NPM : 20024010090
Kelas : Agribisnis B
Golongan : T3
3.2.1. Alat
• Campbell Stokes
• Kertas pias
• Penggaris Mika
• Alat tulis
• Kunci pas
3.2.1 Bahan
• Lembar Pengamatan
4.2. Pembahasan
Lama penyinaran matahari merupakan satu dari beberapa unsur klimatologi. Lama
penyinaran matahari atau durasi penyinaran matahari (periodisitas) adalah lamanya matahari
bersinar cerah pada permukaan bumi yang dihitung mulai dari matahari terbit hingga
terbenam. Besarnya lama penyinaran matahari ditulis dalam satuan jam, nilai persepuluhan,
atau dalam satuan persen terhadap panjang hari maksimum (Ariffin, dkk., 2010).
Campbell Stokes Recorder merupakan alat yang resmi digunakan oleh BMKG untuk
mengukur lama penyinaran matahari dengan satuan /10an jam. Satuan dari intensitas dan lama
penyinaran matahari adalah persen atau jam. Memiliki 2 komponen utama, yaitu bola kaca
berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai lensa cembung, dan kertas pias. Bola kaca akan
mengumpulkan cahaya matahari pada titik fokusnya, dan pada titik fokusnya terdapat sebuah
lempenganbaja dengan ukuran lebar kira-kira 10 cm tempat meletakkan kertas pias. Jika sinar
matahari yang terkumpulkan tersebut memiliki kekuatan lebih dari 120 W/m2 maka akan
membakar kertas pias sehingga meninggalkan jejak-jejak terbakar.( Hamdi, 2014 )
Cara kerja dari alat ini yaitu, pada saat matahari bersinar cerah (yaitu intensitas radiasi sinar
mataharisama atau lebih besar dari 0,3 kalori 𝑐𝑚−2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −1) Sinar yang jatuh pada bola kaca
akan dikumpulkan dan difokuskan pada suatu titik dan diarahkan pada kertas pias. Kertas pias
akan menerima sinar dalam benntuk titik api dan meninggalkan bekas terbakar pada keertas
pias. Kertas pias yang tebakar itulah merupakan hasil lama penyinaran sinar matahari.
Jika lama penyinaran matahari dinyatakan dengan waktu maka besarnya adalah sesuai
dengan hasil pengukuran skala. Sedangkan untuk menyatakan persentase maka besarnya dapat
𝑛/𝑘
diperoleh darirumus-rumus. Salah satu rumus yang digunakan yaitu LPM = ( x 100% ).
𝑁
Pada praktikum kali ini, terdapat 12 sampel data hasil dari pengukuran lama penyinaran
matahari dengan durasi waktu per 60 menit. Untuk mencari presentasenya, mulanya kertas
pias yang telah tebakar dihitung dulu menggunakan penggaris mika untuk mengetahui berapa
𝑛/𝑘
panjang kertas pias yang terbakar. Kemudian dimasukkan pada rumus LPM = ( x 100% )
𝑁
dimana n merupakan panjang kertas pias yang terbakar, k merupakan konstanta (1,27) dan N
adalah lamanya waktu pengukuran (menitt).
Data yang pertama, setelah di ukur menggunakan penggaris, kertas pias terbakar 2,8 cm
jika dihitung menggunakan konstanta 1,27 dan lama penyinaran selama 60 menit maka bisa
di dapatkan hasil presentase yaitu 3,67%. Begitupun seterusnya sampai pada 12 sampel,
didapatkan hasil sebagai berikut. Data kedua terbakar 2,6 cm didapatkan hasil presentase yaitu
3,41 %, Data ketiga terbakar 2,2 cm maka didapatkan hasil presentase 2,89 %, Data keempat
terbakar 3 cm di dapat hasil 3,94 %, Data kelima terbakar 2,2 cm didapatkan hasil presentase
yaitu 2,89 %, Data keenam terbakar 2,5 cm didapatkan hasil presentase yaitu 3,28 %, Data
ketujuh terbakar 2,7 cm didapatkan hasil presentase yaitu 3,54 %, Data kedelapan terbakar 1,8
cm didapatkan hasil presentase yaitu 2,36 %, Data kesembilan terbakar 2,5 cm didapatkan
hasil presentase yaitu 3,38 %, Data kesepuluh terbakar 3,3 cm didapatkan hasil presentase
yaitu 4,33 %, Data kesebelas terbakar 2,9 cm didapatkan hasil presentase yaitu 3,81 %, Data
keduabelas terbakar 2,9 cm didapatkan hasil presentase yaitu 3,81 %.
Dari perhitungan data diatas, persentase lama penyinaran matahari terkecil 1% dan terbakar
0,8 cm, lalu persentase lama penyinaran matahari terbesarnya 3,4% dan terbakar 2,6 cm.
Contoh tanaman yang dapat tumbuh pada lahan dengan intensitas matahari tinggi adalah
kol, lobak, bunga aster china, bit, bayam dan lain-lain. Sedangkan contoh tanaman yang dapat
tumbuh pada lahan dengan intensitas matahari rendah adalah kentang, cannabis, ketela
rambat, dan lain-lain.
LAMPIRAN
𝑛/𝑘
1. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,8 / 1,27) ÷ 60
= 1,41 ÷ 60
= 0,023 x 100%
= 2,3%
𝑛/𝑘
2. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,6 / 1,27) ÷ 60
= 1,25 ÷ 60
= 0,02 x 100%
= 2%
𝑛/𝑘
3. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,2 / 1,27) ÷ 60
= 0,94 ÷ 60
= 0,015 x 100%
= 1,5%
𝑛/𝑘
4. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (2 / 1,27) ÷ 60
= 1,57 ÷ 60
= 0,026 x 100%
= 2,6%
𝑛/𝑘
5. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1 / 1,27) ÷ 60
= 0,78 ÷ 60
= 0,013 x 100%
= 1,3%
𝑛/𝑘
6. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,5 / 1,27) ÷ 60
= 1,18 ÷ 60
= 0,019 x 100%
= 1,9%
𝑛/𝑘
7. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,7 / 1,27) ÷ 60
= 1,33 ÷ 60
= 0,022 x 100%
= 2,2%
𝑛/𝑘
8. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (0,8 / 1,27) ÷ 60
= 0,62 ÷ 60
= 0,01 x 100%
= 1%
𝑛/𝑘
9. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,5 / 1,27) ÷ 60
= 1,18 ÷ 60
= 0,019 x 100%
= 1,9%
𝑛/𝑘
10. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (2,3 / 1,27) ÷ 60
= 1,81 ÷ 60
= 0,03 x 100%
= 3%
𝑛/𝑘
11. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (1,9 / 1,27) ÷ 60
= 1,49 ÷ 60
= 0,024 x 100%
= 2,4%
𝑛/𝑘
12. LPM = ( x 100% )
𝑁
= (2,6 / 1,27) ÷ 60
= 2,04 ÷ 60
= 0,034 x 100%
= 3,4%
”PENGUKURAN SUHU TANAH DAN SUHU UDARA”
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum “Pengukuran Suhu Tanah dan Suhu Udara“ ini dilaksanakan pada tanggal 02
April 2021. Pukul 07.30 - 08.30 WIB yang bertempat di Stasiun Agroklimatologi Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer elektronik suhu tanah,
termometer elektronik suhu ruang, dan sangkar Stevenson.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan lembar
pengamatan.
1. Menyiapkan tanah berlubang lalu di dalmnya diberi pipa paralon dengan ujung
terbuat dari logam kuningan.
2. Menyiapkan dua termometer elektronik suhu tanah sebagai pembanding.
3. Mencatat suhu awal termometer elektronik sebelum dimasukkan ke dalam tanah.
4. Memasukkan termometer pada kedalaman ± 20-30 cm.
5. Tunggu selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, keluarkan termometer dari dalam tanah dan lihat suhu akhirnya,
kemudian catat.
Tabel 1.1. merupakan hasil dari pengukuran Suhu Tanah dan Suhu Udara dengan
menggunakan alat termometer elektronik suhu tanah dan termometer elektronik suhu
ruangan pada stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Naisonal “Veteran” Jawa Timur.
1. Tanah 37 48 30,05 °𝐶
2. Udara 35 37 36 °𝐶
= (( 2 × 37 ) + 48 ) / 4
= ( 74 + 48 ) / 4
= 122/4
= 30,05 °𝐶
4.2. Pembahasan
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang
gelombang dan aliran panas dalam tanah. Kelembaban tanah merupakan air yang terikat secara
adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari (Bimo, dkk.
2015).
Suhu tanah adalah suatu sifat tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembaban, struktur, aktivitas mikrobial dan
enzimatik, sisa tanaman, dan ketersediaan hara-hara tanaman. Suhu tanah merupakan salah
satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara, dan unsur hara. Suhu
tanah berperan untuk menentukan reaksi kimia dan aktivitas mikrobia tanah yang dapat
merombak senyawa organik tertentu menjadi hara dan suhu tanah mempengaruhi
perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah (lutfiyana, 2017).
Suhu udara merupakan salah satu unsur yang sangat penting dari keadaan cuaca. Suhu
udara dalam suatu wilayah biasanya diukur dalam dua kondisi atau keadaan, suhu udara
minimum dan suhu udara maksimum. Suhu udara minimum adalah suatu keadaan di mana
suhu udara pada suatu wilayah berada pada titik terendah dalam interval waktu tertentu,
biasanya dalam interval satu hari. Sedangkan suhu udara maksimum adalah keadaan di mana
suhu udara di wilayah tertentu berada pada titik tertinggi pada hari yang bersangkutan (
Anwar, 2017 )
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa
faktor yaitu suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas, kualitas penyinaran, vegetasi,
dan ketersediaan air di suatu tempat ( air, tanah, perairan) ( Umar, 2010).
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu termometer elektronik suhu tanah dan
termometer elektronik suhu ruang. Termometer suhu tanah sendiri merupakan termometer yang
khusus dirancang untuk mengukur suhu tanah. Termometer ini sangat berguna dalam perancangan
penanaman dan juga termometer ini digunakan oleh para ilmuwan iklim, ilmuwan tanah, dan petani.
Diketahui dalam tabel 1.1., bahwa suhu tanah awal (T Awal) adalah 37 °C dan suhu akhirnya (T
Akhir) menjadi 48°C. Dengan data tersebut dapat dicari suhu rata-rata harian (T°C) yaitu 30,05°C
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Suhu tanah pada saat siang dan malam sangat berbeda, pada siang hari ketika permukaan tanah
dipanasi matahari, udara yang dekat dengan pemukaan tanah memperoleh suhu yang tinggi, sedangkan
pada malam hari suhu tanah semakin menurun (Rayadin, dkk. 2016).
Fluktasi suhu dalam tanah juga berpengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian terutama proses
perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik akan berakibat berkurangnya kandungan
air dalam tanah sehingga unsur hara sulit diserap tanaman, sebaliknya jika suhu tanah rendah maka
akan semakin bertambahnya kandungan air dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi
pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam
tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsur hara jadi lambat.
Pada praktikum suhu udara menggunakan Thermo Hygometer, yang merupakan alat pengukur suhu
dan kelembapan baik diruangan terbuka maupun tertutup. Praktikum ini juga menggunakan sangkar
Stevenson. Sangkar Stevenson ini berfungsi sebagai pelindung terhadap hujan dan radiasi matahari
secara langsung.
Diketahui dalam tabel 1.1 bahwa suhu udara awal (T Awal) adalah 35°C dan suhu akhir (T Akhir)
adalh 37°C. Dengan diketahui suhu awal dan suhu akhir, maka akan didapat suhu rata-rata harian
(T°C) adalah 36°C. Rata-rata harian didapat dengan menggunakan rumus:
Terjaadinya perbedaan suhu dikibatkan oleh adanya kelembaban udara yang berbeda pula. Suhu
udara sangat berpengaruh sekali di bidang pertanian dan biologi, sebab dengan adanya pengamatan
suhu udara maka kita dapat mengetahui jenis tanaman yang cocok untuk ditanam pada musim tersebut
sebab tidak semua tanaman yang dibudidayakan hidup diudara panas maupun diudara yang lembab.
Praktikum kali ini di dapatkan hasil rata-rata suhu harian tanah dan udara, rata-rata suhu
udara 36 oC,sedangkan rata-rata suhu tanah yaitu 30,05 oC pada suhu ini ada beberapa tanaman
yang tidak bisa berkembang dengan baik atau tanah terlalu kering namun ada juga tanaman
yang bisa lebih optimal untuk berkembang, hal ini di perjelas lagi melalui Temperatur tanah
mempengaruhi aktivitas biologi tanah sehingga agar aktivitas biologi tanah optimal maka suhu
harus di pertahankan di suhu tertentu. Tingkat aktivitas optimum yang mempengaruhi
perkembangan tumbuhan adalah di suhu 18ºC sampai 30ºC. Jika kurang dari 10ºC maka
menghambat perkembangan mikroorganisme tanah sehinga menghambat penyerapan zat hara
oleh akar tanaman.(Gunawan, 2015).
Suhu udara mempengaruhi kegiatan pertanian khususnya kegiatan pertanaman, tanaman dapat
tumbuh pada suhu yang optimal.Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22°C sampai dengan 37
°C. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting seperti bukaan stomata, laju transpirasi,
laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan
diikuti oleh peningkatan proses tersebut. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai
dihambat baik secara fisik maupun kimia dan menurunnya aktifitas enzim.
Jenis tanaman yang dapat tumbuh sesuai dengan tabel 1.1 adalah tanaman musim panas. Contoh
tanamannya seperti kaktus, jengger ayam, padi, pohon pisang, jagung, dan lain sebagainya.
Pada kemungkinan lain di sebutkan bahwa kelapa sawit juga bisa tumbuh pada suhu rata-
tersebut, (Yan Suhatman, 2016), Pada suhu ini tanaman jamur juga mampu berkembang biak
dengan baik,(Pamungkas, 2020).
Pada suhu tersebut tidak cocok untuk tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran. Karena dapat
menghambat proses perkecambahan, perlambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan
absorbsi unsur hara dan air. Suhu optimum untuk tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan sekitar 7°C
sampai 15°C.
”PENGUKURAN KELEMBAPAN NISBI”
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum “Pengukuran Kelembapan Nisbi“ ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2021.
Pukul 07.30 - 09.10 WIB yang bertempat di Stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan lembar
pengamatan.
Tabel 4.1. merupakan hasil dari pengukuran Kelembapan Nisbi dengan menggunakan
alat berupa thermometer dry and wet dan hygrometer digital yang dilakukan selama 30 menit
pada stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Naisonal
“Veteran” Jawa Timur.
4.2. Pembahasan
Kelembaban merupakan suatu tingkat keadaan lingkungan udara basah yang disebabkan
oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat dipengaruhi oleh temperatur. Jika tekanan uap
parsial sama dengan tekananuap air yang jenuh maka akan terjadi pemadatan. Secara
matematis kelembaban relative (RH) didefinisikan sebagai prosentase perbandingan antara
tekanan uap air parsial dengan tekanan uap air jenuh. Kelembaban dapat diartikan dalam
beberapa cara. Relative Humidity secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban.
(Lagiyono, 2012).
Kelembaban mutlak adalah jumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat
persatuan udara. Semua uap air didalam udara itu berasal dari penguapan (Umar, 2010).
Faktor yang mempengaruhi kelembaban antara lain tajuk tanaman, sinar matahari, curah
hujan, suhu udara dan tanah, dan kandungan air. Dalam bidang pertanian kelembaban besar
peranannya antara lain: jika kelembaban tinggi maka jamur dan penyulut tumbuh-tumbuhan
akan menjadi subur yang dapat menyerang tanaman, serta akan mengakibatkan hasil sayuran
dan buah-buahan cepat membusuk. Pada umumnya kelembaban berlawanan dengan suhu,
kelembaban maksimum pada pagi hari dan minimum pada sore hari secara harian. Kadar air
dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat
yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih
mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang
lebih cepat. Namun, kelembaban yang tinggi dapat membuat kepala putik dapat busuk.
Selain itu, aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.
Pada praktikum kali ini menggunakan termometer dry and wet / termometer bola basah
dan bola kering. Termometer bola basah dan bola kering adalah dua termometer gelas air
raksa biasa yang dipasang tegak, dimana yang satu dibagian reservoarnya bibalut dengan
kain yang dapat menyerap air, seperti kain kaos atau kain perban yang dicelupan kedalam air
di gelas yang disimpan di bawah termometer, sebagai termometer bola basah dan yang satu
lagi tidak diapa-apakan sebagai termometer bola kering.
Diketahui pada tabel 4.1. dapat diketahui pada sepuluh menit pertama mendapatkan suhu
36°C untuk dry dan 33°C untuk wet dengan RH (kelembaban relatif) 80°C. Pada sepuluh
menit kedua didapatkan suhu 37°C untuk dry dan 30°C untuk wet dengan RH (kelembaban
relatif) 59°C. Sedangkan pada sepuluh menit ketiga didapatkan suhu 38°C untuk dry dan
30°C untuk wet dengan RH (kelembaban relatif) 54°C. Dan RH rata-rata harian yang didapat
adalah 68,25%. Kelembapan rata-rata relatif dapat diketahui melalui :
Keterangan :
Untuk mengetahui RHp, RHsi, RHsr dapat diketahui melalui tabel kelembaban relatif
(%) dari suhu bola kering dan bola basah yang diketahui pada saat pengamatan.
Praktikum “Pengukuran Kelembapan Nisbi“ ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2021.
Pukul 15.00 - 16.20 WIB yang bertempat di Stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Umbrometer tipe Observatorium,
Gelas Ukur, Selang Air.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan lembar
pengamatan.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (Umbrometer tipe Observatorium, Gelas
Ukur, Alat tulis, Lembar Pengamatan, Selang air)
2. Menyemprotkan air dari selang yang telah terhubung oleh saluran air ke atas Umbrometer
layaknya hujan (atau)
3. Membuat hujan buatan melalui selang air yang telah terhubung dengan saluran air ke atas
Umbrometer per- 10 menit dan dilakukan selama 3 kali
4. Mengambil sampel air didalam Umbrometer dengan gelas ukur
5. Mengambil sampel air didalam Umbrometer dengan gelas ukur
6. Menghitung volume air yang telah di ambil menggunakan gelas ukur
7. Mencatat dan menghitung jumlah volume air, curah hujan dan intensitas hujan pada lembar
kerja
8. Mencari nilai persentase kelembaban nisbi dengan menggunakan tabel kelembaban relatif
berdasarkan suhu kering, dan selisih suhu kering dengan suhu basah. Kemudian
menghitung kelembaban rata-rata hariannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. merupakan hasil dari pengukuran Curah Hujan dengan menggunakan alat
berupa Umbrometer tipe Observatorium yang dilakukan selama 30 menit pada stasiun
Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Naisonal “Veteran” Jawa
Timur.
4.2. Pembahasan
Alat penakar hujan yang biasa dipakai di Indonesia adalah tipe Observatorium atau
Ombrometer yang biasanya diletakkan ditempat terbuka dan tidak dipengaruhi pohon-pohon
dan gedung-gedung disekitarnya (Petonengean et al., 2016).
Data curah hujan sangat penting dan dibutuhkan dalam bidang pertanian, diantaranya
dalam kegiatan manajemen pengelolaan air untuk tanaman. Karena jika data tidak akurat
maka dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen. Data yang valid juga diperlukan karena
banyak kesalahan dalam menggunakan data untuk secara keseluruhan, termasuk penentuan
tipe iklim maupun keperluan usahatani daerah tersebut.
Pada praktikum Pengukuran Curah Hujan yang dilakukan di Stasiun Agroklimatologi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur yang dilakukan sebanyak 3
kali pengambilan data selama 30 menit mendapatkan hasil sebagai berikut. Pada pengukuran
pertama dengan volume air 70 maka curah hujannya yaitu 0,73 dan intensitas curah hujannya
sebesar 0,073. Data yang kedua yaitu, volume air sebesar 68 kemudian curah hujanya 0,71 dan
intensitas curah hujannya 0,071. Data yang ke tiga yaitu volume air 58, curah hujannya sebesar
0,61 dan intensitas curah hujannya 0,061. Hasil akhir yang di dapat yaitu curah hujan 2,05 dengan
rata-rata 0,68. Sedangkan total dan intensitas curah hujannya 0,205 dengan rata-rata 0,068. Untuk
menghitung CH menggunakan rumus sebagai berikut:
V
CH1 =
L
Keterangan :
CH : Curah Hujan
Lo : 𝜋 x 𝑟2
Data jumlah curah hujan (CH) rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area)
atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang
hidrologi. Dalam bidang pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi,
mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off). Besarnya CH di
suatu wilayah daerah diperlukan penakar CH dalam jumlah yang cukup untuk dapat mewakili.
Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata-rata CH
yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui
variasi CH disuatu titik pengamatan. Dan untuk menghitung intensitas curah hujan menggunakan
rumus sebagai berikut:
CH1
I1 =
w
Keterangan :
I : Intensitas Curah Hujan
CH : Curah Hujan
Selain intensitas curah hujan yang sangat tinggi berpengaruh signifikan terhadap
produktifitas pertanian, curah hujan yang sangat rendah juga dapat membawa dampak buruk di
sektor pertanian. Rendahnya curah hujan dapat mengakibatkan pengairan dilahan pertanian
menjadi sulit. Tanaman padi akan kehilangan unsur hara dan ada beberapa organisme yang dapat
bergembang biak dengan sangat baik ketika curah hujan rendah. Maka dari itu penting untuk
menentukan jadwal dan pola tanam di lahan kering. Sampai saat ini, petani masih menetapkan
jadwal dan pola tanam yang berpedoman pada kebiasaan yang turun menurun, seperti berdasarkan
bulan dan terjadinya hujan. Penetapan yang dilakukan seperti ini, mengakibatkan pola tanam
kurang optimal dan seringkali mendatangkan risiko gagal panen akibat salah prediksi. Untuk
menghindari kejadian-kejadian tersebut maka diperlukan informasi yang akurat tentang
karakteristik atau pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu (Dwiratna dkk, 2013).
”PENGUKURAN EVAPORASI”
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum “Pengukuran Kelembapan Nisbi“ ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2021.
Pukul 15.00 - 16.00 WIB yang bertempat di Stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kancah (panci kelas A),
Mikrometer pancing (Hook Gauge), Penggaris, dan Alat tulis.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air dan lembar pengamatan.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu Kancah (panci kelas A),
Mikrometer pancing (Hook Gauge), Penggaris, Air, Alat tulis, dan lembar prngamatan.
2. Mengisi air pada Kancah (panci kelas A) sampai penuh lalu mengukurnya menggunakan
hook gauge atau penggaris.
3. Mendiamkan air pada kancah selama 30 menit.
4. Mengukur kembali banyak air pada Kancah menggunakan hook gauge atau penggaris dan
mencatatnya.
5. Menghitung tingkat evaporasi dengan memasukkan data pengukuran awal dan
pengukuran akhir dengan rumus tidak ada hujan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. merupakan hasil dari pengukuran Evaporasi dengan menggunakan alat berupa
Kancah (panci kelas A) yang dilakukan selama 30 menit pada stasiun Agroklimatologi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Naisonal “Veteran” Jawa Timur.
4.2. Pembahasan
Peristiwa evaporasi adalah penguapan air yang tersimpan di permukaan tanah, laut,
sungai, danau dan udara. Semakin tinggi intensitas radiasi matahari sebagaimana terjadi pada
musim kemarau maka kandungan air maupun uap air di permukaan bumi semakin habis.
Apabila suhu udara di permukaan laut meningkat, maka berakibat laju evaporasi meningkat
sehingga kandungan uap air di atmosfer menjadi semakin banyak dan peluang hujan semakin
banyak. Fenomena suhu dingin yang terjadi setiap musim kemarau berkaitan dengan
tingginya tingkat radiasi matahari dan berakibat tingginya proses evaporasi (Ariffin, 2019).
Proses evaporasi membutuhkan energi dari radiasi matahari di mana bahang laten dalam
jumlah banyak dipindahkan dari permukaan bumi ke atmosfer. Laju evaporasi bergantung
pada tiga faktor yaitu defisit tekanan uap air, suhu dan pergerakan udara. Evaporasi
meningkat jika tekanan uap air jenuh pada permukaan air menjadi lebih besar daripada
tekanan uap air aktual udara di atasnya atau defisit tekanan uap yang semakin besar. Dengan
demikian evaporasi lebih cepat terjadi pada udara kering dibandingkan udara lembab.
Gerakan angin dan turbulensi akan menggantikan udara dekat permukaan air dengan udara
yang lebih kering dan meningkatkan evaporasi.
Untuk mengetahui berapa mm air yang mengalami evaporasi pada praktikum ini
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑬𝟎 = (𝑷𝟎 - 𝑷𝟏 )
Keterangan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi terbagi menjadi dua yaitu faktor langsung
dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi terjadinya evaporasi adalah
(1) Suhu, dengan kenaikan suhu air dan tekanan uap air, kemampuan titik-titik air untuk
menguap ke udara mengalamai kenaikan dengan cepat; (2) Kelembaban udara, dipengaruhi
oleh jumlah usp sir diudara. Penguapan akan lebih besar jika kelembaban nisbi rendah; (3)
Angin, angin sangat mempercepat terjadinya penguapan, karena angin mengganti udara
basah dekat permukaan air dengan udara kering; (4) Susunan air, penguapan lebih tinggi
pada air tawar daripada air asin; (5) Luas permukaan, penguapan akan lebih besar pada
daerah yang memiliki permukaan yang luas; (6) Tekanan udara, pada umumnya jika
kelembaban udara lebih rendah di atas permukaan air, penguapan lebih besar; (7) Panas laten
penguapan. Dan untuk faktor tidak langsungnya adalah tata letak lintang, ketinggian sebuah
tempat, dan waktu (bervariasi dari mulai Januari sampai dengan Desember).
Tinggi rendahnya tingkat evaporasi berhubungan dengan besar kecilnya radiasi matahari
yang diterima bumi. Radiasi matahari mempengaruhi besar kecilnya suhu udara. Ketika suhu
udara relatif rendah, evaporasi pun relatif rendah (Febriyan dan Suyono, 2013). Dengan
demikian, tingkat radiasi matahari yang rendah diikuti oleh laju evaporasi yang rendah pula.
Laju evaporasi rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kerusakan tanaman
karena kelebihan air (Abdul, 2017).
Dampak evaporasi pada tumbuhan teratai putih adalah bila laju evaporasi tinggi, garam-
garam terlarut mungkin dapat merusak tanaman. Air yang melewati stomata lebih banyak
dibandingkan dengan air keluar melalui kutikula dan epidermis, karena kutikula mempunyai
sifat yang lebih permeabilitas terhadap air. Pergerakan air pada tumbuhan, khususnya pada
tanaman teratai putih berjalan secara osmosis dan difusi yang berupa pengisapan air dalam
tanah.
Jika tanah cukup mengandung air, laju trnaspirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang
pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika
kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh transpirasi yang merugikan akan
kelihatan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan
kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan dan kehilangan air yang
diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daunnya
yang tipis dan terdiri dari sel parenkim yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
”PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN”
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum “Pengukuran Kecepatan Angin“ ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2021.
Pukul 15.00 - 16.20 WIB yang bertempat di Stasiun Agroklimatologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Anemometer jenis mangkok /
Anemometer Digital dan Alat tulis.
3.2.2. Bahan
1. Menempatkan Anemometer pada tiang penyangga, alat ini terdiri dari tiga cawan yang
dihubungkan oleh lengan yang ditempelkan pada as (sumbu).
2. Tinggi tiang penyangganya adalah sekitar 2 meter dari permukaan tanah, atau 0,5 meter
di atas permukaan tanah, khusus untuk mengetahui kecepatan angin pada permukaan
panci kelas A.
3. Pengamatan dilakukan pada waktu yang seragam, hasil pembacaan periode pengamatan
kedua dikurangi dengan pembacaan awal. Selisih dari hasil pengurangan adalah ukuran
jarak tempuh angin total selama periode pengamatan.
4. Pengamatan dilakukan pada jam 07.30; 13.30 dan 17.30 waktu setempat, dimana angka
pengamatan jam 3.30 dikurangi angka pengamatan jam 07.30 (6 jam) dinamakan
kecepatan angin pagi hari. Selanjutnya pengamatan jam 17.30 dikurangi dengan angka
pengamatan jam 13.30 (4 jam) dinamakan kecepatan angin sore hari. Untuk seterusnya
angka pengamatan jam 07.30 berikutnya dikurangi angka pengamatan 17.30 dinamakan
kecepatang angin malam hari.
5. Pengamatan rata-rata kecepatan angin harian adalah angka pengamatan jam 07.30 hari
berikutnya dikurangi angka pengamatan jam 07.30 hari sebelumnya dibagi 24 jam.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. merupakan hasil dari pengukuran Kecepatan Angin dengan menggunakan alat
berupa Anemometer jenis mangkok yang dilakukan selama 30 menit pada stasiun
Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Naisonal “Veteran” Jawa
Timur.
4.2. Pembahasan
Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lain
secara horizontal. Dari data diatas pengukuran kecepatan angin yang dilakukan terdapat data
kecepatan angin 2,1 m/s dengan rata rata 0,7 m/s. Gerakan angin akan berubah karena angin
akan bergerakdari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (Miftahuddin. 2016).
Angin terjadi dikarenakan oleh adanya perbedaan tekanan udara atau karena adanya
perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau suatu wilayah tertentu. Hal ini juga berkaitan
dengan besar kecilnya energi panas yang diterima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah
tertentu, daerah-daerah yang menerima energi panas matahari yang lebih besar maka akan
mempunyai suhu udara yang lebih panas serta tekanan udara yang cenderung lebih rendah.
Sebaliknya, daerah yang menerima energi panas matahari yang lebih kecil atau sedikit maka
akan mempunyai suhu udara yang relatif lebih dingin serta memiliki tenanan udara yang
cenderung lebih tinggi.
Angin berfungsi dalam mempercepat pendinginan dari benda yang panas. Fungsi lain yaitu
sebagai pencampur lapisan udara, antara udara panas dan udara dingin, udara lembab dan
udara kering, udara yang kaya dengan CO2 dan udara yang CO2 nya rendah. Kecepatan angin
sangat berpengaruh terhadap vegetasi tanaman dan daerah di sekitarnya. Kecepatan angin
yang besar dapat mengakibatkan pohon-pohon bergerak sehingga bunga-bunga akan rontok
dan tidak terjadi pembuahan, atau bahkan angin dapat merobohkan pohon-pohon serta rumah-
rumah dan yang paling parah angin dengan kecepatan yang kuat akan mengakibatkan
kehancuran. Untuk mengatasi kerusakan pertanian akibat angin biasanya petani menanam
tanaman pematah angin, seperti lamtoro, sengon, dan lain-lain.
Angin mempunyai arah yaitu arah dari mana angin bertiup biasanya dinyatakan dalam 16
titik kompas (U, UTL, TL, TTL dan sebagainya) untuk angin-angin permukaan, untuk angin
di atas dinyatakan derajat atau 1/10 derajat dari utara, searah jarum jam. Kecepatan angin
km/jam, mil/jam, m/det, knot, dimana 1km/jam = 0.621mil/jam = 0.278 knot, 1knot =
1.852km/jam = 1.151mil/jam = 0.514m/det (Jekson. 2020).
Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang optimum dimana
tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara yang
berpengaruh terhadap penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun
pergerakan awan, Membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga
Membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula
mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit yang sangat
cepat dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui
vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena hembusan keras angin
atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan juga
dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin karena jamur
membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai
ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh.
Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan karena
adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis
agar tidak terjadi penyerbukan silang. Angin selain sebagai unsur cuaca juga sangat
berpengaruh terhadap kondisi disekitar tanaman. Selain pengaruhnya banyak bermanfaat bagi
tanaman, potensi kerugian tanaman yang disebabkan adanya angin juga besar.
1
I. PENDAHULUAN
E E1 0-1 Bulan
E2 0-2 Bulan 2-3 Bulan
E3 4-6 Bulan
E4 7-9 Bulan
E5 10-12 Bulan
sumber : Dwiyono (2009)
C1
Tanam padi dapat sekali dan palawija
dua kali setahun.
D1
Tanam padi umur pendek satu kali dan
biasanya produksi bisa tinggi karena
kerapatan fluks radiasi tinggi waktu
tanam palawija.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun terakhir
dari suatu stasiun klimatologi pertanian.
14,3≤Q<33,3 B Basah
60≤Q<100 D Sedang
167≤Q<300 F Kering
Bulan/Ta 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
hun
Januari 181,6 340,1 527,5 216,6 150,1 116,1 244 474,3 236,4 136,3
Februari 103,3 134,1 100,2 227,3 202,7 238,5 224,8 276 81,9 257
Maret 139,6 94,7 193,1 28,3 225,9 66,9 121,1 161,9 210,8 217,1
April 144,3 53,3 228,8 127 84,3 48,7 83,7 28,9 239,5 40,7
Mei 107,1 87,1 97,3 19,4 87,1 100 150,9 5,9 26,1 232,4
Juni 24,8 15,3 122,8 16,9 58,8 172,7 173,2 33,1 15,5 77,9
Novembe 104,3 79,6 237,6 91,5 0 121,7 192,5 239,2 2,8 28,6
r
Desember 195,5 156,4 160,3 172,8 148,2 255,7 276,6 97,6 11,8 148,9
Rata-rata 91,26 85,41 155,72 91,39 81,07 120,57 146,33 122,04 71,78 133,71
Jumlah 7 3 8 5 4 7 9 4 3 6
BB
Jumlah 5 9 4 7 8 5 3 8 9 6
BK
4.1.1 Perhitungan Rata-rata Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝐾 56
● Rata-rata BK = = 10 = 5,6
...𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝐵 64
● Rata-rata BB = = 10 = 6,4
...𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Tabel 4.2 Hasil perhitungan Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB)
menurut Schmidt-Ferguson
5,6
𝑄= × 100%
6,4
𝑄 = 0,875 × 100%
𝑄 = 87,5%
4.2. Pembahasan
Iklim adalah kondisi cuaca di wilayah tertentu dalam periode waktu yang
lama. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan pola hujan, pergeseran
musim, kenaikan suhu, dan kenaikan muka air laut. Salah satu dampak perubahan
iklim di sektor pertanian yaitu kegagalan panen akibat kejadian iklim ekstrim
semakin sering terjadi dan semakin meluas. Ilmu yang mempelajari tentang iklim
disebut klimatologi.
Menurut (Susilokarti, dkk, 2015) Wilayah Indonesia sangat dipengaruhi
oleh kondisi iklim monsun yang mempunyai perbedaan yang jelas antara musim
basah dan musim kering Variabilitas iklim dan adanya fenomena iklim ekstrim
yang sering terjadi akhir akhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Perubahan iklim ditandai adanya perubahan pola curah hujan yang menyebabkan
terjadinya pergeseran awal musim tanam sehingga sulit membuat perencanaan
budidaya tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian prilaku iklim melalui
analisis deret waktu curah hujan. Di Indonesia faktor utama untuk mengidentifikasi
perubahan iklim adalah suhu dan curah hujan, yang diukur dari pola dan
intensitasnya (Aldrian, dkk, 2011).
Teori perhitungan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Schmidt-
Ferguson dan Oldeman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data curah
hujan selama 5 tahun terakhir atau hasil rata-rata yang akan ditentukan bobot basah
dan bobot keringnya. Hasil yang diperoleh dari perhitungan akan menentukan tipe
iklim masing-masing sesuai dengan data yang tersedia. Dari data tersebut dapat
9
Pada tipe iklim C ini terdapat sub tipe dengan tipe C1 dengan tanaman yang
cocok yaitu Padi, sekali dan palawija dua kali dalam satu tahun. Dan sub tipe C2,
C3, C4 dengan tanaman yang cocok yaitu padi sekali dan palawija dua kali setahun.
Namun tanam palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim kering
10