CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 MEDIAL SINISTRA + CLOSED FRAKTUR RADIUS 1/3
DISTAL SINISTRA
1.Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner
& Suddarth. 2001 : 2357).
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat di reposisi tapi
sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan
operasierasi ORIF (Operasien Reduction With Internal Fixation).
ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang
mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur
selama penyembuhan (Depkes, 1995: 95).
2.Anatomi fisiologi
a.Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian terbesar kerangka, serta
merupakan jaringan penunjang tubuh utama. (Keith L. Moore, 2002:8)
Tulang berguna untuk :
a)Melindungi struktur vital
b)Menopang tubuh
c)Mendasari gerak secara mekanis
d)Membentuk sel darah (sumsum tulang merah adalah tempat dibentuknya sel darah merah,
beberapa limfosit, sel darah putih granulosit dsan trombosit)
e)Menimbun berbagai mineral (kalsium, fosfor dan magnesium)
b.Sendi
Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi
utama sendi adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.
c.Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dan dengan jalan
demikian maka gerakan terlaksana. Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan menghasilkan pergerakan sebagain atau seluruh tubuh.
d.Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot
dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e.Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus setiap otot dan
berkatian dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada
pergelanan tangan dan tumit.
f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di
bawah kulit sebagai fasia superfisial (sebagai pembungkus tebal) jaringan penyambung fibrosa
yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan di atas bagian
yang bergerak.
3. Etiologi
b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh
fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.
4. Manifestasi Klinis
b. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai.
c. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur.
5. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran. (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
d. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai
kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:
2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif, merupakan yang paling berat
1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok
3) Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal)
7) Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
paget, metastasis tulang, tumor)
9) Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlakatannya
11) Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang lainnya.
a. Fase hematoma: Proses terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabila terjadi fraktur pada
tulang panunjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem
haversian mengalami robekan pada daerah luka dan akan membentuk hematoma diantar
kedua sisi fraktur.
b. Fase proliferasi/ fibrosa: terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. Pada saat ini terjadi reaksi jaringan
lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan, karena adanya sel-sel osteogenik
yang berpoliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada daerah
endosteum membentuk kalus internal sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.
c. Fase Pembentukkan Kalus: Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu. Setelah pembentukan
jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas
dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.
d. Fase Osifikasi: Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3 minggu, patah
tulang melalui proses penulangan endokondrol, mineral terus-menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.
e. Fase Remodeling: Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan terjadi
reabsorbsi secara eosteoklastik dan tetap terjadi prosesosteoblastik pada tulang dan kalus
eksternal secara perlahan-lahan menghilang (Rasjad, 1998 : 400 ).
7. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan
bahkan kontraksi otot esktrem. Meskipun tulang patah dan jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth,
2001: 2357).
Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum
darah dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak, terjadi perdarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di kanal medulla, jaringan ini merangsang
kecenderungan untuk terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran
plasma dan leukosit dan infiltrasi dari sel-sel darah putih yang lain (Corwin, 2000: 299).
8. Komplikasi
Komplikasi awal
a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna
maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.
b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam
pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot
kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena
penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot
karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi,
cidera remuk).
Komplikasi lambat
a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari
perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)
c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
a. Trauma berulang
e. Infeksi
g. Usia
a. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik
dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan
teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan.
b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi
yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat
mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,
deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment
yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti
fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus, angulasi <5>
1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, sumber biaya, sumber informasi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, Dirawat dirumah sakit, Obat-
obatan yang pernah diminum
3) Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, Keluhan utama, Kronologis
keluhan
5) Riwayat psikososial: Orang terdekat dengan klien, Interaksi dalam keluarga, Dampak
penyakit terhadap keluarga, Masalah yang mempengaruhi klien, Mekanisme koping
terhadap penyakitnya, Persepsi klien terhadap penyakitnya, Sistem nilai
kepercayaan :
6) Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama sakit: Pola nutrisi, Pola
eliminasi, Pola Personal Hygiene, Pola Istirahat dan Tidur, Pola aktifitas dan latihan,
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,
1) Aktifitas
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
2) Sirkulasi
c) Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler
lambat, pusat pada bagian yang terkena.
3) Neurosensori
4) Nyeri/ kenyamanan
a) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan
saraf
5) Keamanan
a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
6) Penyuluh/ pembelajaran
2 Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur invasif, traksi tulang
Dk. 1 Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam trauma dapat berkurang
atau tidak terjadi
Intervensi:
Mandiri
Dk 2 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau
terkontrol.
Kriteria hasil :
b. Skala nyeri 1
f. N : 60-80 x/mnt
g. S : 36-37 oC
h. P : 16-20 x/mnt
Intervensi :
Mandiri
R/ Meningkatkan sirkulasi yang umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan
otot
Kolaborasi
Kolaborasi berikan obat sesuai program
Dx. 3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur invasif, traksi tulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
g. N : 60-80 x/mnt
h. S : 36-37 oC
i. RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
Mandiri
R/ Dapat mengetahui peningkatan suhu secara dini merupakan indikasi adanya infeksi.
R/ Dapat mencegah kontaminasi silang dan menghindari dampak infeksi yang lebih
dalam
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. DATA UMUM
a. Identitas klien
Nama : Nn. A
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Suku/ Bangsa : Sunda / Bandung
Status perkawinan : Belum kawin
Tanggal, jam masuk : 09/10/2010, 09:20
Tanggal, jam pengkajian : 09/10/2010, 12:25
No register : 32091
Diagnosa medis : closed fraktur femur 1/3 medial
sinistra + closed fraktur radius 1/3
distal sinistra
Alamat : Jl. Merdeka no. X
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
Kecelakaan motor dan motor,ada perdarahan hidung, tidak ada
perdarahan mulut dan telinga, klien mengendarai motor dengan
menggunakan helm halfface, tidak ada pingsan, tidak ada muntah, ada
bengkak pada hidung dan alis mata kiri, ada exoriasis, tidak ada
penurunan kesadaran dan amnesia retrogree.
b) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dan tidak bisa digerakkan pada bagian paha kiri
dan pergelangan tangan kirinya.
c) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa lemas karena tidak dapat menggerakkan kaki kiri dan
tangan kirinya.
d) Keluhan yang menyertai
Klien bernafas lebih cepat.
1) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memilki alergi dengan obat
b) Riwayat penyakit dan rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
a. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.
1. Data biologis
a) Penampilan umum
Klien tampak sakit berat, klien menggunakan oksigen 3 leter permenit binasal
canul, klien terpasang cairan infuse,Rl 20 tetes permenit, terpasang spalk di
tangan kiri, terpasang monitoring, SpO2 , pernafasan klien cepat.
c) Pengkajian
1) Sistem pernafasan
Anamnese :
Klien mengatakan nafasnya masih terasa cepat.
Inspeksi :
Pasien terlihat bernafas cepat , bentuk dada simetris, pergerakan dada
simetris, pola nafas tidak teratur.
Palpasi:
Tidak terkaji
Perkusi :
Tidak terkaji
Auskultasi:
Tidak terkaji
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
2) Sistem musculoskeletal
Anamnese :
pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya tidak bisa di gerakkan. Apabila
digerakkan, terasa sangat sakit.
Inspeksi :
Terlihat deformitas : antebrachii sinistra, femoralis sinistra
Palpasi :
Tidak terkaji
Masalah keperawatan : keterbatasan aktivitas
1. Data psikologis
a) Status emosi : labil
b) Konsep Diri :
a. Gambaran diri : klien mengatakan dirinya tidak bisa beraktifitas seperti biasa
lagi
b. Harga diri : Klien sedikit malu dengan kaki dan tangannya sekarang
c. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat kuliah
kembali
d. Peran : Klien tidak tahu dapat beraktivitas seperti biasa lagi atau
tidak.
a) Gaya komunikasi : klien berbicara tenang, dan berespon serta jelas dalam
berbicara.
b) Pola komunikasi : klien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.
1. Data penunjang
Di UGD telah dilakukan :
√ Diobservasi TTV
√ Diberikan terapi Oksigen 3 liter per menit via binasal canul
√ Monitoring
HR=107, TD=156/75, RR=26, S=37,1
√ terpasang spalk tangan kanan dan kiri
√ Diberikan injeksi ulceranin 1 amp IV
Indikasi : Gastritis kronis, ulcus peptikum, ulkus duodenum
EFek samping: Pusing, lesu, sakit kepala, kostipasi, mual, nyeri abdomen, ruam
kulit
Kontra indikasi : kerusakan hati, GI, hamil dan menyusui, kerusakan ginjal kronik
A. PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Keterbatasan aktifitas b.d terputusnya kontinuitas jaringan
3. Cemas b.d tindakan prosedur pembedahan
4. Gangguan persepsi visual b.d hematoma disekitar orbita