Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN TEORITIS

CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 MEDIAL SINISTRA + CLOSED FRAKTUR RADIUS 1/3
DISTAL SINISTRA

1.Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner
& Suddarth. 2001 : 2357).

Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat di reposisi tapi
sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan
operasierasi ORIF (Operasien Reduction With Internal Fixation).

ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang
mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur
selama penyembuhan (Depkes, 1995: 95).

2.Anatomi fisiologi

a.Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian terbesar kerangka, serta
merupakan jaringan penunjang tubuh utama. (Keith L. Moore, 2002:8)
Tulang berguna untuk :
a)Melindungi struktur vital
b)Menopang tubuh
c)Mendasari gerak secara mekanis
d)Membentuk sel darah (sumsum tulang merah adalah tempat dibentuknya sel darah merah,
beberapa limfosit, sel darah putih granulosit dsan trombosit)
e)Menimbun berbagai mineral (kalsium, fosfor dan magnesium)

b.Sendi
Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi
utama sendi adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.

c.Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dan dengan jalan
demikian maka gerakan terlaksana. Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan menghasilkan pergerakan sebagain atau seluruh tubuh.

d.Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot
dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e.Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus setiap otot dan
berkatian dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada
pergelanan tangan dan tumit.

f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di
bawah kulit sebagai fasia superfisial (sebagai pembungkus tebal) jaringan penyambung fibrosa
yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.

g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan di atas bagian
yang bergerak.

3. Etiologi

a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.

b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.

c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh
fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi.

b. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai.

c. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur.

d. Krepus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.


e. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.

5. Klasifikasi Fraktur

a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran. (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c. Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.

d. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai
kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:

1) Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm

2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

3) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif, merupakan yang paling berat

e. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:

1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok

2) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

3) Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal)

4) Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang

5) Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen


6) Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah)

7) Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

8) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
paget, metastasis tulang, tumor)

9) Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlakatannya

10) Epifiseal: fraktur melalui epifisis

11) Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang lainnya.

6. Proses Penyembuhan tulang

a. Fase hematoma: Proses terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabila terjadi fraktur pada
tulang panunjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem
haversian mengalami robekan pada daerah luka dan akan membentuk hematoma diantar
kedua sisi fraktur.

b. Fase proliferasi/ fibrosa: terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. Pada saat ini terjadi reaksi jaringan
lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan, karena adanya sel-sel osteogenik
yang berpoliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada daerah
endosteum membentuk kalus internal sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

c. Fase Pembentukkan Kalus: Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu. Setelah pembentukan
jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas
dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.
d. Fase Osifikasi: Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3 minggu, patah
tulang melalui proses penulangan endokondrol, mineral terus-menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.

e. Fase Remodeling: Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan terjadi
reabsorbsi secara eosteoklastik dan tetap terjadi prosesosteoblastik pada tulang dan kalus
eksternal secara perlahan-lahan menghilang (Rasjad, 1998 : 400 ).

7. PATOFISIOLOGI

Proses Terjadinya Fraktur

Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan
bahkan kontraksi otot esktrem. Meskipun tulang patah dan jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth,
2001: 2357).

Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum
darah dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak, terjadi perdarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di kanal medulla, jaringan ini merangsang
kecenderungan untuk terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran
plasma dan leukosit dan infiltrasi dari sel-sel darah putih yang lain (Corwin, 2000: 299).
8. Komplikasi

Komplikasi awal

a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna
maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam
pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot
kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena
penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot
karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi,
cidera remuk).

Komplikasi lambat

a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari
perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)

b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

9. Faktor yang mempercepat penyembuhan tulang

a. Immobilisasi fragmen tulang

b. Kontak fragmen tulang maksimal

c. Asupan darah yang memadai

d. Nutrisi yang baik

e. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang

f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D,

g. Potensial listrik pada patahan tulang

10. Faktor yang menghambat penyembuhan tulang

a. Trauma berulang

b. Kehilangan massa tulang

c. Immobilisasi yang tak memadai

d. Rongga atau jaringan diantar fragmen tulang

e. Infeksi

f. Radiasi tulang (nekrosis tulang)

g. Usia

h. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)

11. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

b. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan


kerusakan jaringan lunak
c. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), Peningkatan
Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.

d. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

12. Penatalaksanaan medik

Empat prinsip penanganan fraktur menurut Chaeruddin Rasjad tahun 1988,adalah:

a. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik
dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan
teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan.

b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi
yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat
mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,
deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment
yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti
fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus, angulasi <5>

c. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union


sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi
pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw.

d. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

1 Pengkajian

a. Anamnesa

1) Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, sumber biaya, sumber informasi.

2) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, Dirawat dirumah sakit, Obat-
obatan yang pernah diminum

3) Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, Keluhan utama, Kronologis
keluhan

4) Riwayat kesehatan keluarga: penyakit keturunan

5) Riwayat psikososial: Orang terdekat dengan klien, Interaksi dalam keluarga, Dampak
penyakit terhadap keluarga, Masalah yang mempengaruhi klien, Mekanisme koping
terhadap penyakitnya, Persepsi klien terhadap penyakitnya, Sistem nilai
kepercayaan :

6) Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama sakit: Pola nutrisi, Pola
eliminasi, Pola Personal Hygiene, Pola Istirahat dan Tidur, Pola aktifitas dan latihan,
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,

b. Dasar Data Pengkajian Pasien

1) Aktifitas

Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).

2) Sirkulasi

a) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau


ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

b) Takikardia (respon stress, hipovolemia)

c) Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler
lambat, pusat pada bagian yang terkena.

d) Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.

3) Neurosensori

a) Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot

b) Kebas/ kesemutan (parestesia)

c) Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi


berderit ) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.

d) Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)

4) Nyeri/ kenyamanan

a) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan
saraf

b) Spasme/ kram otot

5) Keamanan
a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

b) Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

6) Penyuluh/ pembelajaran

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a) Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

b) Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI: Memperlihatkan fraktur dan


mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

c) Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau


menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel). Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal
setelah trauma.

d) Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

2 Diagnosa keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur invasif, traksi tulang

3. Intervensi dan evaluasi keperawatan

Dk. 1 Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam trauma dapat berkurang
atau tidak terjadi

Kriteria hasil : mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur

Intervensi:

Mandiri

a. Pertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi

R/ meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/ penyembuhan

b. Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut

R/ mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi

c. Pertahankan posisi/ integritas traksi

R/ traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang


Kolaborasi

Kaji ulang foto/ evaluasi

R/ memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/ proses penyembuhan untuk


menentukan tingkat aktivitas

Evaluasi : Trauma tidak terjadi

Dk 2 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau
terkontrol.

Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang atau hilang

b. Skala nyeri 1

c. Klien menunjukkan sikap santai

d. Klien dapat mendemonstrasikan tehnik relaksasi napas dalam

e. TD : 120 /90 mmHg

f. N : 60-80 x/mnt

g. S : 36-37 oC

h. P : 16-20 x/mnt

Intervensi :

Mandiri

a. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam

R/ Peningkatan nadi menunjukan adanya nyeri

b. Evaluasi skala nyeri, karakteristik dan lokasi

R/ Mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi

c. Atur posisi kaki yang sakit (abduksi) dengan bantal

R/ Meningkatkan sirkulasi yang umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan
otot

d. Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam

R/ Dengan tehnik relaksasi dapat mengurangi nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi berikan obat sesuai program

R/ Diberikan untuk menurunkan nyeri dan / spasme otot

Evaluasi : Klien menunjukkan nyerinya hilang/ berkurang

Dx. 3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur invasif, traksi tulang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam resiko infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Balutan luka bersih

b. Tidak ada rembesan

c. Tidak ada pembengkakan pada pemasangan infus

d. Warna urine kuning jernih

e. Leukosit dalam batas normal (5000-10.000 ul)

f. TD : 110/70- 130/90 mmhg

g. N : 60-80 x/mnt

h. S : 36-37 oC

i. RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :

Mandiri

a. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.

R/ Dapat mengetahui peningkatan suhu secara dini merupakan indikasi adanya infeksi.

b. Observasi sekitar luka terhadap tanda-tanda infeksi

R/ Mengidentifikasi timbulnya infeksi

c. Lakukan perawatan luka setiap 1 hari sekali

R/ Dapat mencegah kontaminasi silang dan menghindari dampak infeksi yang lebih
dalam

d. Lakukan perawatan kateter setiap hari

R/ Mencegah mikroorganisme masuk kea alat invasife

e. Ganti kateter setiap 1 minggu sekali

R/ Mencegah terjadinya infeksi


Kolaborasi

Kolaborasi terhadap pemeriksaan laboratorium (leukosit, led)

R/ Lekositosis menandakan proses terjadinya infeksi

Evaluasi : Infeksi tidak terjadi

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn A (22 TAHUN)

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : CLOSED FRAKTUR


FEMUR 1/3 MEDIAL SINISTRA + CLOSED FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL
SINISTRA

DI RUANG OPERASI KAMAR 5


RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG

I. PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. DATA UMUM
a. Identitas klien
Nama : Nn. A
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Suku/ Bangsa : Sunda / Bandung
Status perkawinan : Belum kawin
Tanggal, jam masuk : 09/10/2010, 09:20
Tanggal, jam pengkajian : 09/10/2010, 12:25
No register : 32091
Diagnosa medis : closed fraktur femur 1/3 medial
sinistra + closed fraktur radius 1/3
distal sinistra
Alamat : Jl. Merdeka no. X

b. Identitas keluarga / penanggung jawab


Nama : Tn G
Alamat : Jl. Merdeka No.X
Jenis kelamin : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Swasta
Suku/ Bangsa : Sunda / Bandung
Status perkawinan : Belum kawin
Hubungan dengan klien : Saudara

1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
Kecelakaan motor dan motor,ada perdarahan hidung, tidak ada
perdarahan mulut dan telinga, klien mengendarai motor dengan
menggunakan helm halfface, tidak ada pingsan, tidak ada muntah, ada
bengkak pada hidung dan alis mata kiri, ada exoriasis, tidak ada
penurunan kesadaran dan amnesia retrogree.
b) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dan tidak bisa digerakkan pada bagian paha kiri
dan pergelangan tangan kirinya.
c) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa lemas karena tidak dapat menggerakkan kaki kiri dan
tangan kirinya.
d) Keluhan yang menyertai
Klien bernafas lebih cepat.
1) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memilki alergi dengan obat
b) Riwayat penyakit dan rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
a. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.

1. Data biologis
a) Penampilan umum
Klien tampak sakit berat, klien menggunakan oksigen 3 leter permenit binasal
canul, klien terpasang cairan infuse,Rl 20 tetes permenit, terpasang spalk di
tangan kiri, terpasang monitoring, SpO2 , pernafasan klien cepat.

b) Tanda- tanda vital


Tekanan darah : 156 / 75 mmHg
HR : 107 x/menit
RR : 26 x / menit
S : 37,1 0 C
SpO2 : 97 %

c) Pengkajian

1) Sistem pernafasan
Anamnese :
Klien mengatakan nafasnya masih terasa cepat.
Inspeksi :
Pasien terlihat bernafas cepat , bentuk dada simetris, pergerakan dada
simetris, pola nafas tidak teratur.
Palpasi:
Tidak terkaji
Perkusi :
Tidak terkaji
Auskultasi:
Tidak terkaji
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif

2) Sistem musculoskeletal
Anamnese :
pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya tidak bisa di gerakkan. Apabila
digerakkan, terasa sangat sakit.
Inspeksi :
Terlihat deformitas : antebrachii sinistra, femoralis sinistra

Palpasi :
Tidak terkaji
Masalah keperawatan : keterbatasan aktivitas

3) Sistem Panca indera


Anamnese:
Klien mengatakan sedikit pusing jika membuka mata
Inspeksi:
Terlihat hematoma di sekitar mata kiri klien
Terlihat hematoma di sekitar hidung klien
Masalah keperawatan :gangguan persepsi visual

1. Data psikologis
a) Status emosi : labil
b) Konsep Diri :
a. Gambaran diri : klien mengatakan dirinya tidak bisa beraktifitas seperti biasa
lagi
b. Harga diri : Klien sedikit malu dengan kaki dan tangannya sekarang
c. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat kuliah
kembali
d. Peran : Klien tidak tahu dapat beraktivitas seperti biasa lagi atau
tidak.
a) Gaya komunikasi : klien berbicara tenang, dan berespon serta jelas dalam
berbicara.
b) Pola komunikasi : klien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.

1. Data penunjang
Di UGD telah dilakukan :
√ Diobservasi TTV
√ Diberikan terapi Oksigen 3 liter per menit via binasal canul
√ Monitoring
HR=107, TD=156/75, RR=26, S=37,1
√ terpasang spalk tangan kanan dan kiri
√ Diberikan injeksi ulceranin 1 amp IV
Indikasi : Gastritis kronis, ulcus peptikum, ulkus duodenum
EFek samping: Pusing, lesu, sakit kepala, kostipasi, mual, nyeri abdomen, ruam
kulit
Kontra indikasi : kerusakan hati, GI, hamil dan menyusui, kerusakan ginjal kronik

√ Diberikan injeksi Orasic 2 x 1 amp IV


Indikasi : nyeri akut,kronik berat, pasca bedah, akibat tindakan dignostik
Kontra indikasi : Keracunan alcohol, obat gol hipnotik, analgesic, atau psikotropik
√ Cek lab darah rutin dan GDS
Hasil:
Hb=15,3 normal 12-16
Ht=46  normal 40-54%
L=9.600  normal 5000-10.000
Tr=172.000
GDS=100  normal <160
√ Dilakukan foto rontgent femur sinistra dan antebrachii sinistra (14.00)
Rontgent femur sinistra : closed fraktur 1/3 medial displaced sinistra
Rontgent antebrachii sinistra : closed fraktur 1/3 distal radius sinistra + susp
dilocatio wrist joint sinistra
Schaedel a/r : Perselubunan putih a/r sphencid dextra
Thorax PA : dalam batas normal
Pelvis : dalam batas normal
√ Diberikan tramal 3x 50 mg (15.40)
Indikasi : nyeri akut dan kronik sedang s/d berat
Kontra indikasi : Instoksikasi akut dan alcohol, hipnotika, analgesic dan obat yang
memperngaruhi SSP

A. PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Pasien mengatakan nyeri bagian 1. Pasien terlihat meringis


tangan dan kaki kirinya 2. Pasien terlihat tidak dapat
2. Pasien mengatakan pusing apabila menggerakkan kaki dan tangan
dia membuka mata kirinya
3. Pasien mengatakan tidak bisa 3. Pasien hanya bisa berbaring di
menggerakan tangan dan kaki tempat tidur
kirinya 4. Pasien mendapatkan tramal 3x 50
4. Pasien mengatakan lemas mg
5. Pasien dilakukan foto rontgent
6. Dilakukan Reposisi dan spalk
7. Cek lab darah rutin dan GDS
8. Pasien terpasang infuse RL
9. Pasien terpasang oksigen 3 liter
per menit

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Keterbatasan aktifitas b.d terputusnya kontinuitas jaringan
3. Cemas b.d tindakan prosedur pembedahan
4. Gangguan persepsi visual b.d hematoma disekitar orbita

Anda mungkin juga menyukai