Anda di halaman 1dari 7

PUZZLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF

MATA PELAJARAN IPS BAGI GURU-GURU SD/MI DI


KEBUMEN

Antari Ayuning Arsi, dkk

Fakultas Ilmu Sosial UNNES

Abstrak
Proses belajar mengajar IPS di sekolah umumnya dianggap tidak menarik,
akibatnya banyak anak-anak sekolah yang kurang tertarik untuk mendalami mata
pelajaran IPS. Selain itu memang ada anggapan bahwa mata pelajaran IPS tidak
begitu penting sehingga siswa dalam proses belajar mengajar tidak begitu serius
dalam mengikutinya. Beberapa indikator yang menunjukan bahwa mata pelajaran
IPS tidak menarik atau penting adalah nilai-nilai pelajaran IPS tidak begitu tinggi,
serta program Ilmu Sosial di SMA dianggap sebagai program nomor dua setelah
Ilmu Alam. Oleh karena itu untuk mempercepat pemahaman serta menghindarkan
pemahaman yang keliru diperlukan pendekatan-pendekatan dan media-media
pembelajaran yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan kejiwaan peserta
didik. Pendekatan yang dianjurkan dalam KTSP adalah pendekatan kontekstual
termasuk dalam media pembelajarannya. Media pembelajaran tidak hanya
mencakup media elektronik melainkan bisa berupa media sederhana yang bisa
disiapkan oleh guru. Salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan adalah
media puzzle. Dalam pelatihan penggunaan media puzzle dalam pembelajaran
IPS di SDN Tambakrejo Kebumen, hadir 35 pseserta dari 40 peserta yang
mendaftar. Peserta meyakini bahwa media puzzle bersifat sederhana, mudah
dibuat dan digunakan serta dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar
IPS.

Kata kunci: media, puzle, belajar mengajar.

PENDAHULUAN yang unggul dan mempunyai daya saing


tinggi.
Pendidikan di Indonesia sekarang sedang Harapan untuk mendapatkan manusia
menghadapi tantangan yang hebat. Tuntutan Indonesia yang unggul melalui pendidikan
untuk mengembangkan sumber daya manusia ternyata mendapat kendala yang tidak ringan.
melalui pendidikan mutlak harus dilakukan. Salah satu kendala tersebut disebabkan kurang
Hal ini wajar sesuai dengan tuntutan jaman kreatifitasnya guru-guru dalam melaksanakan
agar kita mampu bersaing dengan bangsa lain pembelajaran, termasuk dalam membuat dan
di dunia. Presiden RI Susilo Bambang memanfaatkan media-media pembelajaran
Yudoyono pernah menyampaikan dalam suatu yang sederhana tetapi inovatif. Media
kesempatan bahwa kita harus menjadi bangsa pembelajaran yang inovatif saat ini telah
banyak diproduksi secara massal dan dijual di model pembelajaran untuk menjembatani
berbagai toko. Namun tidak semua sekolah kesenjangan antara alam pikiran peserta didik
mampu menyediakan anggaran untuk dengan alam kenyataan.
melengkapi fasilitas sekolah dengan media Dengan menggunakan media yang tepat
inovatif yang diproduksi pabrik. Apalagi akan tercipta suasana belajar yang tenang dan
sekolah-sekolah yang termasuk daerah menyenangkan (enjoyable learning) yang akan
pinggiran, tidak akan mampu menyediakan mendorong proses pembelajaran yang aktif,
anggaran untuk membeli media inovatif. Oleh keratif, efektif dan bermakna. Dengan kondisi
sebab itu guru harus mempunyai kreatifitas proses belajar yang demikian akan mampu
untuk membuat sendiri media inovatif tersebut. menimbulkan kesadaran pada peserta didik
Salah satu media yang dapat dibuat oleh guru untuk belajar mengetahui (learning to know),
sendiri adalah Puzzle, yang sekaligus dapat belajar berkarya (learning to do), belajar
digunakan sebagai media permainan menjadi diri sendiri (learning to be) dan
kelompok. belajar untuk hidup bersama orang lain secara
Dalam pembelajaran di sekolah dasar, harmonis (learning to live together). Oleh
permainan merupakan salah satu media yang karena itu setiap saat guru-guru SD harus
tidak dapat diabaikan keberadaanya. Hal ini selalu meningkatkan mutu pembelajaran
karena anak usia sekolah dasar masih (effective teaching) untuk semua mata
mempunyai ketertarikan yang besar dengan pelajaran, termasuk pelajaran IPS Terpadu.
permainan sesuai dengan kematangan jiwanya Mencermati kondisi SD/MI di Kebumen
sehingga dapat belajar sambil bermain sebagian besar berupa sekolah negeri,
(playing by learning). Penggunaan media sedangkan untuk MI sebagaian besar dikelola
pembelajaran dalam proses belajar mengajar oleh yayasan swasta. Hal ini tentu saja
akan mampu menciptakan pembelajaran yang mempengaruhi motivasi guru dalam
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melaksanakan proses belajar mengajar dan
(PAKEM) (Mulyasa, 2006: 35). Bahan berimbas kepada motivasi belajar para
pelajaran yang disampaikan bersama dengan siswanya.
media pembelajaran menjadikan peserta didik Mencermati kondisi demikian kami
seolah-olah bermain sehingga dalam proses berhasil mengidentifikasi beberapa hal yang
belajar lebih menyenangkan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian berbagai pihak yaitu
media pembelajaran merupakan salah satu : 1). Rendahnya motivasi guru untuk membuat
komponen penting dalam proses belajar dan menggunakan media pembelajaran yang
mengajar, agar terhindar dari verbalisme. masih jarang digunakan di sekolah-sekolah
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi dalam proses belajar mengajar; 2). Kreatifitas
oleh banyak faktor. Di antara faktor yang guru untuk membuat media-media
mempengaruhi proses belajar siswa adalah pembelajaran sendiri rendah. Mereka
verbalisme, kekacauan makna, kegemaran umumnya tidak berusaha untuk membuat
berangan-angan, persepsi yang tidak tepat media pembelajaran sendiri apabila di sekolah
(Wibawa, 1993: 1). Verbalisme terjadi apabila tidak disediakan; 3). Kurangnya pihak-pihak
guru dalam proses pembelajarannya terlalu yang memberi motivasi bagi guru untuk
banyak menggunakan kata-kata, terlebih bila mengembangkan proses belajar mengajar
kata-kata yang digunakan terasa asing bagi dengan media tertentu yang masih jarang
peserta didik yang akan berakibat salah tafsir dilakukan di sekolah; 4). Guru kesulitan
atau kerancuan makna. Makna yang keliru membuat dan memanfaatkan media
tentang suatu konsep akan dibawa oleh peserta pembelajaran yang terasa masih asing atau
didik dalam waktu yang lama. Disinilah jarang diterapkan; dan 5). Kurangnya
peranan media pembelajaran, baik media komunikasi antara guru atau perkumpulan
sebagai suatu alat maupun media sebagai guru (MGMP/MGS) dengan almamater atau
Lembaga Kependikan Tenaga Kependidikan hanya 35 guru. Dari 35 guru tersebut
(LPTK) tempat mereka berasal. diharapkan akan dapat menyebarluaskan hasil
Dengan identifikasi ini maka dalam pelatihan kepada rekan-rekan guru lain pada
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dapat saat pertemuan PKG. Namun tidak menutup
dirumuskan permasalahan untuk ikut serta kemungkinan Tim PPM UNNES bisa
membantu memecahkan masalah yang terjadi, mengadakan kegiatan sejenis untuk tahap
sebagai berikut : 1). Bagaimana menyiapkan kedua bagi guru yang belum mengikuti
guru-guru IPS SD/MI untuk membiasakan diri pelatihan.
menggunakan media pembelajaran yang Guru guru Mata Pelajaran IPS SD/MI
inovatif ? 2). Bagaimana memotivasi guru- dipandang perlu mendapatkan pelatihan agar
guru IPS SD/MI agar mau dan berusaha proses belajar mengajar lebih menarik
menggunakan media Puzzle sebagai variasi sehingga daya serap siswa terhadap materi
dalam proses pembelajaran di kelas ? 3). pelajaran pun semakin baik. Terlebih lagi
Bagaimana menyiapkan guru-guru IPS SD/MI Kelas VI merupakan kelas terakhir yang akan
untuk dapat membuat media pembelajaran menempuh ujian. Selain kelulusan yang
berupa media Puzzle sesuai dengan pokok diharapkan, langkah berikutnya adalah
bahasan yang telah ditentukan ? melanjutkan pendidikan ke SMP/Mts. Kami
Kegiatan Pelatihan Pengembangan berkeyakinan bahwa pelatihan untuk guru-
Pembelajaran IPS Yang Inovatif Dengan guru IPS Kelas VI SD/MI sangat penting.
Media Kartu Belajar Bagi Guru-Guru SD/MI Terlebih bila dilihat bahwa SD/MI di
di Kebumen ini adalah :1). Mempercepat Kabupaten Kebumen berada dalam kategori
pemahaman siswa SD/MI terhadap pelajaran sekolah pinggiran baik dari kualitas
IPS ; 2). Dengan media Puzzle diharapkan pendidikannya maupun input siswanya. Oleh
proses belajar mengajar IPS lebih menarik dan karena itu perlu perhatian dan bantuan dari
menyenangkan baik bagi siswa maupun guru; semua pihak yang peduli pendidikan, termasuk
3). Memperoleh media pembelajaran yang kalangan Perguruan Tinggi.
baru dalam proses pembelajaran IPS SD/MI di Kegiatan Pelatihan ini dilaksanakan
Kebumen dengan metode seminar dan lokakarya (in
Kegiatan pelatihan ini diharapkan house training). Pelaksanaan metode ini secara
bermanfaat bagi siswa SD/MI khususnya, serta terperinci dibagi menjadi beberapa kegiatan
bermanfaat bagi guru IPS, kepala sekolah, yaitu :
dosen LPTK dan SD/MI di Kebumen maupun 1. Presentasi tentang pentingnya proses
UNNES sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga belajar mengajar aktif, inovatif, kreatif,
Kependidikan (LPTK) yang menghasilkan efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
guru-guru sekolah termasuk guru IPS. bagi guru maupun siswa.
2. Sosialisasi dan Diskusi Pengembangan
METODE Pembelajaran dengan menggunakan
Untuk mengatasi permasalahan yang telah media Puzzle dalam proses belajar
dirumuskan kami menyusun strategi dan mengajar.
langkah-langkah yang realistis. Guru-guru 3. Pelatihan Penerapan media Puzzle dalam
SD/MI di Kebumen diharapkan dapat proses belajar mengajar IPS
mengikuti tahap-tahap kegiatan yang kami 4. Pelatihan pembuatan media Puzzle
rencanakan. Dengan demikian maka pelatihan berdasarkan pokok bahasan mata
akan berhasil dan bermakna bagi kepentingan pelajaran IPS yang telah ditentukan.
siswa. 5. Pendampingan dan evaluasi kegiatan
Sasaran pelatihan adalah guru-guru Mata pelatihan pengembangan pembelajaran
Pelajaran IPS SD/MI di Kabupaten Kebumen. dengan penggunaan media Puzzle baik
Tim PPM menargetkan sebanyak 40 guru oleh tim PPM maupun oleh Kepala
untuk mengikuti pelatihan, tetapi yang hadir Sekolah.
Kegiatan semiloka sehari direncanakan untuk mempraktekkan permainan puzzle,
dilaksanakan sekitar bulan Juni - September seperti yang akan dilakukan peserta didik
2009 atau pada awal tahun ajaran baru dalam proses pembelajaran yang
2009/2010. Tempat kegiatan menyesuaikan sesungguhnya.
dengan saran dan rekomendasi dari pemegang Untuk menilai keberhasilan kegiatan
kebijakkan pendidikan di Kabupaten maka akan diadakan evaluasi. Evaluasi
Kebumen. dilakukan dengan cara menilai proses kegiatan
Langkah dan usaha yang dilakukan untuk dan hasil kegiatan. Proses kegiatan dinilai baik
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi apabila dilaksanakan sesuai dengan rencana
oleh guru-guru IPS SD/MI berkaitan dengan yang telah disusun Tim PPM dengan tahapan-
pembuatan dan penarapan metode permainan tahapan yang dirumuskan.
Kartu Belajar adalah : Penilaian hasil dilakukan berdasarkan dua
1. Memberikan pengetahuan kepada guru- hal yaitu tingkat kehadiran guru dalam
guru IPS SD/MI di Kecamatan pelatihan dan kemampuan guru-guru bidang
Buluspesantren kebumen tentang hal-hal studi IPS dalam mengembangkan
yang berkaitan dengan pentingnya pembelajaran menggunakan media kartu
penggunaan media dan metode yang belajar serta kemampuan guru membuat kartu
kreatif dalam proses pembelajaran di belajar sendiri. Kegiatan dianggap memenuhi
sekolah. Media pembelajaran tidak hanya syarat apabila 80 % hadir dalam pelatihan serta
berupa media-media modern, tetapi juga mampu menggunakan media kartu belajar
media-media sederhana yang terdapat di dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu
lingkungan peserta didik. Sedangkan guru juga akan dilihat kemampuannya dalam
pendekatan-pendekatan maupun metode membuat media kartu belajar sesuai dengan
pembelajaran dapat dilakukan sesuai pokok bahasan yang ditentukan.
dengan kematangan dan tingkat kelas. Evaluasi akan dilakukan bersama antara
Selain itu juga disampaikan hal-hal yang Tim PPM UNNES dengan peserta pelatihan.
berkaitan dengan puzzle dari persiapan Tujuannya agar tim PPM maupun peserta
pemilihan topik bahasan, sampai tahap mengetahui efektifitas kegiatan pelatihan yang
pembuatan puzzle. dilakukan. Bila ternyata belum maksimal maka
2. Diberikan penugasan yang perlu akan diperbaiki dalam kegiatan lain.
dilakukan oleh guru-guru SD/MI di
Kecamatan Buluspesantren Kebumen HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai peserta pelatihan. Penugasan ini Hasil Kegiatan
berupa pembuatan puzzle. Kegiatan ini
dilakukan setelah kegiatan diskusi Hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat ini
berlangsung. secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu
3. Pada tahap penugasan dibahas bersama berupa kehadiran, ketekunan serta hasil berupa
dalam forum diskusi. Pada saat inilah puzzle serta praktek penerapan dari peserta.
banyak ditemukan kendala-kendala yang 1. Kehadiran Peserta
dihadapi oleh guru-guru dalam membuat a. Peserta yang mendaftar melalui Dinas
puzzle. Kendala tersebut selama ini sulit Pendidikan Kecamatan dalam kegiatan
diselesaikan tetapi dengan berdiskusi pelatihan ini sebanyak 40 orang dari
dengan peserta lain dan tim pelatih maka guru-guru SD/MI di Kecamatan
kendala tersebut bisa diatasi dengan baik. Buluspesantren. Dalam kegiatan yang
4. Penugasan berikutnya yaitu praktek dilaksanakan pada Selasa, 18 Agustus
penerapan metode pernggunaan puzzle 2009 yang hadir sebanyak 35 peserta.
dalam proses pembelajaran dalam bentuk Tidak semua peserta hadir dikarena
diskusi kecil. Peserta dibagi menjadi 6 pada saat pelatihan ada beberapa guru
kelompok selanjutnya setiap kelompok mendapat tugas lain dari sekolah.
Tetapi para kepala sekolah kegiatan dialog / tanya jawab, banyak
menganggap bahwa pelatihan ini pertanyaan dari peserta seputar
sangat penting sehingga pembelajaran sejarah dengan metode
mengikutsertakan guru-guru selain permainan puzzle yang dikaitkan
kelas III dalam kegiatan ini. Selain itu dengan peningkatan kualitas proses
media puzzle dapat diterapkan pada pengajaran dan kualitas hasil
pembelajaran di semua mata pelajaran pembelajaran.
sehingga guru-guru lain antusias untuk c. Berdasarkan pantauan tim pelatihan,
mengikuti kegiatan. setelah diberi pelatihan guru-guru yang
b. Tingkat kehadiran peserta pada menjadi peserta pelatihan dibagi
pertemuan semiloka hari Selasa, 18 menjadi 6 kelompok. Masing-masing
Agustus 2009 peserta yang hadir kelompok diberi tugas membuat puzzle
adalah 35 orang dari 40 peserta yang yang dibuat untuk pembelajaran IPS
mendaftar mewakili sekolah. Ini SD/MI Kelas III. Setelah selesai
berarti tingkat kehadiran mencapai peserta berdasarkan kelompoknya
87,5 %. Peserta pelatihan berasal dari mempraktekkan pelaksanaan
SD/MI di Kecamatan Buluspesantren permainan puzzle tersebut.
Kebumen. Kegiatan pelatihan ini juga
dihadiri oleh Ketua K3S SD/MI Pembahasan
Kecamatan Buluspesantren, Kepala
Sekolah dari beberapa SD yang turut Secara umum kegiatan pelatihan ini
memantau pelaksanan kegiatan berjalan lancar, secara kuantitatif seluruh
pelatihan ini dari awal sampai dengan peserta yang yang diundang datang mengikuti
selesainya acara ini. kegiatan, bahkan melebihi dari perhitungan
dalam rencana. Bahkan beberapa sekolah
2. Ketekunan Peserta mengirimkan lebih dari 4 orang peserta.
Mengenai ketekunan peserta dalam Walaupun demikian bukan berarti bahwa
pelatihan ini secara garis besar dapat kegiatan pelatihan ini terlepas sama sekali dari
dijelaskan sebagai berikut : kekurangan. Keberhasilan dan kekurangan
a. Selama diadakan kegiatan pada tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang
pelatihan peserta nampak antusias dan mendukung maupun yang menghambat
aktif mengikuti kegiatan. Mereka kegiatan pelatihan ini. Untuk melihat hal-hal
dengan sungguh-sungguh mengikuti apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
kegiatan yang baginya merupakan hal apa saja yang menjadi faktor penghambat,
baru. Hal-hal yang disampaikan oleh berikut diuraikan kedua faktor tersebut.
penyaji ditanggapi secara aktif dengan 1. Faktor Penghambat
tanya-jawab dan berdiskusi. Secara Faktor penghambat dalam
umum para guru mengakui bahwa pelaksanaan pelatihan ini antara lain:
kegiatan pelatihan penggunaan media a. Guru-guru IPS SD/MI di Kecamatan
puzle dalam pembelajaran IPS tidak Buluspesantren yang menjadi peserta
pernah diikuti. Oleh karena itu mereka pelatihan pada umumnya mengeluhkan
mengikuti kegiatan dengan tekun dan tentang keluasan materi IPS di SD/MI
serius. dan sempitnya alokasi waktu yang
b. Selama dilaksanakan ceramah dan disediakan, sehingga mereka kesulitan
diskusi, peserta amat responsif dan dalam merencanakan pembelajaran
aktif mengikuti kegiatan. Mereka yang inovatif.
dengan sungguh-sungguh dan penuh b. Para peserta masih terpaku pada
perhatian memperhatikan hal-hal yang pembelajaran IPS konvensional yang
disampaikan oleh penyaji. Pada menekankan pada hafalan. Hal ini
terlihat pada pertanyaan maupun SIMPULAN DAN SARAN
tanggapan yang disampaikan
menghendaki diberikannya cara-cara Sesuai dengan tujuan pengabdian pada
yang efektif agar peserta didik mudah masyarakat ini, yaitu memberi motivasi
menghafal materi. kepada guru-guru IPS SD/MI di Kecamatan
c. Waktu yang dialokasikan masih dirasa Buluspesantren akan pentingnya penggunaan
kurang, sehingga tidak semua peserta media puzzle dalam pembelajaran serta
mendapat kesempatan untuk mendorong tumbuhnya kreativitas guru untuk
memperoleh pembahasan atas tugas- membuat dan memanfaatkan media
tugas yang telah mereka buat selama pembelajaran sesuai dengan karakter dan
pelatihan. situasi lingkungan, dapat disimpulkan bahwa
2. Faktor Pendukung pengabdian pada masyarakat ini telah
Faktor- faktor Pendukung kegiatan mencapai tujuan tersebut diatas. Hal ini terlihat
pelatihan ini antara lain: dari antusiasnya peserta selama kegiatan
a. Adanya dukungan dari Kepala Dinas berlangsung. Peserta pelatihan juga sudah bisa
Pendidikan Cabang Kecamatan menangkap arahan dari pelatihan ini, terbukti
Buluspesantren (Bpk. Rokhmad, S. bahwa tiap-tiap kelompok yang diberi tugas
Pd.) yang memberi ijin untuk pelatihan membuat media puzzle serta
ini serta menugaskan Ketua K3S untuk memprtaktekkannya dalam kegiatan
mengatur kegiatan ini. pembelajaran bisa menyelesaikan tugasnya
b. Dukungan yang besar dari Ketua K3S dengan baik.
SD Kecamatan Buluspesantren, (Drs. Mengingat kegiatan pelatihan ini hanya
Kadar, M. Pd) yang mengkoordinir diikuti sebagian guru-guru IPS SD/MI di
peserta pelatihan dari proses persiapan Kecamatan Buluspesantren dan agar
sampai penyebaran undangan kepada pengetahuan dan kemampuan tersebar merata,
peserta pelatihan. maka perlu dilakukan pelatihan serupa untuk
c. Semua peserta pelatihan menyadari guru lain yang belum mengikuti. Mengingat
sepenuhnya kepentingan dan manfaat tingginya respon peserta pelatihan dan
pelatihan ini dalam rangka keinginan agar pelatihan tidak hanya berhenti
memperbaiki kualitas pembelajaran di disini, maka perlu ditindaklanjuti dengan
sekolah. pembuatan media puzzle yang baik untuk
d. Tempat serta sarana dan prasarana diterapkan dalam proses pembelajaran di
yang disediakan oleh Kepala SDN II sekolah masing-masing.
Tambakrejo Kecamatan
Buluspesantren Kebumen sangat baik
dan membantu kelancaran kegiatan
pelatihan.

Sejarah. Semarang. PT. Prima


DAFTAR PUSTAKA Nugraha Pratama
Leirissa, J. 1995. Alat Peraga dan Visualisasi
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2003. Dasar-
Pelajaran Sejarah. Makalah. Jakarta.
Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.
Direktorat Sejarah dan Nilai
Penerbit Bumi Aksara
Tradisonal Depdikbud.
Hamalik, Umar. 1984. Media Pendidikan.
Lestari, Endang, G, SH, MM. 2003. Komunikasi
Bandung. Citra Aditya Bhakti
Yang Efektif. Jakarta. Lembaga
Kasmadi, Hartono, Prof. Drs, M. Sc. 2001.
Administrasi Negara Republik
Pengembangan Pembelajaran Dengan
Indonesia
Pendekatan Model-Model Pengajaran
Mulyasa, Encon, Dr, M. Pd. 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu
Panduan Praktis. Bandung. PT. Proyek Penataran Guru Penjaskes SD
Remaja Rosdakarya Setara D2
Nasution, Noehi. 1993. Psikologi Pendidikan. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Jakarta. Depdikbud, Proyek Inovatif. Jakarta. Prestasi Pustaka
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D2 Usman, Moh. Uzer, Drs. 2002. Menjadi Guru
dan Pendidikan Kependudukan Profesional. Bandung. PT. Remaja
Sadiman, Arief S, dkk. 1993. Media Pendidikan. Rosdakarya
Jakarta. Pustekom Dikbud PT. Raja Walgito, Bimo. 1980. Psikologi Sosial.
Grafindo Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM
Sumanto, Y, dkk. 1993. Strategi Belajar Wibawa, Basuki, Farida Mukti. 1992/1993.
Mengajar. Jakarta. Depdikbud Proyek Media Pengajaran. Jakarta. Dirjen
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D2 Dikti Proyek Peningkatan Tenaga
dan Pendidikan Kependudukan Bagian Kependidikan Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai