B. NPK : 5871270082060 C. Nama : Ahmad Salafuddin D. Judul Modul : PENGLOLAAN ZAKAT E. Kegiatan Belajar : KB 4 F. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1. Konteks Sosial-Historis Undang-undang Republik Indonesia tentang Pengelolaan Zakat Yang penting diketahui adalah UU RI No. 23 Tahun 2011 menggantikan UU RI No. 28 Tahun 1999. Pengelolaan zakat pun memiliki sistem pengaturan dan tata kelola yang berbeda dari sebelumnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat terdiri dari 11 bab dengan 47 pasal. Bahkan, untuk mengantisipasi segala bentuk penyelewengan kekuasaan dan wewenang, UU RI No. 23 Tahun 2011 mencantumkan juga ketententuan pidana dan ketentuan peralihan. Dengan adanya ketentuan pidana maka setiap tindak penyelewengan dana zakat dapat dikenakan hukuman pidana. Terbitnya UU RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat sangat positif karena negara dan pemerintah Peta Konsep (Beberapa mengharapkan maksimalisasi pendayagunaan dan hasil 1 istilah dan definisi) di modul guna pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah di Indonesia. bidang studi Secara kronologis dapat dikatakan bahwa hari Senin, 28 Maret 2011 adalah tonggak sejarah luar biasa. Rapat Kerja antar Komisi VIII DPR RI dengan Pemerintah menghasilkan pembahasan rancangan undang-undang tentang pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah. Hari dan tanggal ini sudah disepakati bersama pada masa persi-dangan III tahun sidang 2010-2011. Selain itu, masa persidangan III ini juga menge-sahkan panitia kerja (Panja) RUU tentang pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah. Sedangkan judul Pengaturan Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya disepakati untuk diatur sebagai norma tambahan (extra norms). Hal itu kemudian terlihat sebagaimana dalam rumusan RUU tentang Pengelolaan Zakat Pasal 28 ayat (1), (2), (3). Kerja maraton dari Panja VIII DPR RI dan Panja Pemerintah menghasilkan keputusan yang luar biasa. Undang-undang yang baru berhasil diterbitkan. Salah satu juru bicara fraksi Partai Demokrat yang bisa dikutip di sini adalah Nany Sulistyani Herawati. Tanpa mengecilkan kontribusi dan peran partai lain, Nany Sulistyani Herawati mengusulkan hendaknya pendekatan dalam pengelolaan zakat sebaiknya lebih difokuskan pada perspektif pemberdayaan dan bersifat jangka panjang dibanding bersifat santunan dan sementara. Pernyataan ini dapat diartikan sebagai kritik atas UU RI Nomor 38 Tahun 1999 yang dinilai lebih mengedepankan spirit santunan. Sebaliknya, undang-undang baru tahun 2011 lebih mengarah pada produkti-vitas pengelolaan dana zakat. 2. Point-point Penting Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat poin-poin penting yang membuatnya berbeda dari undang- undang sebelumnya yang bernomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Berikut ini poin penting perubahan yang ada : 1) Tujuan yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan Penting dicermati bahwa UU RI No. 23 Tahun 2011 lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan. Hal itu terlihat dari Pasal 3 tentang Pengelolaan zakat bertujuan: a) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan b) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. 2) Manajemen yang Lebih Tertata Dalam UU RI Tahun 2011 terdapat pendetailan sistem kerja. Misalnya, pada Bagian Kedua Bab Keanggotaan Pasal 8, 9, 10, dan 11 terdapat ungkapan tentang rekrutmen anggota BAZNAS secara profesional demi mencari para pengelola yang kompeten. Selain itu, pada Bagian Keempat Bab Lembaga Amil Zakat (LAZ) Pasal 17 ada aturan bahwa untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. Manajemen yang lebih tertata rapi semacam ini tidak terdapat dapat UU RI Tahun 1999. 3) Pendayagunaan yang Lebih Produktif Konsep pendayagunaan dana zakat yang lebih produktif terdapat pada undang-undang baru. Undang- undang baru tahun 2011 Bagian Ketiga bab Pendayagunaan Pasal 27 berbunyi: a) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat; b) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi; c) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri 4) Keterlibatan Aktif Masyarakat dalam Pengawasan Pengelolaan oleh Lembaga Ini penting dipahami bahwa undang-undang baru tahun 2011 lebih memungkin-kan masyarakat untuk pro aktif dalam mengontrol pengelolaan dan pendayagunaan dana zakat. Hal itu dijamin dalam Bab VI Peran Serta Masyarakat Pasal 35 ayat 1 yang berbunyi, “Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ”. Dalam undang-undang lama tahun 1999, keterlibatan masyarakat untuk ikut kontrol tidak tersalurkan.
Daftar materi bidang studi
2 yang sulit dipahami pada 1. Menganalisi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 modul tentang Pengelolaan zakat