermudah pemerintah untuk meningkatkan derajat
hdup, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan demikian hasil
pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di wilayah yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

1. Biran Afandi, Kontrasepsi, Keluarga Berencana, Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, 1991
2. BKKBN, Gerakan keluarga Berencana Nasional, Jakarta, 1998
3. BKKBN, Kependudukan KB dan KIA, Bandung Balai Litbang, 1999

Anda mungkin juga menyukai